Tinta Media: Pemuda
Tampilkan postingan dengan label Pemuda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pemuda. Tampilkan semua postingan

Selasa, 21 Mei 2024

Kriminalitas Pemuda Semakin Menjadi, Islam adalah Solusi


Tinta Media - Lagi dan lagi, kriminalitas yang tak henti-henti. Pemuda yang seharusnya menjadi tonggak perubahan justru terseret dalam tindak kriminal di negeri ini. Lantas, mau menjadi apa pemuda di negeri ini?

Bocah laki - laki berinisial MA (6 tahun) asal Sukabumi menjadi korban pembunuhan, tidak hanya dibunuh anak yang baru mau duduk disekolah dasar ini juga menjadi korban kekerasan seksual sodomi. (SUKABUMIKU.id  2/5/2024).

Miris, kasus pembunuhan dan pelecehan seksual kembali terjadi. Bahkan pelaku pembunuh sekaligus pelecehan seksual tersebut adalah anak di bawah umur. Fakta yang begitu menggemparkan.

Lihat betapa rusak pemikiran juga akhlak generasi saat ini. Siapa yang akan bertanggung jawab terhadap semua ini? Bukan hanya satu atau dua kasus yang terjadi, tetapi telah puluhan bahkan ratusan kasus kriminal yang dilakukan para pemuda di negeri ini.

Kapitalisme, Akar dari Semua Masalah

Sistem yang rusak akan melahirkan aturan yang rusak. Eksploitasi perempuan dalam sistem kapitalisme justru menggeser peran perempuan dalam mencetak generasi yang unggul.  Perempuan dipaksa untuk bekerja demi kebutuhan. Seolah-olah bekerja adalah kewajiban.

Situs dan tontonan yang merusak juga mempengaruhi mindset generasi saat ini. Tidak adanya pembatasan ataupun penyaringan  membuat anak-anak mudah mengakses berbagai situs dan tontonan yang tidak layak. Alhasil mereka meniru apa yang telah mereka lihat selama ini.

Lemahnya akidah. Sistem saat ini yakni agama dipisahkan dari kehidupan membuat akidah semakin merosot dan iman semakin melemah. Mental mereka yang mudah terombang-ambingkan. Lantas mau jadi apa generasi saat ini ketika iman saja hanya tersisa sedikit di hati mereka?

Islam adalah Solusi

Berbeda halnya dengan sistem Islam. Dalam Islam perempuan tidak diwajibkan bekerja justru peran utama perempuan adalah al ummu madrasatul ula. Ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya, sehingga peran perempuan sangat diperlukan untuk mencetak generasi-generasi yang unggul. Perempuan akan difokuskan pada tugas utamanya. Dan sejak remaja mereka telah dibekali dengan ilmu-ilmu yang memang nantinya dibutuhkan ketika mereka berumah tangga dan memiliki anak.

Situs dan tontonan pun akan dibatasi dalam pemerintahan Islam. Bahkan ilmu-ilmu asing yang itu bisa melemahkan akidah tidak akan diambil. Semua hal yang tidak sesuai dengan kurikulum Islam tidak akan diambil dan film-film ataupun tontonan yang merusak akidah juga akan dihapuskan, sehingga terbentuklah generasi yang Qur'ani, berakhlak mulia dan berprestasi.

Hal pertama yang diajarkan dalam kurikulum pendidikan Islam adalah penanaman akidah. Kenapa? Karena akidah adalah pondasi. Seseorang yang memiliki akidah yang kuat akan mampu menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Mereka juga tidak mudah terprovokasi. Dan mereka juga tidak akan mudah rapuh atau putus asa tatkala cobaan datang di kehidupan mereka. Mental mereka terlatih dan syariat Islam menjadi dasar dalam mereka melakukan sesuatu.

Dan semua itu terbukti dengan melihat bagaimana Islam mengatur kehidupan selama 1.300 tahun lamanya. Generasi-generasi unggul tercetak selama Islam berdiri memimpin. Masalah-masalah kriminal yang terjadi di kalangan pemuda tak akan separah ini. Dan jika pun ada maka Islam akan memberikan sanksi yang membuat pelaku jera dan sekaligus bisa memberi peringatan bagi yang menyaksikannya. Begitu indahnya kehidupan Islam. Semua problematika umat teratasi dan kesejahteraan umat terjamin dalam penerapan sistem Islam di setiap lini kehidupan.

Wallahu'alam bishawab.

Oleh : Dita Serly, Sahabat Tinta Media 

Selasa, 14 November 2023

Dapatkah Negeri Ini Maju, Hanya dengan Memperingati Sumpah Pemuda?



Tinta Media - Indonesia memperingati hari Sumpah Pemuda ke 95 pada 28 Oktober 2023 dengan tema "Bersama Majukan Indonesia". Indonesia ditargetkan akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar keempat atau kelima di dunia pada tahun 2045. Diharapkan pula, Indonesia menjadi bangsa berdaulat, maju, adil, dan makmur fengan visi Indonesia Maju 2045. (beritasatu.com, 28/10/23) 

Pemuda merupakan kekuatan terbesar untuk mewujudkan visi-visi besar. Ini karena pemuda adalah pemimpin masa depan. Isi dari visi Indonesia maju 2045 adalah bersama untuk menciptakan negara yang lebih maju, sejahtera, dan berdaya saing di tingkat global dengan harapan agar pemuda berperan aktif dan kreatif dalam mewujudkan Indonesia Maju 2045.

Untuk menumbuhkan ekonomi di Indonesia, pemerintah mengambil strategi dengan cara peningkatan investasi dan perdagangan luar negeri atau peningkatan ekspor. Namun kenyataannya, negeri ini masih menerapkan sistem ekonomi kapitalis yang fokus pada pertumbuhan ekonomi secara global, bukan untuk kesejahteraan rakyat. Karena itu, kesejahteraan rakyat tidak akan terwujud secara merata selama masih menerapkan sistem kapitalis. 

Dalam sistem kapitalis, fokus kebijakan ekonomi adalah pada peningkatan PDB. Oleh karena itu, penerintah membuka keran investasi seluas-luasnya dengan cara memotong berbagai regulasi. Pada akhirnya, hanya orang-orang yang bermodal besar saja yang merasakan kesejahteraan, sedangkan rakyat biasa hanya mendapatkan beberapa ekonomi yang sangat minim. Malah yang dirasakan rakyat hanya kerusakan alam akibat eksploitasi alam secara sembarangan. Jadi, ketimpangan ekonomi pun makin parah dan kesejahteraan rakyat pun tidak terwujud. 

Kini upaya hilirisasi yang menjadi kunci kemajuan bangsa ternyata sudah dikuasi korporasi. Katanya ingin menjadikan negeri ini sebagai negara industri sebagai awal dari ikhtiar, kini hilirisasi malah mendukung industrialisasi di luar negeri. Dengan keadaan negeri ini yang sedang terjajah secara ekonomi, bagaimana mungkin dapat memakmurkan atau menyehahterakan rakyat secara nyata. 

Karena itu, visi Indonesia untuk menjadi negara maju seakan-akan hanya mimpi tanpa kenyataan. Negeri ini justru makin terjajah dari segala arah, begitu pula dengan pendidikan pada generasi muda. 

Saat ini, para pemuda negeri ini diarahkan untuk menjadi pemegang estafet kepemimpinan. Mirisnya, di sistem pendidikan sekarang ini, mereka tidak diarahkan untuk menjadi ahli di bidangnya, melainkan dicetak menjadi tenaga terampil yang akan mengisi industri, sedangkan industri tersebut dikuasai kapitalis lokal ataupun asing yang mendapatkan privilese dari pemerintah untuk menguasai ekonomi. 

Dalam sistem pendidikan kapitalis, Progam Merdeka Belajar sampai Kampus Merdeka juga telah mengerdilkan para lulusan kampus yang seharusnya menjadi SDM berkualitas tinggi menjadi sekadar pengisi dunia kerja. Semua itu membentuk mindset para siswa dan mahasiswa bahwa tujuan sekolah hanya untuk mendapatkan pekerjaan. Selain dari hal itu, tidak ada tujuan tinggi untuk mencerdaskan bangsa agar terlepas dari penjajahan.

Kini para siswa dan mahasiswa pun menjadi orang-orang yang hidupnya hanya mencari materi saja. Dalam sistem kapitalis, s
mencari pekerjaan sulit sehingga mereka menjadi pribadi-pribadi yang egois dan individualis, mementingkan diri sendiri, dan tidak memikirkan keadaan orang lain atau masyarakat. 

Kebebasan ekonomi dangan membuka impor sebesar-besarnya oleh negara juga telah menjadikan arus barang yang sangat deras masuk ke negeri ini. Kini setiap harinya para pemuda disuguhi dengan tawaran barang-barang yang silih berganti sampai tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Sekarang para pemuda menjadi konsumtif sampai berapa pun uang yang mereka miliki tidak akan cukup untuk memenuhi gaya hidup saat ini. 

Akhirnya, untuk memenuhi gaya hidup yang tinggi, jalan pintas pun ditempuh, seperti melalui pinjol ataupun paylater, prostitusi online untuk mendapatkan materi dengan mudah. Tidak sedikit perempuan muda terjerumus prostitusi online hanya untuk memenuhi gaya hidup semata. 

Di lain sisi, para remaja yang tidak bisa memenuhi gaya hidup tinggi, mereka akan terkucilkan dalam pergaulan, bahkan mengalami perundungan. Dampaknya, mereka merasa tertekan, bahkan berani menyakiti diri sendiri atau sampai melakukan bunuh diri yang akhir-akhir ini sedang marak. 

Jelas, peran negara saat ini sudah mandul, apalagi dari sisi pembangunannya. Akibatnya, pendidikan pada para pemuda juga ikut salah dan rusak. Dari sisi kecerdasan, mereka rendah. Dari kepribadian, mereka juga kacau, jauh dari katagori orang bertakwa. Sementara, tujuan pendidikan adalah untuk membentuk insan yang cerdas bertakwa. Kini, tujuan itu makin jauh untuk dicapai. 

Seharusnya, keadaan buruk ini harus disadari oleh para pemuda. Mereka juga harus sadar bahwa negara ini tidak sedang menuju kemajuan, melainkan menuju jurang kerusakan karena pemuda tidak sedang dididik untuk menjadi insan cerdas bertakwa, melainkan dirusak supaya jauh dari kebangkitan. 

Karena itu, para pemuda butuh adanya perubahan dari keadaan yang rusak untuk menuju kebangkitan yang hakiki sampai terwujud kemuliaan umat. Sehingga, kebangkitan yang sesungguhnya itu bisa terwujud oleh Islam yang bersumber dari wahyu Sang Pencipta. 

Sistem pendidikan Islam akan mewujudkan manusia yang berkepribadian Islam dan pakar dalam iptek. Sistem ekonomi Islam menyejahterakan seluruh rakyat, bukan hanya untuk orang-orang tertentu. Begitu juga sistem politik pemerintahan Islam akan membebaskan umat Islam dari penjajahan, baik secara militer atau pun selain militer. 

Agar bisa melakukan perubahan menuju Islam, langkah pertama yang harus dilakukan para pemuda adalah menginstal Islam pada dirinya dengan ikut pembinaan Islam secara aktif. Dalam sistem Islam, para pemuda akan mendalami akidah Islam sampai terbentuk keimanan yang kuat. Selain itu, para pemuda akan belajar syariat Islam sampai menjadi pribadi yang bertakwa dan sekaligus mengajak pada ketakwaan. Mereka juga akan dibina menjadi seseorang yang berkepribadian Islam. 

Walhasil, para pemuda akan memiliki kesadaran untuk bertakwa bersama jemaah untuk mewujudkan perubahan menuju terwujudnya kehidupan Islam, yaitu penerapan Islam secara sempurna dalam bentuk sistem pemerintahan Islam. Dengan adanya para pemuda dalam barisan dakwah, sebagaimana dahulu para sahabat yang mayoritas pemuda ikut aktif berdakwah bersama Rasulullah saw., kebangkitan Islam akan segera terwujud dan umat Islam akan menjadi khairu ummah, yaitu umat terbaik.

Dengan adanya sistem pemerintahan Islam, cita-cita menjadi negara maju pun akhirnya akan terwujud nyata. Bahkan, tidak hanya menjadi negara maju, negara Islam akan menjadi negara adidaya dunia. Maka dari itu, mari kita wujudkan tegaknya sistem Islam dengan cara ikut barisan dakwah agar cita-cita menjadi negara maju dapat terwujud. Wallahu a'lam bish shawab.

Oleh: Aning Juningsih
Aktivis Muslimah

Islam Membentuk Pemuda Harapan Umat



Tinta Media - Tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah kondisi pemuda saat ini sesuai dengan harapan umat? 

Dilansir dari liputan6.com, Luhut Binsar membagikan pesan kepada pemuda di Peringatan Sumpah Pemuda yang ke-95. Beliau mengatakan, "Jika engkau punya "privilege" ambillah kesempatan untuk men-challenge dirimu menjadi lebih baik dari sebelumnya."

Sumpah pemuda menjadi refleksi peran pemuda untuk memajukan bangsa di tengah berbagai program pembajakan potensi pemuda di berbagai bidang. Sistem saat ini realitanya justru melahirkan pemuda yang berpikir pragmatis. Ini dilihat dari banyaknya pemuda saat ini yang hanya berpilir individualis, hidup hanya untuk mencari kesenangan pribadi semata tanpa memperhatikan kondisi lingkungan sekitar. Para pemuda merasa bahagia ketika segala keinginan secara pribadi terpenuhi, tidak berpikir bagaimana kondisi umat saat ini.

Salah satu contohnya, di tengah kelaparan atau sulitnya ekonomi, banyak pemuda yang bertingkah dengan makan banyak (mukbang) hanya untuk tontonan dan mengikuti tren, seolah-olah dia tidak menjadi pribadi yang peka terhadap kondisi lingkungan. Dia hanya mencari ketenaran dan mengenyampingkan kondisi masyarakat. 

Mengapa ini terjadi? Hal ini karena sistem kapitalis telah membentuk pemuda bermental seperti ini, mencari kepuasan pribadi tanpa memperhatikan kondisi umat. 

Sungguh, hal ini jauh berbeda dengan Islam. Islam mengajak pemuda untuk menjadi sosok yang berkepribadian Islam dengan pola pikir dan pola sikap islami. Dorongan ini bersumber dari syariat Islam. Salah satunya adalah hadis Rasulullah saw. 

Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah saw. beliau bersabda,

Artinya: "Ada tujuh golongan yang dinaungi Allah pada hari kiamat, pada saat tiada naungan kecuali naungan-Nya: (1) pemimpin yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, 'Sesungguhnya aku takut kepada Allah. "Dan (6) seseorang yang bersedekah dengan satu sedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya." (HR Bukhari, Muslim, Malik, an-Nasa'i, dan lainnya)

Dari hadis di atas bisa kita lihat bagaimana Islam sangat memperhatikan pemuda dan mengarahkan mereka untuk menjadi sosok yang memiliki kepribadian Islam. Islam mengarahkannya menjadi pribadi yang mampu membangun peradaban mulia, seperti Muhammad  Al Fatih yang masa mudanya digunakan untuk perjuangan Islam, demi Islam dan umat. 

Hal yang dilakukan Al Fatih diarahkan oleh negara sebagai pihak yang bertanggung jawab membentuk pemuda dan membangun generasi gemilang. Pemuda yang berkepribadian Islam, orientasi hidupnya jauh ke depan, bukan sebatas duniawi semata. Maka, tidak heran ketika kita melihat bahwa pemuda yang lahir di sistem Islam adalah pemuda yang dunia dan akhiratnya terbaik. Sejatinya, jika kita berharap para pemuda menjadi dambaan umat, maka jadikan Islam sebagai pedoman hidup pemuda sehingga akan selamat dunia dan akhirat. Wallahu a'lam bish shawab.

Oleh: Siti Aisyah, S. Pd. I.
Praktisi Pendidikan/ Aktivis Muslimah

Minggu, 12 November 2023

Hari Sumpah Pemuda: Pemuda Wajib Memiliki Misi Perubahan Hakiki

Tinta Media - Sejarah sumpah pemuda memiliki profil dari cita-cita anak bangsa yang menginginkan perubahan pada negeri ini melalui kemerdekaan. Sejarah mencatat bahwa penggerak perubahan negeri ini juga dipelopori oleh para pemuda.

Negeri ini selain kaya akan sumber daya alamnya, sumber daya manusianya juga berlimpah. Bonus demografi ini menjadi nilai plus untuk anak bangsa memiliki cita-cita perubahan yang tinggi bagi negeri ini.

Banyak tantangan yang harus dihadapi para pemuda saat ini. Ekonomi yang sulit, sistem sosial yang rusak, politik yang kacau balau menjadi PR besar bagi generasi selanjutnya.

Namun sayang, negara hanya mencita-citakan pemuda saat ini berdaya dalam dunia pasar ekonomi saja. Sebagaimana yang dikatakan Presiden Jokowi menekankan bahwa bangsa Indonesia harus mampu memanfaatkan peluang ini melalui dua strategi utama. Pertama, mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia agar siap memasuki pasar tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi. Kedua, meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan rakyat melalui eksploitasi sumber daya alam yang dimiliki. (Beritasatu.com, 28/10/2023).

Jika begini, tentu potensi generasi akan lumpuh dan pemikirannya akan tumpul. Sebab tidak ada inovasi dan kreasi yang bisa diciptakan. Hal ini tentu wajar terjadi, sebab kapitalisme menganggap bawah generasi muda hanya sebagai alat produksi untuk menghasilkan produk. 

Bahkan peran pemuda saat ini banyak dibajak melalui program pemerintah dalam berbagai bidang. Pembajakan potensi ini melalui sistem kapitalisme-sekularisme menjadikan generasi muda yang berpikir pragmatis dan individualisme. Maka pantas, tolak ukur kesuksesan pemuda saat ini hanya pada materi semata namun tidak berakhlak, egosentris, dan bersumbu pendek. Ketika ada para pemuda yang kritis, negara seolah tutup telinga dan menjadi anti kritik. Ketika ada anak bangsa memiliki potensi dalam sains dan teknologi negara tutup mata berupaya untuk tidak mengakui. Rasanya pesimis berharap dalam sistem kapitalisme ini bisa melahirkan pemuda agen perubahan. 

Melihat rusaknya moral pemuda saat ini dan mandul dari inovasi dan kreativitas merupakan pertanda bahwa kapitalisme-sekularisme berhasil merusak generasi muda dan menjauhkan dari cita-cita perubahan hakiki. Semakin lama sistem sekuler -kapitalis ini berkuasa maka semakin rusaklah generasi pada masa depan nanti.

Jauh dari masa ini, Islam telah mencontohkan bagaimana keberhasilan sistem Islam melahirkan generasi yang tangguh dan bertakwa. Lihat saja dari  sejarah yang mencatat ilmuwan-ilmuwan Islam, kesatria-kesatria Islam, ulama-ulama Islam yang penemuannya, pengorbanannya, dan ilmunya masih dikenang dan dipakai sampai saat ini. 

Ada Ibnu Sina ilmuwan muslim sebagai bapak kedokteran, Al Khuwarijmi sebagai penemu Al Jabar dan angka 0 yang penemuannya untuk perkembangan teknologi saat ini, ada Maryam Asturlabi sebagai penemu kompas yang saat ini dikembang sebagai GPS penunjuk arah. Ada Abbas Ibnu Firnas sebagai penemu kerangka pesawat terbang pertama kali. Mereka sebagai ilmuwan tetapi mereka juga faqih dalam agama.

Ada Muhammad Al Fatih dalam penaklukan Konstantinopel, ada Salahuddin Al Ayyubi dalam pembebasan Al Maqdis, ada Mus'ab bin Umair dalam dakwah pertama kali di Madinah, inilah pemuda berjiwa pemimpin sebagai kesatria Islam.

Bahkan ulama-ulama besar yang keilmuannya masih Masyur sampai saat ini yang dipakai di seluruh belahan dunia yaitu imam Syafi'i, imam Hambali, imam Hanafi, imam Maliki,  dan lain sebagainya. Yang artinya Islam mampu menjadikan kepribadian pemuda dan generasi selanjutnya sebagai agen-agen perubahan hakiki, yang mereka lakukan tiada lain untuk mengharap ridho Allah SWT.

Inilah yang dikatakan pemuda membawa perubahan hakiki yaitu cita-citanya tidak hanya untuk duniawi tetapi sampai ke negeri akhirat nanti. Artinya kontribusi yang diberikan hanya untuk kebaikan umat, tidak hanya memikirkan diri sendiri, mampu kritis untuk menghancurkan kezaliman dan kerusakan.

PR untuk generasi saat ini adalah harus mengembalikan kehidupan Islam dalam institusi negara dengan cara mengkaji Islam ideologis dan mendakwahkannya ke seluruh dunia agar umat sadar bahwa adanya negara Islam yang menerapkan syariah secara kaffah akan mengubah wajah dunia menjadi lebih damai dan sejahtera.

Oleh : Lestia Ningsih S.Pd.
Sahabat Tinta Media 

Sabtu, 11 November 2023

DALAM SISTEM YANG SALAH, PEMUDA BISA APA?



Tinta Media - “Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Kutipan singkat pidato Bung Karno yang hingga kini masih aksis di telinga masyarakat. Dari kutipan tersebut terselip arti mendalam tentang peran pemuda dalam kemajuan dunia. 

Dalam peringatan hari Sumpah Pemuda tahun ini, Presiden RI, Joko Widodo memaparkan mengenai peluang besar dalam upaya mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Beliau juga mengajak masyarakat bersama memajukan Indonesia. Demi mewujudkan kemajuan tersebut Joko Widodo menekankan bahwa bangsa harus mampu memanfaatkan peluang besar berupa demografi yang memuncak saat penduduk usia produktif meningkat melaui dua strategi utama, yaitu mempersiapkan sumber daya manusia untuk memasuki pasar tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi serta meningkatkan  nilai tambah dan kesejahteraan rakyat melalui eksploitasi sumber daya alam yang dimilliki. (beritasatu.com)

Sumpah pemuda adalah suatu hal sakral, namun sayang saat ini hal tersebut hanya bak sampah yang dibuang dan dilupakan. Pasalnya, dari tahun ke tahun peringatan Hari Sumpah Pemuda ini hanya dijadikan ajang saremonial semata yang digunakan untuk menggerus potensi besar pemuda sebenarnya. Melihat respon dari peluang besar perkembangan penduduk, strategi yang disuguhkan terkesan hanya berpihak pada kepentingan sebagian golongan saja. 

Dari strategi yang disuguhkan itu, tampak jelas bahwa generasi sengaja diarahkan dan dijadikan sebagai roda penggerak perekonomian negara. Hal ini sama saja dengan proses pembajakan potensi pemuda, seharusnya pemuda itu dibentuk menjadi generasi penerus estafet kepemimpnan dengan ide-ide cemerlang mereka, malah dijadikan sebagai program pemberdayaan ekonomi. Pemuda sengaja dieksploitasi demi kepentingan para pemilik modal, dengan iming-iming yang besar.

Di samping itu, sistem pendidikan model kapitalis sekuler, menghasilkan generasi yang krisis dalam berpikir, individualis dan buta dengan keadaan sekitar. Memfokuskan hidup hanya untuk mengejar kehidupan dunia. Standar kebahagiaan semu menghasilkan jiwa pemuda bermental lemah. Diakibatkan sifat berpikir yang pragmatis menjadikan pemuda dengan mudahnya mengadopsi ide-ide barat yang menyesatkan pemikiran dan jauh dari ajaran agama. Gambaran pemuda dengan intelektualitas hanya sekedar ilusi di tengah sistem saat ini. 

Peran pemuda sebagai pembangun peradaban tidak akan terealisasikan jika terus bertumpu di atas sistem yang salah. Potensi luar biasa yang dimiliki pemuda hanya akan terus tergerus dan sengaja di gerus demi melangsungkan keuntungan para oligarki. Kehilangan jati diri akibat standar kebahagiaan bertumpu pada kesenangan duniawi. 

Pemuda butuh sistem yang mampu mengayomi, serta memperhatikan peran terbaiknya bagi peradaban. Mengarahkan potensi yang dimiliki untuk membangun peradaban mulia dan melindungi ummat. Memiliki syakhsyiah islamiyah yang mampu menyelesaikan berbagai problematika hidup sesuai dengan aturan Islam serta mampu memanfaatkan intelektualitas yang dimiliki untuk memberkan solusi pada dunia. Sebuah perubahan yang besar, membutuhkan kekuatan yang besar pula.

Permasalahan yang dihadapi oleh generasi saat ini adalah permasalahan yang sistemik. Tidak dapat diselesaikan hanya melalui individu-individunya saja, pemuda harus sadar akan potensi besar yang mereka miliki.  Membangun pemuda menjadi pencetak sekaligus pemimpin peradaban mulia, murni tugas negara. Negara harus menjamin mulai dari pendidikan yang berlandaskan akidah Islam, lingkungan terbaik untuk membentuk kepribadian, tsaqofah-tsaqofah islam, hingga jaminan hidup finansial, seluruhnya difasilitasi oleh negara. Gambaran seluruh kemudahan tersebut hanya ada pada negara yang menerapkan sistem Islam secara sempurna. Sistem yang telah berhasil mencetak ribuan pemuda berkeprbadian serta berpemikiran Islam.

Oleh : Olga Febrina
Mahasiswi, Pegiat Literasi & Aktivis Dakwah

Selasa, 07 November 2023

Islam Kaffah Solusi untuk Pemuda Rapuh



Tinta Media - Pemuda adalah harapan bangsa. Sayangnya, kondisi para pemuda Indonesia saat ini sangat rapuh seperti buah strawberry, cantik luarnya, tapi lembek mentalnya. Mereka mudah patah dan putus asa. Hal ini dibuktikan dengan adanya 971 kasus bunuh diri sejak awal tahun 2023 sampai akhir Oktober ini, naik dari 900 kasus pada tahun 2022. Padahal para pelaku bunuh diri ini ternyata banyak yang kuliah di universitas terbaik. Mereka pun berprestasi dan berasal dari keluarga yang baik- baik saja. Tentu ini menimbulkan pertanyaan, kenapa terjadi seperti itu?  Kenapa mental pemuda rapuh?

Aska Fadia, seorang aktivis pers kampus berpendapat bahwa rapuhnya mental para pemuda, khususnya mahasiswi, dikarenakan sistem kapitalisme yang dianut di negeri ini.  Sistem kapitalisme menetapkan standar kebahagiaan pada materi.  Tujuan hidupnya adalah mendapatkan materi (uang) sebanyak-banyaknya. Segala sesuatu harus didapatkan dengan uang.  

Seorang mahasiswa begitu masuk kampus dihadapkan dengan biaya UKT yang mahal, lalu biaya hidup bila harus nge- kost, kemudian  kurikulum merdeka yang membuatnya sibuk dengan tugas tertulis dan praktik yang juga perlu biaya, muatan kuliah yang banyak. Belum lagi tuntutan dari orang tua agar berhasil dengan nilai tinggi, lulus tepat waktu kemudian mendapat pekerjaan dengan gaji besar. Semua itu  menjadi beban berat bagi mahasiswa, lahir dan bathin. 

Akidah sekularisme memperparah beban pemuda karena jauhnya agama dari kehidupan membuat mereka mudah kehilangan pegangan saat mendapat masalah. Mereka hanya disarankan untuk _self healing_ dengan hiburan,  liburan atau konsultasi kepada psikolog. Ini aday solusi yang tidak menuntaskan masalah karena sifatnya hanya sementara.

Sungguh berbeda dengan sistem Islam yang dapat mencetak pemuda-pemuda berprestasi tingkat dunia. Hasil karya para pemuda di masa kejayaan Islam masih relevan sampai sekarang.  

Sejarah membuktikan bahwa sejak masa Daulah Islam di bawah kepemimpinan Rasulullah saw. sampai Kekhalifahan Usmaniyah, syariat Islam diterapkan secara kaffah sehingga para pemuda penuh semangat menuntut ilmu. Mereka berlomba memberikan yang terbaik untuk masyarakat.  

Tertulis dalam sejarah, tokoh-tokoh muslim berprestasi seperti Ibnu Sina (ahli kedokteran dan filsafat), Al Khawarizmi (ahli matematika dan astronomi), Jabir ibn Hayyan mendapat julukan sebagai Bapak Kimia modern, dan lain-lain.  Kumpulan karya mereka menjadi landasan ilmu sains modern saat ini.  

Hal ini terjadi karena negara dengan sistem Islam kaffah (khilafah) sangat mendukung para pemuda dalam menuntut ilmu. Negara Khilafah menyediakan fasilitas pendidikan terbaik, berupa sekolah, asrama, uang saku, perpustakaan, dan guru-guru yang ahli di bidangnya secara gratis. Semua dibiayai oleh Khilafah sehingga para siswa hanya fokus menuntut ilmu. Para guru pun mendapat imbalan yang tinggi dalam mengajar.  

Hal pertama yang dipelajari adalah akidah dan adab penuntut ilmu sehingga iman menjadi landasan berpikir dan bertindak, baru kemudian ilmu terapan yang berguna untuk seluruh aspek kehidupan.  Mental siswa sudah dibentuk kuat terhadap ujian dari sekolah maupun dari lingkungan. Mereka mengetahui cara menyelesaikan masalah dengan benar. Standar kebahagiaan mereka bukan pada materi, tetapi pada Rida Allah Swt.

Maka, sudah saatnya pemuda Indonesia mempelajari dan menerapkan Islam secara kaffah seperti pemuda muslim dahulu, yang kuat mentalnya dan tinggi ilmunya agar menjadi agen perubahan yang sesungguhnya, yaitu menjadi pemuda harapan umat. Wallahu a'lam bish shawwab.

Oleh: Wiwin
Sahabat Tinta Media

Rabu, 13 September 2023

Pemuda adalah Agen Perubahan, Bukan Budak Kapitalisme



Tinta Media - Untuk meningkatkan peran pemuda dalam pembangunan, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bandung berkolaborasi dengan  Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) menggelar acara bersama dunia usaha. Kepala Dispora Kabupaten Bandung Ir. Kawaludin berharap, dengan adanya kegiatan ini, banyak wirausahawan muda yang berkiprah dalam dunia usaha di Kabupaten Bandung. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Hotel Grand Sunshine, Soreang, Kabupaten Bandung. (VISI.NEWS, Kamis, 31/8/2023) 

Kolaborasi antara dunia usaha dan pemuda dirasa sangat penting dan harus digarisbawahi karena peran aktif pemuda sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah dalam menghadapi tantangan global.

Ditekankan pula bahwa dengan pemikiran positif dan kreatif serta semangat berwirausaha, akan tercapai target Indonesia emas tahun 2045.

Pemuda adalah generasi yang akan membentuk Bangsa Indonesia. Pemuda juga dapat menjadi benteng untuk melawan pengaruh negatif dari pergaulan bebas, narkoba, dan pelopor dalam bisnis dan perkembangan sosial. 

Adapun yang menghadiri acara adalah Ketua PHNI yang diwakili oleh Sekretaris, serta Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Kabupaten Bandung, Forum Kewirausahaan Pemuda (FKP), dan juga berbagai pihak, termasuk Pengurus DPD KNPI Kabupaten Bandung,

Kita  paham bahwa pemuda adalah agen perubahan bagi bangsa dan negara. 

Bung Karno berkata, "Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia " 

Itulah perkataan Bung Karno sebagai gambaran mengenai pemuda sebagai agen perubahan. Tentunya pemuda yang tangguh dan berkualitas adalah jenjang yang paling bagus dan optimal karena kematangan akal dan jasmaninya. Generasi muda yang kritis sangat dibutuhkan untuk melakukan perubahan ketika masyarakat berada dalam kungkungan tirani kezaliman.  

Pemuda yang bertanggung jawab dan beriman bisa menjadi teladan yang baik bagi umat, karena karena baik buruknya umat kelak sangat bergantung pada kondisi pemuda saat ini. 

Namun sayang, peran pemuda telah dibajak oleh sistem kapitalisme sekuler. Pemuda yang memang sudah rapuh sangat mudah terseret arus liberal. Di sinilah  peran pemuda  mudah diarahkan. Dalam kapitalisme, peran pemuda diberdayakan dan difokuskan pada sektor teknologi dan wirausaha yang justru memandulkan peran pemuda yang sesungguhnya. Dengan dalih untuk memulihkan kondisi keterpurukan ekonomi, sosial, dan penganggaran yang merupakan dampak dari pandemi Covid-19, para pemuda dituntut untuk ikut berperan aktif dalam bidang kewirausahaan. 

Jika ditelaah, akan jelas terlihat bahwa pemerintah/ negara tidak paham akar permasalahan yang dihadapi negara ini. Negara sibuk membuat agenda dan kegiatan agar pemuda bergerak dan berkontribusi untuk melakukan perubahan-perubahan yang difokuskan pada pencapaian materi yang bersifat pragmatis. 

Sungguh sangat disayangi jika peran pemuda yang seharusnya kritis dan fokus terhadap masalah umat terkebiri dan dibelokkan arah sesuai dengan kepentingan kapitalis. Di sisi lain, sistem ekonomi kapitalis yang masih mencengkeram, mustahil berhasil menyelesaikan permasalahan yang ada.

Hal penting yang harus dimiliki oleh pemuda untuk bisa menjadi agen perubahan adalah menjadikan Islam sebagai satu-satunya solusi. Dari segi pendidikan Islam yang berlandaskan akidah Islam akan membentuk generasi muda yang beriman dan bertakwa. 

Ketika keimanannya kuat, maka para pemuda tidak mudah terseret arus peradaban kapitalisme. Mereka akan merealisasikan keimanan secara kaffah dan tidak dipilih-pilih. 

Para pemuda akan terus mengkaji Islam secara kaffah, mau terikat dengan hukum syariat sebagai bentuk konsekuensi keimanan. Dengan demikian, segala perbuatan baik dan buruk, halal haramnya sesuai  dengan hukum syariat.

Ditunjang dengan sistem ekonomi Islam yang diterapkan , pasti menyejahterakan seluruh rakyat, baik muslim ataupun non muslim, tidak berlandaskan keuntungan seperti halnya sistem kapitalisme. 

Karena itu, jadikan perjuangan Rasulullah saw. sebagai teladan perjuangan para pemuda. Jadi tidak ada jalan lain selain hanya dengan penerapan Islam secara kaffah. Dengan begitu, maka terbentuklah sosok pemuda yang tangguh sebagai tonggak perubahan, bukan sebagai budak kapitalisme. Wallahu a'lam bishawab.

Oleh: Dartem, 
Sahabat Tinta Media

Jumat, 07 Juli 2023

Peran Pemuda dalam Menjaga Suara Rakyat; Demokrasi Menjadi Solusi?

Tinta Media - Momentum Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang akan dlaksanakan pada tanggal 14 Februari mendatang akan memeriahkan negeri ini. Penyelenggaraan Pemilu yang transparan, jujur, dan adil pastinya menjadi harapan bagi seluruh rakyat.

Pemuda sebagai agen perubahan, memiliki tanggung jawab besar untuk mengawal proses penyelenggaraan pesta demokrasi di Indonesia. Didukung para pengusung demokrasi, pemuda didorong untuk berpartisipasi menyukseskan pemilu, dengan argumen sebagai peran politik pemuda.

Namun, sejatinya dalam sistem demokrasi sekuler pemuda sekadar menjadi sasaran untuk menjaring suara pemilik kekuasaan. Ingin hati menyuarakan suara rakyat, saran dan kritik kepada penguasa dibalas dengan tindakan represif dari aparat.

Pergerakan pemuda masih gagal paham tentang solusi menyuarakan perubahan. Ini karena pemuda masih berharap pada sistem demokrasi yang hanya ilusi. Sesungguhnya dengan mengusung demokrasi, pemuda hanya akan melanggengkan kekuasaan para oligarki kapitalis dan rezim yang berkuasa. 

Wajah demokrasi yang mempunyai motto jujur, adil, terbuka, dan memberi ruang kritik terhadap penguasa pun cuma sebatas teori tanpa fakta.

Dalam pandagan Islam, politik negara adalah aktivitas mengatur urusan umat berdasarkan syariat Allah ta'ala. Kekuasaan merupakan jalan menerapkan syariat Islam kaffah demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat. 

Nabi saw. bersabda, dalam  hadisnya:

"Dahulu bani Israil telah diutus oleh para nabi, ketika nabi telah wafat, ia digantikan oleh nabi yang lain. Sungguh tidak ada lagi nabi setelahku, yang akan ada adalah para khalifah (pengganti Nabi saw.) dan jumlahnya banyak." (HR. Muslim). 

Al-Qur'an dan sunah Nabi saw. berisi tentang akidah dan syariat. Syariat-Nya yang mengatur  hubungan manusia dengan Khalik (habluminnallah), seperti  salat, puasa, zakat, haji, dan jihad. Yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (habluminannas), seperti  masalah ekonomi, sosial , budaya, pendidikan, politik dalam dan luar negeri. Lalu Islam juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya, seperti dalam berpakaian, makan, minum, dan ahlak. Semua aturan tersebut harus kita laksanakan tanpa tapi tanpa nanti, sebagai konsekuensi kita sebagai muslim.

Dalam Islam, seorang pemimpin (khalifah) menerima kritik sebagai amar ma'ruf nahi mungkar. Hanya sisitem politik Islam (khilafah) yang mampu menunjukan peran hakiki pemuda. 

Sistem pendidikan Islam kaffah merupakan pedoman dalam hidup. Islam yang diterapkan secara kaffah mampu mengubah keterbelakangan dan menjadi bangsa besar yang maju peradabannya dan menoreh sejarah. 

Telah terbukti dalam sejarah, selama  14 abad, Islam memerintah 2/3 belahan dunia dan tiga benua, bangkit menjadi bangsa yang maju dengan peradaban emasnya. Tugas kita sebagai kaum muslimin, khususnya para pemuda penerus perjuangan Islam, mewujudkan kembali Islam sebagai sebuah ideologi. Semua tunduk di bawah kekuasaan Islam dehingga menjadi rahmatan lil'alamin akan terwujud.
Wallahu'alam bishawab.

Oleh: Iin Haprianti
Sahabat Tinta Media

Senin, 19 Juni 2023

Islam Membentuk Pemuda Berkarakter Mulia

Tinta Media - Bupati Bandung Dadang Supriatna merencanakan untuk membuat program "Pemuda berkarakter P5 dan berakhlak mulia". Rencana itu disampaikan pada peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 2023 lalu. Di antara tujuan dibuatnya program tersebut adalah untuk mewujudkan pribadi generasi yang memiliki karakter teladan serta akhlak yang mulia. 

Jika ditelisik, program seperti ini bukanlah hal baru dan sudah sering dicanangkan dan dibuat oleh pemerintah, termasuk dalam kurikulum pendidikan sekolah. Namun, sampai saat ini belum ada satu pun program yang terealisasikan dengan baik, hingga mewujudkan hasil yang ditargetkan. Bahkan, realitas yang ada manunjukkan bahwa hal tersebut tidak menimbulkan efek sama sekali bagi generasi. 

Buktinya, sekarang ini kita menemukan kacaunya moral anak bangsa, termasuk pemuda. Tindakan mereka tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial di masyarakat, bahkan bertentangan dengan nilai-nilai agama, mulai dari dekadensi moral berupa kenakalan remaja, semisal maraknya pergaulan dan seks bebas, tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkoba dan konsumsi miras, serta masih banyak lagi. Hal-hal tersebut terus terjadi hingga tak jarang masuk dalam tindak kejahatan, semisal aborsi akibat hamil di luar nikah, prostitusi, hingga pembunuhan.

Mengapa hal tersebut terjadi pada kaum muda di negeri ini?
Mereka bersikap bebas tanpa arah, melabrak semua nilai-nilai yang ada, tanpa merasa malu atau takut akan dosa. Ini menunjukkan bahwa permasalahan kaum muda di negeri ini sudah sangat parah.

Sejatinya karakter manusia akan dibentuk oleh sistem hidup yang melingkupinya. Sudah sejak lama negeri ini diatur oleh sistem yang membentuk karakter manusianya menjadi manusia yang berperilaku bebas dan serba boleh. Itulah sistem kapitalisme-sekularisme. 

Sistem ini berasaskan manfaat, dengan orientasi hidup semata untuk mencari kebahagian materi dan jasadiyah, termasuk dalam orientasi pendidikannya.  Pelajar diarahkan agar menjadi pribadi yang materialistik. Tolak ukur kesuksesan mereka adalah pencapaian materi yang mereka miliki. Perbuatan mereka pun tertuju pada hal-hal yang bersifat materi duniawi. 

Dengan mengikuti arus zaman yang begitu keras, menjadikan budaya Barat sebagai kiblat perbuatan mereka dan meninggalkan nilai-nilai agama. Standar perbuatan tidak lagi dilandaskan kepada halal-haram, tetapi kepada hawa nafsu manusia. Ditambah lagi, generasi saat ini telah teracuni dengan budaya-budaya asing, semakin memperburuk karakter mereka, baik secara mental maupun pemikiran.

Adapun dilihat dari aspek sanksi, hukuman yang mereka dapatkan ketika melakukan tindak kriminalitas, tidak memberi efek jera. Bahkan, mereka bisa bebas dari hukum jika masih terkategori anak, yaitu di bawah usia 18 tahun. Inilah mengapa semakin banyak pelaku kejahatan, termasuk kaum muda, yang masih dengan leluasa melakukan tindakannya. 

Tidak adanya benteng dalam diri kaum muda, menyebabkan mereka saat ini begitu rapuh hingga disebut dengan "generasi strawberry". Oleh karena itu,  pada diri pemuda dibutuhkan suatu perlindungan yang kuat untuk menjaga moral mereka dan meningkatkan kualitas diri mereka, yang berasas pada sesuatu yang kokoh dan menancap kuat dalam diri mereka.

Asas tersebut adalah akidah (keimanan) terhadap Islam, yang menjadi pondasi bagi seorang muslim untuk berpikir dan bertingkah laku, sehingga tampak dalam dirinya kepribadian Islam yang agung. Melalui persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, yang berarti tiada satu pun yang layak disembah kecuali Allah. Seorang muslim menjadikan hidupnya semata untuk menaati hukum-hukum Allah dalam segala hal. Standar halal-haram menjadi tolak ukur perbuatannya dan keridaan Allah Swt. menjadi tujuan tertinggi dalam kehidupannya.

Maka, dengan penerapan aturan Islam di semua aspek kehidupan, terbukti kaum muslimin mampu memecahkan segala permasalahan. Dari sini, terwujudnya pribadi-pribadi Islam di tengah masyarakat akan menjadi keniscayaan dalam bingkai sebuah institusi negara Islam yang disebut dengan khilafah.

Sejak awal penerapan syariat Islam di Madinah oleh Rasulullah saw. hingga lebih 13 abad setelahnya, masyarakat Islam telah melahirkan sosok-sosok berkarakter kuat yang memimpin sebuah peradaban Islam yang maju dan agung, dipelopori oleh Rasulullah saw., para Khulafaur Rasyidin, Umar bin Abdul 'Aziz, Harun al-Rasyid, Shalahuddin Al Ayyubi, Sulaiman Al Qonuni, hingga Sultan Muhammad Al-Fatih yang fenomenal, dan masih banyak lagi. 

Karakter mereka sebagai pemimpin Islam telah membentuk karakter umat Islam sebagai khairu ummah, yaitu melalui penerapan Islam kaffah di dalam negeri dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia. Allah Swt. berfirman:

"Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan dari manusia, yang menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar..." (TQS. Ali-Imran: 110)

Inilah karakter hakiki generasi muda Islam.

Wallahu'alam bish shawab

Oleh: Isnaeni Nur Azizah
Sahabat Tinta Media

Senin, 10 April 2023

Perilaku Agresif Semakin Sadis, Potret Bobroknya Pemuda Saat Ini

Tinta Media - Kasus kekerasan yang dilakukan oleh generasi muda, termasuk pelajar semakin hari semakin memperihatinkan. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya kasus kekerasan yang mereka lakukan. Salah satunya adalah yang terjadi di Jogjakarta, yaitu pembunuhan dengan cara memutilasi tubuh korban menjadi 65 bagian. Yang mengejutkan, usia pelaku masih sangat muda, yaitu 23 tahun. 

Di tempat lain, tepatnya di Sukabumi, siswa SMP dibacok oleh tiga remaja yang berusia 14 tahun  hingga tewas. Sadisnya lagi, pembacokan tersebut dilakukkan sembari live di media sosial. 

Selain itu, tawuran antarpelajar pun kerap kali terjadi, misalnya di Cibadak. Juga di daerah Porwerejo, Jawa Tengah pada dini hari menjelang waktu sahur. 

Dari beberapa contoh di atas, bisa dikatakan bahwa perilaku pemuda saat ini betul-betul membuat kita merasa miris. Mereka sangat dekat dengan tindakan kekerasan, pemerkosaan, kriminalitas, tawuran, dan pembunuhan. Seharusnya pemuda masih pada tahap keemasan dan kecemerlangannya. Namun, mereka malah terjerumus pada perbuatan yang sangat sadis hingga menjadi perilaku kejahatan.

Jika dianalisa, permasalahan pemuda saat ini bukanlah permasalahan kasuistik yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan cara pragmatis atau jangka pendek. Hal ini dikarenakan kasus kekerasan, pembacokan, dan kasus kriminalitas lainnya telah berulang kali terjadi. Kasus-kasus tersebut tidak bisa hanya diselesaikan dengan cara memberi hukuman penjara dan dibina. Setelah menjalani hukuman tersebut, merek pasti akan  melakukkan hal yang sama kembali.

Saat ini pemuda cenderung menjadi pelaku kekerasan karena dididik dan dibina oleh sistem yang jauh dari nilai-nilai agama. Agama hanya diletakkan pada tempat ibadah saja, tidak boleh mengatur kehidupan. Karena itu, pemuda tumbuh menjadi generasi yang lemah iman. Mereka tidak memilki pertahanan yang kuat untuk mencegah diri dari perbuatan maksiat. 

Generasi yang lemah iman akan sangat mudah terpengaruh dalam melakukkan kemaksiatan. Belum lagi saat ini di media yang ditonton oleh generasi muda  banyak konten yang bermuatan kemaksiatan.

Lemahnya iman juga mampu membuat para generasi muda dikontrol hawa nafsu tanpa batas. Mereka bukan lagi generasi yang hidupnya dituntun oleh iman. Ditambah dengan gaya hidup yang berkembang di masyarakat, yaitu gaya hidup hendonis, sekuler, dan kapitalis, semakin membawa pemuda ke arus kehidupan yang tidak jelas.  

Saat ini, banyak generasi muda terjebak di lingkaran hidup kapitalis. Mereka melakukan cara apa pun  untuk mencapai kepuasan materi. Meskipun harus membuat konten yang berbahaya, bahkan mengancam nyawa, mereka tidak peduli demi mendapat eksistensi dan uang. Ada pula yang terlibat kejahatan karena harus memenuhi tuntutan ekonomi yang kini semakin sulit. Tak jarang juga kita melihat generasi muda melakukkan kriminalitas demi memunuhi kebutuhan ekonomi.

Di sinilah sistem berperan penting dalam pembentukan perilaku dan karakter generasi muda. Saat ini, generasi muda diasuh oleh sistem sekuler dan kapitalisme yang telah terbukti gagal dalam mencetak generasi cemerlang dan berkualitas. Meskipun ada generasi yang cerdas pemikirannya, tetapi rapuh dan berantakan imannya. Lebih pariah lagi, sudahlah tidak cerdas, ditambah rapuh dan berantakan pula imannya. 

Maka dari itu, penting rasanya memilki generasi yang cemerlang pemikirannya dan mulia akhlakya, seperti waktu Islam memimpin dunia selama 13 abad. Saat itu, Islam mampu melahirkan generai-generasi yang cerdas seperti, Mariam Asturlabi, Khawarizmi, Ibnu Sina, dll. 

Namun sayang, mecetak generasi yang cerdas dan berakhlak mulia mustahil dilakukan di sistem saat ini. Maka dari itu, perlu adanya sistem yang sahih, yang berasal dari pencipta manusia untuk mengatur manusia, yaitu sistem Islam .

Islam memiliki tiga pilar dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, di antaranya: 

Pertama, ketakwaan individu yang terbentuk melalui pendidikan di ranah keluarga. Sekolah pertama bagi anak adalah pola didik dan asuh kedua orangtuanya. Karena itu, wajib bagi setiap keluarga muslim untuk menjadikan akidah Islam sebagai pondasi dalam mendidik anak. Pendidikan berbasis akidah Islam akan membentuk karakter iman dan ketaatan yang dapat mencegah seseorang berbuat maksiat. 

Kedua, adanya kontrol masyarakat melalui amar makkruf nahi mungkar (berdakwah). Budaya saling menasihati akan mencegah individu untuk berbuat kerusakan. Masyarakat yang terbiasa beramar makruf nahi mungkar tidak akan memberi kesempatan pada siapa pun untuk berbuat yang mungkar. Dengan begitu, fungsi masyarakat sebagai kontrol sosial dapat berjalan dengan baik. 

Ketiga, negara menerapkan sistem Islam secara total di segala asek kehidupan. Dengan begitu, segala aspek kehidupan akan terjaga. Negara akan menyelenggaraka sistem pendidikan berbasis akidah Islam untuk membentuk kepribadiaan Islam. 

Negara juga menjaga kaum muslimin dari segala hal yang mampu merusak keimanan dan ketaatan, seperti memblokir konten porno dan kekerasan, melarang produksi film atau tayangan yang memuat pornografi dan umbar-umbar aurat, serta konten negatif lainnya. Maka dari itu, kebijakana seperti itu tidak akan berlaku jika ketaatan hanya diemban oleh individu saja, tetapi harus diemban negara secara menyeluruh.

Oleh: Razzaqurnia Dewi
Sahabat Tinta Media

Minggu, 19 Maret 2023

Heboh! Konser Blackpink Menggiur Pemuda, Naas Hidup Hedonisme

Tinta Media - Konser “Blackpink World Tour” (Born Pink), yang dimulai di KSP Dome Olympic Park, Korea Selatan setahun silam kini berlanjut ke berbagai negara hingga ke Indonesia. Konser ini benar-benar menjadi atensi para pemuda Indonesia. Berbondong-bondong para pemujanya berhamburan membeli tiket dengan nilai rupiah yang tak sedikit. Berjuta budget hanya untuk sebuah hiburan saja. Inilah fenomena hiburan yang makin menggigit. Kapitalisasi hiburan pun tak bisa dibendung.

Menurut catatan Kompas.com lagu-lagu Blackpink telah didengar sebanyak 8,88 miliar per 3 Maret 2023. Angka itu mengalahkan rekor sebelumnya sebanyak 8,4 miliar kali yang dipegang girl group asal Inggris, Little Mix. 

Bertepatan meroketnya grup vocal Blackpink, konser tersebut digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan, Sabtu (11/3/2023) malam berhasil memukau para fansnya.

CNBC Indonesia pun tak ketinggalan mewartakan bahwa penelusuran Tim CNBC di akun Twitter @nctzenbase, beberapa netizen sempat bercerita tentang jumlah pengeluaran untuk menonton konser k-pop. Ada yang tembus Rp 4 juta, Rp 5 juta, hingga Rp 9 juta pun ada. Namun besarnya kocek yang harus dikeluarkan tidak menyurutkan niat mereka untuk menonton konser. Terbukti jumlah penonton dari 21 kota yang dikunjungi tersebut sekitar 1.085.024 orang. Bangkok, Thailand, menjadi tempat yang paling banyak penontonnya, yaitu 85.000 orang. Sedangkan, Indonesia berada di urutan kedua dengan jumlah penonton sekitar 70.000 orang.

Miris rasanya para penonton yang mayoritas pemuda ini  gencar untuk menonton konser dengan tiket puluhan juta demi pemenuhan kebahagiaan dan hiburan saja. Para idola yang mereka banggakan membuat ribuan generasi terhipnotis bahkan rela untuk mengeluarkan dana nonton konser tembus puluhan juta. Padahal dengan uang jutaan tersebut dapat digunakan untuk biaya kebutuhan yang lain. 

Konser Blackpink yang terfasilitasi oleh negara sungguh luar biasa. Tiket nonton konser meski tergolong mahal pun ludes terjual. Pengerahan keamanan dari Ditlantas dan dibantu dengan aparat TNI pun dikerahkan untuk mengamankan dan mengawal konser tersebut. Kepolisian Daerah Metro Jaya mengerahkan hingga 1.022 personel untuk mengamankan konser saja. Ribuan personel tersebut merupakan gabungan dari berbagai unsur yang terdri dari 932 personel Polda Metro Jaya dan Polres Metro Jakarta Pusat, 30 personel Tentara Nasional Indonesia (TNI), serta 60 personel dari pemerintahan daerah (pemda).(Kompas.com)

Di tengah persoalan bobroknya generasi, dalam segala aspeknya, negara justru memfasilitasi konser yang berpondasi dari budaya luar. Menambah potensi kerusakan generasi yang mengukur kebahagiaan dengan materi. Semisal membeli tiket konser yang sedang viral. Inilah fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Gaya hidup ini merupakan bagian dari hedonisme yang meracuni pemuda ditengah kemiskinan yang masih ada ditengah masyarakat. 

Sangat jauh sikap yang ditunjukkan negara terkait dengan  tontonan dari penampilan pemuda yang mengarah pada kebaikan seperti membaca Al-Qur’an di sepanjang Malioboro, mereka tidak diapresiasi bahkan aktivis rohis pun dicap teroris.
Sungguh tragis, bukan?

Terlihat nyata wajah negara tanpa tujuan yang jelas terhadap generasi, inilah dampak dari pemisahan agama (sekularisme) dan penekanan peran kapital dari modal kekayaan produksi barang yang digunakan (kapitalisme) di negara ini, berujung salah kaprah menempatkan prioritas dan menimbulkan budaya hedonisme. 
lantas, bagaimana menuntaskan persoalan pemuda yang kian hari kian terkikis jati dirinya? 

Umat Islam harus menyadari bahwa dunia hari ini, termasuk Indonesia berada dalam genggaman kapitalisme global. Hedonisme dan nilai-nilai liberal (kebebasan) merupakan proyek Barat untuk menjaga kepentingan mereka agar tetap menguasai dunia dengan Ideologi Kapitalisme seperti menyuguhkan konser, tontonan, hiburan, yang mengarah ke generasi saat ini.

Pihak yang berkuasa mengatakan bahwa peran pemuda adalah sebagai agen perubahan. Artinya pemuda menganalisis perubahan zaman sehingga mereka dapat memilih mana yang perlu untuk dipertahankan. Namun, berbanding terbalik dengan yang saat ini terjadi, konsekuensi logis dari penerapan sistem Kapitalisme berdampak pada krisis moral generasi, kebebasan serta sikap individualisme yang tinggi.

Kita patut prihatin atas kondisi generasi hari ini. Mereka antusias menghadiri konser dan rela berjuang demi sebuah idolanya. Bagaimana kita tidak peduli? pemuda butuh lingkungan yang mendukung, pembinaan yang terarah, dan pengawasan dari negara dan di antara mereka, banyak pemuda muslim yang menjadi korban. Bila yang berperan hanya segelintir saja, maka akar masalah ini tak bisa tuntas dengan sempurna, hanya beberapa saja yang terealisasikan, malah tidak ada kemungkinan untuk mengubah budaya yang digemari pemuda saat ini.

Maka solusi tuntasnya adalah dengan taat kepada Allah, Islam dengan aturan yang sempurna dan menyeluruh memiliki tujuan jelas terhadap generasi masa kini yakni mencetak generasi hebat berkepribadian Islam yang kelak akan  membangun peradaban yang mulia. Seperti yang terkandung dalam surah Al-Insan ayat 19, 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan mereka dikelilingi oleh para pemuda yang tetap muda. Apabila kamu melihatnya, akan kamu kira mereka, mutiara yang bertaburan”.

Islam menjadikan negara sebagai pihak yang akan mewujudkannya, mengintegrasikan misi mencetak generasi bersyakhshiyah Islam dalam aspek lini kehidupan. Sebagaimana kisah gambaran sosok pemuda yang memiliki jiwa kuat, tangguh, dan harta berlimpah diberikan untuk peradaban Islam yaitu Mush’ab bin Umair dan Sa’ad bin Muadz. Mereka contoh penyadaran bagi pemuda islam untuk dicontoh dan diaplikasikan dalam kehidupan. 

Untuk itu, butuh terobosan strategi yang handal untuk menghadapi racun pemikiran barat yang semakin mulus mengelabui hingga pemuda hari ini seolah tak sadarkan diri. Dengan upaya generasi yang memimpin kader dakwah Islam serta ikhlas dalam menapaki perjuangan untuk mengembalikan kejayaan dan kemuliaan Islam. InsyaAllah peradaban Islam dalam naungan Khilafah akan terwujud.

Oleh: Elisa Nurahma
Sahabat Tinta Media 

Jumat, 17 Maret 2023

Liberalisasi Pemuda di Bawah Naungan Kapitalisme

Tinta Media - Kawula muda masih menjadi perbincangan yang selalu menarik. Harapannya, pemuda menjadi generasi pelanjut untuk perubahan masa depan ke arah yang lebih baik. Mirisnya, makin banyak tindak kekerasan dan perbuatan negatif lain yang dilakukan oleh pemuda. Ini menggambarkan bahwasanya ada yang salah dalam sistem kehidupan saat ini, mulai dari gagalnya sistem pendidikan membentuk anak didik yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar  perilaku terpuji,  hingga rusaknya masyarakat.  

Contoh yang masih segar dalam ingatan adalah kasus penganiayaan oleh anak pejabat pajak Mario Dandy Satriyo, terhadap putra petinggi GP Ansor Jonathan Latumahina, David.

Ada juga kasus lima orang pemuda yang diketahui sebagai pelajar sekolah menengah yang diamankan Polres Purwakarta karena melakukan percobaan pencurian dengan kekerasan dan  penganiayaan. (jurnalpolri.com)

Ini baru sekelumit fakta persoalan yang terjadi pada pemuda. Seharusnya mereka menjadi agen pembaharu peradaban. Namun, pada faktanya mereka seakan tak bisa mengampu tugasnya sebagai pemuda. Mereka tidak ingin terbebani dengan harapan masa depan. 

Ini menunjukkan bahwa kondisi pemuda saat ini mengalami krisis kepribadian. Mereka hanya terpacu dengan tindakan liberal yang berlandaskan keinginan semata. Ditambah gaya hidup bebas dan keinginan untuk tidak terikat dengan aturan, menjadikan para pemuda jauh dari gambaran ideal sebagai generasi yang akan membawa kegemilangan.

Pendidikan, masyarakat, dan keluarga sebagai pilar pengokoh idealisme pemuda menjadi harapan terbesar dalam membentuk pola pikir dan pola sikap para. Namun, nyatanya pilar ini menjadi kamuflase kelancaran ideologi kapitalis sekuler yang merajalela dan menjangkiti pemikiran para pemuda sehingga menjadikan sekularisme sebagai asas kehidupan mereka yang notabenenya sebagai seorang muslim.

Tentu hal ini sangat bertentangan dengan idealisme Islam. Jelaslah ketika kedua ideologi yang sifatnya bertentangan tersebut disatukan, maka akan terjadi tolak-menolak atau saling tumpang tindih dan akan menghasilkan kegagalan. 

Idealnya, orang yang mengimani Islam harus mengambil pula ideologinya, sehingga tercipta sistem kehidupan yang mampu menenteramkan. Karena itu, pendidikan tidak hanya membutuhkan sistem pendidikan yang berorientasi pada materi dan hanya transfer ilmu. Namun, pendidikan harus dibarengi dengan pembinaan kepribadian Islam sehingga proses dalam pendidikan tidak hanya berporos pada transfer ilmu tanpa ada efek yang dihasilkan darinya. 

Karena itu pembinaan kepribadian juga harus selalu disandingkan dengan pendidikan agar tercipta generasi mulia. Tentu pendidikan dengan asas kapitalisme sekuler tak akan mampu melahirkan generasi yang taat kepada Allah. Satu-satunya pendidikan yang mampu membentuk kepribadian mulia hanyalah dari sisi Islam saja.

Selain dari sisi pendidikan, keluarga juga menjadi poin dari keberhasilan terciptanya generasi yang bertakwa dan berakhlak mulia. Dari keluargalah awal mula mereka tumbuh dan mendapatkan pendidikan sehingga keluarga juga harus memiliki dasar yang kokoh dalam mendidik generasi. Keluarga akan menjadi awal pembentuk pola pikir dan pola sikap yang akan dibawa ketika berinteraksi dengan sesamanya. Pondasi keimanan keluarga menjadi salah satu tolok ukur dalam pembentukannya untuk menciptakan generasi mulia yang diharapkan.

Setelah pendidikan dan keluarga terarah pada orientasi Islam, maka masyarakat juga menjadi penopang tumbuh kembang anak, mulai dari perbuatan dan pola pikirnya. Hal ini karena masyarakat merupakam tempat paling dominan yang akan dijumpai anak untuk berinteraksi. Sehingga, ketika masyarat juga tidak ditopang dengan asas Islam, maka hal ini akan menjadi penghambat jalan untuk menemukan jati diri pemuda dan kebangkitan mulia yang diinginkan. Oleh karena itu, harusnya masyarakat dibentuk atas asas Islam yang dikokohkan oleh negara agar kehidupan beradap yang diberkahi mampu terealisasikan.

Semua kegagalan itu adalah buah dari kehidupan yang berdasar sekulerisme, yang menjadikan akal manusia sebagai penentu segala sesuatu. 

Berbeda ketika kita mengembalikannya pada sisi Islam, yaitu dengan menjadikan akidah Islam sebagai asas seluruh aspek kehidupan, termasuk aspek pendidikan, keluarga, maupun masyarakat. Semuanya akan berorientasi pada akidah Islam sehingga akan membentuk kesadaran total. 

Masyarakat memahami bahwa dunia hanyalah tempat untuk menanam kebaikan, untuk dipanen di akhirat kelak. Hal ini akan menjaga setiap individu untuk berperilaku sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Islam juga mewajibkan masyarakat dan negara sebagai pilar yang menjaga umat agar selalu dalam kebaikan. Wallahua'lam bissawab.

Oleh: Erna Nuri Widiastuti S.Pd.
Aktivis

Sabtu, 04 Maret 2023

Kerusakan Pemuda Bukan Sekadar akibat Kegagalan Sistem Pendidikan

Tinta Media - Kerusakan pemuda saat ini benar-benar sudah berada pada titik yang sangat mengkhawatirkan, seakan sulit sekali menemukan sosok pemuda yang tangguh dan berkualitas di era digital ini. Para pemuda lebih cenderung melakukan perbuatan yang merugikan, bahkan membahayakan orang lain.

Seperti kasus kekerasan yang baru-baru ini sangat menyita perhatian publik dan viral di media sosial. Kekerasan tersebut dilakukan oleh pemuda bernama Mario Dandy (anak dari seorang pejabat Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan, Rafael Alun Trisambodo) hingga menyebabkan korban bernama David (anak dari pengurus GP Ansor) koma. (Tempo.co, 20/2/23)

Menjadi anak seorang pejabat pasti memberikan gambaran bahwa dia mendapatkan pendidikan yang layak. Sebab, seorang pejabat pasti menyekolahkan anaknya di sekolah yang mahal. Namun, faktanya pendidikan yang dianggap layak pun tak mampu mewujudkan pemuda yang berkarakter terpuji dan berkualitas. 

Aksi kekerasan ini menambah daftar panjang berbagai kekerasan yang dilakukan oleh para pemuda di negeri ini. Sebut saja tawuran, penganiayaan senior pada junior, penganiayaan demi mengambil harta korban, bahkan kekerasan yang berujung pada hilangnya nyawa korban atau pembunuhan, baik motif asmara maupun ekonomi. Semua itu banyak dilakukan oleh pemuda yang berusia produktif, bahkan tak jarang masih di bawah umur. Pelakunya pun banyak yang masih bersekolah ataupun kuliah. 

Hal di atas menunjukkan ada kesalahan pada sistem pendidikan di negeri ini. Tak heran, berbagai kebijakan seperti perbaikan kurikulum dan sebagainya diambil oleh menteri pendidikan demi memperoleh konsep pendidikan yang mumpuni. Harapannya, akan mampu mencetak generasi muda yang berkarakter dan berkualitas. Sayangnya, harapan tersebut masih jauh dari kenyataan. Hal ini lantaran sistem pendidikan tak bisa berdiri sendiri. Sistem pendidikan juga berkaitan dengan sistem lain, seperti ekonomi, hukum, informatika, dan pergaulan. Semua sistem tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Bagaimana sistem pendidikan mampu mencetak generasi berkualitas jika sistem informatika masih dilonggarkan dalam hal penayangan konten negatif di internet? Padahal, salah satu sumber perusak generasi adalah informasi dan tayangan negatif seperti konten porno dari internet. 

Selain itu, tak akan terwujud pemuda yang berkualitas jika sistem pergaulan saat ini masih mengadopsi budaya asing yang mendewakan kebebasan. Sementara, kebebasan yang diagung-agungkan tersebut telah menembus batas norma sosial dan agama hingga menyebabkan para pemuda kebablasan dan jatuh pada pergaulan bebas.

Ditambah lagi sistem ekonomi yang tidak mampu memberikan kesejahteraan masyarakat secara merata. Tak ayal, hal ini menyebabkan sebuah keluarga tak lagi mampu harmonis karena kedua orang tua sibuk bekerja. Akhirnya, mereka menyerahkan pendidikan anak pada sekolah dan lingkungan. Padahal, sejatinya pondasi penting dalam proses pendidikan anak berasal dari keluarga.

Belum lagi tatanan masyarakat yang menunjukkan gaya hidup hedonis dan materialistik. Semua menjadi faktor yang turut merusak pola didik pada anak sehingga terwujudnya pemuda yang berkualitas seakan menjadi sebuah ilusi belaka. Selain itu, sistem hukum masih memberikan batasan usia bagi pelaku kejahatan. Sehingga, pelaku yang masuk di bawah umur akan mendapatkan keringanan hukuman dari yang semestinya atau bahkan dikembalikan pada bimbingan keluarga. 

Semua ini membuktikan bahwa kerusakan pemuda tidak sekadar dari gagalnya sistem pendidikan saat ini yang lebih berorientasi pada keberhasilan materi. Namun lebih dari itu, kerusakan pemuda disebabkan oleh kegagalan seluruh sistem kehidupan yang diterapkan saat ini. Dasar kehidupan adalah memisahkan agama dari kehidupan dan bernegara (sekularisme), sehingga setiap melakukan perbuatan tak didasarkan pada aturan agama, apakah halal atau haram. 

Oleh karena itu, untuk mewujudkan pemuda yang kuat, berkarakter, dan berkualitas, kita harus memperbaiki semua sistem yang ada dengan mencampakkan asas sekuler tersebut. Perubahan tersebut harus berlandaskan pada akidah yang darinya terpancar seperangkat aturan kehidupan. Aturan tersebut haruslah aturan dari Allah Swt. sebagai Sang Pencipta dan Sang Pengatur yang Maha Mengetahui, yakni aturan Islam. 

Islam memiliki tiga pilar yang akan terwujud, yakni kuatnya keimanan individu, kuatnya kontrol masyarakat, dan optimalnya peran negara sebagai pengurus rakyat. 

Negara yang berlandaskan aturan Islam akan mengambil kebijakan atas dasar keimanan, bukan atas dasar keuntungan materi. Negara akan mempermudah pemenuhan kebutuhan rakyat. Negara akan menjaga akidah umat. Bahkan, negara tak akan sayang menutup akses internet jika diperlukan demi menjaga akidah anak bangsa. Negara juga akan memahamkan dan mendukung peran keluarga yang benar. Negara juga menerapkan hukum sesuai batas usia yang Allah tetapkan, yakni baligh sebagai batas anak sudah wajib menerima beban hukum, dsb. 

Begitulah, ketika aturan Allah diterapkan, pasti akan memberikan maslahat dan rahmat. Sebab, Allah Maha Mengetahui apa yang tepat bagi makhluk-Nya. Manusia hanya berkewajiban melaksanakan apa yang telah Allah tetapkan. 

Allah Swt. berfirman yang artinya: 

"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?" (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 50)

Wallahu a'lam!

Oleh: Wida Nusaibah 
Pemerhati Masalah Remaja

Kamis, 09 Februari 2023

POLAH PEMUDA TIDAK KARUAN APA SOLUSINYA?

Tinta Media - Kalau kita berbicara soal pemuda apa yang terbesit di pikiran kita? Pasti orang yang memiliki fisik yang kuat, mental yang tangguh dan pemikiran yang cemerlang. Selain itu pemuda identik dengan seseorang yang visioner dan idealis. Namun, Sekarang sangat amat berbeda, seolah hari ini potret pemuda amat sangat suram. Banyak permasalahan di luar sana yang melibatkan pemuda.

                        Seperti beberapa waktu lalu  masyarakat dihebohkan dengan tawuran  yang terjadi di Tangerang pada (15/1/2023) dari kejadian itu Polres Metro Jaya mengamankan 72 remaja yang melakukan tawuran. Tidak hanya berhenti sampai di situ saja fenomena di dunia remaja, terjadi juga soeorang remaja tewas tertabrak truk di exit tol hal itu dilakukkan semata hanya untuk membuat konten agar viral. Yang lebih parah lagi seorang remaja di Makasar tega membunuh anak 11 tahun karena tergiur situs jual beli organ yang menurutnya mampu mendapatkan uang banyak secara cepat.

                        Dari fenomena di atas, sangat membuat kita menggeleng-gelengkan kepala polah pemuda saat sini semakin tidak karuan. Demi eksistensi  diri dan pundi-pundi materi, pemuda rela melakukkan apa saja  bahkan sampai meregang nyawa. Semua ini menunjukkan bahwa saat ini pemuda itu kian patah arah bahkan tidak memiliki tujuan hidup. Pola pikir mereka pun semakin hari semakin dangkal, karena pemuda saat ini hanya sibuk memikirkan eksistensi dan pundi-pundi materi. Mereka pun hanya memikirkan tujuan hidup jangka pendek bukan memikirkan tujuan hidup  jangka panjang.

                        Hal itu terjadi karena saat ini di era kapitalisme pemuda dicekoki dengan pemikiraan kapitalis  yang dimana  tujuan hidup mereka itu adalah mencari pundi-pundi materi dan tolak ukur kebahagiaan atau kesuksesan  ketika mereka berhasil memilki kedudukan yang tinggi di tengah masyarakat  dan pundi-pundi materi yang banyak. Sehingga para pemuda saat ini lebih fokus dan memikirkan bagaimana cara mendapatkan materi  yang banyak daripada memikirkan kehidupan setelah hidup. Jadi tak heran jika pemuda saat ini rela mendapatkannya dengan menggunakan cara apapun bahkan cara yang di larang oleh Allah. Hal ini dikarenakan pemuda juga hidup di atmosfir sekulerisme dimana para pemuda dijauhkan dari Syariat islam .

                        Saat ini pemuda dijauhkan dari agamanya sendiri (islam) hal itu mengakibatkan terjadinya dekadensi moral ditengah-tengah pemuda yang semakin memperihatinkan. Hal ini lah Impact dari sistem pendidikan sekulerisme yang menjadi pondasi pendidikan saat ini,bahkan parahnya lagi sedikit demi sedikit pendidikan agama seolah di singkirkan. Padahal seharusnya di negeri yang mayoritas muslim harus menstadarkan pendidikan pada sistem islam. Pada sistem islam  yang menjadi landasan berfikir adalah aqidah islam. Pendidikan  dalam sistem islam tidak berorientasi pada berapa banyak lulusan yang terserap lapangan kerja tetapi dimaknai sebagai sebuah peroses manusia menuju kesempurnaan sebagai seorang hamba Allah. Dari sistem pendidikan islam mampu membangun generasi  yang berkepribadiaan islam, tidak hanya fasih dala Ilmu-ilmu kehidupan seperti, sains, matematika, teknologi tetapi juga mampu mencetak generasi pemuda yang kokoh keimanannya  dan mendalam pemikiran islamnya. Dampak dari sistem pendidikan Islam yang sedemikian rupa akan mencetak generasi pemuda yang bertakwa dan beberapa ilmuwan yang cerdas yang lahir dari sistem pendidikan Islam seperti Mariam Asturlabi, Ibnu Sina, Fatimah al-Fihri dan beberapa ilmuwan Islam lainnya yang merupakan seorang polymath.

                        Sistem pendidikan islam tidak bisa dilepaskan dari penerapan sistem pemerintahan  yang dilandasan dengan aqidah islam. Karena itu dalam islam penguasa harus bertanggung jawab penuh atas penyelenggaran pendidikan warganya. Sebabnya pendidikan  adalah salah satu diantara banyaknya perkara yang diurus oleh negara hal itu sesuai dengan sabdanya Rasulullah. “Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya atas urusan rakyatnnya (HR:Al-Bukhari dan Muslim). Maka dari itu perlu diterapkannya islam secara kaffah dalam skala negara .

Oleh: Razzaqurnia Dewi

Mahasiswa 

Rabu, 01 Februari 2023

Eksistensi Pemuda yang Salah Kaprah

Tinta Media - Seperti kata Bang H. Rhoma Irama, masa muda adalah masa yang berapi-api. Semakin bergejolak semangat, kadang mengarahkan mereka pada gelora yang sia-sia dan tak memiliki visi yang jelas. 

Maraknya tawuran yang senantiasa mewarnai perjalanan kedewasaan para pemuda, tak lepas dari pengaruh pemikiran yang diemban oleh mereka. Sebagaimana yang dikabarkan oleh kompas.com bahwa baru-baru ini polisi telah mengamankan 72 remaja, 61 ponsel, 29 unit motor dan sebotol minuman keras jenis anggur merah. Dari barang bukti yang disita tersebut, mereka dicurigai akan melakukan tawuran usai menenggak minuman keras (miras).

Detiksumut juga mengabarkan bahwa ada seorang remaja tertusuk panah di bagian dada kiri setelah ikut tawuran di Kecamatan Medan Belawan. Disampaikan bahwa remaja itu menjalani operasi bedah toraks di RSUP H Adam Malik.

Fakta tersebut hanya sekelumit contoh dari sekian banyak kasus kenakalan yang dilakukan oleh pemuda. Sungguh ironis. Gejolak mereka tak ditopang dengan akidah sehingga semangat yang mereka miliki seperti kembang api yang meledak ketika sumbunya habis terbakar, kemudian meredup setelah membakar seluruhnya.

Kondisi remaja saat ini hanya fokus mengejar eksistensi diri tanpa memiliki visi yang jelas. Mereka hanya mengikuti tren, mengharap pengakuan publik dan ketenaran belaka. Ini adalah cermin remaja yang salah kaprah dalam bertindak.

Padahal, pemuda memiliki potensi untuk melakukan perubahan besar di tengah masyarakat. Mereka adalah cikal bakal pemimpin masa depan yang akan mengendalikan roda kehidupan. 

Karena itu, penting untuk membekali para pemuda agar potensi besar yang mereka miliki lebih terarah sesuai dengan visi dan misi yang diamanatkan di pundak-pundak para pemuda sehingga mereka menjadi promotor perubahan tanpa adanya penjajahan secara fisik maupun pemikiran.

Selama ini, tindakan salah kaprah yang dilakukan oleh para pemuda dipengaruhi oleh cara pandang mereka yang cenderung sekuler. Mereka hanya mengaitkan agama di momen tertentu saja sehingga terbentuk suasana memisahkan agama dari kehidupan yang lain.
Padahal, sejatinya aturan agama tak boleh lepas dari genggaman, walaupun seujung kuku karena hal ini akan menimbulkan celah yang menjadikan permakluman ketika jauh dari agama sehingga menimbulkan problem baru dalam kehidupan.

Hal ini tentu tak lepas dari peran orang tua, masyarakat dan juga pemerintah dalam menciptakan generasi yang akan membawa perubahan. Karena itu, kerusakan yang digambarkan oleh pemuda pun tak lepas dari pengaruh ketiga elemen tadi. Maka, tak cukup bagi kita hanya berharap dari pendidikan formal saat ini. Ini karena pendidikan sekarang lebih fokus pada materi, bukan mengarah pada visi kehidupan yag sesuai dengan keinginan Al Khalik.

Ketika ranah yang ditekankan kepada para pemuda hanya mengejar harta, gaya hidup, tren, dan lain-lain yang sifatnya hanya mengejar pengakuan manusia, tentulah generasi yang terbentuk tidak akan lepas dari pemikiran kapitalis.

Inilah pentingnya ketiga elemen pengokoh, yakni orang tua, masyarakat dan negara. Semuanya harus bersinergi untuk menciptakan generasi yang akan mengemban visi mulia kehidupan. Mereka harus memiliki perasaan, pemikiran, dan peraturan yang sama untuk memantik semangat membentuk generasi mulia, sehingga tidak akan timbul perselisihan di antara mereka dalam menjalankan visi hidup, yaitu sebagai seorang manusia yang diciptakan oleh Khaliknya.

Islam amat memperhatikan pendidikan sehingga mampu menghasilkan output yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi mampu menjadi generasi pemimpin umat dengan visi dan misi yang juga mulia. Ini karena pendidikan di dalam Islam menekankan pembentukan kepribadian Islam, baik secara pemikiran maupun perbuatan. Dengan begitu, output yang terbentuk mengarah pada manusia yang bermanfaat bagi orang lain, tanpa memprioritaskan pamrih.

Islam akan menanamkan akidah yang kuat sejak dini sebagai pilar pengokoh untuk menghalau pemikiran-pemikiran yang keliru di lingkungannya. Selain itu, pendidikan dalam Islam akan menyeleksi secara ketat kurikulum yang akan digunakan, yaitu harus sejalan dengan visi kebangkitan Islam.

Upaya-upaya ini sangat diperhatikan agar tercipta generasi yang paham akan dirinya sebagai hamba Allah dan juga menyerahkan segala kemampuan yang mereka miliki semata-mata demi kemaslahatan umat. Maka, tidak akan kita dapati generasi yang hanya berfokus kepada materi, tren dan pengakuan yang tak jelas karena orientasi yang sengaja dibentuk oleh Islam adalah ibadah.
Wallahua'lam bissawab.

Oleh: Erna Nuri Widiastuti, S.Pd.
Aktivis

Eksistensi Pemuda yang Salah Kaprah

Tinta Media - Seperti kata Bang H. Rhoma Irama, masa muda adalah masa yang berapi-api. Semakin bergejolak semangat, kadang mengarahkan mereka pada gelora yang sia-sia dan tak memiliki visi yang jelas. 

Maraknya tawuran yang senantiasa mewarnai perjalanan kedewasaan para pemuda, tak lepas dari pengaruh pemikiran yang diemban oleh mereka. Sebagaimana yang dikabarkan oleh kompas.com bahwa baru-baru ini polisi telah mengamankan 72 remaja, 61 ponsel, 29 unit motor dan sebotol minuman keras jenis anggur merah. Dari barang bukti yang disita tersebut, mereka dicurigai akan melakukan tawuran usai menenggak minuman keras (miras).

Detiksumut juga mengabarkan bahwa ada seorang remaja tertusuk panah di bagian dada kiri setelah ikut tawuran di Kecamatan Medan Belawan. Disampaikan bahwa remaja itu menjalani operasi bedah toraks di RSUP H Adam Malik.

Fakta tersebut hanya sekelumit contoh dari sekian banyak kasus kenakalan yang dilakukan oleh pemuda. Sungguh ironis. Gejolak mereka tak ditopang dengan akidah sehingga semangat yang mereka miliki seperti kembang api yang meledak ketika sumbunya habis terbakar, kemudian meredup setelah membakar seluruhnya.

Kondisi remaja saat ini hanya fokus mengejar eksistensi diri tanpa memiliki visi yang jelas. Mereka hanya mengikuti tren, mengharap pengakuan publik dan ketenaran belaka. Ini adalah cermin remaja yang salah kaprah dalam bertindak.

Padahal, pemuda memiliki potensi untuk melakukan perubahan besar di tengah masyarakat. Mereka adalah cikal bakal pemimpin masa depan yang akan mengendalikan roda kehidupan. 

Karena itu, penting untuk membekali para pemuda agar potensi besar yang mereka miliki lebih terarah sesuai dengan visi dan misi yang diamanatkan di pundak-pundak para pemuda sehingga mereka menjadi promotor perubahan tanpa adanya penjajahan secara fisik maupun pemikiran.

Selama ini, tindakan salah kaprah yang dilakukan oleh para pemuda dipengaruhi oleh cara pandang mereka yang cenderung sekuler. Mereka hanya mengaitkan agama di momen tertentu saja sehingga terbentuk suasana memisahkan agama dari kehidupan yang lain.
Padahal, sejatinya aturan agama tak boleh lepas dari genggaman, walaupun seujung kuku karena hal ini akan menimbulkan celah yang menjadikan permakluman ketika jauh dari agama sehingga menimbulkan problem baru dalam kehidupan.

Hal ini tentu tak lepas dari peran orang tua, masyarakat dan juga pemerintah dalam menciptakan generasi yang akan membawa perubahan. Karena itu, kerusakan yang digambarkan oleh pemuda pun tak lepas dari pengaruh ketiga elemen tadi. Maka, tak cukup bagi kita hanya berharap dari pendidikan formal saat ini. Ini karena pendidikan sekarang lebih fokus pada materi, bukan mengarah pada visi kehidupan yag sesuai dengan keinginan Al Khalik.

Ketika ranah yang ditekankan kepada para pemuda hanya mengejar harta, gaya hidup, tren, dan lain-lain yang sifatnya hanya mengejar pengakuan manusia, tentulah generasi yang terbentuk tidak akan lepas dari pemikiran kapitalis.

Inilah pentingnya ketiga elemen pengokoh, yakni orang tua, masyarakat dan negara. Semuanya harus bersinergi untuk menciptakan generasi yang akan mengemban visi mulia kehidupan. Mereka harus memiliki perasaan, pemikiran, dan peraturan yang sama untuk memantik semangat membentuk generasi mulia, sehingga tidak akan timbul perselisihan di antara mereka dalam menjalankan visi hidup, yaitu sebagai seorang manusia yang diciptakan oleh Khaliknya.

Islam amat memperhatikan pendidikan sehingga mampu menghasilkan output yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi mampu menjadi generasi pemimpin umat dengan visi dan misi yang juga mulia. Ini karena pendidikan di dalam Islam menekankan pembentukan kepribadian Islam, baik secara pemikiran maupun perbuatan. Dengan begitu, output yang terbentuk mengarah pada manusia yang bermanfaat bagi orang lain, tanpa memprioritaskan pamrih.

Islam akan menanamkan akidah yang kuat sejak dini sebagai pilar pengokoh untuk menghalau pemikiran-pemikiran yang keliru di lingkungannya. Selain itu, pendidikan dalam Islam akan menyeleksi secara ketat kurikulum yang akan digunakan, yaitu harus sejalan dengan visi kebangkitan Islam.

Upaya-upaya ini sangat diperhatikan agar tercipta generasi yang paham akan dirinya sebagai hamba Allah dan juga menyerahkan segala kemampuan yang mereka miliki semata-mata demi kemaslahatan umat. Maka, tidak akan kita dapati generasi yang hanya berfokus kepada materi, tren dan pengakuan yang tak jelas karena orientasi yang sengaja dibentuk oleh Islam adalah ibadah.
Wallahua'lam bissawab.

Oleh: Erna Nuri Widiastuti, S.Pd.
Aktivis
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab