Tinta Media: Pemikiran
Tampilkan postingan dengan label Pemikiran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pemikiran. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Februari 2024

Memenangkan Perang Pemikiran lewat Tulisan



Tinta Media - Memenangkan perang pemikiran adalah sebuah kewajiban yang harus dipenuhi oleh kaum muslimin dewasa ini. Karna memang, kondisi kaum muslimin saat ini yang jauh dari nilai ajaran-ajaran agamanya adalah bukti dari berhasilnya musuh-musuh Islam dalam mempengaruhi pemikiran mereka, dan salah satu cara efektif untuk melakukan perlawanan terhadap pemikiran kufur adalah melalui media tulisan. 

Perang pemikiran telah berhasil membuat kaum muslimin tidak lagi perduli terhadap apa yang menimpa diri mereka dan apa yang mereka perbuat terhadap diri mereka. Misalnya dalam hal pekerjaan, kaum muslimin tidak lagi mempertimbangkan aspek halal-haram dalam melakukan pekerjaan mereka. Dalam hal pakaian juga begitu, mereka tidak lagi perduli apakah pakaian mereka memperlihatkan aurat mereka dimuka umum atau tidak. Lebih-lebih lagi dalam hal pergaulan, campur baur pria wanita  hingga pacaran yang berujung zina adalah sebuah trend yang melekat erat pada diri mereka. 

Semua yang terjadi pada kaum muslimin itu sudah dirancang sedini mungkin melalui buku-buku dan bacaan anak yang berisikan paham-paham sekuler dari tingkat sekolah yang paling dasar hingga yang paling tinggi. Maka dari itu, untuk mengimbangi serangan pemikiran sekuler tersebut tulisan-tulisan yang memuat pemahaman ideologi Islam menjadi sangat penting untuk terus dibuat oleh para cendekiawan muslim agar menjadi benteng yang mampu melindungi pemikiran umat dari bahayanya pemikiran kufur tersebut. 

Tulisan-tulisan yang dibuat hendaknya mampu menjelaskan kebenaran ajaran Islam secara komprehensif dan menjelaskan keburukan pemikiran kufur secara nyata. Mampu memberikan arahan dan petunjuk yang menghantarkan kualitas hidup yang lebih baik kepada kaum muslimin sehingga melakukan aktivitas kehidupan dengan standar halal-haram adalah prioritas utama bagi mereka. 

Memang benar, rendahnya minat baca kaum muslimin juga menjadi salah satu faktor penyebab mudahnya mereka terpapar pada pemikiran yang bertentangan dengan ajaran islam. Untuk itu dibutuhkan kemampuan yang ekstra bagi para penulis untuk bisa membuat tulisan yang mampu membangkitkan  𝙨𝙥𝙞𝙧𝙞𝙩 beragama bagi kaum muslimin, tulisan yang menggugah ketaatan mereka agar konsisten pada ketaatan, serta tulisan yang mampu menunjukkan jalan yang benar dari kesesatan yang mereka perbuat. 

Para penulis juga hendaknya sadar bahwa tulisan-tulisan mereka adalah satu roda penggerak agar kaum muslimin itu semakin cepat memenangkan perang pemikiran dan terbebas dari penderitaan mereka yang hidup jauh dari aturan islam, banyaknya tulisan tentang Islam yang sebenarnya akan mampu membuat tulisan propaganda dari musuh Islam semakin terlihat kesesatannya yang diharapkan berimbas pada berkurangnya minat baca kaum muslimin terhadap tulisan yang berisikan propaganda tersebut. Seperti kata pepatah 'jika dirimu tidak disibukkan oleh ketaatan maka dirimu akan disibukkan oleh kemaksiatan'. 

Begitu juga dengan kaum muslimin, apabila tidak ada tulisan dari cendekiawan muslim yang bisa mereka baca untuk menambah pemahaman mereka terhadap Islam, maka mereka akan membaca tulisan yang mendiskreditkan agama mereka. Sehingga tidak salah jika dikatakan, tulisan cendekiawan muslim adalah modal awal kebangkitan kaum muslimin dan cara paling ampuh untuk memenangkan perang pemikiran. 

Wallahu a'lam

Oleh: Rudi Lazuardi
Komunitas Medan Beriman

Senin, 18 Desember 2023

Islam Bangkit jika Pemikiran Umat Islamnya Bangkit



Tinta Media - Para mujahidin di tanah ribath berjuang dengan air mata dan darah demi mempertahankan hak dan kehormatan kaum muslimin yang tengah dirampas kafir Barat. Sudah semestinya kita yang di sini pun berjuang mengembalikan pemikiran umat ke dalam pemikiran Islam. Inj juga demi mempertahankan hak dan kehormatan kaum muslimin yang telah dirampas kafir Barat. 

Umat sudah terlalu lama dijajah oleh pemikiran sekuler kafir Barat. Demokrasi, moderasi, hak asasi, feminisme adalah produk  perang pemikiran yang digencarkan oleh Yahudi dan kafir Barat dengan tujuan agar kaum muslimin semakin jauh dari nilai-nilai Islam. Maka, wajib hukumnya bagi kita untuk memberantasnya. Perang pemikiran harus dilawan  dengan perang pemikiran karena kunci kebangkitan Islam hanya akan tewujud jika pemikiran umat Islam telah bangkit. 

Mari kita selamatkan kaum muslimin dari pemikiran sekuler yang dilancarkan kafir Barat dengan mendakwahkan urgensi penerapan Islam kaffah sebagai solusi permasalahan umat. Sekali lagi, demokrasi, hak asasi, moderasi, childfree, feminisme, nasionalisme adalah produk pemikiran Yahudi dan kafir Barat. Produk pemikiran tersebut telah mampu menggeser akidah Islam menjadi akidah sekuler. Banyak umat  Islam yang masih terjebak di dalamnya. Karena itu, jangan hanya boikot produk dagangannya, tetapi boikot pula produk pemikirannya karena pemikiran sekuler tidak layak dijadikan sandaran.

Oleh: Khasanah Isma 
(Guru dan pemerhati umat) 

Sabtu, 25 November 2023

Boikot Pemikiran Nasionalisme, Bukan Hanya Boikot Produk




Tinta Media - Genosida, itulah yang terjadi kini di negeri yang diberkahi yaitu Palestina. Penjajahan Palestina berlarut-larut, karena tak ada kekuatan besar Umat Islam yang mampu mengusir penjajah dan salah satu upaya yang dilakukan oleh kita yang berada di wilayah negeri mayoritas muslim hanya bisa berdo'a dan menyampaikan kepada penguasa untuk membantu mereka saudara kita di Palestina, dalam hal ini MUI atau Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa baru terkait membeli produk dari produsen yang mendukung agresi Israel ke Palestina.

Fatwa Nomor 83 Tahun 2023, berisi tentang hukum dukungan terhadap Palestina. Dalam fatwa ini tertuang bahwa mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas agresi Israel hukumnya wajib. Sebaliknya, mendukung Zionis Yahudi dan mendukung produk yang mendukung Zionis Yahudi hukumnya haram. 

Ketua MUI bidang Fatwa Asrorun Niam sholeh menegaskan,mendukung pihak yang di ketahui mendukung agresi Zionis Yahudi baik langsung maupun tidak langsung, seperti dengan membeli produk dari produsen yang secara nyata mendukung Israel hukumnya haram kata Niam dalam keterangan tertulisnya (Sabtu, 11/11/2023, news.detik.com)

Selain itu Umat Islam dihimbau untuk mendukung perjuangan Palestina, seperti menggalang dana kemanusiaan dan mendoakan perjuangan untuk kemenangan, serta melakukan sholat ghoib. 
Adapun rekomendasi agar pemerintah mengambil langkah-langkah tegas membantu perjuangan Palestina, bisa melalui jalur diplomasi PBB untuk menghentikan perang dan sanksi pada ZionisYahudi, pengiriman bantuan kemanusiaan dan konsolidasi negara-negara OKI untuk menekan Zionis Yahudi menghentikan agresi.

Sedangkan untuk produk- produk makanannya sendiri secara zat nya halal di konsumsi dan sudah bersertifikat halal, hal itu di sampaikan oleh direktur eksekutif lembaga pengkajian pangan, obat obatan, dan kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI)

Fatwa MUI tidak mengharamkan produknya tapi mengharamkan perbuatan yang mendukung Israel 
Sabtu 11/11/2023 (detik.news.com)

Rasa persaudaraan Umat muslim di Indonesia memang tidak diragukan, namun kebanyakan hanya rasa kemanusiaan, bukan karena akidah yang di emban, dan itu hanya bersifat sementara karena yang mengikatnya hanya nilai insaniyah (kemanusiaan).

Nasionalisme 

Ide nasionalisme sudah mengakar di negeri muslim. Perasaan Umat muslim di belahan dunia mana pun akan terenyuh bahkan sakit hati melihat dan mendengar saudara seakidah, saudara seiman disakiti, dibombardir, dan di genosida oleh penjajah zionis yahudi laknatullah alaih. 

Namun seperti ada sekat yang menjulang tinggi, yang tak bisa ditembus, dan bahkan umatnya sendiri tidak sedikit yang memilih untuk diam bahkan pura-pura tidak tahu, karena mereka beranggapan jauh dari negerinya, inilah sikap nasionalisme yang mengkungkung dan sudah mengakar di negeri-negeri muslim. Selain itu, cinta kekuasaan menghalangi penguasa negeri muslim untuk melawan ketidakadilan dunia. 

Tersandera Utang  

Di antara penyebab diamnya negeri-negeri muslim khususnya negara yang mengekor pada negara adidaya karena jebakan utang barat. Saat ini utang negeri ini sendiri sudah cukup mengkhawatirkan menembus angka fantastis walaupun menurut Menkeu Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2023 turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Posisi ULN Indonesia pada akhir Agustus 2023 tercatat sebesar 395,1 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan posisi ULN akhir Juli 2023 yang mencapai 397,1 miliar dolar AS.16 Okt 2023 www.BI.go.id.

Dalam hal ini, negeri kaum muslimin seperti tak punya kekuatan apapun karena sudah tergadai oleh utang,mereka tak bisa berbuat apa-apa Karena mereka hidup di ketiak negara ambisius yang ingin melanggengkan kekuasaannya,mereka sudah mati rasa melihat saudara kita di Palestina di bantai, dijajah dan genosida,setidaknya mereka harus punya hati nurani melihat saudara muslim kita di sana di perlakukan demikian. Bukan malah mengadakan festival yang mengiris luka batin saudara kita yang sedang berjuang mempertahankan tanah yang diberkahi. 

Seharusnya Umat Faham 

Sudah seharusnya umat memahami penyebab mendasar diamnya penguasa muslim dan berani menyerukan untuk memboikot ide-ide yang membelenggu dalam mewujudkan kemerdekaan Palestina, dan mewujudkan persatuan Ummat,Apalagi setelah nampak pengaruh boikot produk,yang di kabarkan mereka kehilangan omzet fantastik. Merdeka sebenarnya bukan solusi, justru itu hanya akan melanggengkan penjajahan di negeri-negeri muslim lainnya.

Bukan hanya memboikot produk pendukung Israel,namun ada yang jauh Lebih dahsyat yang harus di boikot adalah ide Nasionalisme, yang membuat tembok pembatas yang sangat sulit untuk di tembus, apalagi sistem saat ini adalah turunan dari sistem sekularisme dan kapitalisme, yang menjadi asas adalah manfaat.lengkaplah sudah di balik diam nya para penguasa muslim dunia saat ini.

Ideologi Islam 

Umat Islam wajib menjadikan islam sebagai ideologi, yang memimpin cara berfikir mereka,dalam menentukan segala sesuatu dan mengatur kehidupan. Dan membuang semua pemikiran asing yang  sudah mengakar kedalam benak kaum muslim saat ini,karena watak dari nasionalis adalah mereka berkumpul saat ada kepentingan dan bermusuhan saat kepentingan itu hilang. 

Umat wajib bersatu dalam naungan khilafah islamiyah, yang menjadi penjaga dan pelindung Ummat dari serangan dan penjajahan orang kafir. Karena hanya dengan khilafah Ummat islam mempunyai kekuatan untuk melawan penjajah zionis laknatullah alaih. Wallahu'alalam bishowab.

Oleh: Ummu Ghifa
Sahabat Tinta Media

Kamis, 25 Agustus 2022

3 Level Pemikiran Tentang Kemerdekaan


Tinta Media - Merdeka itu artinya adalah bebas. Negeri yang merdeka adalah negeri yang bebas dari penjajahan bangsa lain. Manusia yang merdeka adalah manusia yang bebas melakukan kehendaknya sendiri, bukan kehendak orang lain apalagi dibawah intimidasi.

Hal yang harus disadari sesadar-sadarnya, kemerdekaan itu sebenarnya kondisi subyektif, bukan obyektif. Tiap orang atau juga bangsa bisa memaknai kemerdekaan secara berbeda. Ada orang yang meski negerinya terjajah secara fisik, tapi ia merasa merdeka. Juga sebaliknya, ada orang yang merasa negerinya merdeka tapi mereka merasa masih terjajah.

Ada tiga cara pandang terhadap kemerdekaan ini; pertama, cara pandang dangkal (fikr al-suthiy). Mereka yang berpandangan dan berpikiran dangkal, beranggapan merdeka adalah kalau kebutuhan pribadinya tercukupi. Meskipun sebenarnya mereka hanya kebagian seuprit, dan bagian besarnya diboyong bangsa asing.

Di jaman penjajahan Belanda ada orang yang merasa merdeka dan bahagia bahkan ikut membantu penjajah membasmi sesama pribumi yang disebut kaum ekstrimis inlander, yang oleh Belanda disebut sebagai pengacau keamanan dan mengganggu stabilitas. Warga pribumi yang membantu Belanda ini disebut sebagai ‘londo ireng’. Ikut bersekutu dengan Belanda padahal pribumi yang kulitnya ireng. Buat mereka, merasa sudah ‘merdeka’ ketika negerinya dijajah.

Sebagai catatan, dulu, di jaman penjajahan Belanda ada satuan KNIL (Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger) artinya Tentara Kerajaan Hindia Belanda. Menurut Sejarawan Petrik, prajurit KNIL sebagian besar adalah orang-orang pribumi Indonesia sebagai prajurit rendahan. Meskipun ada yang menjadi perwira, jumlahnya tidak seberapa dibandingkan dengan tentara Belanda.

Kedua, adalah kemerdekaan versi mereka yang pemikirannya lebih mendalam. Menurut mereka, merdeka itu mutlak bebas secara fisik dari injakan bangsa penjajah. Bukan namanya kemerdekaan kalau moncong bedil tentara asing masih mengarah ke kepala. Walaupun para penjajah memberi fasilitas pendidikan, lowongan kerja, seperti taktik politik etis alias balas budi milik Belanda, tetap itu namanya penjajahan.

Namun pemilik pemikiran kemerdekaan level ini masih menggelar karpet merah untuk kedatangan negara asing, bisa dengan nama bantuan (aid), investasi, utang luar negeri, konsultasi, pakta perjanjian ekonomi, pasar bebas, dsb. Mereka sebut itu adalah konsekuensi hubungan internasional dan persahabatan, agar tidak dikucilkan di pergaulan tingkat dunia.

Padahal, banyak bentuk hubungan yang mereka sebut ‘kerjasama’ atau ‘bantuan’ sekalipun adalah jerat penjajahan baru. Kesepakatan pasar bebas misalnya, sudah dikritik banyak orang menguntungkan negara-negara besar yang lebih siap dengan beragam komoditi perdagangan. Negara-negara berkembang siap-siap diserbu dan industri dalam negeri alami sekaratul maut.

Banyak pemimpin negara dan pejabatnya yang berperan sebagai sales perusahaan transnasional atau multinationalcoorporate (MNC). Basa-basinya mereka membangun negeri dengan mengundang investor asing padahal keuntungan terbesar bukan milik negeri, melainkan diangkut perusahaan-perusahaan asing itu.

Kebijakan hilirasisasi pertambangan nikel misalnya, disebut ekonom senior Faisal Basri menguntungkan perusahaan smelter asal China yang berinvestasi di Indonesia. Keuntungan terjadi karena kebijakan itu membuat harga ore nikel di dalam negeri anjlok. Tetapi, setelah diolah oleh smelter dan diekspor nilainya menjadi dua kali lipat. Pantas perusahaan asal China rame-rame bangun smelter di Indonesia daripada di negaranya.


Negara-negara imperialis ubah taktik penjajahan mereka dengan ciptakan neoimperialisme

Orang-orang yang berpikir kemerdekaan di level ini juga beropini dan menyebarkan opininya bahwa utang itu hal biasa, meski bunganya berlipat-lipat. Presiden Jokowi dalam pidatonya menyatakan akan tarik utang baru Rp 696 T dan bayar bunga utang Rp 441 triliun di tahun 2023.

Mereka yang berpikir merdeka adalah kebebasan fisik juga tidak keberatan kalau hawa nafsu diberikan kebebasan. Munculah seruan untuk mengakui keberadaan kaum LGBT, usulan legalisasi ganja, mengizinkan seks bebas asalkan consent/tanpa paksaan. Jadilah mereka budak nafsu.

Untuk mereka, merdeka juga berarti harus lepas dari ‘tekanan’ dan ‘paksaan’ ajaran agama. Maka tak boleh ada yang memaksa ataupun sekedar menyarankan jilbab pada siswi di sekolah. Itu namanya penjajahan dan intoleran.

Manusia-manusia seperti ini tak sadar kalau sebenarnya mereka masih berada di alam penjajahan. Tapi secara subyektif mereka tetap yakin kalau diri mereka adalah manusia merdeka.

Ketiga, adalah pemikiran yang cemerlang soal kemerdekaan. Orang-orang yang seperti ini baru percaya diri mereka merdeka ketika bebas dari penghambaan sesama mahluk. Bukan saja merdeka dari todongan bedil atau bayonet, tapi juga merdeka dari paksaan pemikiran dan ideologi buatan manusia.

Inilah kemerdekaan yang hakiki. Subyektif? Iya, tapi kebenaran suatu pemikiran yang subyektif sekalipun tetap bisa diukur secara obyektif. Bukan namanya merdeka kalau kebijakan kita dikendalikan asing, aset bangsa dikeruk orang lain, bahkan kita jadi kuli di negeri sendiri saja semakin sulit.

Kemerdekaan seperti ini baru terwujud ketika manusia tunduk hanya pada Allah Swt. Yang Maha Pencipta manusia. Penjelasan itu dinyatakan Rasulullah saw. dalam surat yang dikirimkan kepada penduduk Najran. Di antara isinya berbunyi:

 أَمّا بَعْدُ فَإِنّي أَدْعُوكُمْ إلَى عِبَادَةِ اللّهِ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ وَأَدْعُوكُمْ إلَى وِلاَيَةِ اللّهِ مِنْ وِلاَيَةِ الْعِبَادِ

Amma ba’du. Aku menyeru kalian untuk menghambakan diri kepada Allah dan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian agar berada dalam kekuasaan Allah dan membebaskan diri dari penguasaan oleh sesama hamba (manusia) (Al-Hafizh Ibnu Katsir, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, v/553).

Bangsa Arab – juga umat manusia – menemukan kemerdekaannya ketika memeluk Islam. Tidak ada lagi raja diraja, penghambaan pada bangsawan, kecuali hanya pada Rajanya manusia, Allah Swt. Bahkan para budak pun setelah kedatangan Islam mendapat hak-hak mereka. Islam memerintahkan para majikan memperlakukan para budak dengan penuh martabat, bahkan dianjurkan membebaskan mereka dengan janji pahala yang berlipat-lipat.

Orang merdeka di level ini berkeyakinan tidak ada penghambaan kecuali pada Allah. Tak ada ketundukkan dan sujud kecuali pada Pemilik alam semesta. Juga tidak ada aturan yang layak ditaati kecuali hukum-hukumNya.

Jangankan bangsa asing, orang tua dan keluarga saja tidak boleh menyandera kemerdekaan mereka. Bukan saja harta tapi jiwa juga siap dijual kepada Allah Swt., satu-satunya Zat yang Mahakuasa atas kehidupan manusia.

Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (TQS. al-Baqarah [9]: 24)

Menurut mereka, tak ada namanya kemerdekaan bila masih ada penghambaan pada sesama mahluk. Apalagi sambil dieksploitasi dan dijadikan babu di negeri sendiri. Juga bukan namanya merdeka kalau manusia masih diperbudak oleh hawa nafsu meski itu jadi konsititusi.

Ustaz Iwan Januar 
Direktur Siyasah Institute 

Minggu, 14 Agustus 2022

Pencapaian Kekayaan Material Suatu Umat Bergantung pada Pemikiran dan Pelestarian Pemikiran

“Dalam kitab Al Nizhomul al iqtishodi Syekh Taqiyuddin An Nabhani menyatakan bahwa pencapaian kekayaan material suatu umat bergantung pada pemikiran dan pelestarian pemikiran umat tersebut,” tutur Narator History Insight: Mimar Sinan, Arsitek Berpengaruh Sepanjang Masa, Selasa (9/8/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center(MMC). 

Tinta Media - Menurutnya, jika kekayaan material suatu bangsa hancur, maka dengan cepat mereka akan mampu memulihkannya kembali selama mereka memlihara kekayaan pemikiran mereka. “Umat Islam harus menyadari bahwa sejak runtuhnya khilafah Islamiyah mereka telah meninggalkan kekayaan pemikirannya,” jelasnya.

Narator mengungkap kaum kafir Barat dengan sigap melakukan berbagai cara untuk melenyapkan pemikiran Islam dari diri umat Islam. “Pemikiran tersebut tidak lain adalah ideologi Islam yang pernah membangun peradaban Islam gemilang selama belasan abad lamanya,” ungkapnya.

“Apalagi keruntuhan khilafah Islamiyah telah menjadikan kaum kafir barat dengan antek-anteknya dengan leluasa menerapkan ideologi kapitalisme sekuler yang bertentangan dengan Islam di negeri-negeri Muslim,” tambahnya.
 
Ia menjelaskan bahwa ini semakin menambah kekacauan pemikiran Islam dalam diri umat. 
“Bahkan umat melupakan jati dirinya sebagai khoiru umat yang pernah memiliki negara khilafah yang menjadi perisai mereka,” jelasnya.

“Tak heran jika hari ini, kekayaan materi yang masih ada di negeri-negeri muslim saat ini hanya menjadi peninggalan yang tidak mampu memberikan gambaran kebesaran umat Islam dan memberikan pengaruh pada kehidupan umat Islam. Umat Islam masih tetap tertinggal, tertindas hingga terjajah oleh negara-negara barat,” jelasnya lebih lanjutnya.

Mimar Sinan

Narator menyampaikan bahwa kebesaran peradaban Islam di masa kekhilafahan telah meninggalkan bangunan-bangunan megah yang penuh dengan arsitek-arsitek jenius. 
“Sebagian besar dari bangunan tersebut masih menjadi rujukan dan referensi dalam perancangan dan pengembangan infrastruktur masa modern,” tuturnya.

Narator memberi contoh salah satu arsitek yang paling berpengaruh di masa Islam khususnya di masa Khilafah Utsmaniyah adalah Mimar Sinan.

“Arsitek kebanggaan Kerajaan Utsmani ini banyak meninggalkan warisan-warisan pembangunan yaitu 90 masjid besar di seluruh wilayah kekuasaan Utsmani ,50 masjid kecil, 57 perguruan tinggi, 8 jembatan dan berbagai gedung-gedung sarana publik di seluruh wilayah kekuasaan Khilafah Utsmani,” paparnya.

“Ia juga mewarisi murid-murid hebat yang berhasil membangun masjid Sultan Ahmad atau dikenal dengan blue Mouse Turki dan Taj Mahal di India,” imbuhnya.
 
Ia mengungkap di saat arsitek-arsitek dari negeri lainnya tidak mampu membuat sebuah bangunan yang lebih atau setara dengan keindahan Hagia Sophia, saat itulah Mimar Sinan mampu keluar dari pakem dan standar yang telah dibuat oleh para arsitek terdahulu dan membuat bangunan yang lebih monumental.

“Salah satu masjid besar yang fenomenal yang menjadi karyanya adalah Masjid Sultan Sulaiman,” ungkapnya.

Dijelaskannya bahwa saat itu proyek besar Masjid Sultan Sulaiman direncanakan akan rampung pembangunannya dalam waktu 7 tahun. Namun selama 5 tahun Mimar Sinan hanya sibuk membangun pondasi masjid besar ini.

“Sampai-sampai Sultan Sulaiman mengira Mimar melarikan diri dari pembangunan karena dia sangat sibuk di area bawah tanah untuk membangun pondasi masjid,” jelasnya.

“Pada tahun 1557 selesailah pembangunan masjid Sultan Sulaiman dan ini adalah sebuah Masterpiece masjid besar dengan interior yang luar biasa,” lanjutnya. 

Narator memaparkan ketinggian langit-langit di ruang dalam menunjukkan kerumitan pembangunannya. Kubah-kubahnya menunjukkan perhitungan geometri yang detail. Di bagian luar terdapat empat menara ramping yang menjulang setinggi 50 meter. 
“Saat itu menara ini benar-benar sesuatu yang menakjubkan dan tidak ada arsitek yang mampu membuat serupa dengannya,” tegasnya.

Narator juga menjelaskan bahwa komplek Masjid Sulaiman meliputi masjid, Rumah Sakit, pemandian, perpustakaan, dapur umum Madrasah Alqur'an, madrasah hadis, taman kanak-kanak anak-anak dan pusaran pemakaman Sultan Sulaiman.

“Meski demikian, Mimar Sinan menyebutkan bahwa Komplek Masjid Sultan Selim II atau disebut Selimiye adalah masterpiece-nya. Kubah masjid yang dibangun di atas tumpuan segi delapan memungkinkan masjid ini dibangun dengan tinggi yang pada akhirnya mengalahkan Hagia Sophia. Hingga hari ini Masjid Sultan Selim II menjadi landmark kota Edirne,” jelasnya. 

Menurutnya, kekayaan materi yang sangat fenomenal dan membawa manfaat bagi masyarakat luas ini merupakan hasil kekayaan pemikiran umat Islam yang terjaga pada saat itu.

“Akankah kita membiarkan kekayaan pemikiran Islam terkubur selamanya?” tandasnya. [] Raras

*****

Selasa, 09 Agustus 2022

Muslimah Tertekan dan Depresi Saat Diperintahkan Berhijab, Buah dari Pemikiran Sekuler


Tinta Media - Seorang siswi SMAN 1 Banguntapan merasa tertekan dan depresi karena diperintahkan berhijab. Anehnya, orang tuanya bukannya berusaha meluruskan pemahaman yang salah tersebut, malah menyalahkan guru dan pihak sekolah.

Dan yang lebih aneh, ada yang ikut nyinyir dan tidak setuju dengan peraturan untuk mewajibkan berhijab di sekolah bagi siswi muslim.

Padahal, bagi seorang muslimah, hijab adalah kewajiban, seperti halnya salat. Jika kewajiban ini ditinggalkan, maka akan berdosa. Guru atau orang tua berkewajiban mengingatkan dan mengajak anak didiknya untuk berhijab. 

Guru atau orang tua yang baik tidak akan membiarkan seorang anak memilih untuk sesuatu yang salah. Pada diri anak, harus ditanamkan keyakinan agar mereka tidak tertekan atau depresi saat diajak pada kebaikan. 

Karena itu, tidak bisa dibenarkan jika guru atau orang tua mendukung keputusan anak yang salah karena mereka masih dalam proses mencari jati diri, butuh dibimbing dan diarahkan ke jalan yang benar. 

Anehnya, saat ini gaya hidup bebas dan menyimpang seringkali malah mendapat dukungan. Berpakain terbuka dan sexy dianggap bentuk aktualisasi diri. Sementara, perbuatan yang menyimpang danggap bentuk kreativitas.
Krisis kepercayaan membuat para remaja terjebak dalam perilaku yang aneh dan nyleneh.

Jika ditelusuri, semua masalah tersebut merupakan buah dari sekularisme. Penerapan sistem yang memisahkan agama dari kehidupan ini membuat seseorang merasa enggan untuk diatur dengan ajaran agama yang lurus dan mulia. Dia memilih hidup bebas tanpa aturan dengan melakukan hal-hal aneh dan nyleneh yang jauh dari nilai-nilai agama. 
Hal ini karena sistem sekuler sangat menjunjung tinggi kebebasan. 

Jika seorang muslimah tertekan dan dipresi saat diperintahkan berhijab, berarti pemahamannya telah teracuni oleh sistem sekuler ini. Tak aneh jika ada orang tua yang ikut-ikutan keberatan saat anaknya diajak pada kebaikan. Itu karena pemahaman orang tua juga telah teracuni sekularisme. 

Sebagai muslim sejati, harusnya kita merasa senang dan tidak keberatan saat diperintahkan untuk mengikuti syariat Islam. 
Guru dan orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik anaknya agar memiliki karakter dan kepribadian yang benar, sesuai dengan Islam. 

Anak harus disadarkan dan diluruskan pemahamannya, bukan dibiarkan dan didukung saat memutuskan sesuatu yang salah. Harusnya, orang tua mendukung guru yang mengajak anaknya untuk berhijab, bukan malah mengikuti kemauan anak, sebagai bentuk kebebasan.

Berhijab adalah kewajiban untuk melindungi kehormatan muslimah. Semua itu diperintahkan untuk kebaikannya. Karena itu, seharusnya tidak ada yang merasa keberatan.

Bahkan, negara harusnya mendukung dan mengapresiasi peraturan sekolah yang mewajibkan berhijab bagi muslimah. Dalam pendidikan, kebaikan awalnya memang harus dipaksakan agar peserta didik terbiasa dan menjadikannya sebagai gaya hidup serta identitas sebagai muslim sejati. 

Sama halnya ketika dijumpai peserta didik yang malas belajar, maka tidak boleh dibiarkan, tetapi disadarkan agar  mereka menjadi rajin. Ini bukan termasuk pemaksaan atau pelanggaran hukum. Begitu juga saat dijumpai siswa yang beragama Islam, tetapi tidak salat. Memaksa mereka salat harusnya tidak dianggap melanggar hukum. 

Saat anak memilih perilaku menyimpang dan melangkahkan kakinya pada kesesatan, guru maupun orang tua tidak boleh diam. Mereka yang salah harus kita cegah dan ingatkan, sebagai bukti cinta kita, bukan malah dibiarkan terjerumus pada kemaksiatan, melanggar aturan agama. 

Hidup harusnya mengikuti aturan yang benar agar mulia di dunia dan selamat di akhirat, bukan mengikuti kebebasan tanpa aturan yang akan membawa pada kehinaan.

Oleh: Mochamad Efendi
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 23 April 2022

Konsep Negara-Bangsa Bukan Solusi untuk Menghindari Perang


Tinta Media - Buku 'Kritik Terhadap Pemikiran Barat Kapitalis: Ideologi, Peradaban, dan Tsaqofah' membantah klaim orang-orang Barat bahwa batas-batas yang tetap dalam konsep negara-bangsa adalah cara terbaik untuk menghindari perang.

"Orang-orang Barat mengatakan bahwa batas-batas yang tetap merupakan metode terbaik untuk menghindari perang. Tetapi konsep ini, selain didasarkan pada manfaat materi sebagai tolak ukur yang mengontrol individu dan negara, juga telah menyebabkan hal yang berlawanan dengan klaim mereka," demikian tertulis dalam kitab 'Kritik Terhadap Pemikiran Barat Kapitalis: Ideologi, Peradaban, dan Tsaqofah' yang diterbitkan oleh Pustaka Fikrul Mustanir, Januari 2021.

Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa konsep negara bangsa justru menyebabkan memuncaknya kebutuhan untuk ekspansi penjajahan. Negara-negara berkembang di Eropa telah mendapati dirinya tidak mampu melakukan ekspansi secara regional, mereka mengarah pada ekspansi kolonial.

"Begitulah, ekspansi kolonial muncul dalam sifatnya sebagai metode ideologi Barat untuk menyebarkan dirinya," tulisnya.

Menurutnya, kecenderungan kolonialisme imperialisme tetap ada selama kebangkitan Barat. Baik secara terbuka ataupun terselubung.

Hal ini terjadi hari ini dengan kekuatan, bahkan mungkin mencapai tingkatan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Yang lebih besar dan lebih dalam dari era sebelumnya dalam sejarah Barat.[] Wafi 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab