Tinta Media: Palestina
Tampilkan postingan dengan label Palestina. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Palestina. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 Desember 2023

LSIS: Para Penguasa Muslim Pihak Paling Bertanggungjawab Menolong Palestina


 
Tinta Media-- Direktur Lingkar Studi Islam Strategis  (LSIS) Agus Suryana M.Pd. mengatakan bahwa pihak yang bertanggung jawab menolong Palestina adalah para penguasa Muslim.
 
“Para penguasa Muslim, merekalah sebenarnya pihak yang paling bertanggung jawab untuk menolong saudara-saudaranya di Palestina tetapi peran itu tidak dilakukan,” tuturnya dalam video: Palestina, Negeri yang Dikhianati! melalui kanal Youtube Masjid Hidayah Tanah Merah, Selasa (21/11/2023).
 
Para penguasa Muslim itu, lanjutnya, tidak menjalankan perannya karena berada dalam kubangan kepentingan yang berkaitan dengan kekuasaannya.
 
“Ini kondisi yang memalukan! Tidak layak negeri yang kaya raya akan minyak, mempunyai tentara dan persenjataan, tapi tidak menolong dan tidak memerankan posisinya untuk menolong saudara di Palestina," kesalnya.
 
Menurut Agus, persoalan Palestina adalah persoalan tanah yang dijajah oleh penjajah Yahudi, sehingga solusinya mengusir Zionis Yahudi dari tanah Palestina.
 
“Penguasa-penguasa Muslim yang memiliki militer seharusnya menyeru kirim! Bantu! Bergerak !Serang ! Kata-kata itu yang dibutuhkan tapi itu tidak dilakukan,” tukasnya.
 
Adapun bantuan pangan, makanan, obat-obatan, logistik, menurutnya,  itu sangat dibutuhkan, tapi rakyat Palestina juga membutuhkan bantuan kekuatan militer untuk mengusir penjajah yang menyebabkan kezaliman dan penderitaan.
 
 "Itu belum dilakukan oleh satupun negara-negara di dunia ini termasuk Indonesia, terlebih lagi negara Arab yang harusnya mereka lebih terdepan," pungkasnya.[] Muhammad Nur.

Rabu, 29 November 2023

Bercermin pada Generasi Palestina



Tinta Media - Mengutip berita dari Kompas.com,  M (14), siswa SMP swasta di Kecamatan Sugio, Lamongan, Jawa Timur menganiaya gurunya sendiri dengan menggunakan golok bendo pada Rabu (15/11/2023).

Peristiwa ini kembali berulang dan berulang lagi. Bagaimana murid sudah tak ada hormatnya pada guru. Sebelumnya pernah terjadi murid melaporkan guru hanya karena ditegur tidak sholat, murid yang meludahi guru hanya karena ditegur, murid yang tak suka saat diingatkan dan masih banyak lagi berita lainnya yang menorehkan citra dan cerita buruk terkait generasi saat ini. Alih-alih berharap mendapat calon pemimpin bangsa, yang ada riskan bagaimana dengan nasib kepemimpinan selanjutnya jika kualitas generasi dihiasi tindak kriminal arogansi radikal generasi muda.

Sedih rasanya, di kala generasi Palestina menyerukan keberanian melawan angkara murka durjana zionis Israel, di sini generasi muda malah menjadi makhluk bergenre buas dan beringas kepada makhluk lainnya.

 Buah dari Kapitalis Liberalis Sekuler

Saat hidup manusia dilingkupi dunia semata, dan dunia lepas dari arahan Allah ta'ala, maka seluruh aktivitas hidup menjadi suka-suka. Individualis membersamai hidup manusia hingga berbuat pun suka-suka. Gaya hidup bebas sebebas-bebasnya menggambarkan syaithon liberal telah menyusuri aliran darah manusia, hingga agama tak laku dalam mengatur hidup manusia. Demikianlah sistem yang terlahir dari aroma kapitalis liberalis sekuler, produknya pun tak jauh dari pewarnaan dan bumbu-bumbu ide yang diraciknya. 

Munculnya keabnormalan perilaku pun tak lepas dari pola asuh dan pola didik yang dinaungi sistem yang ada. Orang tua yang tak mendasarkan pola asuhnya pada ajaran Islam, tentunya tidak menguatkan Iman taqwa dalam mengarahkan keturunannya dalam setiap fase asuhnya. Diperparah juga dengan kurikulum pendidikan yang ternyata jauh dari nuansa taqwa.

Lahirnya generasi yang tak punya adab merupakan bukti nyata dari sistem tak beradab. Manusia biadab semenjak usia muda menunjukkan potret buram generasi muda masa kini. Tentunya ini tidak muncul begitu saja namun buah yang pohonnya telah ditanam dan disukai sekalipun buruk hasil panennya.

 Belajar Dari Generasi Palestina

Riuhnya pemberitaan tentang buruknya perilaku generasi muda di negeri ini, dari berita murid aniaya guru, siswa membunuh sesama siswa, siswa yang menjadi begal, siswa yang menjadi mucikari dan bandar narkoba, dan berita buruk lainnya, generasi di Palestina menampilkan sosok pemuda yang jauh berbeda. Di tengah peperangan di Palestina, di bawah gempuran genosida entitas Yahudi laknatullah, sosok-sosok generasi muda pemberani. berjihad melawan penjahat Internasional zionis Israel algojo penjagal.

Sungguh, keberanian yang dimiliki generasi muda Palestina tentu tidak muncul tiba-tiba. Selain nuansa Palestina, terutama Gaza, kental dengan suasana keimanan dan ketaqwaan, tentunya didikan orang tua telah mewarnai hidup mereka.  Pendidikan yang selalu menguatkan spirit jihad sekuat spirit jihad Rasulullah saw., para sahabat, dan para pengikutnya sebagai para syuhada. Idola generasi Palestina bukanlah Korean banyak gaya namun pada hamba yang pengabdian mereka kepada Allah Swt. totalitas dengan harta dan jiwa. Hamba yang dikagumi penduduk bumi dimuliakan penduduk langit. Mereka telah wafat namun mereka tetap terkenal, terkenang mewangi  sepanjang masa.

Layak lah generasi muda saat ini belajar dari generasi muda Palestina. Karakter generasi muslim pemberani, inspirator, motivator  bagi generasi muslim lainnya di seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia, dan tentunya layak untuk menjadi pemimpin dunia.

 Generasi Para Syuhada

Generasi muda Palestina tumbuh sebagai  pemuda yang besar ketakutan dan ketaatannya pada Allah ta'ala. Islam menjadi asas dan motivasi hidup mereka. Spirit Iman Taqwa yang menyala-nyala membuat mereka tegar dan kuat bertahan di tengah gempuran zionis Yahudi Israel laknatullah, keinginan untuk berjuang dan berjihad di jalan Allah Taala tak kunjung padam sampai akhir hayatnya. Mereka mewakafkan diri-diri mereka sebagai syuhada. Mereka adalah pewaris para nabi dan syuhada di mana jihad sebagai  syariat Islam tetap mereka yakini.

Demikianlah tak ada yang bisa mengarahkan generasi muda dari keburukan perilaku dan keterpurukan gaya hidup selain menjauhkan penyebabnya. Mencabut akar kapitalis liberalis sekuler dan menghancurkannya akan selamatkan generasi muda, kemudian mempelajari dan memahami syariat Islam sebagai perkara utama yang mendominasi hidup generasi muda sampai menemukan hakikat keimanan dan ketaqwaan seperti yang dimiliki generasi muda Palestina. Wallaahu a'laam bisshawaab. Salam ta'dzhim

Oleh: Sri Rahayu Lesmanawaty
Aktivis Muslimah Peduli Generasi

Selasa, 28 November 2023

Solusi Palestina, Tak Cukup Hanya Boikot Produk, Boikot juga Akarnya



Tinta Media - Palestina masih membara,  mengorbankan banyak nyawa dan menyisakan luka yang menganga. Boikot produk masih menjadi pokok bahasan utama. Cukupkah hanya dengan boikot produk yang terafiliasi Zionis Yahudi menjadi solusi Palestina? 

Boikot Akar Masalah Utama

Z1onis Yahudi makin menampakkan kekejiannya. Lebih dari 11.000 warga Palestina terbunuh. Begitu banyak warga sipil kehilangan anggota keluarga, tempat tinggal, dan beberapa tempat vital lainnya, sama sekali tidak ada tempat aman. Bahkan dikatakan, sekolah dan rumah sakit  pun tidak menjanjikan keamanan bagi warga Palestina. 

Menanggapi peperangan yang terjadi antara entitas Yahudi dan Palestina, MUI menetapkan fatwa terkait pemboikotan barang-barang produk Zionis Yahudi dan pihak yang terafiliasi dengannya (kompas.com, 10/11/2023). Fatwa terkait pemboikotan ditujukan agar mampu mengerem aliran dana dari muslim melalui perdagangan produk Yahudi dan afiliasinya. Tidak hanya itu, MUI pun mengimbau agar rakyat secara massif mendukung perjuangan dan pembebasan Palestina. 

Berbagai platform media sosial ramai dengan info tentang produk yang diboikot dan barang-barang substitusinya. Banyak rakyat memboikot secara massif. Namun sayang, masih banyak juga yang belum paham tentang masalah ini.

Pemboikotan massif yang dilakukan berbagai kalangan masyarakat patut diacungi jempol. Masyarakat mulai menyadari bahwa kita harus sama-sama berjuang membela sesama saudara muslim. Namun sayang, di tengah aksi pemboikotan ini, justru negara bungkam, tak berkutik sama sekali. Kebijakan boikot sebetulnya akan efektif jika ditetapkan sebagai regulasi oleh negara. Ini karena negara memiliki kekuasaan politik penuh atas aktivitas yang dilakukan rakyatnya. 

Di sisi lain, sebetulnya boikot produk ini tidak berpengaruh besar terhadap kekuatan perdagangan dan ekonomi Zionis Yahudi dan entitasnya karena ekonomi negara penjajah ini sangat bergantung pada negara-negara nonmuslim di dunia. Namun, ada satu kelemahan mereka, yakni ketergantungan sumber daya energi pada mayoritas negeri-negeri muslim dunia.

Semestinya, para penguasa jeli dalam menetapkan kebijakan. Blokade suplai energi seharusnya mampu kompak dilakukan oleh seluruh negeri muslim dunia. Dari satu sisi ini saja, negeri penjajah ini telah mati kutu. Sayangnya, kebijakan ini mustahil ditetapkan. Parahnya lagi, dalam keadaan urgent, justru para penguasa kian mesra membuka hubungan dengan negara-negara kapitalis penjajah yang menjadi donatur penyerangan Palestina. Miris. 

Semua ini terjadi karena sistem kapitalisme. Sistem ini menjadikan materi sebagai tujuan hidup, tidak peduli dengan nasib saudara sendiri. Sistem ini pun diperparah dengan penerapan nasionalisme yang terus meracuni pemikiran umat dan para penguasa. 

Nasionalisme yang digadang-gadang mampu menyatukan umat dunia ternyata gagal total. Bahkan, negara terdekat Palestina pun tidak mampu mengirimkan pasukan militer yang nyata-nyata mampu membela. Ini karena nasionalismelah yang membatasi kebijakan setiap negara. Bahkan, lembaga dunia yang katanya menyerukan perdamaian, hanya mampu bungkam seribu bahasa. PBB dan OKI terbukti gagal mewujudkan perdamaian, tidak mampu menghentikan peperangan dan berbagai penderitaan. 

Sistem destruktif inilah yang semestinya diboikot secara totalitas. Karena sistem rusak tersebut melemahkan ukhuwah muslim dunia. Paham nasionalisme menciptakan konsep berpikir yang keliru. Nasionalisme memberikan batasan bahwa masalah Palestina bukanlah masalah muslim dunia dan jihad hanya wajib bagi warga Palestina. Tentu saja konsep ini keliru dan melemahkan fungsi jihad. 

Islam, Solusi Paripurna

Sistem Islam menetapkan akidah Islam sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan. Palestina sangat membutuhkan pembelaan dari seluruh kaum muslim dunia. Hanya akidah Islam-lah yang mampu menyatukan seluruh kaum muslim dunia, tidak ada pilihan lain.  Hanya dengannya pula, umat Islam mampu bersatu karena memiliki satu aturan dan perasaan yang sama. Akidah Islam hanya mampu diterapkan dalam sistem Islam berinstitusikan khilafah. Hanya dengannya, nasionalisme kapitalistik akan luluh lantak.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Dia akan dijadikan perisai saat orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan adil, maka dengannya dia akan mendapatkan pahala. Namun, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Imam (khalifah) adalah penjaga dan perisai bagi kaum muslimin dunia. Dalam sistem Islam, jihad bergelora dalam semangat penjagaan seluruh kaum muslim. Bahkan, kegemilangan Khilafah telah terbukti secara empiris dalam setiap lembaran sejarah dunia. 

Khilafah-lah satu-satunya institusi yang mampu menyatukan semua wilayah kaum muslimin dalam satu kepemimpinan dan pengaturan amanah. Hanya dengannya pula, ukhuwah (persaudaraan) kaum muslim dunia terbentuk sempurna dan senantiasa terjaga.

Jelas, boikot suatu produk hanyalah solusi parsial yang tidak efektif untuk menyelesaikan masalah Palestina. Pembebasan Palestina hanya bisa diwujudkan dengan jihad dan penerapan Khilafah. Inilah satu-satunya solusi paripurna, ridak ada yang lain. 
Wallahu a'lam bisshawwab.

Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor

Boikot Bukan Solusi Hakiki Masalah Palestina




Tinta Media - Persoalan boikot sebenarnya sudah sering terjadi. Hal itu dilakukan untuk merespon aksi pelecehan atau islamofobia di berbagai negara ataupun dalam negeri. Di satu sisi, ini menjadi bukti bahwa umat Islam mempunyai keterikatan dengan aturan agamanya. Ditambah dengan fatwa MUI yang serasa angin segar yang mendukung aksi ini. 

Sebagaimana pernyataan Sekretaris Komisi Fatwa MUI Miftahul Huda bahwa suatu produk itu tetap halal selama masih memenuhi kriteria kehalalan. Akan tetapi. yang diharamkan itu aktivitasnya, perbuatannya. (Detik News, 11/11/23)

Terkait dengan boikot, terjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Hal ini wajar karena produk-produk yang dominan digunakan di negeri ini adalah buatan negeri seberang, meski tak diakui legalitasnya. Akhirnya jadi serba salah, mau memboikot, tetapi kita tetap butuh produknya, meski sudah ada klarifikasi terkait fatwa MUI mengenai haram beli produk Yahudi.

Boikot Apakah Solusi?

Ibarat semut yang membawa setetes air untuk memadamkan kobaran api yang membakar diri nabi Ibrahim a.s, seperti itulah yang dilakukan kaum muslimin dari boikot terhadap produk-produk Yahudi. Namun sepanjang perjalanan boikot, yang terlihat hanya euforianya di awal-awal saja. Setelah itu, seakan ditelan bumi, hilang dengan sendirinya. 

Sesungguhnya, yang membatasi kita dengan Palestina adalah sekat nasionalisme. Karena nasionalisme inilah kita tak bisa berkontribusi besar menolong saudara kita yang sudah terjajah selama 75 tahun lamanya. Tak terhitung, berapa banyak nyawa yang menjadi korban kebiadaban zionis. 

Lihatlah penguasa negeri-negeri muslim, mereka hanya bisa mengutuk. Padahal dari sisi militer, Zionis bisa saja dikalahkan. Mereka mau menolong, tetapi terikat perjanjian global dengan PBB. Hilanglah sudah kedaulatan negeri mereka. Jelas saja, hal ini karena AS selalu ikut campur dengan urusan kaum muslimin. 

Utang luar negeri juga tak kalah mencengangkan. Akibatnya, penguasa muslim enggan, bahkan takut mengirimkan pasukan menolong saudara muslim di negeri mana pun. 

Harusnya, yang melakukan boikot  terhadap produk-produk Yahudi dan negara pendukungnya bukan hanya tataran individu atau masyarakat saja. Boikot akan lebih efektif jika dilakukan oleh negara dengan menghentikan impor produk yang masuk ke negeri-negeri kaum muslimin. Itu pun masih belum cukup, karena sekadar boikot tidak akan mampu mengusir para Zionis dari tanah Palestina. Harusnya, senjata dilawan dengan senjata

Ini semua karena denganekat nasionalisme sudah mengakar di benak kaum muslimin sejak masa penjajahan dan hilangnya perisai umat Islam. 

Belum lagi penguasa-penguasa boneka yang haus kekuasaan semakin menambah derita umat. 

Solusi Hakiki islam 

Palestina adalah tanah kharijiyah sejak masa Umar bin Khattab, dan status tanah kharijiyah tak akan pernah berubah hingga hari kiamat. 

Maka, Palestina tidaklah mungkin bisa dibebaskan, kecuali dengan jihad. Kita melihat kebiadaban Zionis yang tak memandang bulu dan melihat Palestina layaknya binatang. Sungguh, orang-orang ini tak bisa lagi menggunakan bahasa kemanusiaan. Karena itu, solusi dua negara yang diopinikan hanya bersifat pragmatis karena membiarkan Palestina tetap terjajah dalam sistem kapitalisme. 

Saat ini, kaum muslimin belum bersatu. Sekat-sekat nasionalisme dan pemikiran kapitalisme masih bercokol. Karena itu, harus segera dicabut hingga ke akar-akarnya kemudian diganti dengan sistem Islam. Mengapa? Agar kaum muslimin bisa bersatu dalam satu komando, satu bendera, satu negara, yaitu khilafah 'ala minhaj nubuwwah. Inilah satu-satunya solusi terhadap seluruh persoalan umat manusia secara global.

Sepanjang sejarah perjalanan sistem kapitalisme, tak ada celah perubahan hakiki, justru moral manusia semakin rusak. Islam pun membuktikan, selama khilafah memimpin peradaban, kedamaian danpersatuan bisa terjadi. Tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam. Sedangkan hari ini, hilangnya nyawa layaknya membunuh nyamuk. 

Maka, umat Islam wajib bersatu dalam naungan khilafah islamiyah yang akan menjaga dari penjajahan orang kafir dan menghilangkan segala kemaksiatan. Wallahu 'alam bissawab.

Oleh: Nurjannah
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 25 November 2023

Model Persatuan Umat yang Akan Membebaskan Palestina



Tinta Media - Semua muslim tahu bahwa persatuan adalah perintah Allah. Semua muslim tahu bahwa dengan bersatu, kita akan dimenangkan. Hanya saja, bagaimana model persatuannya? Bagaimana cara menyatukannya?

Jawaban atas pertanyaan pertama adalah persatuan seperti yang pernah terjadi di masa awal umat Islam. Karena, urusan umat hanya akan baik jika mengikuti model awal dari umat ini, sebagaimana qaul Imam Malik:

لن يصلح آخر هذه الأمة إلا بما صلح به أولها

Tidak akan pernah baik akhir dari umat ini kecuali dengan apa awalnya umat ini diperbaiki

Umat ini pernah bersatu sehingga Imam Bukhari dapat rihlah li thalabil hadis dari satu negeri ke negeri lain dengan total 14.000 km tanpa kendala visa dan paspor. Sultan Suriansyah pernah behaji ke Makkah, lalu singgah ke Istanbul, bertemu dengan Sultan Sulaiman al Qanuni, khalifah Ustmaniyah dan dinobatkan sebagai Sultan Banjar tanpa mengurus visa dan paspor. Syaikh Arsyad Al Banjari tinggal di Makkah 30 tahun tanpa membayar ighomah atau izin tinggal. 

Kenapa bisa demikian? Karena kita dulu bersatu dalam satu kepemimpinan politik. Kita bersatu tanpa ada sekat-sekat nasionalisme yang mewujud menjadi negara bangsa. Kita bersatu di bawah naungan khilafah. 

Iya, kita bersatu di bawah naungan khilafah. Hingga ketika Portugis menjajah Nusantara, khilafah Ustmani yang terbentang jarak 7.233 km mengirimkan bala bantuan ke Nangro Aceh Darussalam. 

Mengapa kita tidak mau bersatu dengan model seperti ini? Jika negara-negara Eropa bisa bersatu, mengapa kita tidak bisa? Adakah perintah persatuan dalam kitab suci mereka? Sementara, kitab suci kita jelas menyatakan:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا

Dan berpeganglah kalian kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai (QS. Ali Imron: 103)

Nabi kita juga menyatakan:
إذا بويع لخليفتين، فاقتلوا الآخر منهما

 
“Jika dibaiat dua orang khalifah, maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya.” (HR Muslim no 1853).

Para Ulama kita tak lelah menyampaikan pesan-pesan persatuan. Berkaitan hadis ini imam Nawawi menyatakan:
إذا بويع الخليفة بعد خليفة، فبيعة الأول صحيحة يجب الوفاء بها و بيعة الثاني باطلة يحرم الوفاء بها…وهذا هو الصواب الذي عليه…جماهير العلماء

“Jika dibaiat seorang khalifah setelah khalifah [sebelumnya], maka baiat untuk khalifah pertama hukumnya sah yang wajib dipenuhi. Sedang baiat untuk khalifah kedua hukumnya batal yang haram untuk dipenuhi … Inilah pendapat yang benar yang menjadi pendapat jumhur ulama.” (Imam Nawawi, Syarah Nawawi ‘Ala Shahih Muslim, Juz XII hlm. 231).

Bagaimana Kita Bersatu?

Pertama, mulailah dari membangun kesadaran bahwa kita mesti bersatu.

Kedua, pahamilah bahwa model persatuan yang kita inginkan adalah persatuan atas dasar akidah islamiyyah.  Ukhuwah Islamiyyah mewujud menjadi kesatuan kepemimpinan Islam (khilafah)

Ketiga, sadarilah bahwa nasionalisme yang mewujud menjadi negara bangsa sejatinya penghalang persatuan umat 

Keempat, berjuanglah untuk bersatu dan wariskan semangat persatuan ini pada anak cucu. Karena bisa jadi persatuan hakiki ini terwujud dalam waktu yang panjang, sementara jatah usia kita makin berkurang. Sungguh, kita sangat berharap persatuan ini akan wujud di masa kita. Jika pun tidak, semoga di masa anak cucu kita. Aamiin

Al Faqiir Wahyudi Ibnu Yusuf

Berangas, 18 Nopember 2023

Kamis, 23 November 2023

dr. Mohammad Ali: Wajib Hukumnya Mengirim Tentara Muslim ke Palestina



Tinta Media - Ulama dr. Mohammad Ali Syafi'udin menegaskan bahwa bagi kaum muslimin yang tidak memiliki kemampuan berjihad secara langsung di Palestina, maka wajib bagi mereka untuk mendorong mewujudkan orang-orang yang mampu dengan cara menyeru kepada penguasa untuk mengirimkan militernya. 

"Jadi, menyerukan kepada penguasa, menyampaikan kepada penguasa, mendorong kepada penguasa untuk mengirimkan militernya. Ini adalah pelaksanaan kewajiban yang paling minim," tegasnya dalam diskusi secara live berjudul "Makna Jihad dan Khilafah Sebagai Solusi Atas Palestina" pada kanal Youtube Khilafah Channel Reborn, Senin (20/11/2023). 

Dia menyatakan bahwa langkah di atas adalah bagian dari pelaksanaan kewajiban menurut Imam Syatibi dalam kitabnya Al Muwafaqat. "Walaupun tidak langsung karena tidak memiliki kemampuan, tetapi mendorong, mengajak, menyampaikan, memberikan pemahaman, ini adalah termasuk juga melaksanakan kewajiban," tegasnya.
 
Dalam kitab tersebut, lanjutnya, Imam Syatibi menjelaskan bahwa fardhu kifayah sebenarnya diperuntukkan untuk seluruhnya. "Maka sebagian yang memiliki kemampuan maka wajib secara langsung melaksanakan kewajiban fardhu kifayah itu," terangnya. 

Hukum jihad, lanjut dr. Ali, dalam pengertian berperang adalah fardhu 'ain  bagi penguasa negeri-negeri muslim di sekitar Palestina untuk menggerakkan tentaranya. " Kenapa? Karena yang memilik kemampuan itu ya tentara dan penguasa," jelasnya. 

Dia menambahkan bahwa kaum muslimin di Palestina dan kaum muslimin yang berada di sekitar Palestina termasuk yang terkena fardhu 'ain. "Dan siapa saja yang mengetahui kondisi mereka dan dia memiliki kemampuan, wajib atas mereka berjihad di sana," pungkasnya.[] Hanafi

Senin, 20 November 2023

Mengapa Kita Wajib Mencintai dan Membela Tanah Palestina?



Tinta Media - Sudah sekitar 80 tahun bumi palestina dijarah, dirampok dan dijajah entitas Yahudi laknatullahi alayhim. Penduduknya khususnya kaum muslimin diusir dan dibantai dari tanah mereka. Kemudian di atas tanah itulah dibidani oleh negara penjajah kafir inggris kelahiran entitas penjajah asuhannya yakni yahudi laknatullahi alayhim. Sejak saat itu penjarahan dan perampokan tanah Islam terus terjadi hingga nyaris semua tanah itu diduduki dan dikangkangi penjajah kafir yahudi.

Kini, sudah lebih sebulan lamanya tanah yang tersisa yakni Gaza termasuk tepi Barat kembali akan dirampok oleh penjajah itu. Mereka melakukan genosida kepada kaum muslim palestina agar nafsu mereka untuk mengangkangi tanah itu berhasil. Mereka dengan brutal membantai wanita dan anak anak serta menghancurkan rumah sakit, sekolah, masjid, gereja dan tempat tempat yang menurut aturan penjajah sendiri ga boleh diserang. Namun dengan semangat jihad membara kaum muslimin khususnya faksi Brigade Izzudin Al Qosam terus menyerang dan membuat musuh kocar kacir. 

Sebagai umat Islam tentu kita mencintai dan membela Palestina. Palestina bukanlah negeri biasa. Palestina memiliki sejarah panjang yang menjadikannya selalu bersemayam di hati setiap Mukmin. 

Inilah beberapa alasan mengapa kita wajib mencintai dan membela palestina: 

Pertama, di sana terdapat Masjid al-Aqsha, masjid tertua di dunia setelah Masjid al-Haram. Dibangun pertama kali oleh Nabi Adam ‘alaihis salam empat puluh tahun setelah beliau membangun Masjid al-Haram. 

Kedua, Masjid al-Aqsha yang berada di kota Baitul Maqdis, Palestina pernah menjadi kiblat shalat selama tujuh belas bulan setelah Rasulullah shallallahu ‘alaih wasallam berhijrah dari Makkah ke Madinah. 

Ketiga, Masjid al-Aqsha yang berada di kota Baitul Maqdis, Palestina adalah titik akhir perjalanan Isra’ dan titik awal perjalanan Mi’raj. Isra’ dan Mi’raj adalah salah satu mukjizat terbesar yang Allah anugerahkan kepada Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. 

Di sanalah Baginda Nabi melakukan shalat berjamaah mengimami seluruh nabi dan rasul, mulai Nabi Adam ‘alaihis salam hingga Nabi ‘Isa ‘alaihissalam.

Keempat, Palestina adalah negeri para nabi dan rasul. Banyak sekali para nabi dan rasul yang pernah tinggal dan berdakwah menyebarkan Islam di sana. Di antaranya adalah Nabi Ibrahim, Nabi Ya’qub, Nabi Yusuf, Nabi Luth, Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, Nabi Zakariyya, Nabi Yahya, Nabi ‘Isa dan nabi-nabi yang diutus oleh Allah untuk Bani Israil yang jumlahnya sangat banyak. 

Kelima, di sana terdapat Kota Baitul Maqdis, ardhul mahsyar wal mansyar, tempat dikumpulkannya seluruh manusia menjelang hari kiamat yang masih hidup kala itu. 

Keenam, di sanalah Dajjal akan terbunuh di tangan Nabi ‘Isa ‘alaihis salam. Ketujuh, Palestina adalah bagian dari daratan Syam yang didoakan berkah oleh Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam doanya:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا 

Artinya: “Ya Allah, berkahilah negeri Syam dan Yaman.” 

Ketujuh, banyak sekali para sahabat yang pernah berdakwah, menyebarkan dan mengajarkan Islam di sana. Di antara mereka adalah ‘Ubadah bin ash Shamit, Syaddad bin Aus, Usamah bin Zaid bin Haritsah, Watsilah bin al Asqa’, Dihyah al Kalbiy, Aus bin ash Shamit, Mas’ud bin Aus dan masih banyak lagi yang lain. 

Kedelapan, Palestina telah melahirkan ribuan ulama dan tokoh-tokoh Islam terkemuka yang berkhidmah untuk Islam. Tercatat para ulama yang lahir atau pernah tinggal di Palestina adalah Imam Malik bin Dinar, Imam Sufyan ats-Tsauri, Imam Ibnu Syihab az-Zuhri, Imam asy-Syafi’I, dan masih banyak lagi yang lain.

Oleh karena itulah, Sultan Mahmud Nuruddin Zanki pernah mengucapkan sebuah perkataan yang fenomenal: “Aku malu kepada Allah untuk tersenyum sedangkan Baitul Maqdis masih terjajah.” 

Sultan Abdul Hamid II bahkan pernah mengatakan: “Saya tidak akan menjual sejengkal tanah pun dari bumi Palestina.”

Beliau katakan itu dengan tegas dan penuh keberanian pada saat menolak sogokan uang dalam jumlah sangat besar dari orang-orang Zionis Yahudi yang ingin menempati sebagian wilayah Palestina.

Dan Palestina serta Syam seluruhnya akan kembali menjadi pusat khilafah rosyidah yang kedua insyaallah. Yang kan menghancurkan entitas  penjajah kafir itu dengan seluruh pendukungnya yakni seluruh negara penjajah baik Amerika maupun Eropa. Dan membebaskan seluruh tanah Islam dimuka bumi serta menyejahterakan manusia semuanya. Dan insyaallah masa itu tak kan lama lagi. Wallaahu a'lam.

Bismillaah.[]

Oleh: Ustaz Abu Zaid
Tabayyun Center

Jumat, 17 November 2023

Wahyudi al-Maroky: Dua Bantuan yang Dibutuhkan Palestina



Tinta Media - Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroky menerangkan, ada dua bentuk bantuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penjajahan di Palestina. 

“Bantuan ada dua model,” ucapnya dalam diskusi program Sorotan Tajam: Tragedi Palestina Ditunggangi Propaganda Khilafah? Di kanal Youtube Kampung Syariah, Rabu (8/11/2023).

Pertama, bagi korban atau masyarakat yang terluka, terbunuh atau sakit, maka bentuk bantuannya adalah bantuan kemanusiaan. Misalnya bantuan makanan, obat-obatan, pakaian dan seterusnya. “Tetapi kalau hanya bantuan itu yang dilakukan. itu bukan penyelesaian masalah,” ungkapnya.

Oleh karenanya, sambung Wahyudi, harus ada bentuk bantuan yang kedua, yaitu bantuan untuk menghentikan kejahatan pasukan penjajah dan penjarah Zionis Yahudi sebagai pihak pembuat kerusakan yang membuat luka dan kematian. 

Dan menurutnya, yang punya kekuasaanlah yang harusnya membantu dengan cara mencegah terjadinya invansi dan penyerangan yang menimbulkan korban di Palestina.

‘Nah dengan apa? Dengan kewenangan dia dan dengan pasukan (militer) dia. Nah ini kewajiban dari para penguasa,” tegasnya.

Jadi, ia pun menerangkan, para penguasa memiliki kewenangan dan tanggung jawab lebih. Maka, level pejabat negara dan level orang yang punya kekuasaan itu tidak cukup hanya dengan mengecam.

 “Kalau pimpinan ormas, karena enggak punya pasukan tentara wajarlah dia mengecam, itu yang bisa dilakukan karena gak punya tentara. Tapi, kalau pimpinan negara atau panglima perang yang dia punya pasukan, punya kewenangan, punya tentara, punya senjata, punya tank, punya pesawat, kalau dia hanya mengecam, maka itu saya bilang pura-pura membela. Kenapa? Karena dia membela tidak sewajarnya. Tidak selevelnya,” terangnya. 

Ia menambahkan bahwa dalam catatan sejarah, sudah ada hanya dua orang, selevel penguasa yang pernah sukses menyelesaikan persoalan Palestina. Yang pertama adalah Khalifah Umar bin Khattab  (637 M) dan yang kedua Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1187 M),

“Saya pikir kalau ingin membebaskan Palestina, minimal mencontoh orang yang pernah sukses dan pernah berhasil membebaskan Palestina dengan cara yang pernah ditempuh,” pungkasnya.[] Muhar

Rabu, 15 November 2023

Palestina dalam Bahaya, IJM Ingatkan Kewajiban Umat untuk Jihad


 
Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana melukiskan kondisi Palestina yang semakin berbahaya dan mengingatkan kepada kaum Muslimin untuk jihad.
 
“Korban terus berjatuhan, Palestina kembali melewati fase berbahaya. Ini mengingatkan umat akan kewajibannya yang permanen dan syar’i yaitu pengerahan militer dan jihad untuk membebaskannya,” tuturnya di video: Zionis Siapkan Rumah Sakit Terbesar Dunia, Sementara Gaza Menjadi Kuburan Terbesarnya? Di kanal Youtube Justice Monitor, Selasa (14/11/2023).
 
Ia menjabarkan fase berbahaya itu berada di kawasan Utara Gaza yang semakin memburuk dengan meningkatnya serangan militer dari Zionis Yahudi.
 
“Informasi terbaru bahwa rumah sakit Al-Quds di Gaza tidak lagi beroperasi karena kekurangan bahan bakar dan juga pemadaman listrik. Hal yang sama juga terjadi pada rumah sakit-rumah sakit yang lain termasuk Rumah Sakit Ash-shifa, dan juga rumah sakit milik Indonesia di Gaza. Ini menambah panjang dari daftar rumah sakit yang berhenti beroperasi di Gaza,” urainya.
 
Militer Zionis Yahudi, ujarnya, menjadikan rumah sakit target pengepungan termasuk pengeboman dan juga penembakan.
 
“Palestine Red Crescent Society (PRCS) juga menyebut bahwa militer Zionis Yahudi mempersulit ambulans menuju rumah sakit,” imbuhnya.
 
Agung menyesalkan, sikap para penguasa justru berusaha menghindari kewajiban dengan berbagai cara, sarana, termasuk bantuan, pernyataan, dan manuver politik.
 
 “Perbedaannya, kini umat telah mengubah situasinya dan menyadari pengkhianatan mereka. Menjadi jelas juga betapa rakyat Palestina dan para pejuang di sana membutuhkan umat dan tentara untuk menyelesaikan konflik, membebaskan negeri, menghentikan pertumpahan darah, dan mematahkan perlindungan internasional yang melindungi Zionis,” ungkapnya.
 
Agung menekankan, sikap kepahlawanan para mujahidin di Palestina bukanlah alasan bagi umat ini untuk tidak menjalankan kewajibannya.
 
“Justru para mujahid pada tahap ini sangat membutuhkan bantuan dan dukungan umat lebih dari sebelumnya. Mereka meminta bantuan umat agar melaksanakan kewajibannya,” tambahnya.
 
Kewajiban itu, tegas Agung, ada dalam Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 72, “Dan jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam urusan pembelaan agama maka kamu wajib memberikan.”
 
 “Umat tidak boleh pasrah dan tidak boleh ridha Gaza akan menjadi kuburan terbesar di dunia sementara Zionis Yahudi mempunyai fasilitas kesehatan terbaik,” tegasnya.
 
Agung mengajak agar umat terus bergerak, speak up yang poin dasarnya, bantuan kemanusiaan jalan terus, bantuan obat-obatan jalan terus, tapi tidak cukup itu.
 
“Dibutuhkan tentara, pasukan, senjata, alutsista, untuk betul-betul melakukan perimbangan terhadap apa yang dilakukan oleh Zionis Yahudi,” jelasnya.
 
Oleh karena itu, lanjutnya, terus speak up agar tentara umat Islam didorong untuk berangkat jihad fii sabilillah di Palestina.
 
“Juga agar penguasa-penguasa pengkhianat itu segera sadar, kalau tidak sadar agar rakyatnya menuntut dengan tuntutan yang sangat keras,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 

UIY: Palestina Dikuasai Yahudi Setelah Khilafah Utsmani Runtuh


 
Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) menegaskan bahwa Palestina dikuasai Yahudi setelah khilafah Utsmani runtuh.
 
“Palestina itu menjadi mungkin dikuasai oleh orang Yahudi setelah Khilafah Utsmani runtuh. Pada awalnya memang mereka berusaha, tapi masih ada pelindungnya yang menghambat dan mencegah sehingga mereka tidak bisa mengambilnya. Setelah Khilafah Utsmani runtuh, beberapa puluh tahun kemudian tepatnya pada 1948, Israel berdiri,” ungkapnya, dalam video: Kirim Tentara Negeri Islam, Bebaskan Palestina! Why?” di kanal  Youtube UIY Official, Kamis (2/11/2023).
 
Itulah kenapa, sambungnya, UIY mengajak umat untuk berpikir bahwa wilayah Palestina itu dahulu tidak mungkin dikuasai karena ada bentengnya atau pelindungnya.
 
“Kalau kita menginginkan penyelesaian tuntas Palestina  tentu dengan mengembalikan lagi kekuatan umat,” tandasnya.
 
Kekuatan yang bisa mengalahkan Zionis Yahudi dengan dukungan Amerika, Inggris, dan negara-negara Eropa, ucapnya,  adalah kekuatan besar dari umat Islam. “Nah, kekuatan besar umat Islam itulah yang mesti diwujudkan,” tegasnya.
 
Ia menjabarkan, ketika umat Islam bersatu, maka akan menghimpun hampir dua miliar orang. “Kalau 1%-nya saja yang menjadi tentara, yaitu 20 juta, maka akan menjadi tentara paling kuat di muka bumi ini yang kekuatannya dapat membebaskan kembali tanah Palestina dengan apa yang disebut sebagai jihad,” cetusnya.
 
Khilafah dan Jihad
 
UIY menjelaskan, tidak ada perang dalam Islam, kecuali untuk meninggikan kalimat Allah yang disebut sebagai jihad.
 
“Jadi, di situlah kenapa solusi tuntas Palestina adalah Khilafah dan jihad. Kenapa juga diserukan pengiriman tentara? Ini karena menegakkan Khilafah adalah satu perjuangan tersendiri, sedangkan persoalan Palestina ini hari, cara menghadapinya adalah dengan jihad,” jelasnya.
 
Ia menggambarkan seperti apa jihad itu bisa dilakukan. “Umat Islam sekarang ini ada di berbagai negara dan negara-negara itu punya tentara. Jika tentara itu dipersiapkan untuk perang, maka sebenarnya ada perang yang sangat penting, yaitu perang untuk melindungi tanah Palestina atau bahkan membebaskan tanah Palestina. Di situlah pentingnya seruan pengiriman pasukan tentara ke Palestina,” ucapnya.
 
“Jadi, pelakunya ini (Zionis Yahudi) harus dihentikan, yakni dengan jihad. Mereka hanya kenal bahasa kekerasan. Itulah kenapa, tidak ada solusi lain untuk Palestina, kecuali Khilafah dan jihad,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun

Selasa, 14 November 2023

YRT: Masalah Palestina adalah Masalah Umat Islam


 
Tinta Media - Mudir Ma’had Khadimus Sunnah Bandung, Ajengan Yuana Ryan Tresna (YRT) menegaskan bahwa masalah Palestina adalah masalah umat Islam.
 
“Masalah (qadhiyyah) Palestina adalah masalah kita, umat Islam. Bukan hanya masalah bangsa Arab,” tuturnya di akun telegram pribadinya, Jumat (10/11/2023).
 
Ia beralasan, akar masalah Palestina adalah penjajahan dan pendudukan entitas Yahudi, sehingga solusinya adalah jihad untuk mengusir penjajah.
 
“Kewajiban jihad bukan hanya bagi penduduk Palestina, tetapi juga bagi kaum muslimin di negeri-negeri Arab, bahkan di belahan dunia lainnya,” tukasnya.
 
Menurut YRT, hal paling efektif dalam berperang mengusir penjajah adalah dengan memobilisasi pasukan dari negeri-negeri Islam khususnya negeri Arab.
 
Namun, Ia menyesalkan, pergerakan tentara dari negeri-negeri Arab sulit dilakukan karena para penguasanya tunduk pada Barat, khususnya Amerika Serikat.
 
“Pergerakan pasukan dari negeri-negeri Islam terhalang dengan nasionalisme dan batas negara bangsa (nation state),” imbuhnya.
 
Pergerakan pasukan melalui pintu Rafah pun, terangnya,  juga terhalang oleh berbagai perjanjian seperti Camp David. “Camp David sebenarnya pengkhianatan. Ditembaknya Anwar Sadat oleh tentaranya sendiri adalah wujud kekecewaan,” cetusnya.
 
Terkait anggapan bahwa berbagai perjanjian (mu'ahadah) tidak boleh dilanggar karena telah disepakati oleh negara yang legal secara syar'i, YRT menerangkan, anggapan tersebut problematik karena berangkat dari bingkai negara bangsa dan tidak memiliki landasan syar'i sama sekali.

“Kekuatan global (AS dan Eropa) yang melindungi Israel  harus dilawan dengan kekuatan global lagi. Khilafah Islam akan menjadi kekuatan politik global, memobilisasi jihad besar, dan mempersatukan semua potensi umat Islam dalam satu kepemimpinan,” yakinnya.
 
Terakhir, YRT menegaskan, dengan adanya nation state dan nasionalisme, umat Islam hanya menjadi penonton ketika saudaranya sedang dibantai.
 
“Tentara Mesir yang disebut-sebut diantara tentara terbaik hanya bersiaga di Sinai tidak kunjung bergerak membantu mujahidin Palestina,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun.

Podcast DC dan Arrazy tentang Konflik Palestina, Infuencer: Membuat Orang Jadi Ragu


 
Tinta Media - Infuencer Dakwah Aab Elkarimi menyesalkan podcast Deddy Corbuzier (DC) dan Arrazy Hasyim yang membahas terkait konflik Palestina, justru membuat orang jadi ragu.
 
“Ketika seluruh dunia peduli, satu suara untuk Gaza, pembicara podcast malah membuat orang  yang tidak tahu jadi ragu, orang yang mendukung pejuang jadi panas, dan orang yang mendukung teroris Zionis malah mendapat pembenaran,” sesalnya dalam video:  Warganet Ramai-Ramai Kecam Podcast Deddy Corbuzier dan Buya Arrazy, Why? di kanal Youtube Justice Monitor, Rabu (9/11/2023).
 
Aab mengibaratkan pembicara dalam podcast itu seperti orang yang hidup pada saat Belanda menyerang Surabaya. Orang itu, lanjutnya, sibuk membongkar konflik internal Bung Tomo dan konflik pejuang lain, tanpa mengarahkan telunjuknya ke penjajah, tapi mengaku peduli Indonesia merdeka.
 
Menurutnya, pembicara pada podcast tersebut membangun pendapat dengan pertama kali berlindung di balik tameng bahwa pembicara tidak membenci Hamas, Fattah, hanya peduli Palestina.
 
“Sementara mulutnya limis banget mengulang-ulang soal konflik internal pejuang Gaza dan donasi yang enggak sampai. Dua poin itu aja yang terus diulang. Gue sampai enggak percaya, kok ada orang yang tega bermain opini kayak gini di tengah korban yang udah mencapai 10.000 lebih,” sedihnya.
 
Ia juga menyatakan, narasi ini senada dengan si Abu Janda yang terus mengkampanyekan waspada donasi, tapi dia pula yang bangga dan akrab dengan yang ngabisin nyawa wanita dan anak-anak di Gaza. “ Astagfirullah!” pungkasnya.[] Irianti Aminatun.
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab