Tinta Media: Pemerintahan
Tampilkan postingan dengan label Pemerintahan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pemerintahan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 05 November 2023

Dinasti Politik, Ajang Reuni Keluarga Di Ranah Pemerintahan



Tinta Media - Masyarakat dibuat heboh dengan kehadiran putra presiden Gibran Rakabuming Raka yang saat ini masih menjadi walikota Solo, secara mulus mencalonkan diri menjadi cawapres Prabowo pada kontestasi pilpres 2024 mendatang. Bagaimana tidak, langkah Gibran ini ditunjang oleh putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang diketuai oleh  pamannya Anwar Ustman, yang mensahkan atau membolehkan batas usia capres dan cawapres di bawah 40 tahun asalkan punya pengalaman menjadi kepala daerah.

Dengan polemik seperti ini, baik dari kalangan akademisi, intelektual bahkan sampai rakyat pun ikut berkomentar. Putusan MK tersebut mengindikasi memudahkan langkah Gibran untuk maju menjadi cawapres. Tak heran rakyat pun membuat plesetan singkatan dari MK menjadi Mahkamah Keluarga. 

Memang terkesan candaan sih, namun para pengamat menilai candaan yang dibuat oleh rakyat tersebut adalah seakan-akan sebuah protes dan juga sebuah ekspresi, yang dimana yang dilihat oleh rakyat itu bukanlah keputusan hasil amanah dari yang mulia ketua MK, melainkan keputusan untuk memudahkan atau memuluskan keponakannya.

Memang boleh sih, kehadirannya sebagai anak presiden dan juga dianggap sebagai perwakilan generasi milineal, namun yang harus digarisbawahi adalah bahwa problem utama dari dinasti politik ini adalah tidak dibangun berdasarkan kompetensi dan kemampuan individu, kebanyakan dibangunnya berdasarkan citra orang tua atau bermodalkan nama pendahulunya.

Meskipun bukan sebuah larangan, namun adanya dinasti politik bisa menjadi celah terjadinya kasus korupsi dan penyalah gunaan kekuasaan. Sebenarnya banyak kasus-kasus dinasti politik di Indonesia ini yang akhirnya tercoreng akibat kasus korupsi, sebut saja dinasti politik Ratu Atut banten, Yasin Limpo, hingga kasusnya Asrun di Kendari dan masih banyak lagi.

Karena didukung oleh posisi strategis di pemerintahan yang sudah lama diduduki keluarga, dan relasi kuat dengan partai politik mengakibatkan mudahnya orang tersebut untuk mendapatkan dukungan dan kendaraan politik dalam pencalonan diri masuk keranah politik pragmatis.

Ditambah strategis politik dengan mengandalkan sumber dana kampanye yang begitu besar serta dukungan dari para tokoh-tokoh politik juga menjadi alasan mengapa dinasti politik yang ada begitu kuat dan sulit dikalahkan.

Di dalam Islam memang tidak melarang adanya praktik dinasti politik, namun yang harus digaris bawahi adalah terkait kualifikasi, baik ditingkat administrasi pemerintahan bahkan sampai kepemimpinan, yang dimana kualifikasinya ini ketat dan tak jarang para sahabat itu enggan untuk menerimanya atau bahkan memintanya, karena tangung jawabnya kelak dihadapan Allah sungguh luarbiasa beratnya.

Saking beratnya memang amanah untuk mengurusi umat, tampuk kepemimpinan itu tidak ada yang berani memperebutkan apalagi mencalonkan diri secara langsung. Contoh nyata dimasa Umar Bin Khattab yang dimana ketika mau meninggal dan ada salah seorang sahabat menunjuk anaknya untuk meneruskan kepemimpinan sang ayah, Umar lantas memarahi sahabat tersebut dengan perkataan yang tegas yang intinya Umar tidak ingin beban kepemimpinan ini dipikulnya di akhirat karena meridhoi anaknya sebagai pengganti.

Memang kalau kita berbicara kekuasaan, itu sangat dekat dengan yang namanya adalah godaan harta, materi, atau duniawi lainnya. Jadi memang kekuasaan itu sering kali mendekatkan orang kepada kerakusan, karena memang Pragmatismenya sistem demokrasi seperti itu. Menyimpan potensi besar terkait bagi-bagi kekuasaan dinasti politik ini dengan hadirnya tindakan-tindakan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) dan itu sangat mungkin terjadi.

Memang untuk mencegah dinasti politik ini tidaklah mudah, terlebih hukum yang idealnya harus menjadi panglimanya, yang dirumuskan berdasarkan untuk kepentingan bangsa, namun sekarang yang terjadi adalah hukum bisa dipermainkan sesuai kepentingan segelintir orang. Miris, salah satu cara yang akurat ganti sistem hukumnya.

Oleh: Setiyawan Dwi
Sahabat Tinta Media

Rabu, 09 Agustus 2023

Pamong Institute: Kritik Bagian Penting Mekanisme Kontrol Pemerintahan


 
Tinta Media - Direktur Pamong Institut, Wahyudi Al-Maroky, mengatakan, kritik bagian penting dari mekanisme kontrol pemerintahan.
 
“Kritik adalah bagian penting dari mekanisme kontrol dan keseimbangan dalam pemerintahan. Pejabat publik harus siap untuk menerima kritik sebagai bagian dari tanggung jawab mereka terhadap publik,” tuturnya dalam Program Kabar Petang: ‘Rocky Gerung ‘Dikepung’ Laporan Relawan Jokowi Pakai UU ITE, What? Di kanal Youtube Khilafah News, Ahad (6/8/2023)
 
Ia menjelaskan, kritik kepada pejabat publik seharusnya tidak hanya diterima, tetapi juga diapresiasi. Terutama dalam situasi ketika negara menghadapi tantangan yang kompleks, respons yang konstruktif dari berbagai pihak, termasuk masyarakat sipil dan relawan, dapat membantu mengarahkan perhatian kepada permasalahan yang lebih penting.
 
“Pejabat publik, termasuk Presiden Jokowi, seharusnya siap menghadapi kritik dan melihatnya sebagai sarana untuk perbaikan. Penerimaan terhadap kritik penting untuk mencegah kesalahan dan menjaga kesesuaiannya dengan kewajiban terhadap publik,” imbaunya.
 
Wahyudi juga menggarisbawahi bahwa ketika pejabat publik menerima kritik, itu merupakan bentuk tanggung jawab mereka terhadap kepentingan negara.
 
Namun, ia juga prihatin terhadap reaksi yang muncul dari pihak yang tidak berhubungan langsung dengan kritik.
 
“Terkadang, bukan pihak yang bersangkutan atau yang merasa dihinakan yang langsung merespons, tetapi justru pihak relawan. Ini kurang tepat dalam konteks respons terhadap kritik,” nilainya.
 
Dalam konteks pelaporan terkait dengan kritik terhadap Presiden Jokowi, ia mengingatkan, bahwa pelaporan semestinya berasal dari pihak yang merasa langsung terdampak atau dirugikan oleh pernyataan yang dikritik.
 
“Penerimaan terhadap kritik adalah tanda dari semangat demokrasi yang kuat. Dalam konteks ini, reaksi yang sifatnya spontan atau terlalu emosional dapat mengindikasikan kurangnya pemahaman terhadap pentingnya dialog, mediasi, dan toleransi terhadap berbagai pandangan,” kritiknya.
 
Menurutnya, dalam menghadapi kritik, pejabat publik seharusnya memilih pendekatan yang lebih terbuka dan mendengarkan aspirasi masyarakat. Dia juga menggarisbawahi bahwa tindakan otoritarian atau penolakan terhadap kritik dapat merusak citra dan kepercayaan publik terhadap pemerintah.
 
“Para pemimpin hendaknya mengambil pelajaran dari karakter-karakter pemimpin besar dalam sejarah, seperti Khalifah Umar yang sangat mulia, kalaupun sudah di kritik biasa saja, diancam pedangpun malah berbahagia, bahkan mengatakan bersyukur  akan ada yang berani mengoreksi. jadi kalau dikritik jangan dijadikan sebagai musuh, tetapi harus dijadikan sebagai partner atau kawan untuk mencari solusi persoalan negeri ini,” pungkasnya. [] Abi Bahrain. 

Rabu, 05 Juli 2023

PEMIMPIN YANG DIBENCI ALLAH DAN DILAKNAT RAKYAT

Tinta Media - Dalam banyak keterangan di kitab suci Al Qur’an, seorang pemimpin rakyat yang namanya Fir'aun (Pharaoh dalam bahasa Inggris) dianggap sebagai karakter yang dibenci oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, Fir'aun digambarkan sebagai seorang penguasa yang sombong (merendahkan orang lain dan menolak kebenaran Islam), zalim (menyengsarakan rakyat) , dan durhaka terhadap Allah serta melawan nabi Musa. Fir'aun juga dikenal karena menindas Bani Israil (keturunan Nabi Yakub) dan menolak untuk mengakui keesaan Allah.

 

Dalam Al-Qur'an, Fir'aun digambarkan sebagai contoh negatif dan peringatan bagi umat manusia agar tidak meniru keangkuhan dan kezaliman yang ia perlihatkan. Allah SWT mengekspresikan kebenciannya terhadap Fir'aun dan menggambarkan kehancurannya sebagai peringatan bagi umat manusia untuk menghindari kekufuran, kesombongan, dan kezaliman. Kebencian Allah atas karakter kepemimpinan fir’aun berujung kepada ditenggelamkannya fir’aun di lautan hingga tewas. Jasadnya diabadikan Allah untuk dijadikan pelajaran bagi manusia berikutnya, khususnya para pemimpin.

 

Jika pemimpin dibenci oleh Allah berarti dia sedang berjalan diatas jalan kegelapan dan kesesatan. Jika Allah membenci, maka rakyat juga akan melaknatnya. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seorang pemimpin dilaknat oleh rakyat adalah korupsi, ketidakadilan, penindasan, kegagalan dalam memenuhi janji-janji kampanye, keputusan yang merugikan masyarakat, atau tindakan represif terhadap pihak yang berseberangan dengan kekuasaan.

 

Pemimpin yang memiliki karkater fir’aun akan dibenci oleh Allah dan dilaknat oleh rakyatnya sendiri. Berikut adalah beberapa sifat-sifat yang dikaitkan dengan karakter Fir'aun. Pertama, kesombongan (kibr). Fir'aun diketahui memiliki rasa kesombongan yang sangat besar. Ia menganggap dirinya sebagai tuhan dan menuntut penghormatan dan penyembahan dari rakyatnya. Kesombongan ini menyebabkan dia melampaui batas dan menentang otoritas dan keesaan Allah SWT.

 

Kedua, kekufuran (syirk). Fir'aun menolak untuk mengakui keesaan Allah SWT. Dia mengklaim sebagai tuhan dan menganggap dirinya memiliki kekuasaan absolut atas umatnya. Tindakan ini dianggap sebagai perbuatan syirk, yaitu mempersekutukan Allah dengan sesuatu atau seseorang.

 

Ketiga, kedzaliman (zhalim). Fir'aun dikenal karena kezalimannya terhadap rakyat keturunan Nabi Yakub. Dia menindas mereka dengan keras dan melakukan kekejaman terhadap mereka, termasuk membunuh bayi laki-laki mereka dan memperbudak mereka.

 

Ketiga, penolakan terhadap ajaran Islam yang dibawa oleh nabi Musa. Ketika nabi Musa menghadap Fir'aun untuk menyampaikan pesan Allah dan meminta pembebasan Bani Israil, Fir'aun menolak untuk mendengarkan dan mengabaikan peringatan yang diberikan oleh Musa.

 

Keempat, kekerasan dan represi. Fir'aun menggunakan kekuasaannya untuk menindas dan menekan siapa pun yang melawan atau mengancam kedudukannya. Dia menggunakan kekerasan dan represi terhadap siapa pun yang dianggap sebagai ancaman bagi kekuasaannya.

 

Sifat-sifat ini menggambarkan fir'aun sebagai pemimpin yang tiran, angkuh, dan melanggar ajaran agama. Dalam tradisi Islam, Fir'aun sering diambil sebagai contoh negatif dan peringatan bagi umat manusia untuk menghindari kesombongan, kezaliman, dan kekufuran. Bahkan dalam ajaran Islam, adalah diperbolehkan mendoakan keburukan bagi pemimpin zolim.

 
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 18/06/23 : 10.40 WIB)

Referensi: https://www.ahmadsastra.com/2023/06/pemimpin-yang-dibenci-allah-dan.html?m=1

Oleh : Dr. Ahmad Sastra
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab