Tinta Media: Palestina
Tampilkan postingan dengan label Palestina. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Palestina. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 Desember 2023

Rakyat Palestina Mendesak Umat dan Tentaranya Dukung Gaza

Tinta Media - Kantor Media Hizbut Tahrir Tanah Suci Palestina menyelenggarakan unjuk rasa besar-besaran di kota Al-Khaleel (Hebron), yang dihadiri oleh rakyat Palestina.

"Dari Al-Khaleel (Hebron), Rakyat Palestina Membuat Seruan Mendesak kepada Umat dan Tentaranya," demikian seruan yang bertajuk, “Wahai Umat Islam dan Dukung, Bantulah Kami Sebelum Kami Binasa,” Selasa (12/12/2023)

Rakyat Palestina, laki-laki dan perempuan menyampaikan seruan mendesak kepada umat, tentaranya dan elemen-elemen vitalnya, untuk mengambil tindakan segera dalam mendukung Gaza, darah anak-anaknya, Palestina dan rakyatnya, dan Al-Masjid Al Aqsa yang diberkati.

Orator Abu Mu’min mengulas dua adegan dari Gaza. Adegan pertama adalah kemartiran, luka-luka, kelaparan dan genosida yang dialami rakyat Gaza, di tangan musuh yang brutal, yang rasa malu dan kebohongannya telah terungkap. "Adapun para penguasa pengkhianat, mereka membantu dan memberikan bantuan kepada musuh, sementara pemimpin kejahatannya adalah Amerika dan sekutu-sekutunya," ujarnya. 

Adegan kedua adalah kepahlawanan para Mujahidin, yang mengkonsolidasikan Iman mereka, dan mempersenjatai diri mereka dengan Pertolongan Allah ﷻ, di hadapan senjata berat dan perlengkapan Yahudi, yang disediakan oleh negara-negara besar.

Abu Mu'min menekankan bahwa mujahidin Gaza adalah pahlawan dalam pertempuran, seperti yang selalu terjadi pada umat ini, sejak awal Islam. Jika dibiarkan antara mujahidin dan musuhnya, berhadapan muka saja, satu orang melawan sepuluh musuh, maka pertempuran sudah ditentukan.  

"Namun, masyarakat Gaza yang tidak bersenjata dan terkepung dihadapkan pada pemboman yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi, senjata dari Barat, bantuan dari penguasa, dan pengepungan dari negara-negara tetangga. Padahal mujahidin Gaza hanya mempunyai senjata ringan yang masih bisa melukai musuh di medan perang, padahal mujahidin tidak mempunyai pesawat tempur, rudal, dan tank untuk melindungi rakyat Gaza dari penderitaan mereka," terangnya. 

Atas nama rakyat Palestina, Abu Mu’min menyeru kepada kaum muslimin dan tentaranya, bahwa sesungguhnya bantuan itu melegakan, sedangkan dukungan adalah bantuan. "Tidak ada yang tersisa bagi warga Gaza kecuali Allah SWT, dan semoga kalian membuka hati untuk mendukung mereka. Gaza hari ini berkata kepada umat, ‘Tidak ada Tuhan selain Allah, jadi kalian harus datang membantu kami, dan jangan meninggalkan kami," ungkapnya. 

Salah satu saudari Abu Mu'min memberikan orasi atas nama wanita suci Palestina. Ia menyerukan kepada para perwira dan tentara-tentara Muslim.

“Kami adalah putri-putrimu. Kami adalah saudara perempuanmu. Kami adalah ibumu dari kalangan wanita suci di Tanah Suci Palestina. Kami keluar sekarang untuk memanggilmu, jadi dengarkan. Kami keluar sekarang untuk mencari bantuan Anda, jadi dengarkan," serunya.

"Bukankah kami adalah kehormatan Anda? Bukankah kami martabatmu? Bukankah kami termasuk di antara kamu? Apakah hanya orang-orang yang mati selain kita yang menjadi syahid? Dimana persaudaraanmu? Dimana semangat keagamaanmu? Dimana kekesatriaanmu? Dimana bantuanmu? Dimanakah kuda perang dengan pelananya? Di manakah pedang-pedang itu dan bunyi gemerincingnya? Di manakah tombak-tombak itu, dan bagaimana cara mereka melemparkannya ke sasaran?" tanyanya.

"Di mana adikku yang bisa kuberikan kabar baik? Dimana ibu saya yang bisa saya bantu? Di manakah putriku yang bisa kukatakan, jangan takut, dan jangan bersedih? Waktu telah berlalu dan masalahnya menjadi serius. Musuh kini telah mengungkap rahasia tersembunyinya. Entah kamu mempercepat dan menyelamatkan apa yang tersisa dari kami, atau kamu akan mengutuk dirimu sendiri, jika kamu tidak membantu kami,” imbuhnya.

Aksi tersebut mencakup teriakan massa yang menyerukan tentara untuk segera mengambil tindakan, sambil mengibarkan slogan dan spanduk.[] Muhammad Nur

Sabtu, 16 Desember 2023

Hipokrit Kronis


Tinta Media - Ada satu jenis penyakit yang tidak bisa disembuhkan, yaitu hipokrit kronis. Penyakit yang satu ini sudah lama menjangkiti Amerika, negara adidaya, polisi dunia, dan dedengkot kapitalisme.

Lihatlah sepak terjang AS melalui politik luar negerinya, menggunakan segala cara agar seluruh dunia tunduk terhadapnya, sehingga hegemoni kian kokoh. Dia juga menggunakan boneka pada setiap negeri jajahannya.

Tak pelak lagi, cengkeramannya bisa kita lihat saat Anthony Blinken mengatakan bahwa Israheel sedang menghadapi "organisasi teroris" yang menyerang dengan cara paling mengerikan. 

"Dari sudut pandang kami, ini harus mengarah pada pembentukan negara Palestina. Kita tidak akan memiliki perdamaian dan keamanan yang tahan lama bagi Israheel, kecuali dan hingga aspirasi politik Palestina terpenuhi," ungkap Anthony. (VOA Indonesia,(10/12/2023)

Jelas, apa yang diungkapkan Menlu AS tersebut merupakan standar ganda. Ini adalah bentuk kemunafikan (hipokrit) AS dengan alasan sebagai berikut:

Pertama, Hamas yang memperjuangkan tanah air dari penjajah disebut organisasi teroris, sedangkan Israheel penyerobot tanah orang, penjajah dan pembantai warga Gaza tidak disebut teroris.

Kedua, ungkapan "dari sudut pandang kami" mengisyaratkan pandangan sebagai kampiun kapitalisme. Solusi yang ditawarkan tentulah yang menguntungkan bagi AS sendiri. Dengan solusi tersebut, AS dapat mengontrol wilayah Timur Tengah. 

Ketiga, Israheel tetap akan dipertahankan oleh AS di wilayah Palestina, dengan memainkan boneka-bonekanya yang lain. Mereka telah dan akan menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israheel.

Keempat, apa yang disebut sebagai aspirasi politik Palestina hanyalah lip service mereka kepada penguasa boneka yang ia ciptakan sendiri. Sesungguhnya, kekuasaan yang diberikan AS kepada penguasa Palestina hanyalah semu.

Inilah yang perlu disadari dan dipahami oleh kaum muslimin. Kapitalisme akan terus menggunakan standar ganda dalam menyerang Islam dan ajarannya, mengkriminalisasi pejuangnya hingga kaum muslimin mau mengikuti mereka.[]

Oleh: Muhammad Nur
Intelektual Muslim

Jumat, 15 Desember 2023

MEMBACA KEMENANGAN PALESTINA DENGAN SUDUT PANDANG SEJARAH



Tinta Media - Awal mula permasalahan pendudukan atas Palestina bermula dari sejak kaun zionis ingin mewujudkan pendirian rumah nasional pada tahun 1896 dalam beku Der Judenstaat (The Jewish State) karya Dr. Theodore Hertzl. Rencana pendirian Haykal Solomon di Bayt suci, Masjidil Aqsha saat mereka melangsungkan kongres Zionisme Internasional di Bazel, Swiss pada 29-31 Agustus 1897.

Keinginan menguasai Palestina terwujud sejak David ben Gurion memproklamirkan berdirinya negara israel pada 14 Mei 1948 dan Presiden Zionisme Internasional Chaim Weizmann diangkat sebagai presiden Israel pertama. Israel sendiri adalah gelar Nabi Ya’qub artinya hamba yang sangat taat kepada Allah, bani israel adalah anak cucu keturunan Ya’qub yang berjumlah 12 dari 4 istri.

Sejak itulah warga israel yang terpencar (diaspora) berbondong kembali ke tanah Palestina dengan melakukan perampasan, pengusiran dan bahkan pembunuhan atas warga Palestina. Istilah israel dilihat dari makna istilah maka tidaklah tepat disematkan kepada kaum yahudi hari ini, mereka lebih tepat disebut sebagai kaun zionis penjajah Palestina. Zionis adalah musuh Allah dan RasulNya.

Setiap Nabi memiliki musuh, sebagaimana ditegaskan oleh Allah : Demikianlah (sebagaimana Kami menjadikan bagimu musuh) Kami telah menjadikan (pula) bagi setiap nabi musuh yang terdiri atas setan-setan (berupa) manusia dan jin. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Seandainya Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya. Maka, tinggalkan mereka bersama apa yang mereka ada-adakan (kebohongan) (QS. Al-An'am : 112). (Setan-setan itu saling membisikkan perkataan yang indah juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman pada akhirat tertarik pada bisikan itu serta menyenanginya, dan agar mereka melakukan apa yang biasa mereka (setan-setan itu) lakukan (QS. Al An’am : 113).

Ada beberapa keburukan dan kejahatan zionis yahudi, Pertama, hobbinya mengkhianati perjanjian : "Patutkah (mereka mengingkar ayat-ayat Allah) dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkan janji tersebut? Bahkan sebagian besar dari mereka tidak beriman." (TQS al-Baqarah [2]: 100).

Di masa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka mengkhianati Piagam Madinah untuk tidak saling menyerang. Mereka malah bersekutu dengan kaum musyrik Quraisy pada Perang Ahzab. Mereka berusaha menusuk kaum Muslim dari belakang.Pada masa kini, Yahudi zionis terbukti berkali-kali menyatakan gencatan senjata di Palestina. Namun, berkali-kali pula mereka melanggar perjanjian tersebut.

Kedua, membunuh para nabi : "Sungguh Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil. Kami pun telah mengutus para rasul kepada mereka. Namun, setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, maka sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan, dan sebagian lainnya mereka bunuh." (TQS al-Maidah [5]: 70).

Di antara utusan Allah yang mereka bunuh adalah Nabi Zakaria as. dan Nabi Yahya as. Adapun Nabi Isa as. diselamatkan oleh Allah dari upaya pembunuhan oleh kaum Bani Israil. Allah subhanahu wa ta'ala juga  menyelamatkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam  dari sejumlah upaya pembunuhan yang dilakukan orang-orang Yahudi, yang dilakukan Amar bin Jahsiy.

Ketiga, kaum yahudi adalah bangsa yang paling keras permusuhan dan kebenciannya terhadap Islam dan kaum muslim : "Tidak akan pernah ridha kepada kamu (Muhammad) kaum Yahudi dan Nasrani sampai kamu mengikuti agama mereka." (TQS al-Baqarah [2]: 120). "Sungguh kamu akan mendapati manusia yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah kaum Yahudi dan orang-orang musyrik." (TQS al-Maidah [5]: 82).

Kaum Yahudi menampakkan permusuhan dan kebenciannya pada masa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Begitu bencinya terhadap umat Muslim, Yahudi Bani Qainuqa' pernah melecehkan seorang Muslimah. Mereka membunuh pedagang Muslim yang membela Muslimah tersebut. Kelompok Yahudi lain, yakni Yahudi Bani Nadhir, pernah berusaha membunuh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Akhirnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Sahabat memerangi dan mengusir mereka dari Madinah.

Bumi Palestina sudah ada sejak cucu Nabi Nuh bernama Kan’an, bahkan istilah gaza sudah dikenal sejak sekitar tahun 2340 SM. Data ini untuk membantah klaim soal bumi yang dijanjikan, klaim ini adalah sebuah kedustaan kaum zionis.  Lantas pada tahun 1921 SM, Nabi Ibrahim berpindah dari Babilonia ke tanah Palestina sebagai kiblat kedua (masjidil aqsho) setelah ka’bah. Palestina adalah bumi yang disucikan oleh umat Islam sejak awal, bahkan sejak Yahudi belum ada di dunia.

Bumi Palestina adalah bumi yang diberkahi Allah, sebagaimana firmanNya : Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat (QS Al Isra’ : 1).

Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, demi gunung Sinai, dan demi negeri (Mekah) yang aman ini (QS At Tiin : 1-3) . Palestina tidak mungkin ditundukkan zionis yahudi, sebab akan selalu dijaga oleh Allah, sebab Palestina adalah bumi para Nabi Allah.

Tiga tokoh dalam sejarah yang membela dan menjaga Palestina, pertama, Umar Bin Khattab (637 M) merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam. Ia adalah khalifah kedua dalam sejarah Islam, sekaligus pahlawan perjuangan masyarakat Islam. Salah satu bentuk perjuangan dari Umar bin Khattab adalah misi pembebasan Palestina dan Yerusalem dari cengkeraman Romawi. Kala itu, Palestina berada dibawah tekanan bangsa Romawi selama ribuan tahun.

Kedua, Shalahuddin Al-Ayyubi (1187 M) penaklukan Yerusalem dengan strategi yang digunakan Umar yakni mengirim jenderal dan pasukan, menyerang gerbang kota, dan pengepungan. Usai pertempuran tersebut, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi menawan ratusan prajurit Salib. Pimpinan mereka, Raja Latin Yerusalem Guy Lusignan dan Pangeran Antiokhia Raynald Chatillon, juga ikut ditangkap.

Ketiga, Sultan Abdul Hamid II. Sejak zaman Kesultanan Turki Utsmani, bangsa Israel sudah berusaha tinggal di tanah Palestina. Kaum zionis itu menggunakan segala macam cara, intrik, maupun kekuatan uang dan politiknya untuk merebut tanah Palestina.

Di masa Sultan Abdul Hamid II, niat jahat kaum Yahudi itu begitu terasa. Kala itu, Palestina masih menjadi wilayah kekhalifahan Turki Utsmani. Sebagaimana dikisahkan dalam buku Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II karya Muhammad Harb, berbagai langkah dan strategi dilancarkan oleh kaum Yahudi untuk menembus dinding Kesultanan Turki Utsmani, agar mereka dapat memasuki Palestina.

Pertama, pada 1892, sekelompok Yahudi Rusia mengajukan permohonan kepada Sultan Abdul Hamid II, untuk mendapatkan izin tinggal di Palestina. Permohonan itu dijawab Sultan dengan ucapan ''Pemerintan Utsmaniyyah memberitahukan kepada segenap kaum Yahudi yang ingin hijrah ke Turki, bahwa mereka tidak akan diizinkan menetap di Palestina''. Mendengar jawaban seperti itu kaum Yahudi terpukul berat, sehingga duta besar Amerika turut campur tangan.

Kedua, Theodor Hertzl, Bapak Yahudi Dunia sekaligus penggagas berdirinya Negara Yahudi, pada 1896 memberanikan diri menemui Sultan Abdul Hamid II sambil meminta izin mendirikan gedung di al-Quds. Permohonan itu dijawab sultan, ''Sesungguhnya Daulah Utsmani ini adalah milik rakyatnya. Mereka tidak akan menyetujui permintaan itu. Sebab itu simpanlah kekayaan kalian itu dalam kantong kalian sendiri''.

Sejarah itu berjalan secara siklikal, namun umat Islam harus melangkah secara progresif. Hal ini ditegaskan oleh Allah : Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim (QS Ali Imran : 140)

“Adalah Kenabian (nubuwwah) itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. 

Kemudian akan ada Kekuasaan yang menggigit (Mulkan ‘Aadhdhon), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. 

Kemudian akan ada Kekuasaan yang memaksa (diktator) (Mulkan Jabariyah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.” (Musnad Ahmad, Juz IV, hlm, 273, nomor hadits 18.430. Hadits ini dinilai hasan oleh Nashiruddin Al Albani, Silsilah Al Ahadits Al Shahihah, 1/8; dinilai hasan pula oleh Syaikh Syu’aib Al Arna’uth, dalam Musnad Ahmad bi Hukm Al Arna’uth, Juz 4 no hadits 18.430; dan dinilai shahih oleh Al Hafizh Al ‘Iraqi dalam Mahajjah Al Qurab fi Mahabbah Al ‘Arab, 2/17).

Hasil perang Palestina Israel membuktikan banyak hal, diantaranya adalah : Pasukan musuh terbunuh lebih dari 2500 orang dan pasukan Hamas berhasil menawan lebih dari 250 orang tawanan, di antaranya perwira pangkat tinggi. Pengusiran lebih dari setengah juta pemukim illegal. Terbongkarnya informasi penting tentang Mossad. Hamas yang memulai peperangan, bukan mereka. Mematahkan klaim pasukan musuh yang menyatakan bahwa mereka sangat kuat tanpa tandingan.

Hasil lain adalah Mematahkan peradaban barat yang mengklaim bahwa peradaban mereka sangat manusiawi. Menggagalkan strategi normalisasi (hubungan dengan zionis israhell) dan mematahkan apa yang disebut sebagai Abrahamisme. Menggagalkan strategi yang disebut Kesepakatan Abad Ini dan pengusiran warga Gaza. Mematahkan klaim Negara Yahudi dan mengungkapkan kerapuhan klaim keterikatan dengan hal tersebut.

Berikutnya adalah meruntuhkan kesatuan internal musuh dan menimbulkan keretakan besar di antara mereka. Meruntuhkan struktur sistem informasi zionis. Mengembalikan isu Palestina ke posisi pentingnya di tengah umat. Menghidupkan semangat jihad di setiap umat. Menciptakan kesatuan rasa di tengah-tengah umat. Menunjukkan sikap kemanusiaan umat Islam dalam memperlakukan tawanan dan narapidana. Memulihkan harapan akan kebebasan/kemerdekaan di antara para tahanan Palestina di penjara-penjara penjajah.

Terakhir adalah memulihkan harapan para diaspora Palestina akan kembalinya mereka segera (ke tanah airnya). Memulihkan harapan bagi masyarakat Islam dan Arab. Menghidupkan kembali keyakinan terhadap janji Allah tentang kehancuran entitas (teroris yahudi zionis Israhell) tersebut dan pembebasan Al-Aqsa.

Kesimpulannya adalah firman Allah : Katakanlah, “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap (QS Al Isra : 81). Mereka melakukan makar (tipu daya), dan Allah membalas makar (tipu daya) mereka itu. Dan Allah sebaik-baiknya Pembalas makar (tipu daya) (QS Ali Imran : 54). “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat. (QS An Nashr : 1-3).

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 02/12/23 : 12.30 WIB)

Oleh : Dr. Ahmad Sastra
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa

Kamis, 14 Desember 2023

Palestina adalah Tanah Wakaf Milik Kaum Muslim



Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menegaskan bahwa tanah Palestina merupakan tanah wakaf milik kaum muslim sampai akhir zaman dan bukan hanya milik bangsa Arab atau bangsa Palestina saja. 

"Penaklukan ini menunjukkan bahwa tanah Palestina sesungguhnya merupakan tanah wakaf milik kaum muslim sampai akhir zaman. Bukan hanya milik bangsa Arab atau bangsa Palestina saja," tegasnya dalam rubrik "All About Khilafah" dengan judul "Sejarah Baitul Maqdis, Penaklukan di Masa Umar bin Khattab (Bag. 1) yang tayang pada kanal Youtube Muslimah Media Center, Rabu (6/12/2023). 

Narator mengisahkan ketika kaum kafir saat itu, yaitu Panglima Romawi dan Uskup Agung Sophronius, tidak berkutik di Palestina karena terkepung oleh pasukan Amr bin Ash dan pasukan Abu Ubaidah bin Jarrah yang datang dari Damaskus. Mereka mengajukan syarat untuk melibatkan secara langsung khalifah Umar bin Khattab. 

"Saat itu, panglima Romawi dan Patriarch (Uskup Agung) Sophronius meminta agar perjanjian penyerahan kota Yerusalem itu ditandatangani langsung oleh khalifah Umar bin Khattab. Amr bin Ash menulis surat kepada khalifah guna menyampaikan permintaan bangsa romawi," tuturnya. 

Khalifah Umar pun, lanjutnya, pergi ke Palestina memenuhi permintaan bangsa Romawi tersebut. Di kota Elia, yang disebut juga sebagai Baitul Maqdis di tanah Palestina ini, Amirul Mukminin Khalifah Umar menyatakan jaminannya terhadap penduduk Elia dalam sebuah surat yang bersejarah. 

Narator MMC mengutip secara utuh isi surat tersebut sebagai berikut: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Inilah yang diberikan kepada hamba Allah, Umar bin Khattab, Amirul Mukminin, kepada penduduk Elia berupa jaminan keamanan. Umar memberikan jaminan keamanan bagi jiwa, harta, tempat-tempat ibadah, salib-salib, yang sakit maupun yang sehat dan semua agama yang ada di sini. Aku titahkan agar tempat ibadah mereka tidak dijadikan tempat tinggal dan tidak boleh dihancurkan, serta tidak boleh berkurang ukuran maupun pagarnya. Demikian juga dengan salib dan harta mereka. Mereka tidak boleh dipaksa meninggalkan agama mereka. Tidak boleh ada seorang pun dari mereka yang merasa terancam, dan tidak boleh ada seorang pun bangsa Yahudi yang tinggal bersama mereka. Penduduk Elia diwajibkan membayar jizyah kepada Daulah Islam sebagaimana penduduk madain. Mereka juga diwajibkan mengeluarkan orang-orang Romawi dan para pencuri dari Elia. Bahkan siapa yang keluar dari kota ini, keamanan jiwa dan hartanya dijamin sampai mereka tiba di daerah yang aman bagi mereka. Barang siapa dari penduduk wilayah yang ingin tinggal di Elia, ia juga mendapatkan jaminan keamanan dan diwajibkan sebagaimana penduduk Elia yaitu kewajiban membayar jizyah. Jika dia mau, dia boleh pergi bersama orang-orang Romawi. Siapa pun yang mau, boleh kembali kepada keluarganya dan tidak diambil sedikit pun harta milik mereka sampai mereka mendapatkan hasil panen. Isi surat ini dijamin oleh janji Allah, tanggung Rasul-Nya, tanggungan para khalifah dan tanggungan kaum muslimin selama mereka melaksanakan kewajiban membayar jizyah." 

"Saksi-saksi perjanjian ini adalah Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Abdurrahman bin Auf, dan Muawaiyah bin Abi Sofyan," pungkasnya.[] Hanafi

Senin, 11 Desember 2023

𝐍𝐄𝐆𝐀𝐑𝐀 𝐁𝐀𝐍𝐆𝐒𝐀 𝐑𝐄𝐏𝐔𝐁𝐋𝐈𝐊 𝐈𝐍𝐃𝐎𝐍𝐄𝐒𝐈𝐀 𝐓𝐈𝐃𝐀𝐊 𝐒𝐄𝐑𝐈𝐔𝐒 𝐁𝐄𝐋𝐀 𝐏𝐀𝐋𝐄𝐒𝐓𝐈𝐍𝐀


.
Tinta Media - Boro-boro boikot produk Zionis Yahudi, apalagi sampai mengerahkan tentara untuk mengusir entitas penjajah Zionis Yahudi dari Palestina, justru nilai impor Indonesia malah meningkat di bulan Oktober 2023. 
.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor Indonesia dari entitas Zionis Yahudi naik 7,68 persen (mtm) pada Oktober menjadi USD 18,67 miliar dibandingkan dengan September 2023.
.
Apakah ini menunjukkan bahwa negara bangsa Republik Indonesia serius membela Palestina? Tentu saja tidak. Memang tidak ada yang bisa diandalkan dari 57 negara bangsa yang berdiri di atas puing-puing khilafah untuk menyelamatkan negeri-negeri Islam termasuk Palestina dari penjajahan. 
.
Secara syar'i dan faktual memang solusinya hanya jihad dan khilafah, enggak ada yang lain.
.
𝐓𝐮𝐠𝐚𝐬 𝐊𝐡𝐚𝐥𝐢𝐟𝐚𝐡 

Berbeda dengan tugas kepala negara dari negara bangsa, tugas khalifah (kepala negara khilafah) itu memang untuk memobilisasi kaum Muslim berjihad melawan entitas penjajah Zionis Yahudi di Palestina dan di negeri-negeri Muslim lainnya yang saat ini tengah diduduki kafir penjajah. 
.
Untuk kemerdekaan yang hakiki, tentu saja menggabungkan seluruh wilayah kaum Muslim yang sudah merdeka dengan khilafah yang di dalamnya diterapkan syariat Islam secara kaffah sehingga semakin kuatnya ukhuwah dan kafir harbi fi'lan tidak bisa lagi menjajah. 𝑊𝑎𝑙𝑙𝑎ℎ𝑢'𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑠ℎ-𝑠ℎ𝑎𝑤𝑤𝑎𝑏.[] 
.
Depok, 28 Jumadil Awal 1445 H | 11 Desember 2023 M
.
Joko Prasetyo 
Jurnalis

Sabtu, 09 Desember 2023

Entitas Yahudi Bantai Rakyat Palestina berdalih Mempertahankan Diri, KH Hafidz: Ini Logika Ngawur



Tinta Media - Alasan yang dikemukakan entitas Yahudi saat membantai penduduk Palestina dinilai ngawur oleh Khadim Ma’had Syaraful Haramain KH Hafidz Abdurrahman (HAR).

"Mereka malah melakukan pembantaian terhadap penduduk Palestina, dengan alasan mempertahankan diri. Ini logika ngawur," tuturnya dalam sebuah tulisan berjudul Logika Penjajah, yang diunggah di akun Instagram pribadinya, @har030324, Sabtu (2/12/2023).

Apabila entitas Yahudi ini memahami, kata KH Hafidz, harusnya merekalah yang pergi dari tanah Palestina. "Entitas Yahudi di Timteng itu ibarat duri yang ditanam oleh Inggris, di tubuh umat Islam. Mereka tidak punya tanah, diberi 'tanah' disana dan terus membuat onar karena tujuannya agar Timur tengah tetap bisa dijajah," ungkapnya. 

Setelah PD II, lanjutnya, AS menggantikan peran Inggris,  menjaga, merawat, dan menghidupi entitas Yahudi di tanah jajahannya (Palestina) untuk kepentingan imperialisme AS di Timur Tengah. "Jadi Israel sebenarnya dijadikan tumbal untuk berhadapan dengan kaum Muslim oleh AS, Inggris, Prancis, dan negara-negara penjajah lainnya," katanya.

Sebaliknya, ia menyayangkan, Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam dan seluruh pejuang yang melakukan perlawanan justru disebut teroris. "Pada hal merekalah yang mempunyai hak atas wilayah itu dan mereka berhak melakukan pembelaan diri, karena selain diserang, mereka juga dibantai selama 77 tahun," pungkasnya. [] Muhammad Nur

Rabu, 06 Desember 2023

Bebaskan Palestina dengan Jihad dan Khilafah




Tinta Media - Memanas, agresi zionis Yahudi yang membabi buta ke jalur Gaza sehingga berimbas terjadinya peperangan dengan Hamas kian memantik reaksi para milisi pendukung Palestina untuk ikut melancarkan tindakan balasan. Fakta dari beberapa milisi yang membantu Hamas seperti, Houthi dipimpin oleh Abdul Malik Al-Houthi di Yaman. Hizbullah dipimpin oleh Hasan Nasrullah di Lebanon. Fatah dipimpin oleh Kholil Al-wazir. Sebagai wujud perlawanan  terhadap Zionis Yahudi, karena Negara Palestina sudah 75 tahun dijajah. (dunia.tempo.co, 22/11/2023).

Serangan itu juga merupakan bentuk pembelaan terhadap Masjidil Aqsha yang selama ini dikotori oleh perilaku Zionis Yahudi. Namun demikian, jihad Islam tersebut disebut sebagai kelompok teroris oleh Israel, Amerika Serikat juga negara Eropa dan kelompok-kelompok yang pro Israel lain nya.

Kelompok muslim menyadari kewajibannya untuk membela Palestina karena saudara sesama muslim, juga melindungi Masjidil Aqsha. Meski negara bersikap berbeda, namun umat Islam ibarat satu tubuh, sehingga satu keharusan membela saudara di Palestina yang teraniaya. Sangat disayangkan, negara yang seharusnya menjadi garda terdepan berperan lebih nyata dari langkah para milisi, bukan malah tidak berdaya sebagai penonton. 

Agresi Zionis Yahudi yang membabi buta ke jalur Gaza bukanlah di sebut perang, karena tentara zionis ini melakukan serangan brutal terhadap perempuan dan ribuan anak-anak, bayi, juga menyerang rumah sakit. Tapi ini lebih disebut sebagai pembantaian, karena musuh tidaklah seimbang. Palestina membutuhkan aksi nyata negara muslim, sudah seharusnya para penguasa negeri-negeri muslim mengirimkan pasukan militer ke Palestina untuk menghentikan genosida yang terjadi. 

Namun ini terhalang karena sekat-sekat nasionalisme yang membuat para penguasa negara muslim tidak dapat mengerahkan pasukan militer ke Palestina. Mereka hanya mencukupkan diri dengan berdoa, mengecam, memboikot produk serta mengirimkan bantuan dana kemanusiaan. Entitas Zionis tidak bisa dihentikan dengan cara diskusi diplomasi. 

Faktanya, sudah lebih dari 30 diplomasi yang dikeluarkan PBB, tetap saja Israel bengal dan tidak patuh terhadap hukum internasional. Buktinya entitas Zionis ini telah menjatuhkan bom fosfor putih yang dilarang di dunia internasional karena efek merusaknya yang dahsyat pada korban. Lebih kejamnya lagi, mereka menyebarkan hoaks kekejaman pasukan Hamas yang sama sekali tidak terbukti. Anehnya, masih ada kaum muslim di negeri ini yang membela Zionis. Lalu, apa solusi komprehensif untuk membebaskan Palestina dari penjajahan?

Bebaskan Palestina  

Islam menjadikan pembelaan adalah satu kewajiban yang harus dilakukan untuk melindungi tanah dan jiwa mereka dari perampokan dan penjajahan. Maka, satu-satunya cara untuk menghentikan kekejian kaum zionis adalah mengusir penjajah pergi dari tanah Palestina. Allah Swt. berfirman yang artinya: "Perangilah mereka dimana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusir kalian (QS. Al-Baqarah : 191).

Ayat di atas adalah cara yang harus dilakukan untuk mengusir penjajahan yaitu perang dengan jihad fii sabilillah. Umat Islam tidak bisa hanya mengandalkan sebagian kelompok milisi mujahiddin saja untuk berjihad melawan  kaum zionis. Sebab, yang dilawan ini adalah suatu kekuatan besar yang didukung oleh negara adidaya. Jadi tidak bisa juga hanya mencukupkan diri hanya berdoa tanpa adanya aksi nyata.

Bukankah Allah Swt. tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri? Juga tidak boleh hanya berfokus memboikot produk, mengirim obat-obatan atau bantuan materi lainya, karena ini bukanlah solusi tuntas terhadap akar masalah perampokan tanah Palestina. 

Tapi senyatanya militer harus dibalas dengan kekuatan militer juga. Jika kaum kafir saja bersatu untuk menumpahkan darah kaum muslim. Lantas, mengapa tidak dengan umat Islam yang memiliki kekuatan jauh lebih besar dibanding kaum kafir? Dr. Fika Komara dalam sebuah orasi ”Hari Aksi Perempuan Dunia untuk Palestina” pada Ahad (26/11) lalu mengatakan bahwa angkatan bersenjata Turki adalah kekuatan militer terbesar kedua di NATO. Pakistan memiliki kekuatan militer terbesar ke-6 di dunia dan angkatan udara terkuat ke-10. Arab Saudi memiliki lebih dari 700 pesawat tempur. Mesir memiliki lebih dari 4.000 personel militer aktif, dan lebih dari 1.000 pesawat militer.

Adapun hukum jihad menurut Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani rahimahullaah dalam kitabnya Al-Islamiyyah jilid 2 menyatakan bahasa jihad adalah fardhu'ain, jika kaum muslim diserang oleh musuh. Fardhu 'ain ini bukan hanya berlaku untuk muslim disekitar wilayah Palestina saja, tetapi kewajiban bagi seluruh kaum muslim di seluruh dunia. 

Umat Islam harus bangkit dan bersatu. Melihat realitas politik hari ini, tidak mungkin kaum muslim mengharapkan pihak lain apalagi PBB. Karena PBB lah  yang membidani berdirinya negara Yahudi di tanah Palestina. Di sinilah kaum muslim butuh peran negara yang bisa mewujudkan itu semua, karenanya harus ada yang menyeru tentara-tentara muslim di seluruh dunia untuk bersatu mengusir kaum penjajah Zionis di bumi Palestina.
 
Jadi, solusi akar masalah Negara Palestina hanya bisa diakhiri jika ada sebuah institusi pemersatu negeri muslim yang akan menyeru jihad kepada seluruh kaum muslimin untuk memerangi kafir harbi (kafir yang melakukan permusuhan kepada Islam). Negara tersebut tidak lain adalah Khilafah. Khilafahlah yang akan menyatukan negeri muslim di seluruh dunia dan mewujudkan pembelaan terbaik terhadap wilayah yang dirampas penjajah. Eksistensi Khilafah Islamiyyah adalah vital dan wajib bagi kaum muslim karena ia akan menjadi pelindung umat di seluruh dunia. 

Wallahua'lam bisshawab

Oleh: Eva Agustina
(Mubalighoh)

Selasa, 05 Desember 2023

Jihad dan Khilafah, Solusi Tuntas untuk Palestina



Tinta Media - Agresi militer Zionis Yahudi di Palestina, khususnya Jalur Gaza semakin brutal. Mereka membombardir Jalur Gaza dengan ribuan bom ke wilayah- wilayah pemukiman, pasar,  bahkan rumah sakit. Mereka juga menghancurkan sarana umum, seperti instalasi air serta listrik. Korban jiwa sudah mencapai puluhan ribu dengan korban terbanyak justru anak-anak. 

Serangan Zionis Yahudi ini sudah merupakan Genosida, tindakan untuk memusnahkan penduduk Gaza Palestina, bukan lagi serangan balasan melawan Hamas seperti yang mereka gembar-gemborkan. Ada sekitar 70 persen warga Gaza yang mengungsi, tetapi para pengungsi ini ditolak oleh negara tetangganya, yaitu Mesir dan Yordania dengan alasan nasionalisme dan mencegah meluasnya krisis tersebut ke negeri tetangga. Sungguh perbuatan yang tidak berperikemanusiaan.

Reaksi pemerintah terhadap palestina terwakili oleh imbauan Kemenag Bandung Cece Hidayat saat aksi kemanusiaan bagi Palestina (17/11 /2023). Cece mengimbau masyarakat untuk tidak pergi ke Palestina dengan alasan berjihad. Menurui, kita cukup membantu perjuangan masyarakat Palestina dengan memboikot produk-produk negara yang mendukung Zionis Yahudi saja. 

Sikap ini tidak jauh berbeda dengan sikap para pemimpin Arab dan negeri muslim lainnya.  Mereka hanya pintar mengecam dan mengutuk Zionis Yahudi, bahkan sebagian diam membisu sambil tetap menjalin hubungan dengan Zionis Yahudi. Mereka juga mengizinkan daerahnya dijadikan pangkalan militer Amerika Serikat yang notabene pendukung Zionis, mengizinkan daerahnya jadi jalur pasokan bahan bakar ke daerah Zionis Yahudi. 

Sungguh menyedihkan keberpihakan negeri-negeri muslim kepada kaum kufur ini, sementara rakyat Palestina harus berjuang sendirian. Kaum muslimin yang berempati pada rakyat Palestina tidak bisa berbuat banyak karena penguasa negerinya ternyata berada dalam kendali Amerika. 

Kebrutalan serangan Zionis Yahudi seharusnya dilawan dengan jihad oleh tentara-tentara muslim sampai mereka terusir dari tanah Palestina. Seharusnya, kaum muslimin di dunia bersatu, bukan diam tersekat oleh nasionalismenya.

Membela kaum muslimin Palestina adalah wajib karena sesama muslim adalah saudara, bagai satu tubuh, bila bagian yang satu tersakiti maka bagian yang lain ikut merasakan dan wajib membelanya. Rakyat Palestina saat ini bertempur sendirian ibarat semut melawan gajah. Mereka berada dalam penjajahan Zionis Yahudi laknatullah.

Berdasarkan pemikiran yang islami, solusi untuk mengakhiri penjajahan di Palestina adalah dengan bersatunya negeri-negeri muslim di dunia, untuk membatalkan semua perjanjian dan hubungan bilateral dengan Zionis Yahudi sehingga mereka tidak bisa mendikte negeri muslim, lalu menghentikan pasokan energi ke negeri Zionis,  boikot total semua kerja sama ekonomi dan kebudayaan, serta hentikan penggunaan dolar sebagai alat pembayaran internasional. 

Akan tetapi, itu hanya sebagian solusi yang diperlukan saat ini. Ke depannya, berdirinya Khilafah ala minhajji nubuwwah adalah solusi yang paling tepat karena hanya dengan Khilafah kaum muslimin terlindungi dari tangan-tangan jahat kaum kafir. 

Khilafah yang dipimpin oleh seorang Khalifah adalah solusi tepat untuk membebaskan kaum muslim dari kezaliman pihak manapun karena Khalifah laksana perisai. Kaum muslimin berperang di belakangnya dan dilindungi oleh dirinya (HR Muslim).  

Bila sekarang ada Khalifah, tentu dia sudah memimpin pasukan terbaik untuk berjihad ke Palestina, mengusir Zionis Yahudi dan membebaskan rakyat Palestina dari penjajahan sebagaimana yang dilakukan oleh Panglima Salahuddin al Ayyubi. 

Wallahu'alam bish shawaab.

Oleh: Heni
Sahabat Tinta Media

SOLUSI BATIL KEMENDAG TOLAK AJAKAN JIHAD KE PALESTINA



Tinta Media - Kondisi terakhir dari peperangan antara Palestina dengan Zionis Yahudi adalah jumlah korban mencapai 11.800 jiwa, dengan korban terbanyak anak-anak bahkan terhitung setiap 10 menit satu anak Palestina terbunuh.  Selain korban jiwa, ratusan gedung hancur, rata dengan tanah. Bahkan sejumlah rumah sakit, instalasi listrik dan air yang merupakan kebutuhan amat vital tak lepas dari sasaran bom-bom Zionis Yahudi. Sekitar 70 % warga Gaza kini mengungsi.  Mirisnya pengungsi Palestina ditolak oleh Mesir dan Yordania dengan alasan nasionalisme serta mencegah meluasnya krisis ke negara mereka.  

Sikap para penguasa Arab dan Muslim tidak bergeming melihat tragedi Palestina. Mereka hanya mengecam dan mengutuk, sebagian lainnya bahkan diam membisu. Bahkan yang sangat menjijikkan, mereka tetap menjalin hubungan diplomatik dengan Zionis Yahudi. Para penguasa Yordania, Qatar, Mesir dan Arab Saudi bahkan menolak usulan embargo minyak ke zionis Yahudi.  Mereka itu adalah para penghianat,  tangan para pemimpinnya ikut berlumuran darah syuhada Palestina. Pasalnya mereka telah mengisi bahan bakar kendaraan- kendaraan tempur zionis yang dipakai menggempur Gaza, membunuh para wanita, anak-anak dan bayi-bayi.  Mereka juga menjadikan negara mereka sebagai jalur perlintasan dan pangkalan  militer Amerika Serikat, salah satu sponsor etnis  Yahudi.  Pengkhianatan selanjutnya adalah menyerahkan nasib Palestina kepada PBB agar mau melakukan gencatan senjata dan menerima solusi dua negara. 

Adapun reaksi Pemerintah Indonesia terhadap peperangan  Palestina-zionis Yahudi, diwakili oleh kepala kantor Kemendag Kabupaten  Bandung Cece Hidayat  yang menghimbau untuk tidak berangkat ke Palestina dengan alasan jihad, lebih baik dukung gerakan boikot produk saja.  Pernyataan itu diucapkan saat orasi aksi kemanusiaan untuk Palestina di Komplek Perkantoran Pemkab Bandung (17 November 2023).  Sungguh himbauan yang menyesatkan.

Benarlah ucapan Rasulullah ﷺ, bahwa di akhir jaman, umat Muslim bagai buih di lautan artinya jumlah kaum muslim sangat banyak tetapi tidak mempunyai kekuatan untuk menghadapi kezaliman kaum kufar.  Padahal fakta sejarah menunjukkan bahwa kekhalifahan pernah menguasai  3/4 dunia sebagai periayah dan junnah bagi kaum muslimin dan umat manusia umumnya.  Khalifah Umar bin Khattab r.a  telah membebaskan tanah Palestina dan menandatangani Perjanjian Umariyah bersama Uskup Yerusalem Sofronius. Isi perjanjiannya antara lain, tidak mengizinkan seorang Yahudi pun tinggal di tanah Palestina. Khalifah Sultan Abdul Hamid ll juga menolak tipu daya gembong Yahudi Theodor Herzl yang mencoba menyogok Khalifah dengan uang yang sangat banyak dan berjanji akan melunasi utang-utang  Khilafah Utsmaniyah, tetapi Khalifah menolak tawaran itu bahkan meludahi Herzl.

Dalam menyikapi permasalahan perang Palestina - zionis Yahudi, Islam memberikan solusi terbaik yakni dengan persatuan umat Islam dalam naungan khilafah, seorang Khalifah sebagai periayah dan junnah sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda Sungguh imam (Khalifah) itu laksana perisai, orang-orang akan berperang di belakang dia dan menjadikan dia sebagai pelindung (mereka).  Solusi yang lainnya yaitu  dengan mengirimkan tentara perang, karena syariah Islam mewajibkan jihad fisabilillah atas kaum muslim ketika mereka diperangi musuh. Allah SWT berfirman: "Siapa saja yang menyerang kalian, seranglah dia dengan serangannya terhadap kalian".
(TQS Al-Baqarah: 194)

Jihad adalah solusi bagi agresi militer zionis Yahudi atas Palestina, pasalnya kekuatan negeri-negeri muslim seperti Mesir, Suriah dan Yordan secara perhitungan jauh di atas kekuatan militer kaum Yahudi. Dengan izin Allah, kekuatan etnis Yahudi akan hancur lebur. Namun melihat realitas hari ini, tidak mungkin  mengharapkan bantuan tentara negara-negara itu, termasuk dari PBB yang justru terlibat dalam kelahiran dan mengakui negara Yahudi tersebut. Entitas Yahudi menjadi kuat karena dukungan dan bantuan negara-negara Barat baik AS maupun Uni Eropa. Karena itu sudah seharusnya Palestina pun di dukung oleh kekuatan kaum Muslimin sedunia.  Bukankah Syariah Islam telah mewajibkan sesama Muslim untuk memberikan bantuan kepada saudaranya yang membutuhkan?  Allah SWT berfirman: "Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam urusan agama ini maka kalian wajib menolong mereka".
(TQS Al- Anfal: 72).

Maka dapat disimpulkan bahwa himbauan untuk tidak berjihad itu adalah pemikiran yang menyimpang dan menyalahi aturan syariat, himbauan yang batil.  Penegakan Daulah Islam dalam bingkai Khilafah adalah wajib bagi kaum Muslimin karena ia akan menjadi pelindung umat, sehingga umat merasa aman harta, darah 
dan jiwanya. Tidak akan ada lagi penindasan dan darah yang tumpah sia-sia.

Wallahua'alam bi ashshawab


Oleh: Nunung Juariah
Sahabat Tinta Media 

Khilafah, Solusi Tuntas Pembebasan Palestina



Tinta Media - Penjajahan entitas Yahudi atas Palestina masih berlangsung hingga menimbulkan banyak korban terutama dari warga Palestina. Apalagi, mereka juga menyerang hingga menghancurkan rumah penduduk, rumah sakit, sekolah, juga lahan pertanian. Disebutkan oleh Hamas, bahwa jumlah korban tewas di wilayah Palestina hampir 15 ribu, yakni mencapai 14.854 sejak perang dimulai pada 7 Oktober. Hamas mengatakan korban tewas terdiri dari 6.150 anak-anak dan 4.000 wanita, sedangkan 36.000 orang lainnya terluka.

Kementerian kesehatan mengatakan bahwa pihaknya tidak dapat memberikan data jumlah korban secara pasti, karena peperangan sengit yang menghambat pemulihan jenazah. (detikNews.com, 24/11/23)

Entitas Yahudi adalah Penjajah

Bentuk hipokrit Barat yaitu satu sisi mengancam segala bentuk penjajahan dan penindasan, di sisi lain membiarkan Palestina terjajah melalui legitimasi PBB yang mengakui zionis Yahudi sebagai “Negara Yahudi” di atas tanah Palestina.

Setidaknya ada tiga alasan kenapa entitas Yahudi layak disebut sebagai penjajah dan Palestina adalah milik kaum muslimin, yakni:

Pertama, Palestina adalah tanah kharajiyah yang didapatkan kaum muslimin dengan jiwa dan darah mereka.

Kedua, entitas Yahudi itu ibarat tamu tidak diundang dan hidup menumpang. Namun, setelah diberi tumpangan mereka justru ngelunjak dengan meminta tanah kepada Palestina sebagai pemilik tanah.

Ketiga, Palestina adalah milik kaum muslimin di seluruh dunia, bukan hanya milik bangsa Palestina. Di tanah yang diberkahi itu terdapat kiblat pertama kaum muslimin, tempat Rasul Isra' Mi'raj, ada makam para sahabat dan syuhada’, juga tempat tinggal para nabi. Maka layak jika Palestina disebut sebagai "Bumi para nabi".

Oleh karena itu, tidak layak bagi kaum muslimin meminta pertolongan kepada negara barat dan sekutunya. Apalagi mengharapkan pertolongan dari PBB. Sebab, meminta bantuan kepada negara barat dan PBB merupakan kesia-siaan, karena pada dasarnya mereka  tidak akan pernah berpihak pada Palestina dan kepentingan kaum muslimin. Barat selalu menampakkan standar ganda. Tidak satu pun negara barat yang berani menyebut entitas Yahudi sebagai teroris atau menyeret mereka ke pengadilan internasional.

Khilafah, Solusi Tunggal untuk Pembebasan Palestina

Solusi dua negara dan diplomasi sudah pasti bukan solusi hakiki. Membagi dua tanah untuk Palestina dan entitas Yahudi adalah bentuk pengkhianatan. Sebab, Palestina adalah tanah kharajiyah yang diperoleh dengan damai karena dengan sukarela bergabung ke dalam daulah Khilafah. Kemudian direbut oleh bangsa Romawi dan kembali direbut oleh kaum muslimin dengan darah dan jihad. Maka selamanya Palestina akan mejadi milik kaum muslimin.

Masalah Palestina adalah masalah kaum muslimin. Tidak ada seorang pun yang berhak menyerahkan tanah kharajiyah kepada pihak lain. Apalagi kepada penjajah dan zionis bengis seperti entitas Yahudi. Maka, yang harus dilakukan oleh kaum muslimin adalah memerangi kaum penjajah tersebut. 

Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Perangi mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantara) tangan-tangan kalian, menghinakan mereka, serta akan menolong kalian atas mereka sekaligus melegakan hati kaum mukmin.” (TQS At-Taubah (9):14)

Walhasil, harus ada kekuasaan Islam yang menyerukan jihad fi sabilillah. Tidak ada solusi lain bagi Palestina selain Khilafah. Dengan Khilafah, sekat bangsa akan terurai, persatuan kaum muslim akan terwujud, akidah Islam menjadi pondasi kekuatan Islam.

Khilafah juga akan menyerukan jihad memerangi musuh-musuh Islam. Hanya jihad dan Khilafah solusi tunggal dan fundamental untuk Palestina dan negeri muslim lainnya yang masih terjajah.

Hanya Khilafah, rumah dan tempat aman bagi kaum muslim meminta perlindugan. Dengan Khilafah, maka kehormatan, nyawa, dan harta kaum muslimin bisa terjaga. Oleh karena itu, umat Islam tak boleh lengah dari perjuangan tegaknya bisyarah Rasulullah, yakni Khilafah ala minhajin nubuwwah. Wallahu a'lam!

Oleh: Titik Suyanti 
Pemerhati Masalah Global

Senin, 04 Desember 2023

Palestina Butuh Aksi Nyata Negeri Muslim



Tinta Media - Imbas dari agresi Zionis Yahudi yang semakin membabi buta ke jalur Gaza membuat milisi pendukung Palestina di Timur Tengah ikut melancarkan tindakan balasan. Terbaru, puluhan roket ditembakkan ke Kota Kiryat Shmona kawasan Zionis oleh milisi Hizbullah di selatan Lebanon. Houthi di Yaman pun meluncurkan dronenya untuk menyerbu Zionis. (cnnindonesia.com, 3/11/2023)

Milisi-milisi Islam yang sadar atas kewajibannya dalam membela Palestina melakukan perlawanan. Membela Palestina berarti membela saudara-saudara sesama muslim yang sedang dizalimi oleh Zionis Yahudi, meskipun negara-negara milisi tersebut mengambil perbedaan sikap.

Pengkhianatan Para Penguasa

Telah diketahui bersama bahwa tidak ada satu pun negeri muslim yang mengirimkan pasukan atau tentara untuk membantu rakyat Palestina. Kejahatan dan penjajahan yang dilakukan Zionis Yahudi ini sudah terlihat jelas dan nyata. Sayangnya, penguasa negeri muslim mengabaikan fakta mengenai ini. Mereka hanya mampu mengecam.

Bahkan, yang lebih menyakitkan hati ialah penguasa Arab Saudi yang mengadakan Riyadh Season besar-besaran di saat Zionis Yahudi menghujani Palestina dengan bom. Penguasa muslim lain, seperti Turki, masih menjalin hubungan diplomatik dengan Zionis Yahudi. Sikap-sikap seperti ini merupakan pengkhianatan besar terhadap rakyat Palestina.

Penguasa muslim tidak memperhatikan fakta bahwasanya peperangan antara  Hamas dan Zionis Yahudi tidaklah seimbang. Posisi Hamas adalah milisi independen kaum muslimin di Gaza yang tidak memiliki dukungan negara. Sedangkan Zionis Yahudi didukung oleh negara. Maka, tampaklah ketidakseimbangan tersebut. Perang melawan negara haruslah dihadapi oleh negara juga. Beberapa negara mendukung Zionis Yahudi dengan memberi bantuan berupa senjata, dana, dan lainnya. Maka sudah tampak jelas bahwa perang ini adalah perang antara negara dan milisi yang tidak seimbang.


Karena Nasionalisme

Islam mewajibkan untuk membela sesama muslim. Negeri muslim pun harus memenuhi kewajiban membela muslim yang lain, terutama jika musuh melakukan hal yang di luar batas kemanusiaan, apalagi sampai menghilangkan nyawa kaum muslimin. 

Allah Swt. berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 191 yang artinya,

"Dan perangilah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu ...."

Penguasa negeri muslim tidak berupaya untuk mengikuti langkah-langkah yang dilakukan oleh milisi untuk melakukan balasan serangan. Hal ini disebabkan oleh rasa nasionalisme yang ada di negeri-negeri kaum muslimin. Rasa nasionalisme ini juga yang memudahkan Barat menguasai dan mengendalikan kaum muslimin. Oleh karena itu, tidak ada perlawanan atau tentara dari penguasa muslim atas kekejaman dan kebiadaban yang dilakukan Zionis Yahudi dan para sekutunya. 

Menyedihkan, Zionis Yahudi mampu melakukan genosida terhadap rakyat Palestina, padahal wilayahnya dikelilingi oleh negeri-negeri muslim yang secara jumlah lebih besar jika dibandingkan dengan Zionis Yahudi.


Melalui Tangan Negara

Pembebasan Palestina memerlukan tindak nyata sebuah negara, bukan hanya milisi. Langkah para milisi seharusnya diikuti oleh para penguasa muslim karena negara punya kekuatan besar untuk mengirimkan tentara dan senjata ke Palestina. Namun, hal ini tidak akan mungkin bisa dilakukan jika umat Islam tidak bersatu.

Andai saja negeri-negeri muslim bersatu, Zionis Yahudi beserta sekutunya akan mampu dikalahkan. Jihad merupakan pertolongan yang nyata bagi Palestina. Bantuan ini hanya bisa dilakukan oleh negara. Akan tetapi, negeri-negeri muslim saat ini tersandera oleh AS.

Nasionalisme tidak dikenal oleh Islam. Kaum muslimin tidak disekat-sekat, tapi bersatu seperti satu tubuh. Jika ada satu bagian tubuh yang sakit, maka bagian yang lain akan merasakan sakitnya juga. Allah Swt. berfirman yang artinya,

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara." (TQS. Al-Hujurat: 10)

Dahulu, umat Islam bersatu dalam satu negara. Negara menerapkan syariat Islam secara kaffah. Negara ini menjadi junnah bagi kaum muslimin. Negara ini juga akan melindungi kaum muslimin dari serangan musuh, bahaya, dan semua hal yang mengancam kaum muslimin. Dalam hadis dikatakan,

"Sesungguhnya al-Imam adalah perisai, di mana (orang-orang) akan perang di belakangnya (mendukung) atau berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya." (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud)

Dengan adanya negara yang menerapkan syariat Islam secara kaffah, kaum muslimin Palestina tidak akan mengalami kedukaan seperti saat ini. Mereka tidak akan terusir kedua kalinya seperti peristiwa Nakba dahulu. Sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya tidak akan dibom oleh rudal-rudal Zionis Yahudi.

Dalam perlindungan negara dalam Islam, mereka akan mendapatkan kesejahteraan hidup. Dalam Islam, tanah Palestina adalah tanah milik umat Islam. Darah para syuhada dari pasukan Salahuddin Al Ayyubi telah menyirami tanah Palestina ketika Salahuddin Al Ayyubi merebut kembali Al Quds dari penjajahan.

Tanah Palestina juga selalu dijaga dengan jiwa maupun raga oleh para khalifah dahulu. Oleh sebab itu, arah perjuangan kaum muslimin untuk Palestina seharusnya berada dalam satu suara, yaitu berjuang menegakkan kembali negara yang dapat melindungi umat Islam, sebuah negara yang akan menghabisi kezaliman dan kebiadaban Zionis Yahudi beserta dengan para sekutunya. Wallahu 'alam.

Oleh: Ummu Azmi 
(Aktivis Muslimah)


Imbauan MUI Soal Palestina



Tinta Media - Imbauan untuk tidak berangkat ke Palestina sekalipun alasannya untuk berjihad terus digaungkan. Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Bandung Cece Hidayat, pada hari  Jumat (17/12/2023) di Masjid Al Fathu, Komplek Perkantoran Pemkab. Beliau melakukan orasi saat aksi kemanusiaan konflik Palestina.

Beliau mengatakan untuk membantu perjuangan masyarakat Palestina tidak perlu berangkat ke sana, tetapi bisa dilakukan dengan berbagai cara untuk membantu masyarakat Palestina, di antaranya bisa dengan berdo'a, salat ghaib, memberi bantuan dana untuk membantu kebutuhan masyarakat di sana. Melawan secara ekonomi pun bisa dilakukan dengan memboikot produk. Itu saja udah cukup. Jadi, kalaupun ada yang mengajak berjihad ke sana, lebih baik tidak dilakukan.

Untuk saat ini, imbauan untuk tidak berangkat berjihad ke Palestina bukan hanya dilakukan negara kita saja. Negeri-negeri Islam yang wilayahnya berdekatan dengan Palestina, seperti Arab, Yaman pun juga mengimbau masyarakatnya untuk tidak pergi kesana.

Iimbauan MUI untuk melarang jihad ke Palestina sungguh mencerminkan ambiguitas dari sikap MUI terhadap pembelaan muslim Gaza. Hal ini telah men-downgrade makna jihad yang sesungguhnya. Padahal, inilah momen yang tepat bagi MUI yang dipandang sebagai kumpulan para ulama untuk menunjukkan posisinya yang mulia sebagai pewaris Nabi  dengan merealisasikan firman Allah dan sabda Rasulullah tentang jihad.

MUI terkesan mencari aman hanya dengan mengeluarkan fatwa. Itu pun akhirnya menjadi bola liar di tengah masyarakat. Ini karena di satu sisi mereka mengeluarkan fatwa untuk boikot produk Zionis, sementara di sisi lain, tidak mengeluarkan data list produk yang diboikot tsb. 

Jika MUI benar-tidaknya mendukung dan membela Palestina, seharusnya MUI mengeluarkan fatwa dan mendesak pemerintah agar mengirimkan pasukan militer ke Gaza secara independen, tidak  dalam kerangka misi perdamaian PBB. Ini karena yang demikian itu tidak akan pernah menyelesaikan  masalah Palestina.

Apa yang terjadi dengan Palestina bukanlah sekadar konflik dua negara, tetapi merupakan penjajahan kepada seluruh kaum muslimin di dunia. Berbagai bentuk penyerangan dilakukan tanpa empati dan simpati. Begitu banyak warga sipil, di antaranya perempuan, bayi, balita, anak-anak yang menjadi korban kekejian Zionis Yahudi.

Penderitaan rakyat Palestina ini sungguh menyesakkan dada, tetapi negara-negara lain sekan tak punya daya. PBB sekalipun seakan diam seribu bahasa. Solusi yang ditawarkan tak mampu mengembalikan tanah Palestina yang jelas telah direnggut oleh Yahudi. Semua ini menjadi bukti brokbroknya sistem demokrasi. Sistem inilah yang menjadi penyebab utama setiap permasalahan yang ada di dunia, sistem yang menjadikan negara tersekat-sekat dengan ikatan nasionalisme atau ikatan kebangsaan, sehingga kaum muslimin di dunia yang sejatinya adalah satu menjadi terpecah belah.

Sementara, dalam  sistem Islam, sesama muslim adalah saudara, yang diibaratkan satu tubuh. Apabila bagian tubuh yang satu sakit, maka bagian tubuh yang lain akan merasakan sakit yang sama.  Jadi, jika hari ini rakyat Palestina yang mayoritasnya muslim sedang disakiti, dizalimi, maka seyogyanya kita sebagai muslim akan merasakan hal yang sama. Maka, harus ada aksi riil untuk membantu dan menolong saudara kita, yaitu dengan jihad melawan zionis yahudi.

Adapun makna jihad dalam Islam adalah upaya mengerahkan segenap kemampuan untuk melakukan peperangan di jalan Allah, baik secara langsung atau dengan cara menyampaikan pendapat (tentang jihad), atau menggugah semangat, perang untuk menegakkan kalimatullah. 

jihad adalah puncak keagungan Islam dengan metode yang telah ditetapkan, yaitu untuk mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Namun, kepengurusan jihad ini ada di tangan seorang pemimpin Islam yang dinaungi oleh sebuah institusi, yaitu Khilafah. 

Teringat sebuah kisah ketika sistem Islam tegak di muka bumi ini. Ada seorang wanita dari mal kaum muslimin yang dilecehkan pemuda Yahudi. Maka, ketika kejadian ini terdengar oleh sang khalifah, khalifah langsung bergerak dengan ratusan pasukan kudanya untuk menyerang pemuda yang telah melecehkan wanita tersebut. Walhasil, pemuda itu pun diberi hukuman. 

Itu baru satu orang perempuan yang mendapatkan penjagaan dari seorang khalifah. Maka, jika kita merujuk pada kisah tersebut, adalah suatu hal yang pasti akan dilakukan oleh seorang pemimpin dalam Islam ketika melihat rakyatnya terzalimi, maka akan mengerahkan segenap kekuatan militer guna mengusir dan menumpas para penjajah kafir, utamanya para Zionis Yahudi.

Maka jelas, konsep jihad memiliki makna 'perang di jalan Allah Swt. untuk meninggikan kalimat-Nya. Jihad ini hanya bisa terlaksana sempurna jika ada institusi penegak syariat dan hukum Islam, yaitu Khilafah. Tanpa Khilafah, jihad hanya akan bermakna aktivitas bersungguh-sungguh, bukan perang dengan adanya pasukan dan militer. Wallahu 'alam bushshawab.

Oleh: Susi Trisnawati 
Sahabat Tinta Media
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab