Tinta Media: Paylater
Tampilkan postingan dengan label Paylater. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Paylater. Tampilkan semua postingan

Rabu, 18 Januari 2023

Waspada Gaya Hidup Konsumtif di Balik Kemudahan Buy Now Paylater

Tinta Media - Beragam fitur untuk mempermudah jual beli kini semakin menjamur. Teknologi digital semakin berkembang pesat terutama di sektor keuangan melahirkan metode pembayaran baru yaitu Buy Now Paylater (BNPL), dalam artian beli sekarang bayar nanti. Secara sekilas ini tampak menguntungkan bagi konsumen, karena bisa membantu untuk memiliki barang tanpa adanya uang di waktu yang bersamaan. Namun kita harus berhati-hati, kemudahan metode transaksi ini dapat menjerumuskan kita pada sikap konsumtif tanpa batas dengan berutang.

Adapun skema paylater menurut Relawan Edukasi Anti Hoaks Indonesia (Redaxi) Irmawati Puan Mawar mirip kartu kredit yang memberikan batas berbelanja. Namun, skema ini memberikan jaminan yang lebih rendah dari kartu kredit sehingga mampu menarik minat konsumen. Selain itu, kelebihan yang ditawarkan adalah kemudahan transaksi, cepat, dan efisien. Menurutnya, paylater memiliki cara kerja yakni konsumen membeli barang atau jasa di merchant yang menyediakan fasilitas ini dan memiliki tenor pembayaran sesuai kebutuhan, misalnya 30 hari sampai 12 bulan. Konsumen kemudian akan melakukan pembayaran secara berkala sesuai tenor dan suku bunga yang diberlakukan.

Umumnya, kalangan generasi muda, salah satunya kaum milenial menyukai metode pembayaran ini. Berdasarkan riset KataData Insight Center, dari 5.204 responden yang di survei, sebanyak 16,5 persen adalah gen Y atau milenial yang banyak menggunakan fitur paylater. Sementara dari gen Z jumlahnya berkisar di angka 9,7 persen.

Cermat Mengamati Paylater

Skema BNPL tampaknya mengambil kesempatan sikap konsumtif masyarakat. Bak rentenir gaya baru para kapitalis mencari cara agar masyarakat bisa memenuhi keinginannya dengan mudah melalui berbagai skema pinjaman. Syarat pengajuannya pun dipermudah hanya dengan verifikasi data dan persetujuan pengguna.

Apabila kita amati sungguh jebakan paylater ini sangat membahayakan. BNPL bukanlah solusi bagi kondisi ekonomi masyarakat. Justru ini adalah jebakan berbahaya. Tak ada bedanya dengan rentenir, hanya saja skema ini dilegalisasi oleh pemerintah dengan menjamurnya berbagai fintech yang sudah terdaftar di OJK. Para kapitalis memanfaatkannya untuk mendapat keuntungan, sedangkan untuk masyarakat justru terjebak semakin dalam kepada jurang gaya hidup konsumtif dan hedonis. Seolah jadi hal yang lumrah punya barang dengan berutang tanpa memperhitungkan dampak negatif di masa depannya.

Islam memandang Paylater

Skema pinjaman seperti paylater tentu tidak sejalan dengan pandangan Islam. Islam sangat tegas mengharamkan riba sekecil apa pun. Allah berfirman , “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS Al-Baqarah: 275).

Paylater tentu masih mengandung riba, dilihat dari adanya bunga pinjaman dan denda jika telat membayar. Oleh karenanya dalam Islam skema pinjaman berbunga seperti paylater akan ditiadakan. Bahkan, Allah memberi ancaman yang berat bagi para pelaku riba, sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 275 yang artinya: "Orang-orang yang makan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila."

Begitu juga dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Nabi SAW bersabda. “Apabila zina dan riba telah merajalela dalam suatu negeri, maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan azab Allah diturunkan kepadanya” (HR Hakim).

Sungguh tegas Allah melarang riba, tapi sampai saat ini praktik riba masih berjalan dan semakin subur dengan berkembangnya teknologi digital saat ini. Islam dengan aturannya sangat menjaga kemuliaan umatnya.  Dalam Islam, umat akan terhindar dari jebakan membahayakan ini. Islam akan menjamin kebutuhan dasar, pendidikan, kesehatan dan keamanan rakyatnya. Sehingga tidak terjerumus pada gaya hidup Barat yang konsumtif dan hedonis.

Pemuda dalam Islam pun akan dididik untuk memiliki cara pandang islami dengan pola pikir dan pola sikap Islam. Mereka tidak mudah tergiur dengan kemewahan dunia semata. Bahkan, Islam menjaga agar setiap individu memiliki ketakwaan sehingga mempertimbangkan halal haram dalam setiap aktivitasnya. Kondisi masyarakat pun dibangun agar saling berlomba-lomba dalam ketaatan bukan berlomba dalam kemewahan duniawi sehingga tergiur dengan pinjaman sebagai jalan pintas memenuhi keinginan. Negara yang berlandaskan Islam pun akan memastikan agar praktik teknologi keuangan digital yang ada berjalan sesuai hukum syara.[]

Oleh: Hafshah Sumayyah 

Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok

Selasa, 10 Januari 2023

Generasi Muda Tergiur Paylater Bikin Dizzylater


Tinta Media - Kemajuan teknologi digital sangatlah membantu generasi muda. Hal-hal yang semula dilakukan secara langsung, kini berubah serba online, termasuk di bagian keuangan. Berbagai macam aplikasi e-wallet menawarkan banyak kemudahan dalam proses pembayaran apa pun.

Saat ini, muncul inovasi terbaru dalam metode pembayaran online, yaitu paylater atau bayar nanti. Metode ini diklaim dapat meringankan beban konsumen. Ini karena seseorang yang membutuhkan sesuatu, tetapi belum memiliki saldo, maka ia dapat membayarnya nanti setelah isi saldo e-wallet atau dapat dibayar dengan dicicil sesuai kemampuan konsumen.

Dilansir dari bbc.com, Katadata Insight Center dan Kredivo survei pada Maret 2021 terhadap 3.560 responden. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah pelanggan baru paylater mengalami peningkatan sebesar MLM 55 % selama pandemi. Jika mengutip data OJK, karakter pengguna yang kesulitan membayar tunggakan kredit menjadi semakin mudah.

Kenaikan pelanggan baru itu disebabkan karena kemudahan dalam mengakses paylater, serta diiming-iming promo dan diskon yang besar ketika melakukan pembayaran dengan dengan terkejut. Sungguh, secara kasat mata, ini sangatlah membuat hemat kantong dan menguntungkan para milenial. Maka tak heran jika semakin banyak kalangan muda yang memilih menggunakan paylater.

Dilansir dari Republika.co.id, Relawan Edukasi Anti Hoaks Indonesia (Redaxi) mengatakan bahwa skema paylater mirip dengan kartu kredit yang memberikan batas berbelanja. Namun, skema ini memberikan jaminan yang lebih rendah dari kartu kredit sehingga mampu menarik minat konsumen.

Konsumen kemudian akan melakukan pembayaran secara berkala, sesuai tenor dan suku bunga yang diberlakukan. 
Ia pun berpesan bahwa perlu kecermatan dalam menggunakan fitur. Karena, jika tidak cermat dan boros, akan menimbulkan tumpukan utang. Karena itu, sebelum memilih pembayaran dengan skema ini, perlu dipahami persyaratannya, yang terpenting harus tepat waktu dalam melunasi cicilannya.

Faktanya, banyak generasi muda yang belum memahami secara utuh tentang paylater. Generasi muda saat ini dibuat konsumtif dengan segala kemudahan yang dijanjikan, dengan alasan murah dan mudah hingga akhirnya kebablasan menjadi dizzy (pusing) karena harus membayar utang yang melilit.

Hedonisme dan konsumerisme yang melanda generasi muda dimanfaatkan oleh rentenir gaya baru untuk menjerat mangsa. Kemudahan akses meminjam e-money, membuka lebar peluang kepada generasi muda untuk memenuhi gaya hidup kekinian. 

Saat ini, negara menfasilitasi sistem paylater seperti terdaftar di OJK, tanpa syarat penghasilan, bunga rendah dan sebagainya. Maka, tak heran jika ini dianggap sebagai hal yang memudahkan generasi muda, padahal konsep ini bisa membahayakan masa depannya akibat terlilit utang.

Agar tidak terjebak dengan gaya hidup paylater yang membuat dizzylater, pemuda perlu memiliki pijakan kuat, yaitu akidah Islam. Akidah dapat membentuk pola pikir dan pola sikap yang dapat menjadi tameng dari gempuran gaya hidup konsumtif dan hedonis. Selain itu, dalam Islam, riba sudah sangat jelas diharamkan. 

Maka terkait fintech, Islam akan mengatur sesuai dengan aturan-Nya, seperti tidak ada riba, akad pinjam-meminjam harus jelas, dan tujuannya tidak melanggar syariat. Konsep pinjam-meminjam hanya dilakukan untuk tolong-menolong, bukan untuk mencari keuntungan.

Tentunya, untuk mewujudkan sistem yang berbasis Islam tidak bisa dilakukan sendirian, perlu adanya sinergi yang baik antara lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat hingga negara. Wallahu’alam bii shawwab.


Oleh: Nisa Rahmi Fadhilah, S.Pd.
Praktisi Pendidikan 

Sabtu, 07 Januari 2023

Jebakan Paylater Menjerat Generasi


Tinta Media - Sistem pembayaran by paylater tengah menjamur. Segala bentuk kemudahan ditawarkan dengan sebentuk praktisnya digitalisasi. Berdasarkan survey Kata Data Insight Center (KIC), generasi millenial dan gen Z, lebih tertarik pada sistem pembayaran paylater daripada kartu kredit karena lebih mudah diakses (CNNIndonesia.com, 24/10/2022). Namun, dibalik kemudahan yang ditawarkan, ternyata ada jebakan dibaliknya.

Alih-alih ingin mendapatkan solusi, namun ternyata terjerat hutang pinjaman ribawi. Dan kasus jeratan paylater ini semakin meningkat jumlahnya. Survey Katadata Insight Center dan Kredivo kepada 3.560 responden pada Maret 2021 lalu memperlihatkan bahwa pengguna paylater meningkat sebanyak 55% selama masa pandemi (bbcnews.Indonesia.com, 29/12/2022).

Beragam fakta pun menyajikan betapa banyak korban depresi karena lilitan hutang paylater yang terus menggunung. Mengerikan. Relawan Antihoaks Indonesia (Redaxi) Irmawati Puan Mawar menyatakan bahwa skema pinjaman by paylater lebih banyak diminati, terutama kalangan muda. Karena skema pinjaman yang praktis dengan jaminan yang lebih rendah (republika.co.id,15/11/2022). Namun, jika tak cerdas dan waspada, pinjaman ini dapat menjerat penggunanya. Diantaranya, sifat konsumtif yang kian menjadi dan tumpukan utang yang terus meningkat. Demikian paparnya. Segala kehidupannya terdestruksi sistem rusak yang gagal mengatur kehidupan masyarakat.

Segala keadaan generasi yang konsumtif, hedonis dan liberal ini dimanfaatkan oleh para kapitalis untuk mengeruk keuntungan. Hingga akhirnya generasi buta. Terus diperbudak hawa nafsu, hingga tak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

Peneliti Institute for Development of Economic Studies (Indef), Nailul Huda mengatakan bahwa generasi saat ini adalah generasi yang lemah dalam pemahaman. Resiko gagal bayar paylater adalah resiko terburuk yang kerap tak diperhatikan para penggunanya. Hingga berujung pada lilitan utang. Banyak pengalaman dibagikan oleh para pengguna paylater di beberapa platform, seperti tweeter, instagram ataupun facebook, yang menceritakan sulitnya terlilit pinjaman ribawi. Dan hal ini seharusnya menjadi pembelajaran bagi generasi.

Rusaknya tatanan kehidupan saat ini tak ubahnya bagai badai efek domino. Satu kegagalan selalu diikuti kegagalan lainnya.

Inilah akibat penerapan sistem kapitalisme. Sistem yang hanya mengutamakan keuntungan materi semata. Tanpa mempedulikan kerugian yang ditimbulkan. Generasi yang kian hedonis, konsumtif dan materialistis kian terjebak dalam kungkungan sistem pinjaman ribawi. Dan terus ditambah kerusakannya dengan adanya penerapan sistem yang sekuler. Tak menganggap adanya pengaturan agama dalam kehidupan. Akhirnya hidup pun kian tak terarah.

Sistem Islam mengharamkan dan melarang tegas segala jenis transaksi ribawi

Dalam Al Qur'an, Allah SWT. tegas melarang aktivitas riba. Sebagaimana firmanNya dalam QS. Al Baqarah ayat 275, yang maknanya bahwa orang-orang yang memakan hasil riba tak ubahnya bagai orang yang tak dapat berdiri, melainkan berdirinya orang gila. Allah SWT. Pun tegas mengharamkan riba dan menyuburkan jual beli sebagai solusi untuk mendapatkan penghidupan yang jauh lebih baik dan penuh berkah.

Anas bin Malik ra. berkata bahwa Nabi SAW. bersabda,

 "Sesungguhnya satu dirham yang didapatkan seorang Iaki-laki dari hasil riba Iebih besar dosanya di sisi Allah daripada berzina 36 kali.(HR. Ibnu Abi Dunya).

Segala bentuk ketegasan ini wajib ditaati dengan segala bentuk ketaatan sebagai seorang muslim. Setiap syariat yang telah Allah SWT. tetapkan pastilah mengandung maslahat bagi seluruh umat.

Negara dengan sistem sekuler kapitalistik tak dapat tegas memberikan sanksi. Karena dasar sistemnya yang menjegal. Sistem sekuler menjadikan demokrasi sebagai "nafas hidupnya", yang menjadikan setiap hak asasi manusia harus selalu dijunjung tinggi, melibas segala aturan yang semestinya wajib ditaati. Namun, karena asas kebebasan yang kebablasan, umat pun akhirnya bias. Tak mengetahui standar benar salah yang jelas. Inilah rusaknya sistem hari ini.

Sistem Islam sangat menjaga kemuliaan, kehormatan serta keamanan per individunya. Sehingga sistem Islam mutlak memberikan edukasi agar umat selalu waspada atas segala jenis penipuan yang memberikan iming-iming kesenangan semu. Segalanya dilakukan dengan asas iman dan takwa kepada Allah SWT.  Didukung juga oleh negara yang memberikan kebijakan dengan regulasi dan sanksi tegas menindak segala jenis transaksi ribawi. Segala kebijakan yang diterapkan  berdasarkan atas pondasi syariat Islam yang mensejahterakan dan menjaga seluruh kemuliaan umatnya.

Sistem Islam-lah satu-satunya sistem yang menjaga umat dari segala jenis ancaman. Termasuk ancaman paylater yang mengganggu dan merusak akal sehat masyarakat.

Wallahu a'lam bisshowwab.


Oleh: Yuke Octavianty

Forum Literasi Muslimah Bogor

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab