Tinta Media: Pemimpin
Tampilkan postingan dengan label Pemimpin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pemimpin. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 29 April 2023

KH Muhajir: Kepemimpinan Umat Islam adalah Mahkotanya Segala Kewajiban

Tinta Media - Ulama Aswaja Sidoarjo KH Muhajir menegaskan, kepemimpinan umat islam adalah mahkotanya segala kewajiban. 

"Sangat urgen adanya pemimpin ini. Bahkan lebih wajib dari wajibnya puasa, dari wajibnya shalat lima waktu, dari wajibnya haji karena Kepemimpinan umat islam ini menjadi mahkotanya segala kewajiban," tuturnya dalam Multaqa Ulama Aswaja Sidoarjo Kamis (20/4/2023) di kanal Youtube At Tafkir Channel.

Menurutnya, jika tidak adanya pemimpin maka umat akan terus tejebak dalam pragmatisme dan sepotong-sepotong dalam mengambil islam.

"Gambaran kondisi ummat Islam sekarang seperti yang tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 85 karena tidak menjalankan perintah dan larangan Allah secara seutuhnya sehingga nasibnya dihinakan dan dibantai dimana-mana," ujarnya. 

Kenapa masih banyak orang yang tidak puasa? Bahkan tidak shalat, tidak melakukan yang Allah perintahkan. "Ternyata ada satu tameng lagi yang saat ini belum terwujud. Yaitu kepemimpinan tunggal ummat islam di seluruh dunia," ujarnya. 

Rasulullah bersabda, sesungguhnya pemimpin tunggal ummat islam sedunia itu adalah jadi perisai. "Pemimpin inilah yang akan memberikan rasa aman kepada seluruh umat islam baik urusan agamanya maupun urusan dunianya, akan dijaga semuanya itu," ungkapnya. 

Seperti sekarang ini banyak orang tidak puasa, tidak shalat. "Dijaga oleh pemimpin itu nanti. Akan dilindungi. Sehingga menjadi muttaqin itu tidak cukup menjadi individu-invididu, tetapi sistemnya juga harus mendukung menjadi ummat ini muttaqin," terangnya.

 “Fitrah kita adalah kembali pada Islam. Inilah syariat, ideologi kita,” pungkasnya.[] Hanafi 

Selasa, 03 Januari 2023

Ustazah Tias Ummu Zahroh: Mewujudkan Pemuda yang Mampu Memimpin Ummat


Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustazah Tias Ummu Zahroh mengungkap bahwa mewujudkan pemuda yang mampu memimpin ummat perlu mendapat perhatian besar, terutama para ibu. 

"Mewujudkan pemuda yang mampu memimpin umat. Hal ini tentu menjadi perhatian besar bagi mereka yang menginginkan kebangkitan Islam, terutama para Ibu," ungkapnya saat memandu sesi tanya jawab dalam even Ratu (Risalah Akhir Tahun 2022) yang diselenggarakan di Kota Batam (31/12/2022).

Teh Tias sapaan akrabnya menuturkan, 
Peran pemuda saat ini telah bergeser dari fungsi utamanya dalam membangkitkan ummat. "Ini merupakan dampak dari sekulerisme yang diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan saat ini," ujarnya. 

Ia mengungkapkan kemiripan kondisi pemuda saat ini dengan di masa awal dakwah Nabi di Makkah. "Jika dulu (zaman jahiliah) para pemudanya membanggakan nasab atau keturunannya dari kaum bangsawan, saat ini membanggakan ia bekerja di perusahaan apa dan digaji berapa. Bukankah ada kemiripan di dalamnya? Sekuler-kapitalis telah membuat pemuda lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat materi sebagai tujuan hidup. Fokus terhadap dunianya dan lupa tentang bagaimana hidupnya kelak di akhirat," ungkapnya. 

Sementara itu, dalam Islam setiap orang adalah pemimpin dan pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya. "Dalam pandangan Islam, setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban. Seperti suami bertanggung jawab atas keluarganya. Istri bertanggung jawab atas pengaturan rumah tangga. Begitu pun sosok pemuda, kepemimpinan peradaban ada di tangannya," bebernya. 

Ia juga menjelaskan bahwa kerusakan pemuda hari ini adalah tanggung jawab bersama dalam memperbaikinya, termasuk para Muslimah yang bergelar ibu rumah tangga. 

"Sebagai muslim ada kewajiban melakukan dakwah secara individual sebagaimana disebutkan dalam Surat al-Ashr 1-3. Sementara untuk mewujudkan penerapan Islam yang kaffah tidak cukup dengan dakwah secara individual tetapi juga diperlukan dakwah secara berjama'ah, seperti disebutkan dalam Surat Ali Imron 104 dan 110. Telah banyak kabar gembira bagi mereka yang mampu berperan aktif dalam ranah ini. Jika kita memahaminya dengan baik, maka kita akan ikut bersegera memperjuangkan penerapan Islam. Aktif mengajak yang lain agar ikut mengambil bagian. Dari sinilah kita berpeluang mendapatkan amal jariyyah kita," tegasnya. 

"Dakwah itu mudah. Bahkan hanya bermodalkan lisan pun bisa mendapat pahala besar. Masalahnya, bagaimana itu bisa terjadi? Ilmu, berdakwah sudah tentu butuh tsaqofah Islam atau ilmu yang terus digali. Maka jangan pernah berhenti belajar. Terus meminta agar Allah karuniakan kita ilmu yang bermanfaat," lanjutnya.

"Kepemimpinan akan kokoh jika berdiri diatas pondasi keimanan yang kuat. Ingat, kebahagiaan itu bukan dari besar kecilnya nominal yang diperoleh. Kebahagiaan itu muncul dalam keta'atan pada Allah dan Rasul," pungkasnya.[] Nai

Sabtu, 31 Desember 2022

JIWA PEMIMPIN YANG HARUS KITA MILIKI

Tinta Media - Sebuah pesawat tidak akan bisa terbang dengan baik tanpa adanya pilot, Kapal tidak akan bisa berlayar dengan baik tanpa adanya nahkoda, dan kereta api tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya masinis. Lantas apakah arti seorang pemimpin yang sesungguhnya?

Pemimpin adalah seseorang yang bisa mempersatukan orang-orang, bisa mengatur dan bisa mengarahkannya untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk bisa mengatur lingkungan kepemimpinannya, agar tujuan yang diinginkan tercapai. Seorang pemimpin juga harus bisa mengayomi seluruh anggotanya, agar bisa tercipta sebuah lingkungan yang harmonis dan kerja sama yang baik antar anggota. Karena seorang pemimpin tidak bisa berjalan sendirian tanpa anggotanya, begitu pun sebaliknya. Karena sejatinya seorang pemimpin dan anggotanya harus berjalan bersama-sama untuk mencapai sebuah tujuan.

Seorang pemimpin harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Tanggung jawab terhadap diri sendiri, tugasnya sebagai pemimpin dan lingkungan sekitarnya. Jika sebuah organisasi dipimpin oleh seorang pemimpin yang tidak memiliki rasa tanggung jawab maka organisasi tersebut tidak akan bisa mencapai tujuan dan akan hancur seiring berjalannya waktu. Karena seorang pemimpin ibarat sebuah mesin kendali, pemimpin lah yang menentukan akan ke manakah arah organisasi tersebut.

Seorang pemimpin juga merupakan sebuah panutan bagi seluruh anggotanya, Karena itulah seorang pemimpin harus bisa memberikan contoh yang baik untuk semua anggotanya. Ingatlah kita semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat nanti. Jangan pernah tergiur dengan sebuah jabatan, karena sesungguhnya terdapat sebuah tanggungjawab yang sangat besar didalamnya. Seorang pemipin juga harus bisa memahami kondisi rakyatnya. 

Nah bagaimana caranya agar bisa tahu mengenai kondisi rakyat yang sesungguhnya? Salah satu caranya adalah dengan berbaur dengan masyarakat tanpa menggunakan tampilan dan kondisi yang mencolok. Sehingga orang lain tidak akan sadar bahwa ada seorang pemimpin yang sedang bersama mereka, dan di saat itulah seorang pemimpin akan mendengar keluh kesah rakyatnya yang sesungguhnya seperti kisah Khalifah Umar bin Khattab.

Kriteria seperti apakah yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam islam? Nabi Muhammad Saw. telah mencontohkannya pada saat beliau menjadi seorang pemimpin. Dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yaitu:

1. Siddiq (jujur).
2. Amanah (bertanggung jawab).
3. Tabligh (penyampai).
4. Fathanah (Cerdas).

Ada sebuah semboyan “Siap dipimpin dan siap memimpin.” Kita harus siap dipimpin oleh orang lain, selagi orang itu baik dan menyebarkan hal-hal yang baik maka kita harus patuh dengan pemimpin tersebut. Tapi ketika pemimpin kita adalah seseorang yang dzolim dan menyebarkan banyak kerugian di masyarakat, maka yang harus kita lakukan adalah menentangnya. Jangan sampai kita hanya berdiam diri ketika kita sadar dan melihat sebuah kedzoliman sedang terjadi di sekitar kita. Dan suatu saat Ketika kita menjadi seorang pemimpin, maka kita harus siap memimpin orang lain dengan rasa tanggung jawab yang tinggi dan bisa mengayomi seluruh anggota.

Oleh : Adhellia Yuri Fatmawati
Mahasiswi

Rabu, 21 Desember 2022

Pemimpin Berpesta, Rakyat Menderita

Tinta Media - Di tengah kemalangan yang menimpa sebagian masyarakat, seorang pejabat tertinggi negeri ini melangsungkan pernikahan anaknya dengan hajatan dan resepsi yang begitu mewah, tak hanya mewah acara ini pun memanfaatkan sejumlah fasilitas negara untuk alasan keamanan. okezone.com (11/12/2022) 

Sekitar 10.800 personel gabungan TNI-Polri diterjunkan untuk mengamankan pernikahan tersebut, bahkan anjing K-9 juga dilibatkan untuk melaksanakan tugas sterilisasi dan deteksi bahan peledak selama prosesi tasyakuran. Ratusan CCTV juga digunakan untuk membantu pengamanan resepsi, bahkan beberapa petinggi lainnya memantau secara langsung acara resepsi unduh mantu. Selain itu, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju juga membantu acara pernikahan tersebut. okezone.com (10/11/2022). 

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengkritik hal ini.

"Tugas utama seorang menteri adalah membantu pemerintah dalam mengurus negara, bukan dalam hal mengurusi hajat pribadi," menurutnya. 

Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang warganet yang mengaku wartawan. Alasan mengapa dia tidak meliput acara pernikahan tersebut karena menurutnya keluarga pejabat ini dinilai tidak memiliki empati kepada rakyat yang sedang susah. 

Pernikahan mewah di tengah penderitaan rakyat yang menjadi korban gempa, PHK, dan stunting, sepatutnya tidak terjadi. Penguasa harusnya memiliki kepekaan dan empati yang tinggi terhadap kondisi rakyat. 

Pemimpin Demokrasi, Krisis Empati 

Dalam sistem demokrasi, sifat kepemimpinan tersebut cenderung terkikis habis. Sekulerisme yang menjadi asas sistem ini berprinsip memisahkan agama dari kehidupan, termasuk dalam aktivitas dan tanggung jawab kepemimpinan. 

Sejatinya, agama berfungsi untuk membentuk, menumbuhkan, dan menjaga sifat-sifat kebaikan pada sosok pemimpin terhadap rakyatnya. Jika agama justru dijauhkan dari kepemimpinan negara, maka akan lahir penguasa yang tidak merasa sungkan atau bersalah memanfaatkan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. 

Demokrasi juga dipastikan membentuk kepemimpinan yang bersifat transaksional antara penguasa dengan para kapitalis yang membiayai perjalanan menuju kursi kekuasaan. 

Konsekuensinya, kalaupun dalam sistem ini terdapat berbagai aturan tentang urusan rakyat, tetapi selalu akan ditemukan porsi keuntungan bagi para kapitalis yang jauh melebihi porsi kesejahteraan dan belas kasih (rifqun) bagi rakyat. Tak heran jika keberadaan penguasa di tengah rakyat seolah menjadi pencitraan semata. 

Pemimpin Taat, Peduli Rakyat 

Realita tersebut sangat berbeda dengan sistem kepemimpinan Islam yang disebut khilafah. Dalam khilafah, akidah Islam menjadi asas kepemimpinan. Karena itu, terwujudlah sosok penguasa yang sangat takut melalaikan tanggung jawab mereka kepada rakyat, sebab mereka menyadari bahwa kepemimpinan akan berimplikasi pada kehidupan akhirat. 

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, _"Siapa pun yang mengepalai salah satu urusan kaum muslimin dan tetap menjauhkan diri dari mereka dan tidak membayar dengan perhatian pada kebutuhan dan kemiskinan mereka, Allah akan tetap jauh dari dirinya pada hari kiamat ...."_ (HR. Abu Dawud Ibnu Majah dan Al Hakim. 

Dalam khilafah, syariat Islam menjadi panduan saat menjalankan aktivitas dan tanggung jawab kepemimpinan. Syariat Islam menetapkan bahwa penguasa haruslah menjadi ra'in, yakni pengurus dan pemelihara serta menjadi junnah (pelindung) bagi rakyatnya. 

Kesadaran terhadap akidah dan syariah Islam ini akan menghasilkan sifat wara' (berhati-hati) dalam menggunakan fasilitas negara. Penguasa hanya akan menggunakannya untuk kepentingan mengurus rakyat dan tidak akan memanfaatkan untuk pribadinya walaupun hanya sedikit. 

Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu teladan penguasa seperti ini, diriwayatkan bahwa ketika beliau sedang menyelesaikan tugas di ruang kerjanya hingga larut malam, datanglah putranya meminta izin untuk menyampaikan suatu hal kepadanya. 

Khalifah Umar bin Abdul Aziz lantas mempersilakan putranya masuk dan mendekat lalu bertanya, "Ada apa putraku datang ke sini? Untuk urusan keluarga kita ataukah negara?" 

Sang putra menjawab, bahwa kedatangannya adalah untuk urusan keluarga. Mendengar jawaban putranya, Khalifah Umar bin Abdul Aziz langsung meniup lampu penerang di atas meja sehingga ruangan menjadi gelap gulita. 

Tindakan beliau ini membuat putranya heran dan menanyakan mengapa ayahnya melakukan itu? 

Sang khalifah pun menjawab _"anakku lampu itu ayah gunakan untuk bekerja sebagai pejabat negara, minyak untuk menyalakan lampu itu dibeli dengan uang negara, sedangkan engkau datang ke sini akan membahas urusan keluarga kita."_ 

Kemudian khalifah memanggil pembantunya untuk mengambilkan lampu pribadinya. 

Beliau pun berkata, "minyak untuk menyalakannya dibeli dari uang kita sendiri."

Meski dalam kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz fasilitas negara yang dimaksud hanyalah berupa lampu penerang, tetapi beliau tidak mau menggunakannya untuk urusan pribadi walau hanya sebentar. 

Sungguh luar biasa dengan sifat dan perilaku penguasa yang demikian. Tak heran jika selama 1300 tahun keberadaan khilafah, rakyat mendapat perhatian dan pelayanan yang luar biasa dari penguasa kondisi ini tentu tidak pernah bisa diwujudkan oleh sistem demokrasi sekuler seperti saat ini.

Oleh: Edah Purnawati
Sahabat Tinta Media

Jumat, 16 Desember 2022

Pemuda Muslim Pemimpin Perubahan untuk Peradaban Cemerlang

Tinta Media - Pemuda muslim adalah tumpuan harapan untuk melakukan perubahan. Pemuda muslim mampu mengubah kondisi umat yang sangat jauh dari kata sejahtera, dan penuh dengan berbagai masalah, mulai dari masalah ekonomi, sosial, kesehatan, dan sistem pendidikan yang belum sepenuhnya mampu menghasilkan pemuda rujukan umat. 

Negeri ini butuh generasi muda yang mampu melakukan pengamatan yang mendalam terhadap akar masalah yang tengah terjadi di negeri ini. Nyatanya, hanya dengan mengganti pemimpin dan rezim, masalah tidak pernah terselesaikan. Pemimpin datang dan pergi silih berganti, tetapi sejahtera tak pernah kunjung terjadi.

Untuk menghasilkan pemuda negarawan, penggerak perubahan untuk peradaban Islam, dibutuh pemuda yang visioner, mampu membuat terobosan dan strategi yang mumpuni untuk menghadapi tantangan yang semakin berat, akibat sistem kapitalis sekuler.

Rasulullah saw. adalah teladan terbaik dalam mengubah peradaban jahiliyah menjadi peradaban Islam yang mulia. Beliau mencontohkan dengan aktivitas politik, membina para sahabat menjadi kader-kader dakwah Islam, kemudian menyebarkan kader dakwah tersebut untuk mengajarkan Islam kepada yang lain. Inilah contoh yang harus dilakukan pemuda muslim saat ini, yakni mengemban dakwah Islam melalui jalan politik.

Dalam Islam, aktivitas politik tidak terbatas pada masalah kekuasaan semata, melainkan meliputi pemeliharaan seluruh urusan umat di dalam maupun luar negeri, baik menyangkut aspek negara maupun umat. Penguasa bertindak secara langsung mengatur urusan umat, sedangkan umat bertindak sebagai pengawas dan mengoreksi pelaksanaannya.

Aktivitas politik riil yang seharusnya dilakukan pemuda muslim adalah dengan memahamkan dan mengedukasi umat, sehingga memiliki perspektif dan pemahaman Islam yang benar. Aktivitas politik ini harus dilakukan oleh kaum muslimin seluruhnya, termasuk para pemudanya. Hal ini karena melakukan aktivitas politik adalah kewajiban yang datang dari Allah Swt. dan Rasul-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah: 

“Siapa saja yang tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin, ia bukanlah termasuk di antara mereka. Siapa saja yang bangun pada pagi hari tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, ia bukanlah golongan mereka.” (HR Ath-Thabari).

Sosok pemuda muslim yang paham politik, pasti peduli dan bertanggung jawab akan nasib negara dan umat Islam di dunia. Mereka mencintai negara dan umat Islam dengan berusaha berjuang untuk menghilangkan bahaya yang mengancam, yakni sekularisme dan liberalisme. Hal ini karena melalui sekularisme, agama Islam dijauhkan dari pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Sejarah telah membuktikan peradaban Islam diusung oleh pemuda. Sirah Rasullullah saw. menggambarkan kelompok dakwah yang diisi oleh pemuda. Bahkan, keberhasilan dakwah di Madinah juga di tangan pemuda, yaitu Mush’ab bin Umair dan Sa’ad bin Mu’adz.

Pemuda  muslim yang kuat tidak tertipu dan terjebak dengan arus liberalisasi dan moderasi. Hal ini karena tidak ada harapan kebaikan yang diperoleh dari arus tersebut. Karena itu, sudah saatnya pemuda muslim memperkokoh visi masa depan ke arah Islam, mencari peluang untuk mendekatkan gambaran khilafah yang juga pernah mendunia.

Pemuda muslim harus mempunyai idealisme yang kokoh, ikhlas berjuang untuk mengembalikan peradaban Islam yang cemerlang. Pemuda muslim harus bisa menjadi aktivis partai pengusung peradaban Islam yang mendunia. Ini sebagaimana bisarah Rasulullah yang memberikan gambaran bahwa akan ada fase tegaknya khilafah ‘ala minhaj nubuwah. Wallahu’alam bishaab.[]

Oleh: Isty Da’iyah 
Analis Mutiara Umat Institute

Selasa, 13 Desember 2022

Pemimpin dalam Kapitalisme, Pastilah Pemimpin yang Mengabaikan Rakyat

Tinta Media - Pemimpin adalah pelayan umat, tempat bersandarnya masyarakat dan yang terdepan dalam menghadapi masalah bersama. Bahkan, dia harusnya adalah sosok pahlawan yang mendahulukan kepentingan rakyat daripada urusan pribadi. Pemimpin ibarat penyelamat di tengah badai laut yang menggelora.

Membahas tentang negara, menurut Harold J. Laski, negara dibentuk dengan tujuan untuk membangun kondisi agar keinginan rakyat dapat dipenuhi secara maksimal. Maka dari itu, menurut hemat penulis, tanggung jawab pemimpin adalah menciptakan kondisi yang penuh kebahagiaan bagi rakyat. Kebahagiaan itu sendiri merupakan kesimpulan dari tujuan terbentuknya negara.

Namun, pada perjalanannya, tujuan ini tampak tidak mungkin bisa terealisir. Bayangkan, bagaimana mungkin, satu manusia bisa menjamin kebahagiaan ribuan bahkan jutaan nyawa di negaranya satu persatu?

Untuk mewujudkan tujuan ini, terbentuklah aturan. Sebuah aturan pada negara tercipta dari pandangan hidup tertentu. Perlu kita ketahui, secara garis besar, ada tiga pandangan hidup yang bisa diterapkan dalam ranah negara di dunia ini. Pandangan hidup tersebut meliputi kapitalisme, sosialisme, dan Islam.

Indonesia sendiri, memiliki aturan yang kurang lebih sama dengan kebanyakan negara di dunia. Negeri kita ini memiliki pandangan hidup kapitalisme sebagai dasar aturannya. Sayang sekali, sepanjang penerapannya di manapun dan kapanp un, kapitalisme membawa dampak buruk bagi umat manusia tanpa terkecuali.

Dalam kapitalisme, tidak ada yang lebih diperhatikan ketimbang keuntungan materi. Rakyat pun sebatas alat penghasil cuan. Rakyat sebatas batu loncatan untuk memuaskan hasrat uang dan jabatan. Maka, penguasa yang mengabaikan rakyat bak jamur di musim hujan di negara bersistem kapitalis.

Orang Baratlah yang menyimpulkan keberadaan negara adalah untuk menciptakan kebahagiaan bagi setiap orang. Barat pulalah tempat awal mula munculnya kapitalisme. Namun, kenyataannya negara berasasskan kapitalisme tidak akan pernah mampu mewujudkan kebahagiaan di hati setiap warganya. Mustahil.

Sejarah telah membuktikan hal ini. Sejak kemerdekaan Indonesia, tak terhitung betapa banyak elit-elit politik yang menghambur-hamburkan uang demi jabatan. Janji-janji membumbung tinggi. Mereka menyapa rakyat di berbagai tempat. Namun kenyataannya, mereka berusaha sekeras itu demi korporat, bukan rakyat, demi pihak yang mebiayai mereka agar naik kursi dengan mulus.

Alhasil, setelah menjabat, undang-undang yang dikeluarkan selalu saja pro-korporat dan anti-rakyat. Sebut saja UU TPKS, Omnibus Law, UU tentang KPK, UU KUHP dan lain-lain. Maka, jelas sekali bahwa yang dilayani para pejabat di negara kapitalis bukanlah rakyat, tetapi korporat, cukong-cukong besar.

Pemimpin Prorakyat Hanya Ada dalam Islam

Sudah saatnya umat berhenti berharap pada rezim kapitalis. Selamanya, masyarakat tidak akan sejahtera di bawah kepemimpinan mereka. Alih-alih Menyejahterakan, memikirkan saja sepertinya tidak mungkin. Karena tuan mereka adalah pengusaha besar, bukan rakyat.

Sejak kemerdekaan Indonesia, negeri ini telah bolak-balik ganti presiden. Faktanya, seribu kali pun ganti presiden, selama asas negara adalah kapitalis, maka hasilnya akan sama saja, ibarat masuk ke lubang yang sama ke dua kalinya.

Sebagaimana perumpamaan di atas, siapa pun, jika ia melewati jalan yang sama dengan jalan yang dilewati orang yang sebelumnya jatuh ke dalam lubang, ia pun akan masuk ke lubang yang sama. Maka, solusinya bukan pada ganti ‘pemain’, tetapi mengubah arah jalan.

Begitu pula masyarakat Indonesia. Mereka haruslah belajar dari pengalaman untuk segera berlepas diri dari sistem kapitalisme ini. Selama seluruh rakyat menginginkan, maka kapitalisme ini akan mudah untuk dirobohkan.

Namun, sebelum merobohkan kapitalisme, kita harus mencari dulu apa sistem pengganti yang cocok untuk negeri ini. Mari mengedarkan pandangan ke seluruh negara di dunia satu-persatu. Salah satu ciri negara kapitalis adalah mereka menerapkan demokrasi di negaranya. Maka, bentuk pemerintahan seperti dari republik, kementrian, kerajaan, dan yang lainnya merupakan negara berasaskan ideologi kapitalis yang nasibnya pasti sama dengan negara kita walaupun tidak nampak di depan layar.

Selain berasaskan kapitalisme, negara di dunia saat ini juga ada yang berasaskan sosialisme. Akan tetapi, kita bisa melihat bagaimana dulu negara berpaham kapitalisme seperti Nazi di Jerman. Dalam perjalanannya, negara tersebut selalu membawa pertumpahan darah. Jadi, jangan berharap kepada ideologi ini.

Selain kedua ideologi di atas, tersisa satu ideologi lagi, yaitu Islam. Tidak ada satu pun negara yang menerapkan aturan Islam secara menyeluruh saat ini. Namun, dalam sejarahnya, Islam pernah diterapkan di sebuah negara bernama Khilafah.

Memang seolah tidak mungkin negara bisa menjamin setiap individu di dalam sebuah masyarakat merasakan kebahagiaan dalam lubuk hati mereka. Namun, sejarah mencatat hal tersebut pernah terjadi dalam institusi khilafah.

Lebih dari seabad yang lalu, khilafah adalah negara adidaya yang dapat bertahan selama belasan ratus tahun lamanya. Dan para pakar dunia Barat atau pun dunia Islam sama-sama memuji bagaimana kesejahteraan yang dicapai oleh rakyatnya tanpa memandang suku, agama, ras, bahkan warna kulit dan bahasa.

Salah satu cendekiawan Barat, Emmanuel Deutschel dari Jerman mengatakan, ”Semua ini (yakni kemajuan peradaban Islam) telah memberikan kesempatan baik bagi kami untuk mencapai kebangkitan (renaissance) dalam ilmu pengetahuan modern. Maka dari itu, sangat wajar bila kami senantiasa mencucurkan air mata ketika kami teringat akan saat-saat jatuhnya Granada.” (Granada merupakan benteng terakhir kekhilafahan Islam di Andalusia yang jatuh ke kekuasaan bangsa Eropa).


Maka, hanya negara yang berideologi Islam saja yang sekarang bisa menjadi tumpuan harapan rakyat. Hanya khilafah yang pantas menggantikan kapitalisme sebagai pemimpin Indonesia dan dunia karena mampu menciptakan kebahagiaan dalam setiap individu manusia.

Sebagaimana dulu pernah terjadi peristiwa tersebut di masa Umar Bin Abdul Aziz. Pada masa itu, sejarawan mencatat, bahkan tidak ada satu pun individu yang berhak menerima zakat. Ini berarti bahwa seluruh rakyat hidupnya telah tercukupi.

Apalagi sistem Islam berasal dari Allah Swt., Tuhannya manusia. Sebagai Pencipta, Dia pasti mengetahui apa yang terbaik bagi ciptaan-Nya. Alhasil, tiada hukum yang cocok untuk mengatur umat manusia terkecuali hukum Islam.

Terakhir, sekarang tergantung pada rakyat apakah mereka mau segera terlepas dari kungkungan kapitalis dan menyongsong musim semi dalam balutan aturan Islam. Wallahu a’lam bishawab.

Oleh: Wafi Mu’tashimah
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 03 Desember 2022

Abu Zaid: Presiden Dambaan Umat adalah...

Tinta Media - Ustaz Abu Zaid dari Tabayyun Center menjelaskan bagaimana presiden dambaan umat.

“Presiden dambaan umat adalah yang mengajak umat ke surga baik suka rela maupun terpaksa,” tuturnya kepada Tinta Media, Jumat (2/12/2022).

Cara menjadi presiden dambaan umat menurutnya adalah ketika menjadi presiden maka dia segera menggalang kekuatan umat. “Untuk mendapat kekuatan umat agar bisa melaksanakan syariat Islam secara kaffah,” jelasnya.

Selain itu, jadi presiden dambaan umat akan segera merubah sistem kufur menjadi sistem Islam. Menjadi negara yang melaksanakan syariat Islam secara kaffah dalam sistem khilafah. “Dan dia merubah dirinya dari presiden menjadi kholifah dengan baiat dari tokoh tokoh umat,” jelasnya lebih lanjut.

“Apa itu mungkin?” tanyanya menambahkan. 

Bagi Ustaz Abu Zaid, itu mungkin saja asal ada kemauan. Ia menilai, sebenarnya umat ini merindukan Islam kaffah. 
“Mereka dengan aqidah Islam yang masih menancap pastinya hanya ridho dengan Islam. Hanya saja para ulama su telah memanipulasi keimanan dan keislaman umat diarahkan kepada ketundukan kepada rejim antek penjajah dengan berbagai fatwa batil,” nilainya. 

Ia menyontohkan tentang kewajiban taat ulil amri dalam Islam dimanipulasi menjadi taat mutlak kepada rezim meskipun diperintah dengan hukum jahiliyah. Tentang khilafah yang merupakan kewajiban dalam Islam dimanipulasi dengan fatwa-fatwa bolehnya sistem selain khilafah meski jelas sistem kufur. “Inilah salah satu dosa besar ulama su semoga Allah membinasakan mereka,” tegasnya. 

Jadi presiden dambaan umat menurutnya adalah presiden yang segera merubah sistem kufur menjadi sistem Islam dengan mengubah sistem ini menjadi khilafah yang menerapkan syariat Islam secara kaffah. “Inilah presiden yang secara riil mengajak umat ke surga. Bukan sekedar boneka oligarkhi yang mengumbar janji jani palsu hidup sejahtera  sembako murah, pendidikan murah, kesehatan murah dll yang semuanya omong kosong,” paparnya. 

Dia meminta penguasa menjadi presiden dambaan umat agar anda bersama sama umat Nabi Muhammad SAW menuju surga. 
“Agar anda terhindar dari jurang neraka karena menjadi penguasa yang melaksanakan hukum jahiliyah. Agar anda bisa menjadi pemimpin yang adil yang Allah janjikan naungan di akhirat ketika tidak ada naungan selain naungan-Nya. Mau tidak?” pungkasnya. [] Raras

Jumat, 02 Desember 2022

PEMIMPIN MATI RASA

Tinta Media - “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim. dan tidak mendorong memberi makan orang miskin” (QS Al Ma’un : 1-3)

 

"Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros (QS Al Isra : 26-27)

 

Imam al Barzanji memberi pujian kepada Rasulullah SAW dalam kitabnya. “Dan Rasulullah SAW adalah oarang yang mencintai orang-orang fakir dan miskin. Beliau selalu duduk bersama mereka, menjenguk mereka yang sakit, mengantarkan jenazahnya dan tidak pernah menghina mereka karena kemiskinannya.”

 

Rasulullah adalah teladan terbaik dalam memperhatikan anak-anak yatim. Beliau menyantuni, mengasihi dan menyayangi anak yatim, terlebih atas anak-anak yatim yang belum dewasa (baligh). Begitulah cintanya Rasululloh terhadap anak yatim sehingga beliau dijuluki sebagai “Abul Yatama”, yang artinya Bapaknya Anak Yatim.

 

Sebagai pemimpin, perasaan Rasulullah begitu halus sehingga begitu mencintai orang-orang miskin dan anak yatim. Rasulullah adalah pemimpin yang memiliki kepekaan perasaan atas kondisi umatnya, tanpa pandang bulu. Rasulullah adalah pemimpin yang memiliki kepakaan tinggi sebagaimana diperintahkan oleh Allah. Perasaan Rasulullah sebagai seorang pemimpin begitu hidup.

 

Hidupnya rasa seorang pemimpin negara adalah pertanda tanggungjawab besar atas kondisi rakyatnya. Pemimpin negara adalah orang yang diberikan amanah untuk mengurus urusan umat atau rakyat yang dipimpinnya. Dalam hal kepekaan rasa dalam menjaga jiwa rakyat, Umar bin Khathab ketika menjabat sebagai khalifah berkata, “demi Allah jika ada seekor keledai jatuh terperosok dari negeri Irak aku khawatir keledai itu akan menuntut hisab aku di hari kiamat. ”Waktu itu Umar bin Khatab tinggal di Madinah, sedang jalanan yang berlubang berada di Irak.

 

Betapa hidupnya perasaan dan tanggungjawab seorang khalifah bernama Umar Bin Khathab ini, jangankan jiwa manusia, bahkan hanya seekor keledai pun dia perhatikan jangan sampai terpeleset gara-gara jalannya tidak bagus. Jika seekor keledai terpeleset karena jalannya licin akibat tidak diurus, beliau begitu takut akan ditanya Allah kelak di akhirat. Inilah contoh kepemimpinan yang perasaannya hidup, penuh tanggungjawab dan ksatria mengakui kesalahan.

 

Saat dibaiat menjadi seorang khalifah, Umar Bin khathab berpidato : Saudara-saudara! Aku hanya salah seorang dari kalian. Kalau tidak karena segan menolak tawaran Khalifah Rasulullah (Abu Bakar) aku enggan memikul tanggung jawab ini. Ya Allah, aku ini sungguh keras, kasar, maka lunakkanlah hatiku. Ya Allah aku sangat lemah, maka berikanlah kekuatan. Ya Allah aku ini kikir, jadikanlah aku dermawan bermurah hati."

 

"Bacalah Alquran, dalami, dan bekerjalah dengannya. Jadilah salah satu umatnya. Timbang dirimu sebelum menimbang, hiasi dirimu untuk persembahan terbesar pada hari ketika kamu akan dipersembahkan kepada Allah SWT. Bukan aku menurunkan diriku dari kekayaan Allah SWT dalam status sebagai wali yatim piatu. Jika kalian puas, maka akan diampuni, jika kalian miskin, maka akan makan enak." Selanjutnya, Umar bin Khattab menyampaikan:

 

"Allah telah menguji kalian dengan diriku dan menguji diriku lewat kalian. Sepeninggal sahabat-sahabatku, sekarang aku ada di tengah-tengah kalian. Tidak ada persoalan kalian yang harus aku hadapi lalu diwakilkan kepada orang lain kecuali kepadaku. Dan tak ada yang tak hadir di sini lalu meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat. Kalau berbuat baik, akan kubalas dengan kebaikan, tetapi kalau berbuat jahat, terimalah bencana yang akan kutimpakan."

 

Perhatikanlah ucapan pidato Abu Bakar As Shiddiq saat dilantik menjadi seorang khalifah pertama dalam peradaban Islam : (1) Wahai manusia Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu (ri’ayatu suunul ummah). (2) Padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antaramu (berakhlak : rendah hati dan tahu diri). (3) Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, bantulah (ikutlah) aku (merangkul rakyat, bukan memusuhi).

 

(4) Tetapi jika aku berlaku salah, maka luruskanlah (tidak anti kritik, mengakui kesalahan, mendengar masukan para ahli dll). . Orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya (ekonomi keseimbangan, bukan kapitalisme : menerapkan sistem ekonomi Islam). sejalan dengan firman Allah 59 : 7 “….agar harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya diantara kamu.

 

(5) Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya (meratakan kesejahteraan rakyat sebagai hak fundamental terutama kepada fakir miskin). (6) Maka hendakklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya (sistem baiat dalam kepemimpinan Islam, taat kepada hukum Allah, bukan kepada pemimpin semata).

 

Rasulullah, Abu Bakar Asy Syiddiq dan Umar Bin Khatab adalah tiga pemimpin agung yang bisa dijadikan teladan dalam halusnya perasaan atas kondisi rakyatnya, teladan dalam tanggungjawab dan teladan dalam kerendahan hati. Tentu saja para khalifah yang lainnya juga layak dijadikan teladan. Mereka adalah para pemimpin yang tidak mati rasa. Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang abai, tak peduli, tak perhatian atas kondisi rakyatnya.

 

Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang tidak peduli atas kondisi dan nasib rakyat yang miskin dan terzolimi. Pemimpin mati rasa adalah yang tak memihak kepada kepentingan rakyatnya sendiri. Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang tidak memiliki kepekaan atas penderitaan rakyatnya. Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang terbahak berebut kekuasaan diatas air mata rakyatnya.

 

Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang hidupnya berfoya-foya, sementara rakyatnya susah makan dan tak memiliki pekerjaan. Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang membuang-buang uang untuk pekerjaan sia-sia, sementara rakyatnya mati kelaparan. Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang berpesta pora di tengah penderitaan rakyat yang kiat menyayat. Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang hatinya gelap gulita karena penyakit hatinya.

 

Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang menjadikan rakyatnya sebagai musuh yang dibenci dan dicurigai. Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang menipu dan membohongi rakyatnya sendiri. Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang hidupnya hanya dikendalikan oleh nafsu duniawi semata. Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang tidak dekat dengan Tuhannya.

 

Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang kerjanya hanya membesarkan perutnya dengan makanan haram hasil mencuri uang rakyat. Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang hanya memperkaya diri, menumpuk-numpuk harta dari menipu rakyat dan mengkhianati rakyat. Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang hanya berebut harta dan kuasa, sementara rakyat dibiarkan semakin sengsara.

Adakah di negeri ini pemimpin mati rasa ?

Oleh: Dr. Ahmad Sastra 
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 29/11/22 : 11.41 WIB)
 
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Minggu, 13 November 2022

Rasulullah SAW Pemimpin Negara yang Handal di Muka Bumi

Tinta Media - Sobat. Seluruh teori leadership yang dikemukakan oleh para pakar leadership dunia semuanya ada pada diri baginda Rasulullah Muhammad SAW. Beliau adalah pemimpin teragung sepanjang sejarah umat manusia. Beliau tidak pernah berkata berdasarkan hawa nafsu, tidak pernah menyimpang, dan tidak pernah tersesat. Menaati beliau adalah kewajiban karena bagian dari ketaatan kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” ( QS. An-Nisa’ (4): 59 )

Sobat. Ayat ini memerintahkan agar kaum Muslimin taat dan patuh kepada-Nya, kepada rasul-Nya dan kepada orang yang memegang kekuasaan di antara mereka agar tercipta kemaslahatan umum. Untuk kesempurnaan pelaksanaan amanat dan hukum sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, hendaklah kaum Muslimin:

a. Taat dan patuh kepada perintah Allah dengan mengamalkan isi Kitab suci Al-Qur'an, melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya, sekalipun dirasa berat, tidak sesuai dengan keinginan dan kehendak pribadi. Sebenarnya segala yang diperintahkan Allah itu mengandung maslahat dan apa yang dilarang-Nya mengandung mudarat.

b. Melaksanakan ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah saw pembawa amanat dari Allah untuk dilaksanakan oleh segenap hamba-Nya. Dia ditugaskan untuk menjelaskan kepada manusia isi Al-Qur'an. Allah berfirman:

"... Dan Kami turunkan Adz-dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka ¦." (an-Nahl/16:44).

c. Patuh kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ulil amri yaitu orang-orang yang memegang kekuasaan di antara mereka. Apabila mereka telah sepakat dalam suatu hal, maka kaum Muslimin berkewajiban melaksanakannya dengan syarat bahwa keputusan mereka tidak bertentangan dengan Kitab Al-Qur'an dan hadis. Kalau tidak demikian halnya, maka kita tidak wajib melaksanakannya, bahkan wajib menentangnya, karena tidak dibenarkan seseorang itu taat dan patuh kepada sesuatu yang merupakan dosa dan maksiat pada Allah.

Nabi Muhammad saw bersabda:
"Tidak (dibenarkan) taat kepada makhluk di dalam hal-hal yang merupakan maksiat kepada Khalik (Allah swt)." (Riwayat Ahmad).

d. Kalau ada sesuatu yang diperselisihkan dan tidak tercapai kata sepakat, maka wajib dikembalikan kepada Al-Qur'an dan hadis. Kalau tidak terdapat di dalamnya haruslah disesuaikan dengan (dikiaskan kepada) hal-hal yang ada persamaan dan persesuaiannya di dalam Al-Qur'an dan sunah Rasulullah saw.
Tentunya yang dapat melakukan qias seperti yang dimaksud di atas ialah orang-orang yang berilmu pengetahuan, mengetahui dan memahami isi Al-Qur'an dan sunah Rasul. Demikianlah hendaknya dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhirat.

Sobat. Salah satu bukti kehebatan dan kesempurnaan Nabi Muhammad SAW di bidang kepemimpinan ialah beliau berhasil mencetak para pemimpin. Setiap orang dari mereka menjadi pemimpin umat manusia di bidangnya masing-masing sampai hari kiamat. Anda bisa mendapati Abu Bakar sebagai pemimpin yang mampu bertahan dalam melawan krisis pada masanya.

Sobat. Anda juga akan mendapat Umar bin Khaththab ra sebagai pemimpin yang paling tegas sepanjang masa, Ubay bin Kaáb ra sebagai guru bagi para qari’ sepanjang zaman, Ibnu Abbas ra sebagai ustadz para ahli tafsir sepanjang sejarah, Zaid bin Tsabit ra sebagai pakar faraid terhebat sampai hari kiamat, Muádz bin Jabbal ra sebagai imam para ulama di bidang halal haram sepanjang masa. Semua belajar dari Rasulullah SAW sesuai dengan potensi dan kemampuan masing-masing.

Sobat. Pemimpin sukses adalah pemimpin yang mampu menentukan target yang jelas. Sejak awal, Nabi Muhammad SAW telah menentukan apa yang beliau inginkan serta menetapkan target dan tujuannya. Beliau pun mengumumkannya di hadapan manusia, “Wahai manusia, ucapkanlah, Tidak ada Tuhan selain Allah, niscaya kalian akan beruntung.” (HR. Ahmad)

Sobat. Dalam kepemimpinan Nabi Muhammad SAW terlihat tekadnya yang tak kenal menyerah dan kemauan kerasnya yang tak kenal mundur. Beliau sangat yakin dengan janji Allah SWT. Beliau memandang masa depan seolah-olah benar-benar melihat dengan mata kepalanya sendiri. Tujuan beliau mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya dan menunjukkan jalan menuju Tuhan, sehingga mereka menyembah-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya. Tujuan paling besar adalah mengajak beriman kepada Allah dan menghamba hanya kepada-Nya, serta mencabut pohon kejahiliahan.

Sobat. Beliau menyampaikan kabar gembira tentang pertolongan Allah kepada para sahabat dan kaum muslimin. Semua yang beliau kabarkan terwujud, karena kekuatan tawakkal beliau yang luar biasa. Beliau hanya bersandar kepada Allah SWT, bukan kepada orang-orang yang memiliki kedudukan dan harta.

Sobat. Rasulullah SAW telah mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi berbagai situasi. Tidak ada kondisi darurat melainkan beliau sudah mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Sebagaimana firman-Nya :
وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن قُوَّةٖ وَمِن رِّبَاطِ ٱلۡخَيۡلِ تُرۡهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّكُمۡ وَءَاخَرِينَ مِن دُونِهِمۡ لَا تَعۡلَمُونَهُمُ ٱللَّهُ يَعۡلَمُهُمۡۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيۡءٖ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ يُوَفَّ إِلَيۡكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تُظۡلَمُونَ 

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” ( QS. Al-Anfal (8) :60 )

Sobat. Untuk menghadapi pengkhianatan kaum Yahudi dan persekongkolan mereka dengan kaum musyrikin dengan tujuan menghancurkan kaum Muslimin, Allah memerintahkan pada ayat ini agar kaum Muslimin menyiapkan kekuatan guna menghadapi musuh-musuh Islam, baik musuh yang nyata mereka ketahui, maupun yang belum menyatakan permusuhan-nya secara terang-terangan. Yang harus dibina lebih dahulu adalah kekuatan iman yang akan menjadikan mereka percaya dan yakin bahwa mereka adalah pembela kebenaran, penegak kalimah Allah di muka bumi dan mereka pasti menang dalam menghadapi dan membasmi kezaliman dan keangkara-murkaan. 

Kekuatan iman yang sempurna inilah yang dapat membina kekuatan mental yang selalu ditanamkan pada hati segenap rakyat agar mereka benar-benar menjadi bangsa yang tangguh dan perkasa dalam menghadapi berbagai macam kesulitan dan cobaan. Bangsa yang kuat mentalnya tidak akan dapat dikalahkan oleh bangsa lain bagaimana pun sempurnanya peralatan dan senjata mereka. Hal ini telah dibuktikan dalam Perang Badar di mana tentara kaum musyrikin yang jauh lebih besar jumlah dan persenjataannya dapat dipukul mundur oleh tentara Islam yang sedikit jumlahnya dan amat kurang persenjataannya, tetapi memiliki mental yang kuat dan iman yang teguh.

Di samping kekuatan iman/mental mereka, harus pula dipersiapkan kekuatan fisiknya karena kedua kekuatan ini harus digabung menjadi satu, kekuatan fisik saja akan kurang keampuhannya bila tidak disertai dengan kekuatan mental. Demikian pula sebaliknya kekuatan mental saja tidak akan berdaya bila tidak ditunjang oleh kekuatan fisik.

Allah memerintahkan agar kaum Muslimin mempersiapkan tentara berkuda yang ditempatkan pada tempat strategis, siap untuk menggempur dan menghancurkan setiap serangan musuh dari manapun datangnya. Pada masa Nabi pasukan berkuda inilah yang amat strategis nilainya dan amat besar keampuhannya. Suatu negeri yang mempunyai pasukan berkuda yang besar akan disegani oleh negeri-negeri lain, dan negeri lain itu akan berpikir lebih dulu bila akan menyerang negeri itu. 

Pada masa sekarang pasukan berkuda (kavaleri) telah digantikan oleh pasukan tank baja, masalah peperangan pada masa kini sudah lain corak dan bentuknya dari peperangan masa dulu. Alat senjata yang dipergunakan sudah beragam pula, berupa armada udara, armada laut, bahkan sampai memper-gunakan persenjataan yang sangat canggih. Jika pada masa Nabi Muhammad saw. Allah memerintahkan agar mempersiapkan pasukan berkuda, maka pada masa sekarang kaum Muslimin harus mempersiapkan berbagai senjata modern untuk mempertahankan negaranya dari serangan musuh. 

Sebagaimana diketahui senjata-senjata modern sekarang ini adalah hasil dari kemajuan teknologi. Maka umat Islam wajib berusaha mencapai ilmu pengetahuan setinggi-tingginya dan menguasai teknologi dan selalu mengikuti perkembangan dan kemajuannya. 

Untuk mencapai ilmu dan teknologi yang tinggi kita memerlukan biaya yang sangat besar. Kita wajib mempercepat kemajuan ekonomi dan memperbesar penghasilan rakyat. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat menafkahkan sebagian hartanya untuk kepentingan dan pertahanan negaranya.

Suatu negara yang kuat mentalnya, kuat pertahanannya, dan kuat pula perekonomiannya pasti akan disegani oleh negara lain dan mereka tidak berani memusuhinya apalagi menyerangnya. Inilah yang dituntut Allah dari kaum Muslimin.
Anjuran menafkahkan harta fi sabilillah terdapat dalam beberapa ayat dalam Al-Qur'an di antaranya firman Allah:

Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (al-Baqarah/2: 195)

Dan firman Allah swt:
وَمَثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمُ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِ وَتَثۡبِيتٗا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ كَمَثَلِ جَنَّةِۢ بِرَبۡوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٞ فََٔاتَتۡ أُكُلَهَا ضِعۡفَيۡنِ فَإِن لَّمۡ يُصِبۡهَا وَابِلٞ فَطَلّٞۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ 
“Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari rida Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun (pun memadai). Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (al-Baqarah/2: 265)

Allah menjanjikan pahala yang besar kepada setiap orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, dan dia tidak akan dirugikan sedikit pun karena menafkahkan hartanya. Sebaliknya perbuatan itu akan mendapat pahala yang berlipat ganda.

Sobat. Ada hikmah Allah yang tersimpan dalam kehidupan Rasulullah SAW di berbagai fase hidup. Setiap peristiwa kehidupan beliau jalani dengan penuh penghambaan kepada Allah sehingga beliau bisa menjadi teladan bagi umat. Sebab, setiap peristiwa yang dialami umat , ada contoh teladan bagaimana cara menghadapinya dari kisah hidup Rasulullah SAW.

Sobat. Salah satu bentuk kecerdasan Nabi SAW dalam kepemimpinan ialah beliau menggunakan semua sarana yang baik untuk menyampaikan risalahnya dalam bahasa modern saat ini disebut media policy. Beliau adalah orator terbaik, singa mimbar yang kalimat-kalimatnya menyihir para pendengar. Beliau masuk ke pasar-pasar Arab dan menyampaikan orasi-orasinya hingga mimbar-mimbar bergetar dan jiwa-jiwa tersadarkan.Beliau juga menugaskan para ulama, fuqaha, peneramah, dan penyair untuk menebarkan dakwahnya di muka bumi. Beliau juga memanfaatkan sarana surat menyurat untuk mendakwahi para raja dan tokoh pembesar.

Sobat. Rasulullah SAW pemimpin Negara yang handal di muka bumi. Negara yang beliau dirikan menjadi percontohan dalam hal keadilan, permusyawaratan, penegakkan hukum, penghormatan terhadap fitrah manusia, serta perhatian terhadap fakir miskin, yatim dan dhuafa’ . Negara beliau berhasil melindungi keberlangsungan hidup umat manusia dengan menghentikan pertumpahan darah, menjaga harta dan kehormatan manusia, serta membangun peradaban yang agung dan masyarakat yang madani.

Sobat. Rasulullah SAW bukan hanya penyampai wahyu dari Allah dengan sabdanya, tetapi juga pemimpin Negara dan teladan bagi semua pemimpin. Pemimpin yang dibimbing oleh wahyu, turun langsung ke medan perang, mengatur strategi pertempuran, serta mengelola harta publik. Beliau juga pemimpin di bidang pendidikan, urusan rumah tangga, dan urusan masyarakat umum.

(DR. Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Kamis, 03 November 2022

Analis: Urgensi Pemimpin Tingkatkan Kapasitas dan Kelas dalam Wujudkan Perdamaian Dunia

Tinta Media - Analis Senior Pusat kajian dan Analisis Data (PKAD) Hanif Kristianto mengungkap urgensi peningkatan kapasitas dan kelas seorang pemimpin jika ingin turut serta dalam mewujudkan perdamaian dunia. 

“Apapun latar belakangnya, kalau dia sudah menjadi seorang pemimpin, artinya dia harus meningkatkan kapasitas dan kelasnya,” ungkap Hanif dalam Kabar Petang: Jokowi Mampu Urus Perdamaian Dunia? di kanal YouTube Khilafah News pada Selasa, (1/11/2022). 

Ungkapan tersebut disampaikan untuk menyoroti pernyataan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan bahwa akan ada banyak negara yang meminta tolong kepada Presiden Jokowi yang dulunya tukang kayu terkait isu perdamaian dunia. Hanif kemudian menunjukkan bagaimana posisi Indonesia masih terkungkung dalam rumah besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

“Jadi, saya ingin mengambil contoh terkait tindakan Indonesia kepada Palestina. Kalau saya amati, Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri, Bu Retno dan melalui forum-forum dunia juga menginginkan perdamaian di Palestina. Namun, Indonesia tidak jauh berbeda dengan PBB yang mengingkan solusi dua negara. Artinya, Palestina berdampingan dengan Israel,” bebernya.  

Analis Politik dan Media tersebut pun mempertanyakan kemampuan Jokowi melawan kekuatan besar yang berhimpun dalam PBB. Menurutnya, Indonesia belum mampu melakukan perdamain dunia tanpa dukungan negara-negara lain. 

“Karena terkait ketidakadilan dan penjajahan global, mereka memiliki kekuatan persenjataan, kekuatan ekonomi dan sebagainya,” tegas Hanif.

Hanif memberi sebuah pemisalan, jika Indonesia hendak mengirimkan tentara ke Palestina untuk melawan hegemoni Israel, maka dibutuhkan banyak biaya. Hal ini justru dikhawatirkan dijadikan alasan untuk menambah utang.
 
“Amerika sendiri dalam perang global baik di Afganistan, di Irak dan di beberapa negara muslim yang lain sudah menghabiskan dana yang luar biasa. Bahkan melebihi dana APBN,” imbuhnya.

Komitmen Presiden Jokowi untuk membuktikan kemampuannya melawan ketidakadilan dan penjajahan global masih ditunggu. Hanif mengingatkan bahwa, Indonesia saat ini juga masih berada dalam hegemoni dan penjajahan global. 

“Mampukah Presiden Jokowi, secara pribadi selaku kepala negara menolak penjajahan dan ketidakadilan untuk Indonesia? Apalagi untuk negara-negara yang lain?” tutupnya. [] Ikhty

Kamis, 27 Oktober 2022

DEMOKRASI DAN PEMIMPIN MUNAFIK

Tinta Media - Secara filosofis, demokrasi berpaham antroposentrisme dimana manusia dijadikan sebagai sumber segalanya. Istilah manusia sebagai pusat edar kehidupan berasal dari ungkapan Plato. Dengan pemahaman sederhana, bahwa demokrasi menjadikan manusia sebagai sumber kebenaran. Dengan arti lain, sejak awal lahir, demokrasi adalah ideologi anti tuhan.

Bahkan demokrasi juga berpaham antropomorpisme dimana manusia berdaulat atas penyusunan hukum dan perundang-undangan. Melalui model trias politica, maka demokrasi menyumberkan konstruksi hukum dan undang-undangnya disusun oleh manusia juga. Kedaulatan hukum ada di tangan manusia dan mengabaikan hukum-hukum Allah adalah perkara aqidah bagi seorang muslim. Sebab aqidah seorang muslim adalah keterikatan dirinya dengan hukum Allah.

Ada dua faktor utama, mengapa sistem demokrasi tidak melahirkan efektifitas penyelenggaraan negara di negeri ini. Pertama, secara genetis, demokrasi adalah ideologi transnasional yang sekuleristik liberalistik dan bahkan kapitalistik yang merupakan gerakan imperialisme dan neokolonialisme Barat terhadap negeri-negeri muslim.

Kedua,  secara empirik, para elit penyelenggara pemerintahan hanya sibuk bertengkar berebut kekuasaan demi libido politiknya sendiri. Setelah berkuasa, kerja mereka hanya korupsi, kolusi dan nepotisme tanpa ada rasa malu. Lebih dari itu, demokrasi sering kali hanya melahirkan para pemimpin boneka yang menjadi budak para oligarki kaum kapitalis belaka.

 

Demokrasi selalu berdusta dan ingkar janji karena merupakan rekayasa manusia demi kepentingan duniawi semata. Dalam demokrasi tidak dikenal kehidupan akhirat, tidak dikenal juga hukum halal dan haram. Secara genetik, demokrasi lebih dekat kepada karakter munafik, jika tidak hendak disebut kufur. Bahkan jika percaya kepada manusia sebagai sumber kebenaran hukum, bisa menjerumuskan kepada kesyirikan.

 

“Kebenaran itu adalah dari Rabbmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (al-Baqarah: 147). “Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Rabbmu.” (al-Kahfi : 29).

 

Ibnu Katsir mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Rasul- Nya Muhammad, “Katakanlah wahai Muhammad kepada manusia, ‘Inilah yang aku bawa dari Rabb kalian. Itulah yang benar tiada keraguan padanya…’.”. Asy-Syaukani berkata, “(Katakanlah) kepada mereka yang lalai, ‘Kebenaran itu dari Rabb kalian, bukan dari arah yang lain sehingga (kalau dari yang lain) memungkinkan untuk diubah dan diganti’

 

Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya. (QS An Nisaa : 60)

 

Thagut (bahasa Arab: طاغوت, thaghut) adalah istilah dalam agama Islam yang merujuk kepada setiap yang disembah selain Allah yang rela dengan peribadatan yang dilakukan oleh penyembah atau pengikutnya, atau rela dengan ketaatan orang yang menaatinya dalam melawan perintah Allah.

 

Thagut bisa bermakna setan yang selalu menyeru beribadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalil-nya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya : "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu." (QS Yasin 36: 60).

 

Thagut juga bisa bermakna penguasa zhalim yang mengubah hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti peletak undang-undang yang tidak sejalan dengan Islam. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengingkari orang-orang musyrik. Mereka membuat peraturan dan undang-undang yang tidak diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya : "Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?" (QS  Asy-Syura 42: 21).

 

Thagut juga bisa bermakna hakim yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika ia mempercayai bahwa hukum-hukum yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak sesuai lagi, atau dia membolehkan diberlakukannya hukum yang lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya :  "Dan barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (QS  Al-Ma'idah 5: 44).   

 

Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya (QS An Nisaa : 65)

 

Demokrasi sekuler liberal adalah jebakan bagi para pemimpin muslim yang bisa menjerumuskan dalam kemunafikan. Ideologi demokrasi sekuler termasuk thagut. Sikap munafik seorang pemimpin adalah ketika menolak hukum Allah dan menghalangi tegaknya hukum Allah. Sementara demokrasi sekuler adalah ideologi yang memisahkan antara agama dan negara. Maka, pemimpin muslim pendukun demokrasi sekuler otomatis akan menolak hukum Allah diterapkan secara kaffah dalam institusi negara.

 

Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah (patuh) kepada apa yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul," (niscaya) engkau (Muhammad) melihat orang munafik menghalangi dengan keras darimu (QS An Nisaa : 61).

 

Maka bagaimana halnya apabila (kelak) musibah menimpa mereka (orang munafik) disebabkan perbuatan tangannya sendiri, kemudian mereka datang kepadamu (Muhammad) sambil bersumpah, "Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain kebaikan dan kedamaian." (QS An Nisaa : 62).

Kepemimpinan munafik bukan saja menolak hukum Allah, bahkan mereka tak segan-segan memusuhi dan menfitnah Islam dan ajarannya. Mereka dengan sombong menuduh Islam sebagai agama teroris, menuduh Al Qur’an sumber terorisme, mengkriminalisasi para ulama pejuang Islam, membubarkan kajian-kajian Islam, dan menebarkan paham-paham sesat seperti moderasi, liberalisme, sekulerisme dan pluralisme. Bahkan kaum manafik banyak yang jadi corong kaum kafir untuk merusak Islam hanya untuk mendapatkan seonggok nasi basi.

 

“(yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah." (QS An Nisa 139)

 

Dalam penjelasan Tafsir Ringkas Kementerian Agama menerangkan, walau mengaku beriman, mereka sebenarnya tetap dalam keadaan kufur dan menyembunyikannya.  Salah satu buktinya ialah bahwa mereka adalah orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai penolong, yakni pemimpin-pemimpin, teman-teman penolong serta pendukung meraka. Hal itu dilakukan dengan meninggalkan orang-orang Mukmin, yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan iman yang mantap.

 

Mereka seharusnya menjadikan orang Mukmin itu penolong mereka, tetapi hal itu tidak mereka lakukan. Apakah mereka yaitu orang-orang munafik mencari kekuatan di sisi mereka yakni orang-orang kafir untuk memberikan pertolongan dan dukungan kepada mereka?

 

Pemimpin munafik sangat berbahaya bahkan lebih berbahaya dari orang kafir karena mereka kerap mempermainkan agama. Sifat pemimpin munafik dalam Islam seperti ini dapat berujung pada terpecah belahnya umat, hancurnya agama Islam dari dalam, dan menghancurkan sebuah negara.

 

Dalam surat An Nisa ayat 138, Alquran memberi kabar atau pesan kepada orang-orang munafik. Bahwa mereka akan mendapatkan siksa yang pedih akibat kemunafikannya. “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih.” (QS An Nisa 138)

 

Dalam penjelasan Tafsir Ringkas Kementerian Agama, ayat 138 ini menerangkan, sampaikanlah berita sebagai ejekan dan kecaman kepada orang-orang munafik, wahai Nabi Muhammad, bahwa bagi mereka di akhirat kelak siksaan yang pedih. Bahkan mereka akan berada pada tingkat yang paling rendah, buruk, dan berat dari neraka Jahanam sebagai balasan dari perbuatan mereka.

 

Tafsir Kementerian Agama menerangkan ayat 138 yaitu bahwa, orang-orang munafik sangat tercela karena sikap mereka yang selalu berubah-ubah, dan tidak sesuai ucapannya dengan perbuatannya. Pada saat berkumpul dengan orang-orang Mukmin, mereka menampakkan keimanannya dan menyembunyikan kekufurannya. Sebaliknya apabila bertemu dengan orang-orang kafir, mereka menampakkan kekafirannya dan menyembunyikan keimanannya. Mereka benar-benar akan mendapat siksaan yang pedih.

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 25/10/22 : 07.47 WIB)

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad


Dr. Ahmad Sastra 

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

Sabtu, 22 Oktober 2022

Ustaz Adi: Pilihlah Pemimpin yang Bertakwa dan Menerapkan Syariat Islam!

Tinta Media - Guru dan Motivator Ustaz Adi S. Soeswadi mengajak umat agar memilih pemimpin yang bertakwa dan mau menerapkan syariat Islam.

“Memilih pemimpin itu tidak hanya yang bertakwa dalam arti hanya urusan ibadahnya sendiri tapi harus mau menerapkan syariat Islam,” tuturnya dalam Kajian Spesial Maulid: Siapa Pemimpin Seperti Rasulullah SAW? Kamis (13/10/2022), di kanal YouTube At Tafkir Channel. 

Menurutnya, seseorang dapat dipilih menjadi pemimpin ketika memenuhi dua hal, yakni:
Pertama, pemimpin yang kita pilih itu, dia memang benar-benar harus laki-laki yang bertakwa dan seorang muslim. 
“Bertakwa artinya dia menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan dari Allah,” ujarnya. 

Kedua, seorang pemimpin dalam Islam harus melaksanakan syariat Islam. 
“Tidak hanya bertakwa untuk urusan pribadi tetapi ketika dia menjadi pemimpin masyarakat banyak harus dengan Islam. Itu syaratnya,” ucapnya. 

Karena penerapan syariat Islam merupakan jaminan akan adanya keadilan, kesejahteraan hidup, keberkahan hidup, dan kebahagiaan. 
“Itu jaminan sebab aturan yang ditetapkan oleh Islam itu adalah aturan dari Allah yang menciptakan manusia, “ bebernya. 

Islam itu diturunkan Allah dengan sempurna untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah dan mengatur hubungan antara manusia satu dengan yang lain.

“Tidak hanya mengatur bagaimana kita salat, puasa, dan seterusnya atau mengatur hanya untuk diri sendiri (makan, minum, pakaian, mana yang halal, mana yang haram). Tapi bagaimana hubungan manusia satu dengan lain, dalam dimensi pendidikan, hukum, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya,”  urainya. 

Ia mengungkapkan bahwa Islam itu mengatur sedemikian rupa dalam mengatur semua kebutuhan negara. Dengan tujuan agar manusia bisa hidup lebih baik, sejahtera, bahagia, dan adil karena aturannya dari Allah yang menciptakan manusia. 

“Karena semua aturan yang meliputi hubungan manusia satu dengan lain itu akan bisa diimplementasikan dalam kebutuhan negara,” ungkapnya. 

Hal ini seperti Rasulullah Saw. ketika memimpin di Madinah dengan menerapkan Islam sebagai aturan yang mengatur kehidupan masyarakat. 
“Ketika itu Islam menjadi aturan yang mengatur seluruh kehidupan yang ada di Madinah, kita bisa lihat bagaimana hukum-hukum yang terkait dengan muamalah, hukum potong tangan. Lalu Rasulullah melakukan hubungan diplomatik ke luar daerah,” jelasnya. 

Ia menegaskan pentingnya ketika memilih pemimpin tidak Asal kelihatan orangnya bagus saja, namun dilihat dulu apa yang mau diterapkan. 

“Pemimpin itu dilihat bagaimana ketika dia memimpin masyarakat. Apakah dengan Islam, itu yang harus diperhatikan. Kalau dia tetap memimpin pakai UU yang dibuat manusia, bisa dipastikan nanti ada kezaliman, ada ketidakadilan,” tegasnya. 

Maka jangan heran sekarang ini terjadi seperti itu (ada kezaliman dan ketidakadilan). “Karena pemimpinnya belum mau menerapkan syariat Islam. Nah itulah yang harus kita perjuangkan, “ pungkasnya. [] Ageng Kartika

Minggu, 16 Oktober 2022

Ahmad Sastra: Indonesia Butuh Pemimpin yang Adil

Tinta Media - Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menilai bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu mewujudkan keadilan. 

“Indonesia butuh pemimpin yang mampu mewujudkan keadilan,” tuturnya kepada Tinta Media, Sabtu (15/10/2022).

Menurutnya, saat ini Indonesia dalam cengkeraman kapitalisme sekuler yang penuh kezaliman kepada rakyat. Sehingga tidak ada sedikit pun keadilan di negara yang menerapkan sistem kapitalisme. Sementara sekularisme adalah anti agama yang destruktif. 

 “Sistem kapitalisme sekuler ini dikendalikan oleh oligarki yang rakus dunia dengan menguasai sumber daya alam secara membabi buta,” ujarnya. 

Ahmad mengkritik posisi Indonesia sebagai negeri muslim terbesar dunia, menjadi rujukan bagi dunia muslim lainnya. Tetapi justru menjadi negeri yang penuh kezaliman dan selalu memiliki pemimpin yang anti Islam. 

“Karena Indonesia dengan sistem kapitalisme demokrasi sekuler merupakan sistem kufur yang sarat kezaliman, sementara pemimpin yang lahir dari sistem ini tidak lebih dari para jongos penjajah yang kerjanya hanya merusak kehidupan dan lingkungan,” kritiknya. 

Ia mengungkapkan bahwa pemimpin yang adil akan terbentuk jika diterapkan Islam di dalamnya. 

“Islam adalah agama dan ideologi yang menjunjung tinggi nilai keadilan. Nilai keadilan Islam bisa diterapkan dalam setiap aspek kehidupan,” ungkapnya. 
Baginya keadilan merupakan suatu ciri utama dalam ajaran Islam. 

“Seluruh masyarakat muslim dan non muslim yang hidup di bawah Daulah Islam akan memperoleh hak dan kewajibannya secara adil, seadil-adilnya,” tuturnya. 

Keadilan dalam pandangan Islam adalah di saat meletakkan segala sesuatu sesuai dengan apa yang telah diatur oleh Allah. Ia mengatakan bahwa mewujudkan keadilan dengan demikian bukan hanya soal pemahaman terhadap hukum, namun juga berkait erat dengan keahlian di bidangnya. 
“Dan termasuk menyia-nyiakan amanah di saat menyerahkan tugas bukan kepada ahlinya,” katanya. 

Ahmad menjelaskan bahwa Islam sebagai sistem hukum adalah representasi dari keadilan yang sempurna jika diterapkan secara kafah. Dan Rasulullah sebagai seorang pemimpin adalah teladan dalam keagungan akhlak. 

“Adalah kesempurnaan bagi sebuah bangsa jika menerapkan sistem sempurna yang adil dan memiliki pemimpin yang berakhlak agung,” jelasnya. 

Ia menguraikan bahwa ada tiga prinsip keadilan yang harus diwujudkan dalam sebuah negara, jika tidak terwujud maka akan muncul kezaliman. 

Pertama, adalah prinsip menuhankan Tuhan. “Maknanya negara tersebut akan dipandang adil oleh Allah jika rakyatnya mengakui Allah sebagai Tuhan, lantas menyembah dan menaati aturan-Nya,” ujarnya. 
Baginya menuhankan yang bukan Tuhan adalah sebuah kezaliman, apalagi menaati aturan bukan dari Tuhan. 

Kedua, memanusiakan manusia. Maknanya adalah bahwa pemerintah harus memahami hakikat rakyat sebagai manusia yang diciptakan Allah sehingga cara pandang rakyat harus sejalan dengan tujuan Allah menciptakan manusia. 

“Dari sinilah akan lahir perangkat hukum yang bertujuan meningkatkan martabat kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena itu menjadi penguasa sangatlah berat jika tidak berbuat adil,” ucapnya. 

Ketiga, adalah mengalamkan alam di mana keadilan juga bisa diwujudkan dengan cara pandang yang benar terhadap sumber daya alam (laut, udara, dan darat), termasuk di dalamnya hewan-hewan. 

“Pemerintahan yang adil adalah yang mampu mengelola sumber daya alam sesuai dengan hukum dan aturan dari Allah Yang Maha Adil,” katanya. 

Ia mengkritisi bahwa alam semesta itu diciptakan Allah untuk dijaga dan dimanfaatkan bukan dirusak sesuai kepentingan hawa nafsu. 

“Apalagi diprivatisasi dan dikuasai oleh asing dan aseng. Jelas haram,” kritiknya. 

Ia menegaskan bahwa persoalan yang rumit ketika hukum-hukum produk manusia dijadikan sebagai sandaran untuk mewujudkan keadilan berbangsa dan bernegara. 

“Sebab kepentingan politik pragmatis yang mendominasi para pemimpin seringkali justru menyalahgunakan kekuasaan untuk menciptakan ketidakadilan,” tegasnya. 

Ahmad menyatakan jika Indonesia ingin menjadi lebih baik maka harus menerapkan Islam secara kafah dan memiliki pemimpin yang taat kepada hukum Allah. 

“Indonesia membutuhkan pemimpin yang muslim, berakal, adil, mampu, laki-laki, dan balig. Selain itu karakter pemimpin yang dibutuhkan Indonesia adalah yang shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Orang berakal pasti mau tawaran ini?” pungkasnya. [] Ageng Kartika

Minggu, 09 Oktober 2022

UIY: Kalau Ini Hari Ada Pemimpin Islam Tidak Merujuk kepada Nabi, Itu Kebangetan

Tinta Media - Merespon pendapat Michael Hart  yang menempatkan Rasulullah dalam susunan orang yang berpengaruh pada posisi paling utama dan pertama, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan kalau ini hari ada pemimpin Islam tidak merujuk kepada Nabi itu kebangetan.

“Kalau ini hari  ada orang Islam, pemimpin Islam tidak merujuk kepada Nabi itu kebangetan, malu lah dia sama Michael Hart.  Lalu kalau dia enggak  nyontoh Nabi nyontoh siapa?” tuturnya dalam tayangan video Jumat (7/10/2022).

Michael Hart, sambung UIY,  menilai secara obyektif, berdasarkan apa yang dia katakan bahwa  Nabi Muhammad Saw. itu pemimpin yang paling berpengaruh. Dan pengaruhnya itu pengaruh baik.  Michael Hart  yang bukan Muslim bisa begitu karena dia mengenal Nabi.

Karena, itu UIY heran kalau ada orang yang  berusaha untuk melanjutkan misi Nabi,  memperjuangkan risalah Nabi, menegakkan hukum yang di ajarkan oleh Nabi, kok  pemimpin ini menghalang-halangi.

“Lho ini  muslim kok menghalang-halangi, aneh itu.  Michael Hart saja menempatkan Rasulullah sebagai pemimpin yang paling berpengaruh di dunia,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
               

PKAD: Masyarakat Sekuler Lebih Memilih Pemimpin Paling Populer Bukan Berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah

Tinta Media - Anggota Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan PKAD Maulana Munif menyatakan bahwa masyarakat sekuler jika memilih pemimpin hanya berdasarkan kepopuleran bukan berlandaskan Al-Quran dan Sunah.

“Pertimbangan orang memilih dan dipilih sebagai pemimpin bukanlah didasarkan pada tolak ukur Islam atau berlandaskan Al-Quran dan Sunah, mereka yang dipilih hanyalah yang paling populer di tengah-tengah masyarakat. Karena peraturan ditengah-tengah masyarakat yang mengatur segala kehidupan dengan sistem sekuler bukan dengan aturan Islam," ujarnya di Tabloid Media Umat edisi 320 Oktober 2022.

Ironisnya, kata Maulana, popularitas tersebut sebagian karena keartisan atau ketokohan yang tidak ada hubungannya sama sekali denga tingkat ketaqwaan ataupun keilmuan Islam.

“Bahkan sebagian besar dari mereka populer dan mempopulerkan diri hanya karena selembar spanduk atau baliho yang kebetulan dipasang di ratusan bahkan ribuan tempat,” lanjutnya.

Menurutnya, sebuah kewajaran jika sistem bukan dari Islam melahirkan para pemimpin dan wakil rakyat yang juga jauh dari Islam, lanjutnya. Sehingga umat hanya mengenal pemimpin dari nama dan gambar/fotonya tanpa mengetahui visi-misi, penguaaan ilmu-ilmu Islam, apalagi kesalihan dan ketaqwaannya.

Maulana menambahkan, hal ini juga terjadi pada pemimpin negeri muslim mereka tidak pernah memiliki visi yang jelas karena tidak menganut apa yang diajarkan Rasululloh SAW secara Kaffah.

“Nah, di tengah pemimpin yang belum jelas visinya itulah nasib jutaan rakyat kini dieprtaruhkan. Walhasil, kita semua butuh pemimpin yang adil,” pungkasnya.[] Azaky Ali

Jumat, 07 Oktober 2022

Syarat Utama Pemimpin adalah Amanah

Tinta Media - Sobat. Amanah adalah salah satu karakter terpenting dari semua akhlak mulia dan sifat terpuji dalam syariat Islam. Ia adalah akhlak agung yang mendasari risalah Nabi Muhammad SAW. Makna amanah lebih luas dari sekedar menjaga harta. Ia juga mencakup perkataan, perbuatan, keyakinan dan akhlak. Salah satu sifat agung yang dimiliki oleh para Nabi dan salah satu syarat utama untuk menjadi pemimpin adalah amanah. 

Sobat. Salah satu tanda dekatnya hari kiamat adalah disia-siakan amanah, sebagaimana sabda beliau kepada orang yang bertanya tentang hari kiamat, “ Jika amanah disia-siakan, tunggulah hari kiamat (akan segera tiba).” ( HR. al-Bukhari)

Allah SWT menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang beriman dan para pemimpin yang menjaga amanah dan menunaikan hak bahwa mereka akan mendapatkan surge firdaus yang tertinggi, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya :
وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَوَٰتِهِمۡ يُحَافِظُونَ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡوَٰرِثُونَ ٱلَّذِينَ يَرِثُونَ ٱلۡفِرۡدَوۡسَ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ 
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” ( QS. Al-Mu’minun (23) : 8-11)

Sobat. Memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan menepati janjinya. Dalam ayat ini Allah menerangkan sifat keenam dari orang mukmin yang beruntung itu, ialah suka memelihara amanat-amanat yang dipikulnya, baik dari Allah ataupun dari sesama manusia, yaitu bilamana kepada mereka dititipkan barang atau uang sebagai amanat yang harus disampaikan kepada orang lain, maka mereka benar-benar menyampaikan amanat itu sebagaimana mestinya, dan tidak berbuat khianat. 

Demikian pula bila mereka mengadakan perjanjian, mereka memenuhinya dengan sempurna. Mereka menjauhkan diri dari sifat kemunafikan seperti tersebut dalam sebuah hadis yang masyhur, yang menyatakan bahwa tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu kalau berbicara suka berdusta, jika menjanjikan sesuatu suka menyalahi janji dan jika diberi amanat suka berkhianat.

Sobat. Memelihara salat yang lima waktu. Dalam ayat ini Allah menerangkan sifat yang ketujuh, yaitu orang mukmin yang berbahagia itu selalu memelihara dan memperhatikan salat lima waktu secara sempurna, tepat waktu, dan memenuhi persyaratan dan rukun-rukun. Ayat ini tidak sama dengan ayat kedua di atas, sebab di sana disebutkan bahwa mereka khusyuk dalam salatnya, sedangkan di sini disebutkan, bahwa mereka selalu memelihara salat dengan tertib dan teratur. Kelompok ayat-ayat ini dimulai dengan menyebutkan salat dan disudahi pula dengan menyebut salat, hal ini memberi peringatan betapa pentingnya salat yang telah dijadikan tiang agama. 

Rasulullah pernah bersabda, "Barang siapa yang mendirikan salat sungguh ia telah mendirikan agama dan barang siapa yang meninggalkan salat, sungguh ia telah merobohkan agama." Berikut penjelasan hadis mengenai keutamaan salat:

Dari Abdullah bin Mas'ud berkata, saya bertanya kepada Rasulullah, amalan apa yang paling dicintai Allah, Nabi menjawab, salat pada waktunya, kemudian apa? Nabi menjawab, birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua). Kemudian apa lagi? Nabi bersabda, jihad di jalan Allah. (Riwayat asy-Syaikhan)

Tersebut pula dalam sebuah hadis Nabi saw:
Dari sauban, Nabi bersabda, "Istiqamahlah kamu dan jangan menghitung-hitung. Ketahuilah bahwa perbuatanmu yang paling baik ialah salat, dan tidak ada orang yang menjaga salat melainkan orang yang beriman. (Riwayat Ahmad, al-hakim dan al-Baihaqi)

Sobat. Mereka yang memiliki tujuh sifat mulia itu akan mewarisi surga, disebabkan amal kebajikan mereka selama hidup di dunia, yaitu surga Firdaus yang paling tinggi, yang di atasnya berada `Arsy Allah Yang Maha Pemurah, dan mereka kekal di dalamnya. Umar meriwayatkan sebuah hadis, dimana Rasulullah saw bersabda:
Dari Umar bin al-Khattab, Rasulullah bersabda, "Telah diturunkan kepadaku sepuluh ayat: Barang siapa yang menegakkannya akan masuk surga, lalu ia membaca sepuluh ayat ini dari permulaan Surah al-Mu`minun. (Riwayat at-Tirmidzi)

Sobat. Rasulullah SAW adalah menjadikan amanah sebagai landasan dari semua amal dalam kehidupan sehari-hari. Beliau bersabda,” Sungguh Allah menyukai seorang di antara kalian yang ketika bekerja dia bekerja dengan sebaik-baiknya,” (HR. al-Baihaqi)

Sobat. Urusan amanah selalu hadir dalam pesan-pesan Nabi Muhammad SAW . Beliau selalu menyampaikan ayat dan hadits tentang amanah. Beliau mendidik umat dalam setiap sendi kehidupan untuk amanah. Rasulullah SAW mengajari kita bahwa semua orang akan berdiri di hadapan Allah SWT dan ditanyai mengenai amanat dan tanggung jawabnya. Beliau menyandingkan antara Iman dan Amanah seolah-olah satu kesatuan. Beliau bersabda, “ Tidak beriman orang yang tidak beramanah, Tidak beragama orang yang tidak menepati janji," (HR. Ahmad )

Sobat. Rasulullah SAW mengajarkan untuk mengemban amanah kerja dan tanggung jawab apa pun. Baik tanggung jawab bersifat umum, seperti tanggung jawab sebagai pemimpin atau menteri, maupun tanggung jawab yang bersifat khusus, seperti tanggung jawab pekerjaan dan yang lainnya. Beliau menjadikan semua urusan kehidupan sebagai amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban pada hari kiamat. …….” Ketahuilah bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yag dipimpinnya. “ ( Muttafaq ‘alaih ).

Sobat. Cukup menjadi bukti keagungan amanah Nabi Muhammad SAW adalah bahwa beliau merupakan Imam dan Pemimpin Negara, tetapi saat wafat tidak meninggalkan dirham maupun dinar untuk ahli warisnya, sebagaimana disebutkan dalam sabda beliau,” Kami tidak meninggalkan warisan. Apa yang kami tinggalkan adalah sedekah.” ( Muttafaq ‘Alaih ). Amanah apa yang lebih agung dari amanah dalam menjaga harta umat, yaitu dengan tidak mengambilnya sedirham pun?!

Sobat. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa kedudukan adalah sarana pengorbanan, bukan sarana meraih keuntungan. Jabatan adalah tanggung jawab dan amanah. Beliau bersabda kepada Abu Dzar, “ Wahai Abu Dzar, engkau sangat lemah, sementara jabatan adalah amanah.Pada Hari Kiamat, jabatan bisa menjerumuskan kepada kehinaan dan penyesalan, kecuali siapa yang mengembannya dengan benar dan menunaikan kewajibannya.” ( HR. Muslim)

Sobat. Rasulullah SAW memperingatkan dan melarang khianat. Khianat adalah jalan tercela dan akhlak yang terendah. Bahkan Nabi mengabarkan bahwa khianat adalah ciri utama kemunafikan.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَخُونُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓاْ أَمَٰنَٰتِكُمۡ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ 
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” ( QS. Al-Anfal (8) : 27)

Sobat. Abdullah bin Abi Qatadah berkata, "Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Lubabah pada ketika Rasulullah saw, mengepung suku Quraidhah dan memerintahkan mereka untuk menerima putusan Saad. Sesudah itu Quraidhah berunding dengan Abu Lubabah tentang menerima putusan Saad itu, karena keluarga Abu Lubabah dan harta bendanya berada dalam kekuasaan mereka. Kemudian Quraidhah menunjuk ke lehernya (yakni sebagai tanda untuk disembelih). Abu Lubabah berkata, "Sebelum kedua telapak kakiku bergerak, aku telah mengetahui bahwa diriku telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya." Kemudian ia bersumpah tidak akan makan apa pun sehingga ia mati, atau Allah menerima taubatnya. Kemudian ia pergi ke mesjid dan mengikat dirinya ke tiang, dan tinggal beberapa hari di sana sehingga jatuh pingsan, karena badannya sangat lemah. Kemudian Allah menerima taubatnya. Dan ia bersumpah, bahwa dia tidak boleh dilepaskan dirinya dari ikatannya selain oleh Rasulullah sendiri. Kemudian ia berkata, "Hai Rasulullah! Saya bernazar untuk melepaskan hartaku sebagai sadaqah." Rasulullah bersabda, "Cukuplah bersadaqah sepertiganya." (Riwayat Saad bin Manshur dari Abdillah bin Abi Qatadah).

Sobat. Allah menyeru kaum Muslimin agar mereka tidak mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, yaitu mengabaikan kewajiban-kewajiban yang harus mereka laksanakan, melanggar larangan-larangan-Nya, yang telah ditentukan dengan perantaraan wahyu. Tidak mengkhianati amanat yang telah dipercayakan kepada mereka, yaitu mengkhianati segala macam urusan yang menyangkut ketertiban umat, seperti urusan pemerintahan, urusan perang, urusan perdata, urusan kemasyarakatan dan tata tertib hidup masyarakat. Untuk mengatur segala macam urusan yang ada dalam masyarakat itu diperlukan adanya peraturan yang ditaati oleh segenap anggota masyarakat dan oleh pejabat-pejabat yang dipercaya mengurusi kepentingan umat. 

Peraturan-peraturan itu secara prinsip telah diberikan ketentuannya secara garis besar di dalam Al-Quran dan Hadis. Maka segenap yang berpautan dengan segala urusan kemasyarakatan itu tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip yang telah ditentukan. Karenanya segenap peraturan yang menyangkut kepentingan umat tidak boleh dikhianati, dan wajib ditaati sebagaimana mestinya. Hampir seluruh kegiatan dalam masyarakat ini berhubungan dengan kepercayaan itu. Itulah sebabnya maka Allah, melarang kaum Muslimin mengkhianati amanat, karena apabila amanat sudah tidak terpelihara lagi berarti hilanglah kepercayaan. Apabila kepercayaan telah hilang maka berarti ketertiban hukum tidak akan terpelihara lagi dan ketenangan hidup bermasyarakat tidak dapat dinikmati lagi.

Allah menegaskan bahwa bahaya yang akan menimpa masyarakat lantaran mengkhianati amanat yang telah diketahui, baik bahaya yang akan menimpa mereka di dunia, yaitu merajalelanya kejahatan dan kemaksitan yang mengguncangkan hidup bermasyarakat, ataupun penyesalan yang abadi dan siksaan api neraka yang akan menimpa mereka di akhirat nanti.

Khianat adalah sifat orang-orang munafik, sedang amanah adalah sifat orang-orang mukmin. Maka orang mukmin harus menjauhi sifat khianat itu agar tidak kejangkitan penyakit nifak yang dapat mengikis habis imannya.

Anas bin Malik berkata:
"Rasulullah saw pada setiap khutbahnya selalu bersabda: "Tidak beriman orang yang tak dapat dipercaya, dan tidak beragama orang yang tak dapat dipercaya." (Riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban dari Anas bin Malik)

Sabda Nabi saw:
"Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. Apabila menuturkan kata-kata ia berdusta, dan apabila berjanji ia menyalahi, dan apabila diberi kepercayaan ia berkhianat." (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab