Tinta Media: Pemuda
Tampilkan postingan dengan label Pemuda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pemuda. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 04 Maret 2023

Kerusakan Pemuda Bukan Sekadar akibat Kegagalan Sistem Pendidikan

Tinta Media - Kerusakan pemuda saat ini benar-benar sudah berada pada titik yang sangat mengkhawatirkan, seakan sulit sekali menemukan sosok pemuda yang tangguh dan berkualitas di era digital ini. Para pemuda lebih cenderung melakukan perbuatan yang merugikan, bahkan membahayakan orang lain.

Seperti kasus kekerasan yang baru-baru ini sangat menyita perhatian publik dan viral di media sosial. Kekerasan tersebut dilakukan oleh pemuda bernama Mario Dandy (anak dari seorang pejabat Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan, Rafael Alun Trisambodo) hingga menyebabkan korban bernama David (anak dari pengurus GP Ansor) koma. (Tempo.co, 20/2/23)

Menjadi anak seorang pejabat pasti memberikan gambaran bahwa dia mendapatkan pendidikan yang layak. Sebab, seorang pejabat pasti menyekolahkan anaknya di sekolah yang mahal. Namun, faktanya pendidikan yang dianggap layak pun tak mampu mewujudkan pemuda yang berkarakter terpuji dan berkualitas. 

Aksi kekerasan ini menambah daftar panjang berbagai kekerasan yang dilakukan oleh para pemuda di negeri ini. Sebut saja tawuran, penganiayaan senior pada junior, penganiayaan demi mengambil harta korban, bahkan kekerasan yang berujung pada hilangnya nyawa korban atau pembunuhan, baik motif asmara maupun ekonomi. Semua itu banyak dilakukan oleh pemuda yang berusia produktif, bahkan tak jarang masih di bawah umur. Pelakunya pun banyak yang masih bersekolah ataupun kuliah. 

Hal di atas menunjukkan ada kesalahan pada sistem pendidikan di negeri ini. Tak heran, berbagai kebijakan seperti perbaikan kurikulum dan sebagainya diambil oleh menteri pendidikan demi memperoleh konsep pendidikan yang mumpuni. Harapannya, akan mampu mencetak generasi muda yang berkarakter dan berkualitas. Sayangnya, harapan tersebut masih jauh dari kenyataan. Hal ini lantaran sistem pendidikan tak bisa berdiri sendiri. Sistem pendidikan juga berkaitan dengan sistem lain, seperti ekonomi, hukum, informatika, dan pergaulan. Semua sistem tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Bagaimana sistem pendidikan mampu mencetak generasi berkualitas jika sistem informatika masih dilonggarkan dalam hal penayangan konten negatif di internet? Padahal, salah satu sumber perusak generasi adalah informasi dan tayangan negatif seperti konten porno dari internet. 

Selain itu, tak akan terwujud pemuda yang berkualitas jika sistem pergaulan saat ini masih mengadopsi budaya asing yang mendewakan kebebasan. Sementara, kebebasan yang diagung-agungkan tersebut telah menembus batas norma sosial dan agama hingga menyebabkan para pemuda kebablasan dan jatuh pada pergaulan bebas.

Ditambah lagi sistem ekonomi yang tidak mampu memberikan kesejahteraan masyarakat secara merata. Tak ayal, hal ini menyebabkan sebuah keluarga tak lagi mampu harmonis karena kedua orang tua sibuk bekerja. Akhirnya, mereka menyerahkan pendidikan anak pada sekolah dan lingkungan. Padahal, sejatinya pondasi penting dalam proses pendidikan anak berasal dari keluarga.

Belum lagi tatanan masyarakat yang menunjukkan gaya hidup hedonis dan materialistik. Semua menjadi faktor yang turut merusak pola didik pada anak sehingga terwujudnya pemuda yang berkualitas seakan menjadi sebuah ilusi belaka. Selain itu, sistem hukum masih memberikan batasan usia bagi pelaku kejahatan. Sehingga, pelaku yang masuk di bawah umur akan mendapatkan keringanan hukuman dari yang semestinya atau bahkan dikembalikan pada bimbingan keluarga. 

Semua ini membuktikan bahwa kerusakan pemuda tidak sekadar dari gagalnya sistem pendidikan saat ini yang lebih berorientasi pada keberhasilan materi. Namun lebih dari itu, kerusakan pemuda disebabkan oleh kegagalan seluruh sistem kehidupan yang diterapkan saat ini. Dasar kehidupan adalah memisahkan agama dari kehidupan dan bernegara (sekularisme), sehingga setiap melakukan perbuatan tak didasarkan pada aturan agama, apakah halal atau haram. 

Oleh karena itu, untuk mewujudkan pemuda yang kuat, berkarakter, dan berkualitas, kita harus memperbaiki semua sistem yang ada dengan mencampakkan asas sekuler tersebut. Perubahan tersebut harus berlandaskan pada akidah yang darinya terpancar seperangkat aturan kehidupan. Aturan tersebut haruslah aturan dari Allah Swt. sebagai Sang Pencipta dan Sang Pengatur yang Maha Mengetahui, yakni aturan Islam. 

Islam memiliki tiga pilar yang akan terwujud, yakni kuatnya keimanan individu, kuatnya kontrol masyarakat, dan optimalnya peran negara sebagai pengurus rakyat. 

Negara yang berlandaskan aturan Islam akan mengambil kebijakan atas dasar keimanan, bukan atas dasar keuntungan materi. Negara akan mempermudah pemenuhan kebutuhan rakyat. Negara akan menjaga akidah umat. Bahkan, negara tak akan sayang menutup akses internet jika diperlukan demi menjaga akidah anak bangsa. Negara juga akan memahamkan dan mendukung peran keluarga yang benar. Negara juga menerapkan hukum sesuai batas usia yang Allah tetapkan, yakni baligh sebagai batas anak sudah wajib menerima beban hukum, dsb. 

Begitulah, ketika aturan Allah diterapkan, pasti akan memberikan maslahat dan rahmat. Sebab, Allah Maha Mengetahui apa yang tepat bagi makhluk-Nya. Manusia hanya berkewajiban melaksanakan apa yang telah Allah tetapkan. 

Allah Swt. berfirman yang artinya: 

"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?" (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 50)

Wallahu a'lam!

Oleh: Wida Nusaibah 
Pemerhati Masalah Remaja

Kamis, 09 Februari 2023

POLAH PEMUDA TIDAK KARUAN APA SOLUSINYA?

Tinta Media - Kalau kita berbicara soal pemuda apa yang terbesit di pikiran kita? Pasti orang yang memiliki fisik yang kuat, mental yang tangguh dan pemikiran yang cemerlang. Selain itu pemuda identik dengan seseorang yang visioner dan idealis. Namun, Sekarang sangat amat berbeda, seolah hari ini potret pemuda amat sangat suram. Banyak permasalahan di luar sana yang melibatkan pemuda.

                        Seperti beberapa waktu lalu  masyarakat dihebohkan dengan tawuran  yang terjadi di Tangerang pada (15/1/2023) dari kejadian itu Polres Metro Jaya mengamankan 72 remaja yang melakukan tawuran. Tidak hanya berhenti sampai di situ saja fenomena di dunia remaja, terjadi juga soeorang remaja tewas tertabrak truk di exit tol hal itu dilakukkan semata hanya untuk membuat konten agar viral. Yang lebih parah lagi seorang remaja di Makasar tega membunuh anak 11 tahun karena tergiur situs jual beli organ yang menurutnya mampu mendapatkan uang banyak secara cepat.

                        Dari fenomena di atas, sangat membuat kita menggeleng-gelengkan kepala polah pemuda saat sini semakin tidak karuan. Demi eksistensi  diri dan pundi-pundi materi, pemuda rela melakukkan apa saja  bahkan sampai meregang nyawa. Semua ini menunjukkan bahwa saat ini pemuda itu kian patah arah bahkan tidak memiliki tujuan hidup. Pola pikir mereka pun semakin hari semakin dangkal, karena pemuda saat ini hanya sibuk memikirkan eksistensi dan pundi-pundi materi. Mereka pun hanya memikirkan tujuan hidup jangka pendek bukan memikirkan tujuan hidup  jangka panjang.

                        Hal itu terjadi karena saat ini di era kapitalisme pemuda dicekoki dengan pemikiraan kapitalis  yang dimana  tujuan hidup mereka itu adalah mencari pundi-pundi materi dan tolak ukur kebahagiaan atau kesuksesan  ketika mereka berhasil memilki kedudukan yang tinggi di tengah masyarakat  dan pundi-pundi materi yang banyak. Sehingga para pemuda saat ini lebih fokus dan memikirkan bagaimana cara mendapatkan materi  yang banyak daripada memikirkan kehidupan setelah hidup. Jadi tak heran jika pemuda saat ini rela mendapatkannya dengan menggunakan cara apapun bahkan cara yang di larang oleh Allah. Hal ini dikarenakan pemuda juga hidup di atmosfir sekulerisme dimana para pemuda dijauhkan dari Syariat islam .

                        Saat ini pemuda dijauhkan dari agamanya sendiri (islam) hal itu mengakibatkan terjadinya dekadensi moral ditengah-tengah pemuda yang semakin memperihatinkan. Hal ini lah Impact dari sistem pendidikan sekulerisme yang menjadi pondasi pendidikan saat ini,bahkan parahnya lagi sedikit demi sedikit pendidikan agama seolah di singkirkan. Padahal seharusnya di negeri yang mayoritas muslim harus menstadarkan pendidikan pada sistem islam. Pada sistem islam  yang menjadi landasan berfikir adalah aqidah islam. Pendidikan  dalam sistem islam tidak berorientasi pada berapa banyak lulusan yang terserap lapangan kerja tetapi dimaknai sebagai sebuah peroses manusia menuju kesempurnaan sebagai seorang hamba Allah. Dari sistem pendidikan islam mampu membangun generasi  yang berkepribadiaan islam, tidak hanya fasih dala Ilmu-ilmu kehidupan seperti, sains, matematika, teknologi tetapi juga mampu mencetak generasi pemuda yang kokoh keimanannya  dan mendalam pemikiran islamnya. Dampak dari sistem pendidikan Islam yang sedemikian rupa akan mencetak generasi pemuda yang bertakwa dan beberapa ilmuwan yang cerdas yang lahir dari sistem pendidikan Islam seperti Mariam Asturlabi, Ibnu Sina, Fatimah al-Fihri dan beberapa ilmuwan Islam lainnya yang merupakan seorang polymath.

                        Sistem pendidikan islam tidak bisa dilepaskan dari penerapan sistem pemerintahan  yang dilandasan dengan aqidah islam. Karena itu dalam islam penguasa harus bertanggung jawab penuh atas penyelenggaran pendidikan warganya. Sebabnya pendidikan  adalah salah satu diantara banyaknya perkara yang diurus oleh negara hal itu sesuai dengan sabdanya Rasulullah. “Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya atas urusan rakyatnnya (HR:Al-Bukhari dan Muslim). Maka dari itu perlu diterapkannya islam secara kaffah dalam skala negara .

Oleh: Razzaqurnia Dewi

Mahasiswa 

Rabu, 01 Februari 2023

Eksistensi Pemuda yang Salah Kaprah

Tinta Media - Seperti kata Bang H. Rhoma Irama, masa muda adalah masa yang berapi-api. Semakin bergejolak semangat, kadang mengarahkan mereka pada gelora yang sia-sia dan tak memiliki visi yang jelas. 

Maraknya tawuran yang senantiasa mewarnai perjalanan kedewasaan para pemuda, tak lepas dari pengaruh pemikiran yang diemban oleh mereka. Sebagaimana yang dikabarkan oleh kompas.com bahwa baru-baru ini polisi telah mengamankan 72 remaja, 61 ponsel, 29 unit motor dan sebotol minuman keras jenis anggur merah. Dari barang bukti yang disita tersebut, mereka dicurigai akan melakukan tawuran usai menenggak minuman keras (miras).

Detiksumut juga mengabarkan bahwa ada seorang remaja tertusuk panah di bagian dada kiri setelah ikut tawuran di Kecamatan Medan Belawan. Disampaikan bahwa remaja itu menjalani operasi bedah toraks di RSUP H Adam Malik.

Fakta tersebut hanya sekelumit contoh dari sekian banyak kasus kenakalan yang dilakukan oleh pemuda. Sungguh ironis. Gejolak mereka tak ditopang dengan akidah sehingga semangat yang mereka miliki seperti kembang api yang meledak ketika sumbunya habis terbakar, kemudian meredup setelah membakar seluruhnya.

Kondisi remaja saat ini hanya fokus mengejar eksistensi diri tanpa memiliki visi yang jelas. Mereka hanya mengikuti tren, mengharap pengakuan publik dan ketenaran belaka. Ini adalah cermin remaja yang salah kaprah dalam bertindak.

Padahal, pemuda memiliki potensi untuk melakukan perubahan besar di tengah masyarakat. Mereka adalah cikal bakal pemimpin masa depan yang akan mengendalikan roda kehidupan. 

Karena itu, penting untuk membekali para pemuda agar potensi besar yang mereka miliki lebih terarah sesuai dengan visi dan misi yang diamanatkan di pundak-pundak para pemuda sehingga mereka menjadi promotor perubahan tanpa adanya penjajahan secara fisik maupun pemikiran.

Selama ini, tindakan salah kaprah yang dilakukan oleh para pemuda dipengaruhi oleh cara pandang mereka yang cenderung sekuler. Mereka hanya mengaitkan agama di momen tertentu saja sehingga terbentuk suasana memisahkan agama dari kehidupan yang lain.
Padahal, sejatinya aturan agama tak boleh lepas dari genggaman, walaupun seujung kuku karena hal ini akan menimbulkan celah yang menjadikan permakluman ketika jauh dari agama sehingga menimbulkan problem baru dalam kehidupan.

Hal ini tentu tak lepas dari peran orang tua, masyarakat dan juga pemerintah dalam menciptakan generasi yang akan membawa perubahan. Karena itu, kerusakan yang digambarkan oleh pemuda pun tak lepas dari pengaruh ketiga elemen tadi. Maka, tak cukup bagi kita hanya berharap dari pendidikan formal saat ini. Ini karena pendidikan sekarang lebih fokus pada materi, bukan mengarah pada visi kehidupan yag sesuai dengan keinginan Al Khalik.

Ketika ranah yang ditekankan kepada para pemuda hanya mengejar harta, gaya hidup, tren, dan lain-lain yang sifatnya hanya mengejar pengakuan manusia, tentulah generasi yang terbentuk tidak akan lepas dari pemikiran kapitalis.

Inilah pentingnya ketiga elemen pengokoh, yakni orang tua, masyarakat dan negara. Semuanya harus bersinergi untuk menciptakan generasi yang akan mengemban visi mulia kehidupan. Mereka harus memiliki perasaan, pemikiran, dan peraturan yang sama untuk memantik semangat membentuk generasi mulia, sehingga tidak akan timbul perselisihan di antara mereka dalam menjalankan visi hidup, yaitu sebagai seorang manusia yang diciptakan oleh Khaliknya.

Islam amat memperhatikan pendidikan sehingga mampu menghasilkan output yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi mampu menjadi generasi pemimpin umat dengan visi dan misi yang juga mulia. Ini karena pendidikan di dalam Islam menekankan pembentukan kepribadian Islam, baik secara pemikiran maupun perbuatan. Dengan begitu, output yang terbentuk mengarah pada manusia yang bermanfaat bagi orang lain, tanpa memprioritaskan pamrih.

Islam akan menanamkan akidah yang kuat sejak dini sebagai pilar pengokoh untuk menghalau pemikiran-pemikiran yang keliru di lingkungannya. Selain itu, pendidikan dalam Islam akan menyeleksi secara ketat kurikulum yang akan digunakan, yaitu harus sejalan dengan visi kebangkitan Islam.

Upaya-upaya ini sangat diperhatikan agar tercipta generasi yang paham akan dirinya sebagai hamba Allah dan juga menyerahkan segala kemampuan yang mereka miliki semata-mata demi kemaslahatan umat. Maka, tidak akan kita dapati generasi yang hanya berfokus kepada materi, tren dan pengakuan yang tak jelas karena orientasi yang sengaja dibentuk oleh Islam adalah ibadah.
Wallahua'lam bissawab.

Oleh: Erna Nuri Widiastuti, S.Pd.
Aktivis

Eksistensi Pemuda yang Salah Kaprah

Tinta Media - Seperti kata Bang H. Rhoma Irama, masa muda adalah masa yang berapi-api. Semakin bergejolak semangat, kadang mengarahkan mereka pada gelora yang sia-sia dan tak memiliki visi yang jelas. 

Maraknya tawuran yang senantiasa mewarnai perjalanan kedewasaan para pemuda, tak lepas dari pengaruh pemikiran yang diemban oleh mereka. Sebagaimana yang dikabarkan oleh kompas.com bahwa baru-baru ini polisi telah mengamankan 72 remaja, 61 ponsel, 29 unit motor dan sebotol minuman keras jenis anggur merah. Dari barang bukti yang disita tersebut, mereka dicurigai akan melakukan tawuran usai menenggak minuman keras (miras).

Detiksumut juga mengabarkan bahwa ada seorang remaja tertusuk panah di bagian dada kiri setelah ikut tawuran di Kecamatan Medan Belawan. Disampaikan bahwa remaja itu menjalani operasi bedah toraks di RSUP H Adam Malik.

Fakta tersebut hanya sekelumit contoh dari sekian banyak kasus kenakalan yang dilakukan oleh pemuda. Sungguh ironis. Gejolak mereka tak ditopang dengan akidah sehingga semangat yang mereka miliki seperti kembang api yang meledak ketika sumbunya habis terbakar, kemudian meredup setelah membakar seluruhnya.

Kondisi remaja saat ini hanya fokus mengejar eksistensi diri tanpa memiliki visi yang jelas. Mereka hanya mengikuti tren, mengharap pengakuan publik dan ketenaran belaka. Ini adalah cermin remaja yang salah kaprah dalam bertindak.

Padahal, pemuda memiliki potensi untuk melakukan perubahan besar di tengah masyarakat. Mereka adalah cikal bakal pemimpin masa depan yang akan mengendalikan roda kehidupan. 

Karena itu, penting untuk membekali para pemuda agar potensi besar yang mereka miliki lebih terarah sesuai dengan visi dan misi yang diamanatkan di pundak-pundak para pemuda sehingga mereka menjadi promotor perubahan tanpa adanya penjajahan secara fisik maupun pemikiran.

Selama ini, tindakan salah kaprah yang dilakukan oleh para pemuda dipengaruhi oleh cara pandang mereka yang cenderung sekuler. Mereka hanya mengaitkan agama di momen tertentu saja sehingga terbentuk suasana memisahkan agama dari kehidupan yang lain.
Padahal, sejatinya aturan agama tak boleh lepas dari genggaman, walaupun seujung kuku karena hal ini akan menimbulkan celah yang menjadikan permakluman ketika jauh dari agama sehingga menimbulkan problem baru dalam kehidupan.

Hal ini tentu tak lepas dari peran orang tua, masyarakat dan juga pemerintah dalam menciptakan generasi yang akan membawa perubahan. Karena itu, kerusakan yang digambarkan oleh pemuda pun tak lepas dari pengaruh ketiga elemen tadi. Maka, tak cukup bagi kita hanya berharap dari pendidikan formal saat ini. Ini karena pendidikan sekarang lebih fokus pada materi, bukan mengarah pada visi kehidupan yag sesuai dengan keinginan Al Khalik.

Ketika ranah yang ditekankan kepada para pemuda hanya mengejar harta, gaya hidup, tren, dan lain-lain yang sifatnya hanya mengejar pengakuan manusia, tentulah generasi yang terbentuk tidak akan lepas dari pemikiran kapitalis.

Inilah pentingnya ketiga elemen pengokoh, yakni orang tua, masyarakat dan negara. Semuanya harus bersinergi untuk menciptakan generasi yang akan mengemban visi mulia kehidupan. Mereka harus memiliki perasaan, pemikiran, dan peraturan yang sama untuk memantik semangat membentuk generasi mulia, sehingga tidak akan timbul perselisihan di antara mereka dalam menjalankan visi hidup, yaitu sebagai seorang manusia yang diciptakan oleh Khaliknya.

Islam amat memperhatikan pendidikan sehingga mampu menghasilkan output yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi mampu menjadi generasi pemimpin umat dengan visi dan misi yang juga mulia. Ini karena pendidikan di dalam Islam menekankan pembentukan kepribadian Islam, baik secara pemikiran maupun perbuatan. Dengan begitu, output yang terbentuk mengarah pada manusia yang bermanfaat bagi orang lain, tanpa memprioritaskan pamrih.

Islam akan menanamkan akidah yang kuat sejak dini sebagai pilar pengokoh untuk menghalau pemikiran-pemikiran yang keliru di lingkungannya. Selain itu, pendidikan dalam Islam akan menyeleksi secara ketat kurikulum yang akan digunakan, yaitu harus sejalan dengan visi kebangkitan Islam.

Upaya-upaya ini sangat diperhatikan agar tercipta generasi yang paham akan dirinya sebagai hamba Allah dan juga menyerahkan segala kemampuan yang mereka miliki semata-mata demi kemaslahatan umat. Maka, tidak akan kita dapati generasi yang hanya berfokus kepada materi, tren dan pengakuan yang tak jelas karena orientasi yang sengaja dibentuk oleh Islam adalah ibadah.
Wallahua'lam bissawab.

Oleh: Erna Nuri Widiastuti, S.Pd.
Aktivis

Selasa, 03 Januari 2023

Pemuda Bangkit Bersama Islam

Tinta Media - Generasi muda merupakan harapan bangsa dan cita-cita akan terwujudnya pemimpin masa depan dengan kualitas yang tinggi. Namun sayang, berbagai persoalan telah menjerat kehidupan pemuda dan menjadikannya jauh dari harapan yang diinginkan. Hanya Islam yang mampu membawa mereka pada kebangkitan yang hakiki.

Generasi Muda Penuh Masalah

Jika menyebut nama generasi muda, yang ada di benak kita adalah aneka masalah yang melingkupi mereka. Pemuda saat ini sangat dekat dengan persoalan kehidupan yang menjadikannya kurang berkualitas. Rendahnya kualitas pendidikan telah mencetak generasi muda menjadi manusia dengan tingkat berpikir yang sangat rendah. Pendidikan hanya menjadi sarana untuk transfer ilmu tanpa benar-benar menanamkan bagaimana kehidupan.

Rendahnya kualitas pendidikan yang diterima juga menyebabkan timbulnya masalah-masalah yang lain. Sebut saja remaja terjerat narkoba, pergaulan bebas yang mengarah pada free seks, bahkan aborsi, sampai remaja yang terjerat pada prostitusi modern saat ini. Semua persoalan ini semakin menjauhkan pemuda dari kualitas yang diharapkan. 

Selain itu, krisis moral juga dihadapi oleh generasi muda. Sebagai pemuda, mereka kurang memiliki rasa hormat kepada orang yang lebih tua, baik itu orang tua sendiri, kalangan guru, dan juga orang tua lainnya di tengah masyarakat. Sebagian pemuda menganggap tidaklah perlu untuk menghormati dan menghargai orang lain, terutama orang yang lebih tua.

Serangan paham-paham asing juga ikut menggempur kepribadian pemuda dan semakin merendahkan kualitas mereka. Ide kapitalis sekuler banyak mereka anut dan jadikan acuan dalam kehidupan. Prioritas utama dalam kehidupan adalah bagaimana caranya memperoleh materi yang sebanyak mungkin. Hal ini bisa dilakukan dengan cara apa pun dan tak perlu memperhatikan aturan kehidupan yang ada.

Terlebih, generasi muda saat ini sangat jauh dari pemahaman terhadap nilai-nilai agamanya sendiri. Kurikulum pendidikan yang tak memberikan porsi perhatian lebih pada pendidikan agama menjadikan generasi muda kosong akan nilai agama. Kehidupan mereka menjadi jauh dari ajaran agama. Ditambah lagi, instrumen pendidikan lain juga tak banyak memberikan perhatian pada pembangunan pemahaman agama di dalam diri mereka. Sebut saja guru yang saat ini hanya disibukan dengan masalah administratif yang sedikit demi sedikit menggeser perannya sebagai pendidik generasi. 

Islam Membangkitkan Pemuda

Islam mempunyai harapan yang besar kepada pemuda, karena di tangannyalah peradaban akan dipimpin. Sejarah keemasan peradaban Islam telah membuktikan bagaimana ketika peradaban kehidupan manusia diisi oleh para pemuda dengan kualitas yang cemerlang. Semuanya dimulai dari pemahaman yang benar tentang agamanya kemudian sampai menggerakan dirinya untuk berdaya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia yang lainnya. 

Islam memberikan perhatian besar pada pendidikan generasi muda. Para pemuda diusahakan memiliki pemahaman agamanya yang benar, yaitu dengan memiliki keimanan yang tinggi kepada Sang Pencipta dan menggapai ketaatan untuk menjalankan semua aturan yang telah diberikan kepadanya. 

Negara memiliki kewajiban untuk menciptakan kurikulum dengan tujuan ini. Semua perangkat pendidikan yang ada disinkronkan demi menggapai kualitas pemuda yang diharapkan. Karena, dengan keimanan yang tinggi ini akan menggerakan diri pemuda untuk tak hanya memperbaiki diri sendiri, tetapi juga membawa perbaikan di dalam masyarakat dan juga negara. 

Negara juga menjamin semua pemuda menerima pendidikan yang layak. Negara membiayai mereka sehingga pemuda mampu mengoptimalkan potensinya. Sistem ekonomi yang dijalankan negaralah yang memungkinkan berjalannya hal ini, yaitu dengan memanfaatkan potensi negara demi kemaslahatan umat. Salah satunya mencetak generasi muda yang cemerlang. Selain itu, negara juga memiliki kewajiban menciptakan kehidupan bermasyarakat yang kondusif untuk pembentukan kualitas pemuda. Masyarakat yang tak banyak bermasalah, tetapi diwarnai dengan keimanan dan minim masalah karena ada penjagaan pelaksanaan syariat. 

Dengan ini, generasi muda dapat tumbuh berkembang dengan memaksimalkan potensinya. Tidak hanya gemilang dalam ranah personal, tetapi juga memahami peran sosialnya di dalam masyarakat, mampu membawa perubahan di tengah masyarakat menuju yang lebih baik. Bahkan, pemuda tak hanya tersibukan oleh kepentingan dan cita-cita personal saja, tetapi juga berkeinginan untuk dapat memimpin masyarakat agar mampu membawanya kepada keadaan yang lebih baik.

Inilah apa yang telah kita temukan pada kualitas pemuda yang terwarnai oleh syariat Islam, bagaimana mereka menjadikan hidupnya untuk berjuang demi Islam agar bisa jaya di hadapan musuh-musuhnya serta, mampu menciptakan kesejahteraan bagi peradaban manusia. 

Kepribadian dan karakter pemuda yang gemilang ini hanya akan ditemukan di dalam Islam. Sayangnya, hal itu sulit untuk ditemukan saat ini karena aturan Islam tidak dijadikan sebagai pandangan hidup yang menjadi acuan kehidupan. 

Islam tak dijadikan sebagai referensi kehidupan, tetapi aturan yang lain, yaitu sekulerisme dan kapitalisme. Untuk itu, pemuda harus bangkit dengan memahami agamanya sendiri. Hanya pemahaman agamanyalah yang akan membawa kepada kebangkitan yang hakiki, tak hanya bagi pemuda, tetapi juga bagi peradaban manusia itu sendiri.

Oleh: Rochma Ummu Arifah
Sahabat Tinta Media

Ustazah Tias Ummu Zahroh: Mewujudkan Pemuda yang Mampu Memimpin Ummat


Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustazah Tias Ummu Zahroh mengungkap bahwa mewujudkan pemuda yang mampu memimpin ummat perlu mendapat perhatian besar, terutama para ibu. 

"Mewujudkan pemuda yang mampu memimpin umat. Hal ini tentu menjadi perhatian besar bagi mereka yang menginginkan kebangkitan Islam, terutama para Ibu," ungkapnya saat memandu sesi tanya jawab dalam even Ratu (Risalah Akhir Tahun 2022) yang diselenggarakan di Kota Batam (31/12/2022).

Teh Tias sapaan akrabnya menuturkan, 
Peran pemuda saat ini telah bergeser dari fungsi utamanya dalam membangkitkan ummat. "Ini merupakan dampak dari sekulerisme yang diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan saat ini," ujarnya. 

Ia mengungkapkan kemiripan kondisi pemuda saat ini dengan di masa awal dakwah Nabi di Makkah. "Jika dulu (zaman jahiliah) para pemudanya membanggakan nasab atau keturunannya dari kaum bangsawan, saat ini membanggakan ia bekerja di perusahaan apa dan digaji berapa. Bukankah ada kemiripan di dalamnya? Sekuler-kapitalis telah membuat pemuda lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat materi sebagai tujuan hidup. Fokus terhadap dunianya dan lupa tentang bagaimana hidupnya kelak di akhirat," ungkapnya. 

Sementara itu, dalam Islam setiap orang adalah pemimpin dan pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya. "Dalam pandangan Islam, setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban. Seperti suami bertanggung jawab atas keluarganya. Istri bertanggung jawab atas pengaturan rumah tangga. Begitu pun sosok pemuda, kepemimpinan peradaban ada di tangannya," bebernya. 

Ia juga menjelaskan bahwa kerusakan pemuda hari ini adalah tanggung jawab bersama dalam memperbaikinya, termasuk para Muslimah yang bergelar ibu rumah tangga. 

"Sebagai muslim ada kewajiban melakukan dakwah secara individual sebagaimana disebutkan dalam Surat al-Ashr 1-3. Sementara untuk mewujudkan penerapan Islam yang kaffah tidak cukup dengan dakwah secara individual tetapi juga diperlukan dakwah secara berjama'ah, seperti disebutkan dalam Surat Ali Imron 104 dan 110. Telah banyak kabar gembira bagi mereka yang mampu berperan aktif dalam ranah ini. Jika kita memahaminya dengan baik, maka kita akan ikut bersegera memperjuangkan penerapan Islam. Aktif mengajak yang lain agar ikut mengambil bagian. Dari sinilah kita berpeluang mendapatkan amal jariyyah kita," tegasnya. 

"Dakwah itu mudah. Bahkan hanya bermodalkan lisan pun bisa mendapat pahala besar. Masalahnya, bagaimana itu bisa terjadi? Ilmu, berdakwah sudah tentu butuh tsaqofah Islam atau ilmu yang terus digali. Maka jangan pernah berhenti belajar. Terus meminta agar Allah karuniakan kita ilmu yang bermanfaat," lanjutnya.

"Kepemimpinan akan kokoh jika berdiri diatas pondasi keimanan yang kuat. Ingat, kebahagiaan itu bukan dari besar kecilnya nominal yang diperoleh. Kebahagiaan itu muncul dalam keta'atan pada Allah dan Rasul," pungkasnya.[] Nai

Minggu, 01 Januari 2023

Risalah Akhir Tahun 2022, Aktivis Dakwah: 80% Umat adalah Pemuda, Detak Jantung dan Harta Berharga

Tinta Media - Aktivis Dakwah Ustadzah Ratu Erma Rachmayanti menyatakan bahwa 
80 % dari umat ini adalah pemuda, detak jantung  dan harta berharga.

"Sangat penting membahas generasi muda karena mereka adalah kekuatan kita (quwwatunaa), 80 % dari umat ini adalah pemuda, mereka detak jantung kita dan mereka harta berharga kita," tuturnya dalam Event Risalah Akhir Tahun 2022, Sabtu (31/12/2022) via daring.

Ia mengatakan bahwa Syekh Mustofa Al-Ghulayaini menegaskan, “Sesungguhnya pada tangan pemudalah urusan umat dan di kaki-kaki merekalah terdapat kehidupan umat," ucapnya.

Ia menjelaskan bahwa dalam perjalanan tarikh umat Islam, didapati Ali bin Abi Thalib, Mushab bin Umair, Muhammad al-Fatih, Al-Khawarizi, Al-Kindi. "Namun, setelah seabad berlalu, sulit mendapati pemuda yang ulama-ilmuwan-pembela Islam," ungkapnya.

Menurutnya, kepedulian kepada generasi muda harusnya seperti yang Allah perintahkan, yakni tidak meninggalkan  generasi dalam kondisi lemah. "Namun, harus bertakwa menerapkan seluruh syariat Allah dan menjauhi larangannya," ujarnya.

"Hendaklah mengatakan kebenaran bahwa aturan buatan manusia yang sudah seabad merusak umat ini, harus ditinggalkan," terangnya.

Hanya saja, lanjutnya, umat tidak bisa menyelamatkan generasi jika tidak berada dalam barisan yang memperjuangkan agama Allah. "Yakni bersama kelompok dakwah Islam ideologis," tegasnya.

"Menjadi seperti kumpulan sahabat yang membela dan menyebarkan syariat Islam, dan berdakwah untuk tegaknya Islam kafah," pungkasnya.[] Ajira

Sabtu, 24 Desember 2022

Beri Aku Sepuluh Orang Pemuda Niscaya Akan Ku Guncangkan Dunia

Tinta Media - “Beri aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 orang pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia,” tutur Narator MMC menirukan perkataan Bung Karno di Serba Serbi MMC: Tongkat Estafet Perubahan Masyarakat Ada di Pundak Pemuda, Jumat (23/12/2022) melalui kanal You Tube Muslimah Media Center.
 
 Perkataan Bung Karno tersebut merupakan gambaran tentang kedahsyatan pemuda sebagai agen perubahan. “Tentu saja pemuda yang dimaksud adalah mereka yang berkualitas, sebab upaya melakukan perubahan memang tidak pernah bisa dilepaskan dari karakter kalangan muda,” tandasnya.
 
Menurutnya, pemuda adalah tulang punggung peradaban. Kemajuan dunia sangat erat kaitannya dengan sosok pemuda. 
 
“Secara fitrah masa muda merupakan jenjang kehidupan manusia yang paling optimal. Dengan kematangan jasmani, perasaan dan akalnya sangat wajar jika pemuda memiliki potensi yang besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya,” jelasnya.
 
 Kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan, lanjutnya,  banyak dimiliki pemuda. Pemikiran kritis mereka sangat didambakan umat. Di mata umat dan masyarakat umumnya mereka adalah agen perubahan.
 
“Mereka juga motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pembangunan.  Tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka.  Baik buruknya nasib umat kelak bergantung pada kondisi pemuda sekarang ini,” imbuhnya.
 
Terseret Kapitalisme
 
Narator menyayangkan pemuda  saat ini sedang terarus oleh peradaban kapitalisme.  Kapitalisme telah menyeret kaum muda pada kehidupan liberal materialis, hedonis hingga apatis. Peradaban kapitalisme justru mengarahkan potensi pemuda Muslim yang justru bisa menjadi ancaman negeri ini.
 
“Kapitalisme memandang perlu memberdayakan potensi besar pemuda sesuai dengan kepentingan kapitalisme. Pemuda dibajak menjadi budak-budak para korporat. Pada saat yang sama pemuda kehilangan jati dirinya sebagai Muslim. Mereka menjadi trouble maker, pelaku kriminalitas, rentan dengan gangguan mental dan sebagainya,” sesalnya.
 
Agen Perubahan
 
Narator lalu mengatakan, menjadi penting mengembalikan peran pemuda sebagai agen perubahan, meraih kepemimpinan para pemuda Muslim untuk diarahkan membangun peradaban Islam yang mulia.
 
“Di usia produktifnya pemuda muslim seharusnya aktif memikirkan permasalahan yang begitu pelik menimpa negeri ini serta mencari solusi untuk mengatasinya. Misalnya masalah korupsi, kriminalitas, krisis identitas, kemiskinan, pendidikan tak layak dan berbagai permasalahan lainnya,” harapnya.
 
Permasalahan yang realitasnya terpampang nyata, ucapnya, harusnya mendorong kaum pemuda untuk melakukan sebuah perubahan. Memang benar pergerakan pemuda tidak sepenuhnya mati, namun sebagian besar pergerakan pemuda Muslim hari ini telah gagal memahami akar masalah yang sebenarnya, hingga akhirnya mereka meraba-raba solusi yang tepat untuk mengatasi problem negeri ini, yakni mengambil solusi melalui demokrasi yang ditawarkan oleh pemerintah.
 
“Kalaupun mengusung Islam sebagai solusi pemuda Muslim sudah dipasangi kacamata moderat yang begitu ramah terhadap nilai-nilai barat sekuler,  sebab moderasi Islam sejatinya adalah bagian dari rencana barat untuk menyerang Islam dari dalam. Tak ayal pemuda yang teracuni pemikiran moderat ini sangat jauh dari pemahaman Islam hakiki.  Pemuda Muslim malah menjadi penjaga sistem demokrasi liberal dan ekonomi kapitalis serta pendukung agenda Barat,” kritiknya.
 
Harus Diselamatkan
 
Narator berpendapat bahwa  pemuda Muslim harus diselamatkan, dan menyelamatkan diri dari pembajakan potensi yang salah oleh peradaban kapitalisme yang melemahkan keimanannya, merusak ketaatannya serta menjauhkan pemuda dari agenda perubahan hakiki.
 
“Lihatlah pemuda Muslim di masa Rasulullah Saw.  Mushab Bin Umair di usia yang sangat muda dengan yakin ia memilih Islam sebagai jalan keyakinan dan jalan hidupnya.  Pada saat ketenaran dan kemewahan hidup menghampirinya cahaya Islam datang memenuhi lubuk hatinya hingga Mus’ab  menjadi pemuda Muslim visioner dan berjuang demi Kemuliaan Islam,” kisahnya memberikan contoh.
 
Mus’ab bin Umair pun, tegasnya,  menjadi duta pertama dalam sejarah Islam yang diutus Rasulullah Saw. menyebarkan dakwah Islam ke Madinah.  Rasulullah Saw. memintanya untuk mengajarkan Al-Quran kepada penduduk Madinah.  “Dengan izin Allah Swt. melalui wasilah tangan Mus’ab bin Umair  dakwah Islam di Madinah mengalami perkembangan pesat.  Strategi dakwahnya luar biasa hingga Madinah menjadi pusat Negara Islam yakni Daulah Islamiyah,”tutur narator bangga.
 
Oleh karena itu, lanjutnya, tak ada pilihan lain bagi para pemuda untuk mewujudkan perubahan serta  mengambil Islam sebagai jalan perjuangan hakiki dan solusi dari semua permasalahan yang bercokol di negeri ini.
 
“Imam Malik bin Anas menyatakan tidak akan bisa memperbaiki kondisi generasi akhir umat ini kecuali apa yang telah mampu memperbaiki kondisi generasi awal umat ini,” ungkapnya.
 
Makna perkataan Imam Malik itu, jelasnya, umat Muslim dulu di masa Rasulullah dan generasi awal kaum muslim bisa menjadi baik dan bangkit dengan Islam. Karena itu sekarang pun mereka hanya bisa baik dan bangkit dengan Islam.
 
“Kini saatnya pemuda berdiri di garda terdepan dalam meraih perubahan yang hakiki dengan Islam,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
 

Sabtu, 17 Desember 2022

Mengoptimalkan Potensi Pemuda dengan Mengajak Berpikir Cemerlang

Tinta Media - Pemuda adalah aset yang memiliki potensi luar biasa untuk menjadi agen perubahan karena merekalah pemimpin masa depan. Generasi tua sering tidak menyadari bahwa mereka akan segera pergi dan diganti dengan para pemuda yang mungkin saat ini tidak diperhitungkan keberadaannya.  

Karena itu, pemuda harus dipersiapkan untuk menyongsong masa depan cemerlang dengan Islam. Jangan biarkan potensi mereka dirusak dan dibajak untuk mendukung hegemoni kapitalisme Barat untuk mengeruk dan menguasai kekayaan negeri yang kaya raya bagaikan penggalan tanah surga ini. 

Sistem kapitalisme sekuler telah merusak potensi pemuda muslim, dengan membelokkannya untuk kepentingan para komprador, dan antek penguasa boneka yang tidak lagi peduli dengan kondisi remaja saat ini. Mereka hanya disiapkan untuk menjadi pekerja atau buruh untuk mendukung korporasi para oligarki. Sementara, negara tidak peduli dengan rusaknya para pemuda akibat pengaruh buruk sistem kapitalisme sekuler yang menjunjung tinggi kebebasan bertingkah laku. Mereka mencoba menghilangkan pemuda yang berpikir cemerlang dengan tuduhan radikal, intoleran, dan anti kebhinekaan. 

Padahal, kita tahu bahwa pemuda yang militan dalam berislam secara kaffah adalah yang mampu berpikir cemerlang, tidak hanya tentang materi untuk kesuksesan dirinya sendiri, tetapi berpikir dan peduli terhadap problematika umat saat ini. Mereka membawa solusi cemerlang dengan Islam, tetapi malah diawasi dan diwaspadai sebagai ancaman penguasa rezim yang zalim.

Sebaliknya, pemuda yang tidak tahu adab telah tercipta dari sistem buruk yang membiarkan mereka berbuat apa saja sebagai bentuk kebebasan bertingkah laku yang dijunjung tinggi dalam sistem demokrasi sekuler. Penyimpangan tingkah laku seperti LGBT dan juga gaya hidup bebas dianggap biasa dalam sistem sekuler. Padahal, kebiasaan kaum sodom dan kemaksiatan yang dilakukan secara vulgar dan merajalela akan mendatangkan azab Allah yang sangat pedih. Bencana alam yang terjadi bertubi-tubi adalah bukti nyata agar kita mau bertobat untuk kembali pada syariat-Nya secara kaffah. Tinggalkan sekularisme agar para pemuda mampu mengoptimalkan potensinya untuk kejayaan Islam.

Berpikir cemerlang diperlukan agar kita mampu menemukan kebenaran hakiki yang sesuai dengan fitrah manusia, yakni memuaskan akal dan menentramkan hati. Hanya Islam yang mampu menjawab problematika pokok kehidupan dengan benar dan tuntas sehingga tidak menyisakan keraguan dalam pemahaman kita. 

Iman yang kokoh harus diperoleh dari proses berpikir tentang alam semesta, manusia, dan hidup. Di balik semua itu ada Al-Khalik yang menciptakan tiga unsur yang mampu dijangkau oleh akal manusia. Dia menciptakan segala sesuatu, tetapi Dia bukan makhluk. Dialah Allah Yang Mahahidup dan Maha Pengatur yang menurunkan aturan terbaik dan sempurna untuk umat manusia melalui Rasul-Nya agar manusia selalu dalam Petunjuk-Nya yang bisa menyelamatkan manusia, tidak hanya di dunia yang sementara ini, tetapi juga kehidupan akhirat untuk selama-lamanya.

Oleh karena itu, jika Allah dan Rasul-Nya sudah memerintahkan sesuatu, tidak layak kita mengambil sesuatu yang lain yang bertentangan dengan aturan-Nya. Kesombongan manusia membuat mereka menolak syariat-Nya, bahkan berani menghalalkan yang haram, dan melarang yang wajib. 

Bagaimana kita menolak diatur dengan syariat Allah yang sudah menciptakan kita dan kepada+Nya kita akan kembali? Siapa yang bisa menolong saat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang menghendaki bencana dan azab pedih menimpa satu negeri? Kepada siapa lagi kita akan meminta pertolongan, kecuali hanya kepada Allah Swt.

Hanya orang-orang yang mampu berpikir cemerlang yang akan menggunakan kesempatan di dunia ini untuk menyiapkan kehidupan akhirat yang pasti dan segera kita alami. Kehidupan dunia akan segera menjadi cerita, dan akhirat menjadi fakta yang akan kita jalani. 

Sebaik-baik atau seburuk tempat kembali tergantung dari apa yang kita lakukan di dunia. Pemuda yang mampu berpikir cemerlang sangat langka dalam sistem sekuler yang rusak ini. Berharap dari penguasa yang zalim untuk menyiapkan pemuda dengan pemikiran cemerlang sungguh tidak mungkin, karena berbagai kebijakan yang dibuat malah mendorong pemuda berpikir rendah, dengan hanya mengejar materi dan kesenangan duniawi. Mereka tidak lagi perduli dengan problematika umat, apalagi untuk memperjuangkan kejayaan Islam. 

Hanya pada keluarga muslim ideologis kita berharap terlahir generasi cemerlang dengan kepribadian Islam. Apa pun potensi yang mereka kembangkan dan lejitkan adalah untuk Islam. Ini seperti apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat dalam menyiapkan generasi muslim yang mampu mengembangkan potensi mereka dengan Islam.

Generasi cemerlang akan banyak tercipta dalam sistem Islam dengan berbagai potensi mereka yang luar biasa. Generasi ini mampu mengoptimalkan potensi mereka untuk kejayaan Islam. Ini bertolak belakang dengan generasi yang tumbuh pada sistem yang rusak. 

Remaja yang tidak tahu adab dengan kehidupan bebas mereka hanya menjadi sumber masalah. Mereka hanya menuruti keinginan untuk bersenang, bukan berjuang untuk mewujudkan perubahan hakiki dengan Islam. 

Saatnya kita campakkan sistem kapitalisme sekuler yang merusak dan menggantinya dengan sistem terbaik dan sempurna dari Yang Mahasempurna agar banyak generasi cemerlang yang mau memperjuangkan Islam, sehingga pertolongan Allah segera datang dan kemenangan umat Islam segera terwujud seperti yang digambarkan dalam Al-Qur'an surat an-Nasr dan al-Fath.

Oleh: Mochamad Efendi
Sahabat Tinta Media

Jumat, 16 Desember 2022

Pemuda Muslim Pemimpin Perubahan untuk Peradaban Cemerlang

Tinta Media - Pemuda muslim adalah tumpuan harapan untuk melakukan perubahan. Pemuda muslim mampu mengubah kondisi umat yang sangat jauh dari kata sejahtera, dan penuh dengan berbagai masalah, mulai dari masalah ekonomi, sosial, kesehatan, dan sistem pendidikan yang belum sepenuhnya mampu menghasilkan pemuda rujukan umat. 

Negeri ini butuh generasi muda yang mampu melakukan pengamatan yang mendalam terhadap akar masalah yang tengah terjadi di negeri ini. Nyatanya, hanya dengan mengganti pemimpin dan rezim, masalah tidak pernah terselesaikan. Pemimpin datang dan pergi silih berganti, tetapi sejahtera tak pernah kunjung terjadi.

Untuk menghasilkan pemuda negarawan, penggerak perubahan untuk peradaban Islam, dibutuh pemuda yang visioner, mampu membuat terobosan dan strategi yang mumpuni untuk menghadapi tantangan yang semakin berat, akibat sistem kapitalis sekuler.

Rasulullah saw. adalah teladan terbaik dalam mengubah peradaban jahiliyah menjadi peradaban Islam yang mulia. Beliau mencontohkan dengan aktivitas politik, membina para sahabat menjadi kader-kader dakwah Islam, kemudian menyebarkan kader dakwah tersebut untuk mengajarkan Islam kepada yang lain. Inilah contoh yang harus dilakukan pemuda muslim saat ini, yakni mengemban dakwah Islam melalui jalan politik.

Dalam Islam, aktivitas politik tidak terbatas pada masalah kekuasaan semata, melainkan meliputi pemeliharaan seluruh urusan umat di dalam maupun luar negeri, baik menyangkut aspek negara maupun umat. Penguasa bertindak secara langsung mengatur urusan umat, sedangkan umat bertindak sebagai pengawas dan mengoreksi pelaksanaannya.

Aktivitas politik riil yang seharusnya dilakukan pemuda muslim adalah dengan memahamkan dan mengedukasi umat, sehingga memiliki perspektif dan pemahaman Islam yang benar. Aktivitas politik ini harus dilakukan oleh kaum muslimin seluruhnya, termasuk para pemudanya. Hal ini karena melakukan aktivitas politik adalah kewajiban yang datang dari Allah Swt. dan Rasul-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah: 

“Siapa saja yang tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin, ia bukanlah termasuk di antara mereka. Siapa saja yang bangun pada pagi hari tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, ia bukanlah golongan mereka.” (HR Ath-Thabari).

Sosok pemuda muslim yang paham politik, pasti peduli dan bertanggung jawab akan nasib negara dan umat Islam di dunia. Mereka mencintai negara dan umat Islam dengan berusaha berjuang untuk menghilangkan bahaya yang mengancam, yakni sekularisme dan liberalisme. Hal ini karena melalui sekularisme, agama Islam dijauhkan dari pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Sejarah telah membuktikan peradaban Islam diusung oleh pemuda. Sirah Rasullullah saw. menggambarkan kelompok dakwah yang diisi oleh pemuda. Bahkan, keberhasilan dakwah di Madinah juga di tangan pemuda, yaitu Mush’ab bin Umair dan Sa’ad bin Mu’adz.

Pemuda  muslim yang kuat tidak tertipu dan terjebak dengan arus liberalisasi dan moderasi. Hal ini karena tidak ada harapan kebaikan yang diperoleh dari arus tersebut. Karena itu, sudah saatnya pemuda muslim memperkokoh visi masa depan ke arah Islam, mencari peluang untuk mendekatkan gambaran khilafah yang juga pernah mendunia.

Pemuda muslim harus mempunyai idealisme yang kokoh, ikhlas berjuang untuk mengembalikan peradaban Islam yang cemerlang. Pemuda muslim harus bisa menjadi aktivis partai pengusung peradaban Islam yang mendunia. Ini sebagaimana bisarah Rasulullah yang memberikan gambaran bahwa akan ada fase tegaknya khilafah ‘ala minhaj nubuwah. Wallahu’alam bishaab.[]

Oleh: Isty Da’iyah 
Analis Mutiara Umat Institute

Potensi Pemuda Tergerus Arus Moderasi Agama

Tinta Media - Pemuda adalah aset berharga dalam sebuah peradaban. Sumbangsih para pemuda melalui kepribadian dan pemikirannya mampu membawa mereka pada kebangkitan atau jurang kehancuran.

Menurut data Word Population Prospect tahun kedua, jumlah populasi penduduk dunia akan mencapai 8 miliar jiwa pada bulan November 2022, termasuk di dalamnya adalah pemuda. Negara-negara dengan mayoritas muslim ini begitu kaya dengan potensi pemuda, termasuk Indonesia. Diperkirakan bahwa 70% dari populasi adalah kelompok muda atau usia produktif pada tahun 2045.

Tentunya ini merupakan bonus demografi yang harus dikelola dengan bijaksana. Potensi pemuda muslim wajib diarahkan kepada perubahan hakiki untuk mengembalikan kejayaan Islam. 

Ironisnya, hari ini alarm para pemuda muslim kian berdering kencang. Krisis moral, akidah hingga pemikiran meracuni jiwa pemuda muslim. Belum lagi diperparah dengan arus moderasi beragama yang merupakan proyek besar dari musuh-musuh Islam untuk menghambat kejayaan Islam.

Kita wajib membuka mata dan menyadarkan umat bahwa moderasi agama adalah propaganda musuh-musuh Islam. Program moderasi agama menyerang banyak lini kehidupan. Para pemuda terbius bujuk rayu moderasi agama, hingga idealisme dan heroismenya kian redup.

Moderasi agama lahir dari rahim sekularisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan. Pemikiran Islam moderat telah merobohkan akidah para generasi. Sebagai contoh ketika kita meyakini bahawa hanya Islam satu-satunya agama yang benar, justru pemikiran moderat mengajarkan bahwa semua agama benar. Ini sangat miris, karena berpindah agama dari Islam atau murtad adalah hal yang biasa. 

Begitu pun ketika Islam mengajarkan untuk berpakaian syar'i, justru pemikiran moderat mengajarkan bahwa my body is mine. Mereka berpendapat bahwa tidak perlu berpakaian syar'i asal sopan, sebab pakaian syar'i adalah budaya Arab. Lebih parah lagi, di saat Islam mengajarkan tentang batasan pergaulan dengan lawan jenis, justru pemikiran moderat mengusung ide kebebasan dalam pergaulan. Alhasil, kasus pemerkosaan dan sex bebas marajalela hingga bermuara meningkatnya penderita HIV/AIDS.

Pemikiran moderat sangat massif diaruskan melalui program moderasi beragama. Betapa banyak informasi hari ini yang menggiring para pemuda untuk jauh dari Islam. Isu terorisme dan narasi radikalisme yang menyasar umat Islam membuat pemuda jauh dari identitasnya sebagai muslim. Mereka enggan mempelajari Islam karena takut dicap sebagai teroris dan radikalis. Sungguh, ini adalah fitnah yang keji. Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan apalagi bertindak sebagai pelaku teroris. 

Moderasi agama juga menyasar program pendidikan dan budaya. Tidak sedikit orientasi pemuda dalam mengenyam pendidikan bermuara pada materi. Standar harta dan kekayaan adalah capaian sukses bagi pemuda. Alhasil, flexing atau pamer menjadi budaya yang menjamur di kalangan para pemuda. Hedonisme, konsumerisme hingga individualisme menjadi watak mereka. 

Maka, memperbaiki kondisi pemuda hari ini adalah tugas kita bersama, baik dimulai dari lingkup individu, keluarga, masyarakat, hingga negara. 

Pertama, perlu adanya dakwah di tengah-tengah umat, mengajak para pemuda untuk sadar kembali kepada Islam sehingga tertancap keimanan dan ketakwaan yang kokoh dalam diri pemuda. 

Kedua, membangun pemahaman bahwa taat kepada Allah adalah harga mati, mengajak para pemuda berpikir untuk menentukan tujuan hidup, sehingga mereka senantiasa taat dan menjauhi maksiat. 

Ketiga, memahamkan kepada para pemuda bahwa berislam secara kaffah atau menyeluruh adalah cara beragama yang benar (Lihat: QS. al-Baqarah [2]:2018). Sebaliknya, berislam secara moderat adalah cara beragama yang salah dan bertentangan dengan Islam yang shahih. Karena itulah, kita harus benar-benar membekali para pemuda dengan tsaqafah Islam yang cukup dan mengajak mereka untuk siap mendakwahkan Islam. Wallahua'lam

Oleh: Reni Adelina
Aktivis Muslimah Peduli Generasi

Minggu, 20 November 2022

KTT ASEAN ke-40, MMC: Pemuda Dijadikan Tumbal Ekonomi Kapitalis

Tinta Media - Kapitalisasi pemuda sebagai bonus demografi yang disampaikan Presiden Jokowi dalam KTT ASEAN ke-40 dinilai Narator MMC hanya dijadikan tumbal ekonomi.

"Dengan alasan penyelamatan ekonomi ditengah krisis yang melanda dunia, pemuda dijadikan tumbal hingga menghilangkan peran utamanya sebagai pembangun peradaban cemerlang," ungkap narator dalam Serba-serbi MMC: KTT ASEAN ke-40 Pemuda hanya untuk dikapitalisasi? Senin (14/11/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Narator menuturkan, pemuda dengan segala potensinya merupakan modal bagi suatu bangsa. Kehidupan dimasa datang tentu tak lepas dari peran pemuda. Sayangnya, disadari atau tidak sistem pendidikan kapitalis sekuler menyusupkan pemikiran materialistik kepada para pemuda.

"Pengarusan pemuda dalam dunia bisnis sejatinya hanya akan mengantarkan pemuda pada kebahagiaan individu semata dan sama sekali tidak akan menyentuh akar masalah dari carut marutnya sistem kehidupan saat ini," tegasnya.

Program UMKM yang menggerakkan ekonomi riil akan menyelamatkan keterpurukan ekonomi yang diciptakan oleh sistem kapitalis. "Akan tetapi, apakah problem bangsa lainnya seperti kerusakan moral, mental illness, kekerasan dan kriminalisasi, pergaulan bebas, disintegrasi, Islam mofobia juga akan terselesaikan?" narator menanyakan.

Pemuda dengan segala potensinya harus memiliki pemahaman Ideologi Islam yang akan menuntun mereka untuk meneruskan perjuangan Islam dengan membangkitkan pemikiran masyarakat yang jumud dan cenderung apatis terhadap Islam saat ini. "Dengan kreativitasnya, para pemuda muslim akan berkontribusi besar dalam upaya membangkitkan kembali peradaban Islam. Kebangkitan Islam akan terealisasi dalam kehidupan ketika pemikiran - pemikiran Islam ideologi menjadi arah perjuangan pemuda," bebernya.

Narator memberikan empat langkah yang harus dilakukan pemuda dalam membangkitkan kehidupan Islam. 

Pertama, menanamkan keimanan Islam pada dirinya. "Islam adalah agama paripurna yang mengatur segala perkara dunia dan akhirat. Bukan sekedar spiritual," ungkapnya.

Kedua, para pemuda semestinya mengkaji Islam sebagai ideologi bukan sekedar ilmu pengetahuan. "Wajib bagi mereka terikat dengan syariat Islam. Pemuda muslim harus menilai baik buruk serta benar salah berdasarkan ajaran Islam," jelasnya. 

Ketiga, senantiasa memiliki sikap yang berpihak pada Islam, bukan netral apalagi oportunis, demi mendapatkan keuntungan duniawi. "Mereka harus teguh pada Islam sebagai ideologinya," ujarnya. 

Keempat, para pemuda harus terlibat dalam dakwah menegakkan syariah dan khilafah bersama kelompok atau partai yang memperjuangkannya. "Hanya pemuda ideologis yang mampu melakukan perubahan hakiki ditengah-tengah umat, dengan tegaknya kembali peradaban Islam," pungkasnya.[] Yupi UN
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab