Tinta Media: Pemimpin
Tampilkan postingan dengan label Pemimpin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pemimpin. Tampilkan semua postingan

Minggu, 13 November 2022

Rasulullah SAW Pemimpin Negara yang Handal di Muka Bumi

Tinta Media - Sobat. Seluruh teori leadership yang dikemukakan oleh para pakar leadership dunia semuanya ada pada diri baginda Rasulullah Muhammad SAW. Beliau adalah pemimpin teragung sepanjang sejarah umat manusia. Beliau tidak pernah berkata berdasarkan hawa nafsu, tidak pernah menyimpang, dan tidak pernah tersesat. Menaati beliau adalah kewajiban karena bagian dari ketaatan kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” ( QS. An-Nisa’ (4): 59 )

Sobat. Ayat ini memerintahkan agar kaum Muslimin taat dan patuh kepada-Nya, kepada rasul-Nya dan kepada orang yang memegang kekuasaan di antara mereka agar tercipta kemaslahatan umum. Untuk kesempurnaan pelaksanaan amanat dan hukum sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, hendaklah kaum Muslimin:

a. Taat dan patuh kepada perintah Allah dengan mengamalkan isi Kitab suci Al-Qur'an, melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya, sekalipun dirasa berat, tidak sesuai dengan keinginan dan kehendak pribadi. Sebenarnya segala yang diperintahkan Allah itu mengandung maslahat dan apa yang dilarang-Nya mengandung mudarat.

b. Melaksanakan ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah saw pembawa amanat dari Allah untuk dilaksanakan oleh segenap hamba-Nya. Dia ditugaskan untuk menjelaskan kepada manusia isi Al-Qur'an. Allah berfirman:

"... Dan Kami turunkan Adz-dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka ¦." (an-Nahl/16:44).

c. Patuh kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ulil amri yaitu orang-orang yang memegang kekuasaan di antara mereka. Apabila mereka telah sepakat dalam suatu hal, maka kaum Muslimin berkewajiban melaksanakannya dengan syarat bahwa keputusan mereka tidak bertentangan dengan Kitab Al-Qur'an dan hadis. Kalau tidak demikian halnya, maka kita tidak wajib melaksanakannya, bahkan wajib menentangnya, karena tidak dibenarkan seseorang itu taat dan patuh kepada sesuatu yang merupakan dosa dan maksiat pada Allah.

Nabi Muhammad saw bersabda:
"Tidak (dibenarkan) taat kepada makhluk di dalam hal-hal yang merupakan maksiat kepada Khalik (Allah swt)." (Riwayat Ahmad).

d. Kalau ada sesuatu yang diperselisihkan dan tidak tercapai kata sepakat, maka wajib dikembalikan kepada Al-Qur'an dan hadis. Kalau tidak terdapat di dalamnya haruslah disesuaikan dengan (dikiaskan kepada) hal-hal yang ada persamaan dan persesuaiannya di dalam Al-Qur'an dan sunah Rasulullah saw.
Tentunya yang dapat melakukan qias seperti yang dimaksud di atas ialah orang-orang yang berilmu pengetahuan, mengetahui dan memahami isi Al-Qur'an dan sunah Rasul. Demikianlah hendaknya dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhirat.

Sobat. Salah satu bukti kehebatan dan kesempurnaan Nabi Muhammad SAW di bidang kepemimpinan ialah beliau berhasil mencetak para pemimpin. Setiap orang dari mereka menjadi pemimpin umat manusia di bidangnya masing-masing sampai hari kiamat. Anda bisa mendapati Abu Bakar sebagai pemimpin yang mampu bertahan dalam melawan krisis pada masanya.

Sobat. Anda juga akan mendapat Umar bin Khaththab ra sebagai pemimpin yang paling tegas sepanjang masa, Ubay bin Kaáb ra sebagai guru bagi para qari’ sepanjang zaman, Ibnu Abbas ra sebagai ustadz para ahli tafsir sepanjang sejarah, Zaid bin Tsabit ra sebagai pakar faraid terhebat sampai hari kiamat, Muádz bin Jabbal ra sebagai imam para ulama di bidang halal haram sepanjang masa. Semua belajar dari Rasulullah SAW sesuai dengan potensi dan kemampuan masing-masing.

Sobat. Pemimpin sukses adalah pemimpin yang mampu menentukan target yang jelas. Sejak awal, Nabi Muhammad SAW telah menentukan apa yang beliau inginkan serta menetapkan target dan tujuannya. Beliau pun mengumumkannya di hadapan manusia, “Wahai manusia, ucapkanlah, Tidak ada Tuhan selain Allah, niscaya kalian akan beruntung.” (HR. Ahmad)

Sobat. Dalam kepemimpinan Nabi Muhammad SAW terlihat tekadnya yang tak kenal menyerah dan kemauan kerasnya yang tak kenal mundur. Beliau sangat yakin dengan janji Allah SWT. Beliau memandang masa depan seolah-olah benar-benar melihat dengan mata kepalanya sendiri. Tujuan beliau mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya dan menunjukkan jalan menuju Tuhan, sehingga mereka menyembah-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya. Tujuan paling besar adalah mengajak beriman kepada Allah dan menghamba hanya kepada-Nya, serta mencabut pohon kejahiliahan.

Sobat. Beliau menyampaikan kabar gembira tentang pertolongan Allah kepada para sahabat dan kaum muslimin. Semua yang beliau kabarkan terwujud, karena kekuatan tawakkal beliau yang luar biasa. Beliau hanya bersandar kepada Allah SWT, bukan kepada orang-orang yang memiliki kedudukan dan harta.

Sobat. Rasulullah SAW telah mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi berbagai situasi. Tidak ada kondisi darurat melainkan beliau sudah mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Sebagaimana firman-Nya :
وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن قُوَّةٖ وَمِن رِّبَاطِ ٱلۡخَيۡلِ تُرۡهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّكُمۡ وَءَاخَرِينَ مِن دُونِهِمۡ لَا تَعۡلَمُونَهُمُ ٱللَّهُ يَعۡلَمُهُمۡۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيۡءٖ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ يُوَفَّ إِلَيۡكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تُظۡلَمُونَ 

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” ( QS. Al-Anfal (8) :60 )

Sobat. Untuk menghadapi pengkhianatan kaum Yahudi dan persekongkolan mereka dengan kaum musyrikin dengan tujuan menghancurkan kaum Muslimin, Allah memerintahkan pada ayat ini agar kaum Muslimin menyiapkan kekuatan guna menghadapi musuh-musuh Islam, baik musuh yang nyata mereka ketahui, maupun yang belum menyatakan permusuhan-nya secara terang-terangan. Yang harus dibina lebih dahulu adalah kekuatan iman yang akan menjadikan mereka percaya dan yakin bahwa mereka adalah pembela kebenaran, penegak kalimah Allah di muka bumi dan mereka pasti menang dalam menghadapi dan membasmi kezaliman dan keangkara-murkaan. 

Kekuatan iman yang sempurna inilah yang dapat membina kekuatan mental yang selalu ditanamkan pada hati segenap rakyat agar mereka benar-benar menjadi bangsa yang tangguh dan perkasa dalam menghadapi berbagai macam kesulitan dan cobaan. Bangsa yang kuat mentalnya tidak akan dapat dikalahkan oleh bangsa lain bagaimana pun sempurnanya peralatan dan senjata mereka. Hal ini telah dibuktikan dalam Perang Badar di mana tentara kaum musyrikin yang jauh lebih besar jumlah dan persenjataannya dapat dipukul mundur oleh tentara Islam yang sedikit jumlahnya dan amat kurang persenjataannya, tetapi memiliki mental yang kuat dan iman yang teguh.

Di samping kekuatan iman/mental mereka, harus pula dipersiapkan kekuatan fisiknya karena kedua kekuatan ini harus digabung menjadi satu, kekuatan fisik saja akan kurang keampuhannya bila tidak disertai dengan kekuatan mental. Demikian pula sebaliknya kekuatan mental saja tidak akan berdaya bila tidak ditunjang oleh kekuatan fisik.

Allah memerintahkan agar kaum Muslimin mempersiapkan tentara berkuda yang ditempatkan pada tempat strategis, siap untuk menggempur dan menghancurkan setiap serangan musuh dari manapun datangnya. Pada masa Nabi pasukan berkuda inilah yang amat strategis nilainya dan amat besar keampuhannya. Suatu negeri yang mempunyai pasukan berkuda yang besar akan disegani oleh negeri-negeri lain, dan negeri lain itu akan berpikir lebih dulu bila akan menyerang negeri itu. 

Pada masa sekarang pasukan berkuda (kavaleri) telah digantikan oleh pasukan tank baja, masalah peperangan pada masa kini sudah lain corak dan bentuknya dari peperangan masa dulu. Alat senjata yang dipergunakan sudah beragam pula, berupa armada udara, armada laut, bahkan sampai memper-gunakan persenjataan yang sangat canggih. Jika pada masa Nabi Muhammad saw. Allah memerintahkan agar mempersiapkan pasukan berkuda, maka pada masa sekarang kaum Muslimin harus mempersiapkan berbagai senjata modern untuk mempertahankan negaranya dari serangan musuh. 

Sebagaimana diketahui senjata-senjata modern sekarang ini adalah hasil dari kemajuan teknologi. Maka umat Islam wajib berusaha mencapai ilmu pengetahuan setinggi-tingginya dan menguasai teknologi dan selalu mengikuti perkembangan dan kemajuannya. 

Untuk mencapai ilmu dan teknologi yang tinggi kita memerlukan biaya yang sangat besar. Kita wajib mempercepat kemajuan ekonomi dan memperbesar penghasilan rakyat. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat menafkahkan sebagian hartanya untuk kepentingan dan pertahanan negaranya.

Suatu negara yang kuat mentalnya, kuat pertahanannya, dan kuat pula perekonomiannya pasti akan disegani oleh negara lain dan mereka tidak berani memusuhinya apalagi menyerangnya. Inilah yang dituntut Allah dari kaum Muslimin.
Anjuran menafkahkan harta fi sabilillah terdapat dalam beberapa ayat dalam Al-Qur'an di antaranya firman Allah:

Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (al-Baqarah/2: 195)

Dan firman Allah swt:
وَمَثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمُ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِ وَتَثۡبِيتٗا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ كَمَثَلِ جَنَّةِۢ بِرَبۡوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٞ فََٔاتَتۡ أُكُلَهَا ضِعۡفَيۡنِ فَإِن لَّمۡ يُصِبۡهَا وَابِلٞ فَطَلّٞۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ 
“Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari rida Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun (pun memadai). Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (al-Baqarah/2: 265)

Allah menjanjikan pahala yang besar kepada setiap orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, dan dia tidak akan dirugikan sedikit pun karena menafkahkan hartanya. Sebaliknya perbuatan itu akan mendapat pahala yang berlipat ganda.

Sobat. Ada hikmah Allah yang tersimpan dalam kehidupan Rasulullah SAW di berbagai fase hidup. Setiap peristiwa kehidupan beliau jalani dengan penuh penghambaan kepada Allah sehingga beliau bisa menjadi teladan bagi umat. Sebab, setiap peristiwa yang dialami umat , ada contoh teladan bagaimana cara menghadapinya dari kisah hidup Rasulullah SAW.

Sobat. Salah satu bentuk kecerdasan Nabi SAW dalam kepemimpinan ialah beliau menggunakan semua sarana yang baik untuk menyampaikan risalahnya dalam bahasa modern saat ini disebut media policy. Beliau adalah orator terbaik, singa mimbar yang kalimat-kalimatnya menyihir para pendengar. Beliau masuk ke pasar-pasar Arab dan menyampaikan orasi-orasinya hingga mimbar-mimbar bergetar dan jiwa-jiwa tersadarkan.Beliau juga menugaskan para ulama, fuqaha, peneramah, dan penyair untuk menebarkan dakwahnya di muka bumi. Beliau juga memanfaatkan sarana surat menyurat untuk mendakwahi para raja dan tokoh pembesar.

Sobat. Rasulullah SAW pemimpin Negara yang handal di muka bumi. Negara yang beliau dirikan menjadi percontohan dalam hal keadilan, permusyawaratan, penegakkan hukum, penghormatan terhadap fitrah manusia, serta perhatian terhadap fakir miskin, yatim dan dhuafa’ . Negara beliau berhasil melindungi keberlangsungan hidup umat manusia dengan menghentikan pertumpahan darah, menjaga harta dan kehormatan manusia, serta membangun peradaban yang agung dan masyarakat yang madani.

Sobat. Rasulullah SAW bukan hanya penyampai wahyu dari Allah dengan sabdanya, tetapi juga pemimpin Negara dan teladan bagi semua pemimpin. Pemimpin yang dibimbing oleh wahyu, turun langsung ke medan perang, mengatur strategi pertempuran, serta mengelola harta publik. Beliau juga pemimpin di bidang pendidikan, urusan rumah tangga, dan urusan masyarakat umum.

(DR. Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Kamis, 03 November 2022

Analis: Urgensi Pemimpin Tingkatkan Kapasitas dan Kelas dalam Wujudkan Perdamaian Dunia

Tinta Media - Analis Senior Pusat kajian dan Analisis Data (PKAD) Hanif Kristianto mengungkap urgensi peningkatan kapasitas dan kelas seorang pemimpin jika ingin turut serta dalam mewujudkan perdamaian dunia. 

“Apapun latar belakangnya, kalau dia sudah menjadi seorang pemimpin, artinya dia harus meningkatkan kapasitas dan kelasnya,” ungkap Hanif dalam Kabar Petang: Jokowi Mampu Urus Perdamaian Dunia? di kanal YouTube Khilafah News pada Selasa, (1/11/2022). 

Ungkapan tersebut disampaikan untuk menyoroti pernyataan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan bahwa akan ada banyak negara yang meminta tolong kepada Presiden Jokowi yang dulunya tukang kayu terkait isu perdamaian dunia. Hanif kemudian menunjukkan bagaimana posisi Indonesia masih terkungkung dalam rumah besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

“Jadi, saya ingin mengambil contoh terkait tindakan Indonesia kepada Palestina. Kalau saya amati, Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri, Bu Retno dan melalui forum-forum dunia juga menginginkan perdamaian di Palestina. Namun, Indonesia tidak jauh berbeda dengan PBB yang mengingkan solusi dua negara. Artinya, Palestina berdampingan dengan Israel,” bebernya.  

Analis Politik dan Media tersebut pun mempertanyakan kemampuan Jokowi melawan kekuatan besar yang berhimpun dalam PBB. Menurutnya, Indonesia belum mampu melakukan perdamain dunia tanpa dukungan negara-negara lain. 

“Karena terkait ketidakadilan dan penjajahan global, mereka memiliki kekuatan persenjataan, kekuatan ekonomi dan sebagainya,” tegas Hanif.

Hanif memberi sebuah pemisalan, jika Indonesia hendak mengirimkan tentara ke Palestina untuk melawan hegemoni Israel, maka dibutuhkan banyak biaya. Hal ini justru dikhawatirkan dijadikan alasan untuk menambah utang.
 
“Amerika sendiri dalam perang global baik di Afganistan, di Irak dan di beberapa negara muslim yang lain sudah menghabiskan dana yang luar biasa. Bahkan melebihi dana APBN,” imbuhnya.

Komitmen Presiden Jokowi untuk membuktikan kemampuannya melawan ketidakadilan dan penjajahan global masih ditunggu. Hanif mengingatkan bahwa, Indonesia saat ini juga masih berada dalam hegemoni dan penjajahan global. 

“Mampukah Presiden Jokowi, secara pribadi selaku kepala negara menolak penjajahan dan ketidakadilan untuk Indonesia? Apalagi untuk negara-negara yang lain?” tutupnya. [] Ikhty

Kamis, 27 Oktober 2022

DEMOKRASI DAN PEMIMPIN MUNAFIK

Tinta Media - Secara filosofis, demokrasi berpaham antroposentrisme dimana manusia dijadikan sebagai sumber segalanya. Istilah manusia sebagai pusat edar kehidupan berasal dari ungkapan Plato. Dengan pemahaman sederhana, bahwa demokrasi menjadikan manusia sebagai sumber kebenaran. Dengan arti lain, sejak awal lahir, demokrasi adalah ideologi anti tuhan.

Bahkan demokrasi juga berpaham antropomorpisme dimana manusia berdaulat atas penyusunan hukum dan perundang-undangan. Melalui model trias politica, maka demokrasi menyumberkan konstruksi hukum dan undang-undangnya disusun oleh manusia juga. Kedaulatan hukum ada di tangan manusia dan mengabaikan hukum-hukum Allah adalah perkara aqidah bagi seorang muslim. Sebab aqidah seorang muslim adalah keterikatan dirinya dengan hukum Allah.

Ada dua faktor utama, mengapa sistem demokrasi tidak melahirkan efektifitas penyelenggaraan negara di negeri ini. Pertama, secara genetis, demokrasi adalah ideologi transnasional yang sekuleristik liberalistik dan bahkan kapitalistik yang merupakan gerakan imperialisme dan neokolonialisme Barat terhadap negeri-negeri muslim.

Kedua,  secara empirik, para elit penyelenggara pemerintahan hanya sibuk bertengkar berebut kekuasaan demi libido politiknya sendiri. Setelah berkuasa, kerja mereka hanya korupsi, kolusi dan nepotisme tanpa ada rasa malu. Lebih dari itu, demokrasi sering kali hanya melahirkan para pemimpin boneka yang menjadi budak para oligarki kaum kapitalis belaka.

 

Demokrasi selalu berdusta dan ingkar janji karena merupakan rekayasa manusia demi kepentingan duniawi semata. Dalam demokrasi tidak dikenal kehidupan akhirat, tidak dikenal juga hukum halal dan haram. Secara genetik, demokrasi lebih dekat kepada karakter munafik, jika tidak hendak disebut kufur. Bahkan jika percaya kepada manusia sebagai sumber kebenaran hukum, bisa menjerumuskan kepada kesyirikan.

 

“Kebenaran itu adalah dari Rabbmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (al-Baqarah: 147). “Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Rabbmu.” (al-Kahfi : 29).

 

Ibnu Katsir mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Rasul- Nya Muhammad, “Katakanlah wahai Muhammad kepada manusia, ‘Inilah yang aku bawa dari Rabb kalian. Itulah yang benar tiada keraguan padanya…’.”. Asy-Syaukani berkata, “(Katakanlah) kepada mereka yang lalai, ‘Kebenaran itu dari Rabb kalian, bukan dari arah yang lain sehingga (kalau dari yang lain) memungkinkan untuk diubah dan diganti’

 

Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya. (QS An Nisaa : 60)

 

Thagut (bahasa Arab: طاغوت, thaghut) adalah istilah dalam agama Islam yang merujuk kepada setiap yang disembah selain Allah yang rela dengan peribadatan yang dilakukan oleh penyembah atau pengikutnya, atau rela dengan ketaatan orang yang menaatinya dalam melawan perintah Allah.

 

Thagut bisa bermakna setan yang selalu menyeru beribadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalil-nya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya : "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu." (QS Yasin 36: 60).

 

Thagut juga bisa bermakna penguasa zhalim yang mengubah hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti peletak undang-undang yang tidak sejalan dengan Islam. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengingkari orang-orang musyrik. Mereka membuat peraturan dan undang-undang yang tidak diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya : "Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?" (QS  Asy-Syura 42: 21).

 

Thagut juga bisa bermakna hakim yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika ia mempercayai bahwa hukum-hukum yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak sesuai lagi, atau dia membolehkan diberlakukannya hukum yang lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya :  "Dan barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (QS  Al-Ma'idah 5: 44).   

 

Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya (QS An Nisaa : 65)

 

Demokrasi sekuler liberal adalah jebakan bagi para pemimpin muslim yang bisa menjerumuskan dalam kemunafikan. Ideologi demokrasi sekuler termasuk thagut. Sikap munafik seorang pemimpin adalah ketika menolak hukum Allah dan menghalangi tegaknya hukum Allah. Sementara demokrasi sekuler adalah ideologi yang memisahkan antara agama dan negara. Maka, pemimpin muslim pendukun demokrasi sekuler otomatis akan menolak hukum Allah diterapkan secara kaffah dalam institusi negara.

 

Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah (patuh) kepada apa yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul," (niscaya) engkau (Muhammad) melihat orang munafik menghalangi dengan keras darimu (QS An Nisaa : 61).

 

Maka bagaimana halnya apabila (kelak) musibah menimpa mereka (orang munafik) disebabkan perbuatan tangannya sendiri, kemudian mereka datang kepadamu (Muhammad) sambil bersumpah, "Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain kebaikan dan kedamaian." (QS An Nisaa : 62).

Kepemimpinan munafik bukan saja menolak hukum Allah, bahkan mereka tak segan-segan memusuhi dan menfitnah Islam dan ajarannya. Mereka dengan sombong menuduh Islam sebagai agama teroris, menuduh Al Qur’an sumber terorisme, mengkriminalisasi para ulama pejuang Islam, membubarkan kajian-kajian Islam, dan menebarkan paham-paham sesat seperti moderasi, liberalisme, sekulerisme dan pluralisme. Bahkan kaum manafik banyak yang jadi corong kaum kafir untuk merusak Islam hanya untuk mendapatkan seonggok nasi basi.

 

“(yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah." (QS An Nisa 139)

 

Dalam penjelasan Tafsir Ringkas Kementerian Agama menerangkan, walau mengaku beriman, mereka sebenarnya tetap dalam keadaan kufur dan menyembunyikannya.  Salah satu buktinya ialah bahwa mereka adalah orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai penolong, yakni pemimpin-pemimpin, teman-teman penolong serta pendukung meraka. Hal itu dilakukan dengan meninggalkan orang-orang Mukmin, yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan iman yang mantap.

 

Mereka seharusnya menjadikan orang Mukmin itu penolong mereka, tetapi hal itu tidak mereka lakukan. Apakah mereka yaitu orang-orang munafik mencari kekuatan di sisi mereka yakni orang-orang kafir untuk memberikan pertolongan dan dukungan kepada mereka?

 

Pemimpin munafik sangat berbahaya bahkan lebih berbahaya dari orang kafir karena mereka kerap mempermainkan agama. Sifat pemimpin munafik dalam Islam seperti ini dapat berujung pada terpecah belahnya umat, hancurnya agama Islam dari dalam, dan menghancurkan sebuah negara.

 

Dalam surat An Nisa ayat 138, Alquran memberi kabar atau pesan kepada orang-orang munafik. Bahwa mereka akan mendapatkan siksa yang pedih akibat kemunafikannya. “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih.” (QS An Nisa 138)

 

Dalam penjelasan Tafsir Ringkas Kementerian Agama, ayat 138 ini menerangkan, sampaikanlah berita sebagai ejekan dan kecaman kepada orang-orang munafik, wahai Nabi Muhammad, bahwa bagi mereka di akhirat kelak siksaan yang pedih. Bahkan mereka akan berada pada tingkat yang paling rendah, buruk, dan berat dari neraka Jahanam sebagai balasan dari perbuatan mereka.

 

Tafsir Kementerian Agama menerangkan ayat 138 yaitu bahwa, orang-orang munafik sangat tercela karena sikap mereka yang selalu berubah-ubah, dan tidak sesuai ucapannya dengan perbuatannya. Pada saat berkumpul dengan orang-orang Mukmin, mereka menampakkan keimanannya dan menyembunyikan kekufurannya. Sebaliknya apabila bertemu dengan orang-orang kafir, mereka menampakkan kekafirannya dan menyembunyikan keimanannya. Mereka benar-benar akan mendapat siksaan yang pedih.

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 25/10/22 : 07.47 WIB)

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad


Dr. Ahmad Sastra 

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

Sabtu, 22 Oktober 2022

Ustaz Adi: Pilihlah Pemimpin yang Bertakwa dan Menerapkan Syariat Islam!

Tinta Media - Guru dan Motivator Ustaz Adi S. Soeswadi mengajak umat agar memilih pemimpin yang bertakwa dan mau menerapkan syariat Islam.

“Memilih pemimpin itu tidak hanya yang bertakwa dalam arti hanya urusan ibadahnya sendiri tapi harus mau menerapkan syariat Islam,” tuturnya dalam Kajian Spesial Maulid: Siapa Pemimpin Seperti Rasulullah SAW? Kamis (13/10/2022), di kanal YouTube At Tafkir Channel. 

Menurutnya, seseorang dapat dipilih menjadi pemimpin ketika memenuhi dua hal, yakni:
Pertama, pemimpin yang kita pilih itu, dia memang benar-benar harus laki-laki yang bertakwa dan seorang muslim. 
“Bertakwa artinya dia menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan dari Allah,” ujarnya. 

Kedua, seorang pemimpin dalam Islam harus melaksanakan syariat Islam. 
“Tidak hanya bertakwa untuk urusan pribadi tetapi ketika dia menjadi pemimpin masyarakat banyak harus dengan Islam. Itu syaratnya,” ucapnya. 

Karena penerapan syariat Islam merupakan jaminan akan adanya keadilan, kesejahteraan hidup, keberkahan hidup, dan kebahagiaan. 
“Itu jaminan sebab aturan yang ditetapkan oleh Islam itu adalah aturan dari Allah yang menciptakan manusia, “ bebernya. 

Islam itu diturunkan Allah dengan sempurna untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah dan mengatur hubungan antara manusia satu dengan yang lain.

“Tidak hanya mengatur bagaimana kita salat, puasa, dan seterusnya atau mengatur hanya untuk diri sendiri (makan, minum, pakaian, mana yang halal, mana yang haram). Tapi bagaimana hubungan manusia satu dengan lain, dalam dimensi pendidikan, hukum, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya,”  urainya. 

Ia mengungkapkan bahwa Islam itu mengatur sedemikian rupa dalam mengatur semua kebutuhan negara. Dengan tujuan agar manusia bisa hidup lebih baik, sejahtera, bahagia, dan adil karena aturannya dari Allah yang menciptakan manusia. 

“Karena semua aturan yang meliputi hubungan manusia satu dengan lain itu akan bisa diimplementasikan dalam kebutuhan negara,” ungkapnya. 

Hal ini seperti Rasulullah Saw. ketika memimpin di Madinah dengan menerapkan Islam sebagai aturan yang mengatur kehidupan masyarakat. 
“Ketika itu Islam menjadi aturan yang mengatur seluruh kehidupan yang ada di Madinah, kita bisa lihat bagaimana hukum-hukum yang terkait dengan muamalah, hukum potong tangan. Lalu Rasulullah melakukan hubungan diplomatik ke luar daerah,” jelasnya. 

Ia menegaskan pentingnya ketika memilih pemimpin tidak Asal kelihatan orangnya bagus saja, namun dilihat dulu apa yang mau diterapkan. 

“Pemimpin itu dilihat bagaimana ketika dia memimpin masyarakat. Apakah dengan Islam, itu yang harus diperhatikan. Kalau dia tetap memimpin pakai UU yang dibuat manusia, bisa dipastikan nanti ada kezaliman, ada ketidakadilan,” tegasnya. 

Maka jangan heran sekarang ini terjadi seperti itu (ada kezaliman dan ketidakadilan). “Karena pemimpinnya belum mau menerapkan syariat Islam. Nah itulah yang harus kita perjuangkan, “ pungkasnya. [] Ageng Kartika

Minggu, 16 Oktober 2022

Ahmad Sastra: Indonesia Butuh Pemimpin yang Adil

Tinta Media - Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menilai bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu mewujudkan keadilan. 

“Indonesia butuh pemimpin yang mampu mewujudkan keadilan,” tuturnya kepada Tinta Media, Sabtu (15/10/2022).

Menurutnya, saat ini Indonesia dalam cengkeraman kapitalisme sekuler yang penuh kezaliman kepada rakyat. Sehingga tidak ada sedikit pun keadilan di negara yang menerapkan sistem kapitalisme. Sementara sekularisme adalah anti agama yang destruktif. 

 “Sistem kapitalisme sekuler ini dikendalikan oleh oligarki yang rakus dunia dengan menguasai sumber daya alam secara membabi buta,” ujarnya. 

Ahmad mengkritik posisi Indonesia sebagai negeri muslim terbesar dunia, menjadi rujukan bagi dunia muslim lainnya. Tetapi justru menjadi negeri yang penuh kezaliman dan selalu memiliki pemimpin yang anti Islam. 

“Karena Indonesia dengan sistem kapitalisme demokrasi sekuler merupakan sistem kufur yang sarat kezaliman, sementara pemimpin yang lahir dari sistem ini tidak lebih dari para jongos penjajah yang kerjanya hanya merusak kehidupan dan lingkungan,” kritiknya. 

Ia mengungkapkan bahwa pemimpin yang adil akan terbentuk jika diterapkan Islam di dalamnya. 

“Islam adalah agama dan ideologi yang menjunjung tinggi nilai keadilan. Nilai keadilan Islam bisa diterapkan dalam setiap aspek kehidupan,” ungkapnya. 
Baginya keadilan merupakan suatu ciri utama dalam ajaran Islam. 

“Seluruh masyarakat muslim dan non muslim yang hidup di bawah Daulah Islam akan memperoleh hak dan kewajibannya secara adil, seadil-adilnya,” tuturnya. 

Keadilan dalam pandangan Islam adalah di saat meletakkan segala sesuatu sesuai dengan apa yang telah diatur oleh Allah. Ia mengatakan bahwa mewujudkan keadilan dengan demikian bukan hanya soal pemahaman terhadap hukum, namun juga berkait erat dengan keahlian di bidangnya. 
“Dan termasuk menyia-nyiakan amanah di saat menyerahkan tugas bukan kepada ahlinya,” katanya. 

Ahmad menjelaskan bahwa Islam sebagai sistem hukum adalah representasi dari keadilan yang sempurna jika diterapkan secara kafah. Dan Rasulullah sebagai seorang pemimpin adalah teladan dalam keagungan akhlak. 

“Adalah kesempurnaan bagi sebuah bangsa jika menerapkan sistem sempurna yang adil dan memiliki pemimpin yang berakhlak agung,” jelasnya. 

Ia menguraikan bahwa ada tiga prinsip keadilan yang harus diwujudkan dalam sebuah negara, jika tidak terwujud maka akan muncul kezaliman. 

Pertama, adalah prinsip menuhankan Tuhan. “Maknanya negara tersebut akan dipandang adil oleh Allah jika rakyatnya mengakui Allah sebagai Tuhan, lantas menyembah dan menaati aturan-Nya,” ujarnya. 
Baginya menuhankan yang bukan Tuhan adalah sebuah kezaliman, apalagi menaati aturan bukan dari Tuhan. 

Kedua, memanusiakan manusia. Maknanya adalah bahwa pemerintah harus memahami hakikat rakyat sebagai manusia yang diciptakan Allah sehingga cara pandang rakyat harus sejalan dengan tujuan Allah menciptakan manusia. 

“Dari sinilah akan lahir perangkat hukum yang bertujuan meningkatkan martabat kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena itu menjadi penguasa sangatlah berat jika tidak berbuat adil,” ucapnya. 

Ketiga, adalah mengalamkan alam di mana keadilan juga bisa diwujudkan dengan cara pandang yang benar terhadap sumber daya alam (laut, udara, dan darat), termasuk di dalamnya hewan-hewan. 

“Pemerintahan yang adil adalah yang mampu mengelola sumber daya alam sesuai dengan hukum dan aturan dari Allah Yang Maha Adil,” katanya. 

Ia mengkritisi bahwa alam semesta itu diciptakan Allah untuk dijaga dan dimanfaatkan bukan dirusak sesuai kepentingan hawa nafsu. 

“Apalagi diprivatisasi dan dikuasai oleh asing dan aseng. Jelas haram,” kritiknya. 

Ia menegaskan bahwa persoalan yang rumit ketika hukum-hukum produk manusia dijadikan sebagai sandaran untuk mewujudkan keadilan berbangsa dan bernegara. 

“Sebab kepentingan politik pragmatis yang mendominasi para pemimpin seringkali justru menyalahgunakan kekuasaan untuk menciptakan ketidakadilan,” tegasnya. 

Ahmad menyatakan jika Indonesia ingin menjadi lebih baik maka harus menerapkan Islam secara kafah dan memiliki pemimpin yang taat kepada hukum Allah. 

“Indonesia membutuhkan pemimpin yang muslim, berakal, adil, mampu, laki-laki, dan balig. Selain itu karakter pemimpin yang dibutuhkan Indonesia adalah yang shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Orang berakal pasti mau tawaran ini?” pungkasnya. [] Ageng Kartika

Minggu, 09 Oktober 2022

UIY: Kalau Ini Hari Ada Pemimpin Islam Tidak Merujuk kepada Nabi, Itu Kebangetan

Tinta Media - Merespon pendapat Michael Hart  yang menempatkan Rasulullah dalam susunan orang yang berpengaruh pada posisi paling utama dan pertama, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan kalau ini hari ada pemimpin Islam tidak merujuk kepada Nabi itu kebangetan.

“Kalau ini hari  ada orang Islam, pemimpin Islam tidak merujuk kepada Nabi itu kebangetan, malu lah dia sama Michael Hart.  Lalu kalau dia enggak  nyontoh Nabi nyontoh siapa?” tuturnya dalam tayangan video Jumat (7/10/2022).

Michael Hart, sambung UIY,  menilai secara obyektif, berdasarkan apa yang dia katakan bahwa  Nabi Muhammad Saw. itu pemimpin yang paling berpengaruh. Dan pengaruhnya itu pengaruh baik.  Michael Hart  yang bukan Muslim bisa begitu karena dia mengenal Nabi.

Karena, itu UIY heran kalau ada orang yang  berusaha untuk melanjutkan misi Nabi,  memperjuangkan risalah Nabi, menegakkan hukum yang di ajarkan oleh Nabi, kok  pemimpin ini menghalang-halangi.

“Lho ini  muslim kok menghalang-halangi, aneh itu.  Michael Hart saja menempatkan Rasulullah sebagai pemimpin yang paling berpengaruh di dunia,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
               

PKAD: Masyarakat Sekuler Lebih Memilih Pemimpin Paling Populer Bukan Berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah

Tinta Media - Anggota Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan PKAD Maulana Munif menyatakan bahwa masyarakat sekuler jika memilih pemimpin hanya berdasarkan kepopuleran bukan berlandaskan Al-Quran dan Sunah.

“Pertimbangan orang memilih dan dipilih sebagai pemimpin bukanlah didasarkan pada tolak ukur Islam atau berlandaskan Al-Quran dan Sunah, mereka yang dipilih hanyalah yang paling populer di tengah-tengah masyarakat. Karena peraturan ditengah-tengah masyarakat yang mengatur segala kehidupan dengan sistem sekuler bukan dengan aturan Islam," ujarnya di Tabloid Media Umat edisi 320 Oktober 2022.

Ironisnya, kata Maulana, popularitas tersebut sebagian karena keartisan atau ketokohan yang tidak ada hubungannya sama sekali denga tingkat ketaqwaan ataupun keilmuan Islam.

“Bahkan sebagian besar dari mereka populer dan mempopulerkan diri hanya karena selembar spanduk atau baliho yang kebetulan dipasang di ratusan bahkan ribuan tempat,” lanjutnya.

Menurutnya, sebuah kewajaran jika sistem bukan dari Islam melahirkan para pemimpin dan wakil rakyat yang juga jauh dari Islam, lanjutnya. Sehingga umat hanya mengenal pemimpin dari nama dan gambar/fotonya tanpa mengetahui visi-misi, penguaaan ilmu-ilmu Islam, apalagi kesalihan dan ketaqwaannya.

Maulana menambahkan, hal ini juga terjadi pada pemimpin negeri muslim mereka tidak pernah memiliki visi yang jelas karena tidak menganut apa yang diajarkan Rasululloh SAW secara Kaffah.

“Nah, di tengah pemimpin yang belum jelas visinya itulah nasib jutaan rakyat kini dieprtaruhkan. Walhasil, kita semua butuh pemimpin yang adil,” pungkasnya.[] Azaky Ali

Jumat, 07 Oktober 2022

Syarat Utama Pemimpin adalah Amanah

Tinta Media - Sobat. Amanah adalah salah satu karakter terpenting dari semua akhlak mulia dan sifat terpuji dalam syariat Islam. Ia adalah akhlak agung yang mendasari risalah Nabi Muhammad SAW. Makna amanah lebih luas dari sekedar menjaga harta. Ia juga mencakup perkataan, perbuatan, keyakinan dan akhlak. Salah satu sifat agung yang dimiliki oleh para Nabi dan salah satu syarat utama untuk menjadi pemimpin adalah amanah. 

Sobat. Salah satu tanda dekatnya hari kiamat adalah disia-siakan amanah, sebagaimana sabda beliau kepada orang yang bertanya tentang hari kiamat, “ Jika amanah disia-siakan, tunggulah hari kiamat (akan segera tiba).” ( HR. al-Bukhari)

Allah SWT menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang beriman dan para pemimpin yang menjaga amanah dan menunaikan hak bahwa mereka akan mendapatkan surge firdaus yang tertinggi, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya :
وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَوَٰتِهِمۡ يُحَافِظُونَ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡوَٰرِثُونَ ٱلَّذِينَ يَرِثُونَ ٱلۡفِرۡدَوۡسَ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ 
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” ( QS. Al-Mu’minun (23) : 8-11)

Sobat. Memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan menepati janjinya. Dalam ayat ini Allah menerangkan sifat keenam dari orang mukmin yang beruntung itu, ialah suka memelihara amanat-amanat yang dipikulnya, baik dari Allah ataupun dari sesama manusia, yaitu bilamana kepada mereka dititipkan barang atau uang sebagai amanat yang harus disampaikan kepada orang lain, maka mereka benar-benar menyampaikan amanat itu sebagaimana mestinya, dan tidak berbuat khianat. 

Demikian pula bila mereka mengadakan perjanjian, mereka memenuhinya dengan sempurna. Mereka menjauhkan diri dari sifat kemunafikan seperti tersebut dalam sebuah hadis yang masyhur, yang menyatakan bahwa tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu kalau berbicara suka berdusta, jika menjanjikan sesuatu suka menyalahi janji dan jika diberi amanat suka berkhianat.

Sobat. Memelihara salat yang lima waktu. Dalam ayat ini Allah menerangkan sifat yang ketujuh, yaitu orang mukmin yang berbahagia itu selalu memelihara dan memperhatikan salat lima waktu secara sempurna, tepat waktu, dan memenuhi persyaratan dan rukun-rukun. Ayat ini tidak sama dengan ayat kedua di atas, sebab di sana disebutkan bahwa mereka khusyuk dalam salatnya, sedangkan di sini disebutkan, bahwa mereka selalu memelihara salat dengan tertib dan teratur. Kelompok ayat-ayat ini dimulai dengan menyebutkan salat dan disudahi pula dengan menyebut salat, hal ini memberi peringatan betapa pentingnya salat yang telah dijadikan tiang agama. 

Rasulullah pernah bersabda, "Barang siapa yang mendirikan salat sungguh ia telah mendirikan agama dan barang siapa yang meninggalkan salat, sungguh ia telah merobohkan agama." Berikut penjelasan hadis mengenai keutamaan salat:

Dari Abdullah bin Mas'ud berkata, saya bertanya kepada Rasulullah, amalan apa yang paling dicintai Allah, Nabi menjawab, salat pada waktunya, kemudian apa? Nabi menjawab, birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua). Kemudian apa lagi? Nabi bersabda, jihad di jalan Allah. (Riwayat asy-Syaikhan)

Tersebut pula dalam sebuah hadis Nabi saw:
Dari sauban, Nabi bersabda, "Istiqamahlah kamu dan jangan menghitung-hitung. Ketahuilah bahwa perbuatanmu yang paling baik ialah salat, dan tidak ada orang yang menjaga salat melainkan orang yang beriman. (Riwayat Ahmad, al-hakim dan al-Baihaqi)

Sobat. Mereka yang memiliki tujuh sifat mulia itu akan mewarisi surga, disebabkan amal kebajikan mereka selama hidup di dunia, yaitu surga Firdaus yang paling tinggi, yang di atasnya berada `Arsy Allah Yang Maha Pemurah, dan mereka kekal di dalamnya. Umar meriwayatkan sebuah hadis, dimana Rasulullah saw bersabda:
Dari Umar bin al-Khattab, Rasulullah bersabda, "Telah diturunkan kepadaku sepuluh ayat: Barang siapa yang menegakkannya akan masuk surga, lalu ia membaca sepuluh ayat ini dari permulaan Surah al-Mu`minun. (Riwayat at-Tirmidzi)

Sobat. Rasulullah SAW adalah menjadikan amanah sebagai landasan dari semua amal dalam kehidupan sehari-hari. Beliau bersabda,” Sungguh Allah menyukai seorang di antara kalian yang ketika bekerja dia bekerja dengan sebaik-baiknya,” (HR. al-Baihaqi)

Sobat. Urusan amanah selalu hadir dalam pesan-pesan Nabi Muhammad SAW . Beliau selalu menyampaikan ayat dan hadits tentang amanah. Beliau mendidik umat dalam setiap sendi kehidupan untuk amanah. Rasulullah SAW mengajari kita bahwa semua orang akan berdiri di hadapan Allah SWT dan ditanyai mengenai amanat dan tanggung jawabnya. Beliau menyandingkan antara Iman dan Amanah seolah-olah satu kesatuan. Beliau bersabda, “ Tidak beriman orang yang tidak beramanah, Tidak beragama orang yang tidak menepati janji," (HR. Ahmad )

Sobat. Rasulullah SAW mengajarkan untuk mengemban amanah kerja dan tanggung jawab apa pun. Baik tanggung jawab bersifat umum, seperti tanggung jawab sebagai pemimpin atau menteri, maupun tanggung jawab yang bersifat khusus, seperti tanggung jawab pekerjaan dan yang lainnya. Beliau menjadikan semua urusan kehidupan sebagai amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban pada hari kiamat. …….” Ketahuilah bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yag dipimpinnya. “ ( Muttafaq ‘alaih ).

Sobat. Cukup menjadi bukti keagungan amanah Nabi Muhammad SAW adalah bahwa beliau merupakan Imam dan Pemimpin Negara, tetapi saat wafat tidak meninggalkan dirham maupun dinar untuk ahli warisnya, sebagaimana disebutkan dalam sabda beliau,” Kami tidak meninggalkan warisan. Apa yang kami tinggalkan adalah sedekah.” ( Muttafaq ‘Alaih ). Amanah apa yang lebih agung dari amanah dalam menjaga harta umat, yaitu dengan tidak mengambilnya sedirham pun?!

Sobat. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa kedudukan adalah sarana pengorbanan, bukan sarana meraih keuntungan. Jabatan adalah tanggung jawab dan amanah. Beliau bersabda kepada Abu Dzar, “ Wahai Abu Dzar, engkau sangat lemah, sementara jabatan adalah amanah.Pada Hari Kiamat, jabatan bisa menjerumuskan kepada kehinaan dan penyesalan, kecuali siapa yang mengembannya dengan benar dan menunaikan kewajibannya.” ( HR. Muslim)

Sobat. Rasulullah SAW memperingatkan dan melarang khianat. Khianat adalah jalan tercela dan akhlak yang terendah. Bahkan Nabi mengabarkan bahwa khianat adalah ciri utama kemunafikan.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَخُونُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓاْ أَمَٰنَٰتِكُمۡ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ 
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” ( QS. Al-Anfal (8) : 27)

Sobat. Abdullah bin Abi Qatadah berkata, "Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Lubabah pada ketika Rasulullah saw, mengepung suku Quraidhah dan memerintahkan mereka untuk menerima putusan Saad. Sesudah itu Quraidhah berunding dengan Abu Lubabah tentang menerima putusan Saad itu, karena keluarga Abu Lubabah dan harta bendanya berada dalam kekuasaan mereka. Kemudian Quraidhah menunjuk ke lehernya (yakni sebagai tanda untuk disembelih). Abu Lubabah berkata, "Sebelum kedua telapak kakiku bergerak, aku telah mengetahui bahwa diriku telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya." Kemudian ia bersumpah tidak akan makan apa pun sehingga ia mati, atau Allah menerima taubatnya. Kemudian ia pergi ke mesjid dan mengikat dirinya ke tiang, dan tinggal beberapa hari di sana sehingga jatuh pingsan, karena badannya sangat lemah. Kemudian Allah menerima taubatnya. Dan ia bersumpah, bahwa dia tidak boleh dilepaskan dirinya dari ikatannya selain oleh Rasulullah sendiri. Kemudian ia berkata, "Hai Rasulullah! Saya bernazar untuk melepaskan hartaku sebagai sadaqah." Rasulullah bersabda, "Cukuplah bersadaqah sepertiganya." (Riwayat Saad bin Manshur dari Abdillah bin Abi Qatadah).

Sobat. Allah menyeru kaum Muslimin agar mereka tidak mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, yaitu mengabaikan kewajiban-kewajiban yang harus mereka laksanakan, melanggar larangan-larangan-Nya, yang telah ditentukan dengan perantaraan wahyu. Tidak mengkhianati amanat yang telah dipercayakan kepada mereka, yaitu mengkhianati segala macam urusan yang menyangkut ketertiban umat, seperti urusan pemerintahan, urusan perang, urusan perdata, urusan kemasyarakatan dan tata tertib hidup masyarakat. Untuk mengatur segala macam urusan yang ada dalam masyarakat itu diperlukan adanya peraturan yang ditaati oleh segenap anggota masyarakat dan oleh pejabat-pejabat yang dipercaya mengurusi kepentingan umat. 

Peraturan-peraturan itu secara prinsip telah diberikan ketentuannya secara garis besar di dalam Al-Quran dan Hadis. Maka segenap yang berpautan dengan segala urusan kemasyarakatan itu tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip yang telah ditentukan. Karenanya segenap peraturan yang menyangkut kepentingan umat tidak boleh dikhianati, dan wajib ditaati sebagaimana mestinya. Hampir seluruh kegiatan dalam masyarakat ini berhubungan dengan kepercayaan itu. Itulah sebabnya maka Allah, melarang kaum Muslimin mengkhianati amanat, karena apabila amanat sudah tidak terpelihara lagi berarti hilanglah kepercayaan. Apabila kepercayaan telah hilang maka berarti ketertiban hukum tidak akan terpelihara lagi dan ketenangan hidup bermasyarakat tidak dapat dinikmati lagi.

Allah menegaskan bahwa bahaya yang akan menimpa masyarakat lantaran mengkhianati amanat yang telah diketahui, baik bahaya yang akan menimpa mereka di dunia, yaitu merajalelanya kejahatan dan kemaksitan yang mengguncangkan hidup bermasyarakat, ataupun penyesalan yang abadi dan siksaan api neraka yang akan menimpa mereka di akhirat nanti.

Khianat adalah sifat orang-orang munafik, sedang amanah adalah sifat orang-orang mukmin. Maka orang mukmin harus menjauhi sifat khianat itu agar tidak kejangkitan penyakit nifak yang dapat mengikis habis imannya.

Anas bin Malik berkata:
"Rasulullah saw pada setiap khutbahnya selalu bersabda: "Tidak beriman orang yang tak dapat dipercaya, dan tidak beragama orang yang tak dapat dipercaya." (Riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban dari Anas bin Malik)

Sabda Nabi saw:
"Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. Apabila menuturkan kata-kata ia berdusta, dan apabila berjanji ia menyalahi, dan apabila diberi kepercayaan ia berkhianat." (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Jumat, 30 September 2022

KARAKTER PEMIMPIN YANG DIBUTUHKAN INDONESIA

Tinta Media - Saat ini Indonesia dalam cengkraman kapitalisme sekuler yang penuh kezaliman kepada rakyat. Sistem kapitalisme sekuler dikendalikan oleh oligarki yang rakus dunia dengan menguasai sumber daya alam secara membabi buta. Tidak ada sedikitpun keadilan di negara yang menerapkan sistem kapitalisme. Sementara sekulerisme adalah sistem anti agama yang destruktif.

Indonesia butuh pemimpin yang mampu mewujudkan keadilan. Kata adil berasal dari bahasa Arab al Adl. Kata ini tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia, kecuali serapan dari bahasa Arab. Kata adil dengan demikian adalah kata yang berasal dari terminologi Islam. Al Adl merupakan salah satu nama-nama baik Allah SWT.

Allah memiliki 99 nama yang disebut sebagai Asmaul Husna. Al Adl artinya menjadi bagian dari Asmaul Husna yang wajib dipahami artinya. Sebagai nama-nama baik, Al Adl artinya menjadi wujud kebesaran Allah SWT. Al Adl artinya juga digunakan secara langsung dalam Al Qur'an. Al Adl artinya merupakan bukti bahwa Allah adalah dzat yang maha segalanya.

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al Maidah : 8)

Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan (QS An Nisaa’ : 135).

Jika Allah Maha Adil, maka Islam adalah agama yang adil karena berasal dari Tuhan Yang Maha Adil. Begitupun Rasulullah adalah utusan yang merepresentasikan keadilan dalam memimpin dan menerapkan hukum Islam. Jika dikaitkan dengan hukum, tentu saja hukum yang berasal dari Allah Yang Maha Adil adalah hukum yang adil. Melaksakan semua hukum Allah adalah manifestasi kesempurnaan keadilan, sebagaimana telah diterapkan oleh Rasulullah ketika memimpin Madinah.

Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu (QS Ar Rahman : 7- 9)

Awal kemunculan agama Islam di abad pertengahan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan tatanan kehidupan masyarakat. Islam adalah agama dan ideologi yang menjunjung tinggi nilai keadilan. Nilai keadilan Islam bisa diterapkan dalam setiap aspek kehidupan. Keadilan merupakan suatu ciri utama dalam ajaran Islam. Seluruh masyarakat muslim dan non muslim yang hidup dibawah daulah Islam akan memperoleh hak dan kewajibannya secara adil, seadil-adilnya.

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS An Nisaa’ : 58).

Islam sebagai sistem hukum adalah representasi dari keadilan yang sempurna, jika diterapkan secara kaffah. Sementara Rasulullah sebagai seorang pemimpin adalah teladan dalam keagungan akhlak. Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. Al Ahzab: 21).

Secara etimologi, akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari khuluq. Kata tersebut artinya perilaku dan tabiat manusia sejak lahir. Syaikh Mahmud Al-Mishri dalam Ensiklopedi Akhlak Rasulullah Jilid 1 mengatakan, Ar-Raghib memaknai Al khuluq sebagai kekuatan dan karakter yang ditemukan dengan mata batin.

Allah berfirman tentang keagungan akhlak Rasulullah : Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur." (QS. Al-Qalam: 4). Diriwayatkan dari Mujahid tentang firman Allah "berbudi pekerti yang luhur", ia berkata, "Yaitu agama." Sementara itu, dari Aisyah ra. ketika ditanya akhlak Rasulullah SAW, ia menjawab, "Akhlak beliau Al Quran." (HR. Ahmad dan disahihkan oleh Al-Allamah Al-Albani dalam Shahih Al-Jami').

Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata (QS. Al-Jumuah : 2)

Adalah kesempurnaan bagi sebuah bangsa jika menerapkan sistem sempurna yang adil dan memiliki pemimpin yang berakhlak agung. Maka fungsi utama diutusnya Rasulullah SAW adalah untuk menjadi bukti hidup dan contoh nyata dari seluruh ajaran dan syariat Allah Swt yang diturunkan melalui wahyu-Nya.

Rasulullah Saw telah menerapkan semua ajaran (kaffah) yang diterimanya dari Allah SWT, hal ini menjadi bukti bahwa Syariat Islam bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mengikuti Islam dengan dalih ajarannya dinilai berat dan di luar batas kemampuan manusia.

Rasulullah Saw adalah tokoh yang memiliki banyak peran. Ia adalah seorang pemimpin umat, komandan perang, referensi bagi umat dan hakim dalam menyelesaikan berbagai masalah. Tapi dari sekian banyak peran beliau, peran paling utama dan esensial adalah peran sebagai seorang pemimpin dan pendidik. Bahkan tak tanggung-tanggung, Allah yang langsung mendidik Rasulullah.

Dalam perspektif hukum Islam keduanya bisa dipenuhi, yakni ketika Rasulullah sebagai manusia pilihan yang jujur dan amanah menjalankan hukum yang benar dan adil yakni yang bersumber dari Al Qur’an. Hukum-hukum dalam al Qur’an adalah mutlak keadilannya, karena berasal dari Allah Yang Maha Adil. Berbuat adil dalam pandangan Islam adalah refleksi dari ketakwaan.

Adalah persoalan yang rumit di saat hukum-hukum produk manusia dijadikan sebagai sandaran untuk mewujudkan keadilan berbangsa dan bernegara. Sebab kepentingan politik pragmatis yang mendominasi para pemimpin seringkali justru menyalahgunakan kekausaan untuk menciptakan ketidakadilan. Al Qur’an sendiri telah menggambarkan betapa bodohnya manusia ketika mau menerima amanat yang berat.

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (QS Al Ahzab : 72).

Keadilan dalam pandangan Islam adalah disaat meletakkan segala sesuatu sesuai dengan apa yang telah diatur oleh Allah. Mewujudukan keadilan dengan demikian bukan hanya soal pemahaman terhadap hukum, namun juga berkait erat dengan keahlian di bidangnya. Adalah termasuk menyia-nyiakan amanah di saat menyerahkan tugas bukan kepada ahlinya.

Setidaknya ada tiga prinsip keadilan yang harus diwujudkan dalam sebuah negara, jika tidak terwujud, maka yang akan muncul adalah kezaliman. Sebab jika tak adil, maka zalim namanya. Pertama adalah prinsip menuhankan Tuhan. Maknanya negara tersebut akan dipandang adil oleh Allah jika rakyatnya mengakui Allah sebagai Tuhan, lantas menyembah dan mentaati aturannya. Menuhankan yang bukan tuhan adalah sebuah kezaliman, apalagi jika mentaati aturan bukan dari Tuhan.

Kedua, memanusiakan manusia. Maknanya adalah bahwa pemerintah harus memahami hakikat rakyat sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah. Memanusiakan manusia memiliki pengertian mendalam bahwa cara pandang terhadap rakyat mesti secalan dengan tujuan Allah menciptakan manusia. Dari sinilah akan lahir perangkat hukum yang bertujuan meningkatkan martabat kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena itu menjadi penguasa sangatlah berat jika tak berbuat adil.

Dalam hadis yang lain Rasulullah Saw memperingatkan bahwa “Akan datang melanda umatku di mana pemimpin yang berkuasa berlaku bagai (sifat) singa, para pembantunya bagai (sifat) serigala, para ulamanya bagaikan (sifat) hewan, rakyatnya bagaikan (sifat) domba.”

Bahkan Rasulullah SAW pernah menagaskan bahwa hakim itu ada tiga golongan, dua golongan di dalam neraka dan satu golongan di dalam surga. Dua golongan hakim yang akan terjerumus masuk neraka. Masuk neraka karena khianat dan bodoh, sementara hakim yang masuk surga karena mengadili secara adil sesuai dengan pemahaman hukum yang Allah tetapkan.

Ketiga adalah mengalamkan alam. Keadilan juga bisa diwujudkan dengan cara pandang yang benar terhadap sumber daya alam, baik apa yang ada di laut, darat dan udara, termasuk di dalamnya hewan-hewan. Pemerintah yang adil adalah yang mampu mengelola sumber daya alam sesuai dengan hukum dan aturan dari Allah Yang Maha Adil. Sebab Allah menciptakan alam semesta untuk dijaga dan dimanfaatkan secara beradab, bukan dirusak sesuai kepentingan hawa nafsunya, apalagi diprivatisasi dan dikuasai asing dan aseng, jelas haram.

Pada pasal 33 ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Dalam Islam, SDA seperti padang, air dan api adalah milik umum yang wajib dikelola oleh negara dan diperuntukkan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat, bukan untuk oligarki apalagi asing dan aseng. Kepemilikan umum adalah izin dari al-syari’ bagi komunitas (jama’ah) secara bersama-sama untuk memanfaatkan benda. (M. Husain abdullah, Dirasat fi al-Fikr al-Islami, hlm. 55).

Tiga Macam Kepemilikan Umum : Pertama, apa-apa yang menjadi hajat hidup orang banyak (ma huwa min marafiq al-jama’ah). Contoh: air, padang rumput, api, dll. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kaum muslimin berserikat dalam tiga benda; air, padang rumput, dan api.” (HR. Abu Dawud).

Kedua, benda-benda yang dari segi bentuknya tidak membolehkan individu untuk menguasainya. Contoh: jalan, jembatan, sungai, danau, dll. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Mina adalah tempat bagi siapa saja yang lebih dulu datang.” (HR. Ibnu Majah).

Ketiga, tambang dengan depositnya besar. Contoh: tambang emas dan tembaga yang melimpah, dll. Hadits Abyadh bin Hammal ra : Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menarik kembali pemberian tambang garam karena produksinya besar. (HR. Tirmidzi). (M. Husain Abdullah, Dirasat fi al-Fikr al-Islami, hlm. 56).

Islam itu agama sempurna yang berhukum kepada hukum Allah Yang Maha Sempurna dalam mengurusi urusan rakyat, termasuk dalam tata kelola sumber daya alam. Pemimpin dalam Islam adalah orang muslim yang penuh jujur, amanah dan cerdas dan tentu saja tidak disorientasi. Pemimpin dalam Islam adalah yang tunduk patuh sepenuhnya dengan hukum Allah. Dengan demikian dalam Islam Islam, sistem aturannya sempurna dan pemimpinnya amanah, maka lahirlah berbagai bentuk keberkahan.

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan (QS Al A’raf : 96)

Indonesia adalah negeri muslim terbesar dunia yang seringkali menjadi rujukan bagi dunia muslim lainnya. Namun sayangnya, Indonesia justru negeri yang penuh kezaliman dan selalu memiliki pemimpin yang anti Islam. Sistem kapitalisme demokrasi sekuler adalah sistem kufur yang sarat kezaliman, sementara pemimpin yang lahir dari sistem demokrasi tidak lebih dari para jongos penjajah yang kerjanya hanya merusak kehidupan dan lingkungan.

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik (QS Al A’raf : 56).

Oleh sebab itu, jika ingin lebih baik, maka Indonesia mesti menerapkan Islam secara kaffah dan memiliki pemimpin yang taat kepada hukum Allah, sebagaimana negara madinah yang dipimpin Rasulullah dan menerapkan Islam secara sempurna. Indonesia membutuhkan pemimpin yang muslim, berakal, adil, mampu, laki-laki, dan baligh. Selain itu karakter pemimpin yang dibutuhkan Indonesia adalah yang shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah. Orang berakal pasti mau tawaran ini ?

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 27/09/22 : 22.10 WIB)

Dr. Ahmad Sastra 
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB)
 

Kamis, 08 September 2022

Berharap Pemimpin yang Mengayomi

Tinta Media - Sudah jatuh, tertimpa tangga. Angin berputar, ombak bersabung. Ungkapan yang layak disematkan bagi kita, rakyat Indonesia. Setelah dua tahun berjibaku melawan wabah dengan segala kondisi yang sulit, sekarang kita berhadapan dengan kondisi yang sama beratnya.

Hari Sabtu, tanggal 3 September lalu, Presiden dengan jajaran menterinya mengumumkan kenaikan Pertalite, Solar, dan Pertamax. Alasan pun dikemukakan oleh mereka. APBN sudah terlalu berat menanggung subsidi untuk BBM yang bila dilanjutkan, diperkirakan akan mencapai 502 triliun rupiah. Itu sudah mengambil porsi besar pendapatan APBN. Sebagai ganti subsidi BBM yang dianggap oleh pemerintah salah sasaran, akan diberikan Bantuan Langsung Tunai kepada 24,6 juta masyarakat miskin sebesar 24,17 triliun.

Tentu mayoritas masyarakat menolak kenaikan BBM ini. Bhima Yudhistira, Ekonom Indef menilai kenaikan BBM yang diputuskan pemerintah adalah mekanisme yang tidak kreatif. Ini adalah ungkapan yang mewakili isi hati ratusan juta rakyat Indonesia. Langkah menaikkan BBM akan menimbulkan efek domino yang menakutkan, seperti PHK masal, kenaikan harga pangan, transportasi, dan lainnya. Para ekonom memperkirakan inflasi tahun ini akan mencapai angka 7%.

Pemerintah juga tutup mata, padahal sejak ancang-ancang menaikkan harga BBM, Badan Pusat Statistik sudah mengingatkan bahwa jumlah orang miskin akan bertambah 1 juta orang karena kenaikan BBM. Bantuan pengganti subsidi sebesar 150 ribu setiap bulannya pasti tidak akan bisa menutupi harga kebutuhan pokok yang semakin melangit.

Kebijakan khas kapitalis tengah dijalankan oleh pemerintah, yaitu mencabut subsidi, menaikkan harga BBM, mengabaikan hak rakyat untuk memenuhi kebutuhannya. Semua dilakukan bukan untuk rakyat, tetapi untuk memuluskan liberalisasi migas dari hulu sampai hilir. Rakyat ramai-ramai menyanyikan lagu "Kumenangiiis ..." atas ketidakpedulian penguasa akan penderitaan rakyatnya.

Padahal, semua sektor kekayaan ada di Indonesia. Hutan, gas alam, emas, minyak, hasil pertanian, perikanan ada di negeri kita. Hasilnya melimpah. Akan tetapi, semua habis diserahkan kepada swasta dan asing. Rakyat hanya gigit jari.

APBN hanya bisa mengambil pemasukan dari pajak dan utang. Sekali lagi, inilah konsekuensi sistem ekonomi kapitalis, membebaskan sumber daya alam tidak terbatas dimiliki oleh swasta dan asing.

Tentu kita merindukan pemimpin yang berpihak kepada rakyat, memikirkan, dan menyejahterahkan rakyatnya. Namun, hal itu mustahil kita temukan di sistem kapitalis. Tidak seperti apa yang terjadi di masa kejayaan peradaban Islam. Beberapa Khalifah terkenal kisahnya karena berhasil menyejahterahkan seluruh rakyat. Hingga tidak ada satu pun mustahiq (orang yang berhak menerima zakat).

Kehidupan dalam sistem Khilafah, mulai dari Kholifah pertama hingga ke-Khilafahan terakhir, Khilafah Turki Utsmani, bukan hanya berhasil menyejahterahkan rakyat, tetapi juga aktif membantu negara-negara lain yang sedang tertimpa bencana. Semua itu bukan semata karena mereka kreatif, tetapi karena berharap rida Rabb-nya dengan menegakkan syariat-Nya.

Oleh: Khamsiyatil Fajriyah
Sahabat Tinta Media

Minggu, 26 Juni 2022

Inilah Karakter Pemimpin Ideal untuk Membangun Negara Besar yang Berdaulat dan Mandiri


Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menyampaikan, perlunya umat memahami karakter pemimpin ideal untuk membangun sebuah negara besar yang berdaulat dan mandiri.

“Perlu kiranya bagi umat memahami apa saja karakter pemimpin ideal untuk membangun sebuah negara besar yang berdaulat dan mandiri,” tuturnya dalam rubrik Serba-serbi MMC: Sistem Demokrasi Lahirkan Pemimpin pro Kapitalis? Sabtu (18/6/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Narator menjelaskan karakter tersebut diantaranya adalah pertama, orang yang paling takut kepada Allah. “Pemimpin haruslah mereka yang paling merasa takut dosa dan paling merasa diawasi Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ketika pemimpin memiliki sifat ini ia akan memimpin berdasarkan ketaatan Allah subhanahu wa ta'ala. Dengan begitu kepemimpinannya tidak akan keluar dari batas syariat Islam,” jelasnya

Kedua, shidiq yang berarti jujur. Sifat teladan ini telah dicontohkan Rasulullah Saw sebagai sifat dasar beliau baik sebagai individu ataupun kepala negara. Lawan jujur adalah dusta. “Bila pemimpin jujur, ia akan dipercaya rakyatnya,” paparnya.

Ketiga, amanah. Lawan dari sifat ini ialah khianat. Amanah merupakan sifat wajib yang harus dimiliki seorang pemimpin. “Dengan sifat ini pemimpin akan menjaga kepercayaan rakyat atas tanggung jawab kepemimpinannya,” jelasnya.

Narator menyampaikan beratnya amanah tergambar jelas dalam Firman Allah yang terdapat dalam Alquran surah al-ahzab ayat 72:

“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit bumi dan gunung-gunung maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikul lah amanah itu oleh manusia sesungguhnya manusia itu amal zalim dan amat bodoh”

Keempat, tabligh atau komunikatif. Menurutnya, kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu karakter ideal pemimpin dambaan umat. Sebab pemimpin akan selalu berkomunikasi dengan rakyatnya. Komunikasi yang baik antara pemimpin dan rakyatnya akan menciptakan hubungan yang baik pula.

“Pemimpin harus terbuka dengan rakyatnya, mendengar keluhan mereka, dan menerima masukan serta nasihat mereka. Hal itu telah dicontohkan Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan para khalifah sepeninggal beliau,” ungkapnya.

Kelima, fathonah atau cerdas. Kecerdasan seorang pemimpin akan memudahkannya memecahkan persoalan yang terjadi di masyarakat. “Pemimpin cerdas ditopang ilmuwan yang mumpuni makin berilmu ia makin memahami dan berusaha keras menyelesaikan persoalan dan solusi tepat bagi rakyatnya,” tuturnya.

Keenam, adil. Lawan dari adil adalah zalim. “Pemimpin haruslah adil, di tangannya hukum ditegakkan pujian Allah dan Rasul-Nya terhadap pemimpin adil termaktub dalam Al-Qur’an dan as-sunnah,” paparnya.

Narator menegaskan bahwa dalam Islam perkara kepemimpinan menjadi urusan penting. “Sebab dari sinilah bala atau berkah itu terjadi,” tegasnya.

Narator juga menyampaikan Syaikhul Islam yang menjelaskan tentang kriteria pemimpin yang baik. Ia menjelaskan selayaknya untuk diketahui siapakah orang yang paling layak untuk posisi setiap jabatan, karena kepemimpinan yang ideal itu memiliki dua sifat dasar yakni kuat atau mampu dan amanah.

“Yang dimaksud mampu adalah kapabilitas dalam semua urusan baik dalam urusan peperangan urusan pemerintahan yang terwujud pada kapasitas ilmu dan keadilan serta kemampuan dalam menerapkan syariat,” paparnya.

Sedangkan pemimpin yang kuat adalah mereka yang tidak tersandra kepentingan partai, golongan apalagi menghamba kepada penjajah dan kaum kafir.

“Kepemimpinan kuat adalah sikap berani melawan kezaliman dan menerapkan syariat Islam yang datang dari Allah Azza wa Jalla,” jelasnya.

“Adapun amanah direfleksikan pada takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak menjual ayat-ayatnya dengan harga murah dan tidak pernah gentar terhadap manusia apalagi pemilik modal,” jelasnya lebih lanjut.

Menurut narator, itulah beberapa karakter yang wajib dimiliki pemimpin ideal dambaan umat. Karakter ini nyaris tidak ada dalam sistem pemerintahan demokrasi sekuler.

Oleh sebab itu, untuk mewujudkan karakter pemimpin dambaan umat, dibutuhkan sistem baik yang mampu melahirkan sosok tersebut. “Tanpa sistem Islam dalam naungan khilafah, mustahil kita temukan pemimpin ideal dambaan umat,” tandasnya. [] Raras
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab