Kamis, 24 Oktober 2024
Kamis, 14 Maret 2024
Pemimpin dengan Kepribadian Seluas Hamparan Lautan
Senin, 11 Maret 2024
Muhammad Al Fatih, Pemimpin Terbaik yang Menerapkan Syariat Islam
Minggu, 03 Maret 2024
Pemimpin yang Adil dan Amanah Hanya Ada dalam Sistem Islam
Sabtu, 02 Maret 2024
Buta dan Tuli Pemimpin Negeri Muslim
Sabtu, 10 Februari 2024
Pemimpin Bukan Hanya Memimpin
Jumat, 22 Desember 2023
PEMIMPIN ORISINIL
Selasa, 19 Desember 2023
Dosa Besar, Ketika Menjadi Pemimpin Tidak Menjalankan Hukum Allah SWT
Kamis, 14 Desember 2023
Ulama Aswaja: Orang yang Zalim Itu...
Jumat, 03 November 2023
PEMIMPIN SERAKAH, RAKUS, DAN KEMARUK
Jumat, 06 Oktober 2023
Karakter Pemimpin Ideal dalam Islam
Selasa, 12 September 2023
Karakter yang Harus Ada pada Seorang Pemimpin
Sabtu, 05 Agustus 2023
Pemimpin Tak Ingin Berubah, UIY: Ada Kecemasan yang Disembunyikan?
Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) menduga bahwa ada rasa cemas yang disembunyikan oleh pemimpin sekarang yang tidak menginginkan akan adanya perubahan. “Secara rasional pasti dia di dalamnya itu ada mengandung satu perkara yang disembunyikan. Nah apa yang disembunyikan sedemikian besarnya sampai menabrak logika?” ujarnya dalam acara Fokus: Kok Menolak Perubahan, Ada Apa? melalui kanal You Tube UIY Official, Ahad (30/7/2023).
UIY melanjutkan bahwa kecemasan muncul seiring dengan penolakan pemerintah terhadap seruan perubahan dalam program tata kelola negara. Hal tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada diri dan koleganya.
“Mengapa orang tidak suka kepada perubahan? Itu adalah kecemasan terhadap masa depan diri, keluarga dan kroni-kroninya bahwa dia akan menghadapi masa-masa kelam ketika perubahan itu menghasilkan satu keadaan yang tidak lagi favorable untuk diri, keluarga dan kroninya itu,” lanjutnya.
Kekhawatiran ini, kata UIY, tentulah sangat beralasan karena selama kepemimpinan Presiden Jokowi banyak proyek-proyek besar yang ditutupi. Misalnya dugaan pelanggaran untuk proyek kereta cepat senilai 127 triliun rupiah. Kecemasan itu dalam bentuk misalnya kekhawatiran adanya upaya untuk mengungkap something behind the scene, sesuatu di balik layar yang selama ini ditutupi dibalik proyek besar itu.
“Kalau saya ambil contoh ya gelaran Formula-E yang 900 miliar di kulik begitu rupa, dicari kemungkinan ada pelanggaran. Itu 900 miliar nggak sampai 1 triliun. Masa sih proyek kereta cepat yang 127 triliun nggak ada sesuatu?” ungkapnya.
UIY juga menepis anggapan bahwa dengan mengulik sesuatu nanti ada kemungkinan didapatkan penyimpangan-penyimpangan adalah sesuatu yang salah. “Tidak. Itu disebut dengan audit. Saya kira sebagai sebuah prinsip good governance and clean government itu mutlak. Dia akan menghadapi yang disebut dengan audit termasuk kemungkinan audit politik,” paparnya.
Karena itu, kata UIY, bahasa yang universal itu sesungguhnya adalah kejujuran, amanah. Jika pemimpin selalu bertindak jujur maka kapanpun dia turun, kapanpun dia berhenti atau berubah kemanapun dia tidak pernah hadapi dengan kecemasan.
“Hanya mereka yang menyembunyikan bangkai busuk saja yang dia takut bahwa bau itu pada akhirnya akan tercium,” singgungnya.
Di sisi lain UIY mempertanyakan pernyataan seorang pejabat yang boleh disebut orang kedua di Republik ini terang-terangan tidak menginginkan adanya perubahan. Sampai ngancam-ngancam bahwa program pemerintah ini sudah benar. Program pemerintah harus diteruskan, dengan dalih jika diteruskan Indonesia akan menjadi negara maju pada 2045.
“Sudah benar itu apa dasarnya, apa ukurannya, apa negara ini sudah on the track? Apakah dengan kemiskinan yang begini rupa sudah on the track? Apakah dengan korupsi yang begini melimpah sudah auto track? Banyak yang bisa kita ungkap itu sedemikian sehingga semuanya menjadi terang gitu,” pungkasnya. [] Langgeng Hidayat
Selasa, 01 Agustus 2023
SEMUA PEMIMPIN BERPOTENSI MENJADI FIRAUN
Rabu, 05 Juli 2023
PEMIMPIN YANG DIBENCI ALLAH DAN DILAKNAT RAKYAT
Selasa, 20 Juni 2023
PEMIMPIN CACAT MORAL
Tinta Media - Dalam suatu negara, pemimpin memiliki peran yang sangat penting, begitu pun kepemimpinan dalam Islam. Penundaan pemakaman jenazah Rasulullah karena memusyawarahkan khalifah pengganti beliau menunjukkan akan pentingnya kepemimpinan dalam Islam.
Pemimpin dalam Islam dianggap sebagai amanah (amanat) dari Allah. Mereka memiliki tanggung jawab untuk melindungi, memimpin, dan mengelola umat atau masyarakat yang mereka pimpin dengan pedoman hukum Allah. Pemimpin bertanggung jawab kepada Allah atas cara mereka menjalankan tugas kepemimpinan mereka.
Pemimpin dalam Islam diharapkan menjadi pembela kebenaran dan keadilan. Mereka harus memerangi ketidakadilan, korupsi, dan ketidakadilan di masyarakat. Pemimpin diwajibkan untuk menjaga keadilan, memberikan hak-hak secara adil kepada semua warga negara dalam negara Islam.
Pemimpin dalam Islam bertanggung jawab untuk memelihara keselamatan, ketertiban, dan kedamaian di masyarakat. Mereka harus bekerja untuk mencegah konflik, kekerasan, dan ancaman terhadap keamanan masyarakat. Pemimpin diharapkan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan damai bagi umat atau masyarakat yang mereka pimpin.
Pemimpin dalam Islam diharapkan menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat. Mereka harus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan umat atau masyarakat yang mereka pimpin, baik dalam hal ekonomi, pendidikan, kesehatan, atau aspek kehidupan lainnya. Pemimpin diwajibkan untuk memperjuangkan kesejahteraan umum dan memberikan manfaat bagi orang banyak.
Islam mendorong pemimpin untuk memimpin dengan adil, beradab, dan berakhlaq mulia. Pemimpin harus menjaga integritas, kejujuran, dan etika dalam segala aspek kehidupan. Mereka harus menjadi teladan dalam perilaku dan berusaha untuk mencapai kesempurnaan moral.
Pemimpin dalam Islam diharapkan melayani umat atau masyarakat yang mereka pimpin dengan tulus dan rendah hati. Mereka harus peduli terhadap kebutuhan, aspirasi, dan kesejahteraan umat. Pemimpin diwajibkan untuk mendengarkan dan merespons masalah dan keluhan umat, serta mencari solusi yang terbaik bagi kepentingan umum. Pemimpin ideal adalah pemimpin yang punya kemampuan dan kesholihan sekaligus. Pemimpin yang cacat moral adalah pemimpin yang buruk, misalnya hobbinya bermaksiat, seperti judi, melacur, mabok dan lain-lain.
Pemimpin cacat moral merujuk pada pemimpin yang memiliki kekurangan dalam hal moralitas dan etika. Mereka cenderung melanggar prinsip-prinsip moral, adab dan akhlak, juga memperlihatkan perilaku yang tidak jujur, tidak adil, tidak amanah, tidak menyampaikan kebanaran dan bodoh.
Pemimpin cacat moral sering kali tidak jujur dalam kata dan tindakan mereka, sebaliknya selalu berbohong dan menipu rakyatnya. Mereka mungkin berbohong, menipu, atau menyembunyikan informasi yang penting. Tidak adanya kejujuran ini merusak kepercayaan dan integritas kepemimpinan.
Pemimpin cacat moral sering terlibat dalam praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Mereka mungkin menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk memperoleh keuntungan pribadi secara tidak sah, menerima suap, atau melakukan penyelewengan uang rakyat. Pemimpin cacat moral akan menyengsarakan rakyatnya.
Pemimpin cacat moral cenderung tidak adil dalam memperlakukan rakyat yang dipimpin. Pemimpin cacat moral cenderung menzolimi rakyatnya sendiri dan justru berpihak kepada kebururukan serta bertindak diskriminatif. Pemimpin cacat moral dapat menggunakan kekuasaan mereka untuk memanipulasi, menekan, atau menindas rakyat.
Mereka mungkin menggunakan intimidasi, ancaman, atau bahkan kekerasan fisik atau emosional sebagai cara untuk melampiaskan nafsu kekuasaannya. Pemimpin cacat moral bisa menjadi pemimpin bengis yang tidak ragu membunuh rakyatnya dengan berbagai cara ketika rakyat dianggap menjadi penghalang kekuasaannya. Pemimpin cacat moral juga akan berlaku bengis bagi rakyat yang memperjuangkan kebenaran dan dianggap menentang kekuasaan. Hal ini pernah dilakukan oleh Fir’aun di zaman Nabi Musa.
Pemimpin cacat moral sering kali enggan atau tidak mampu mengambil tanggung jawab atas keputusan dan tindakan mereka. Mereka mencari pembenaran atau mencari orang lain yang disalahkan atas kegagalan atau kesalahan mereka sendiri. Pemimpin cacat moral selalu mencari kambing hitam atas kegagalan mereka sendiri.
Pemimpin cacat moral sering melanggar nilai-nilai etika yang dianggap penting dalam kepemimpinan. Mereka mungkin tidak memperhatikan ajaran agama, prinsip kejujuran, integritas, tanggung jawab, atau mengabaikan kepentingan umum demi kepentingan pribadi.
Pemimpin cacat moral sering kali tidak memperhatikan kebutuhan, aspirasi, dan kesejahteraan rakyat yang dipimpin. Mereka mungkin tidak peduli dengan penderitaan rakyat, dan hanya fokus pada kepentingan diri sendiri dan keluarganya. Pemimpin cacat moral dapat menyebabkan kerusakan besar dalam masyarakat yang dipimpin.
Pemimpin yang buruk sering kali tidak memiliki visi yang jelas atau tujuan yang dapat diikuti oleh rakyatnya sendiri. Mereka mungkin tidak memiliki arah yang jelas, tidak memberikan panduan yang memadai, atau tidak memperhatikan kepentingan jangka panjang serta tidak menjadi teladan bagi rakyatnya.
Islam mengajarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin Muslim sehingga memiliki adab yang tinggi. Karena itu seorang pemimpin muslim harus memiliki ketakwaan kepada Allah dalam arti patuh dan tunduk kepada semua perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan Allah. Pemimpin bertaqwa adalah pemimpin yang menjalankan seluruh hukum Allah dalam mengurus rakyatnya. Pemimpin bertaqwa selalu menghindari dosa dan perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama.
Keadilan adalah karakter penting dalam Islam. Pemimpin Muslim diharapkan untuk adil dalam perlakuan terhadap semua orang tanpa memihak atau melakukan diskriminasi. Mereka harus memperlakukan semua orang dengan keadilan dan menjalankan keputusan dan hukum dengan objektivitas. Keadilan adalah memberlakukan hukum Allah dalam setiap persoalan yang ada dalam urusan bangsa dan negara.
Pemimpin muslim harus menjadi orang yang dapat dipercaya dan menjaga amanah. Mereka harus memenuhi kewajiban dan tanggung jawab mereka terhadap rakyat yang dipimpin dengan baik. Kepercayaan yang diberikan kepada pemimpin harus dijaga dengan penuh tanggung jawab.
Pemimpin muslim harus memimpin dengan mengikuti perintah Allah dan sunnah Rasulullah Muhammad. Mereka harus menjadi contoh dalam menjalankan ibadah dan mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kepemimpinan mereka harus didasarkan pada ketaatan kepada Allah.
Pemimpin muslim harus menunjukkan akhlak yang baik dan berperilaku dengan etika yang tinggi. Mereka harus memperlakukan orang lain dengan kesopanan, menghormati hak-hak orang lain, dan menjaga hubungan yang baik dengan semua orang. Kesopanan, kesabaran, kelemahlembutan, kerendahan hati dan kejujuran adalah karakter yang dihargai dalam kepemimpinan menurut Islam.
Oleh: Ahmad Sastra
Dosen Filsafat
(Ahmad Sastra, edisi 634, Kota Hujan, 16/05/23 : 21.40 WIB)
Sumber: https://www.ahmadsastra.com/2023/05/pemimpin-cacat-moral.html?m=1