Tinta Media: Pahlawan
Tampilkan postingan dengan label Pahlawan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pahlawan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 21 Januari 2024

Pahlawan Devisa, Akankah Dipertahankan?


Tinta Media - Sedih nian nasib yang dialami PMI/Pekerja Migran Indonesia. Di negeri sendiri tak di urusi, padahal sebutan mereka adalah pahlawan devisa karena memberikan pemasukan bagi negara. Di negara orang, mereka hidup merana, bahkan pulang tinggal nama.

Menurut Data Rekapitulasi Penanganan PMI Tahun 2023 di Kantor Disnaker Jember, selama tahun 2023, total PMI asal Jember yang dipulangkan mencapai 138 orang dengan beragam penyebab, yaitu sakit, meninggal dunia, atau dideportasi. Sebanyak 40 orang dari 138 PMI itu pulang tanpa nyawa alias meninggal dunia. LamonganNetwork.com (31/12/2023).

Para pekerja migran ini sejatinya sedang dieksploitasi. Ingin hati memperbaiki taraf hidup, tetapi yang didapat justru penderitaan demi penderitaan. Hal ini dilihat peluang oleh para kapitalis untuk menambah cuan, dengan memberangkatkan mereka, meski sering mengabaikan skill, keselamatan, dan kondisi pekerja. Negara juga terlihat abai mengantisipasi agar kasus serupa tidak terulang.

Harus di akui bahwa Jember adalah kota yang kaya. Banyak SDA yang bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, mulai dari gunung kapur Puger, gunung emas yang membentang dari kecamatan Ambulu-Wuluhan, laut  dengan segala kekayaannya, tambang pasir besi, dan lainnya. 

Namun, penerapan sistem kapitalisme menjadikan kekayaan alam hanya dinikmati oleh segelintir orang. Bahkan, keberadaan sistem inilah yang menjadi pangkal berbagai masalah yang ada. 

Menurut Budi Santoso sebagai perwakilan IHO/lndonesian Healt Observer Jatim, jumlah angka kasus stunting di Jember  tertinggi di Jatim. Antara.news 8/10/2023. 

Angka perceraian tahun 2023 di Jember tembus 5000 kasus. Ini disampaikan oleh Humas Pengadilan Agama Kabupaten Jember Raharjo, SH, M.Hum. Jembertoday.net (3//10/2023). 

Angka kemiskinan juga masih tinggi, yaitu 232,73 ribu jiwa tahun 2022. Antara.news (13/3/2023). 

Ada sekitar 40 rb anak yang berada pada kondisi serupa putus sekolah, merujuk pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang di liris BPS RI. Radarjember.id (13/10/2023), dan masalah pelik lain yang belum terurai.

Walhasil, masyarakat pun banyak yang memilih jalan pintas untuk memperbaiki nasib dengan menjadi PMI, meski dengan berbagai risiko yang harus ditanggung. Anehnya, negara memberikan izin rakyat merantau ke negara orang, asal memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. 

Pertanyaannya, apakah karena PMI memberi manfaat pemasukan untuk negara, lantas keberadaannya dipertahankan? Bukankah negara bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat?

Islam Sebagai Solusi

Berbeda dengan sistem lslam, tidak akan ada rakyat yang pergi ke negara orang hanya untuk memperbaiki taraf hidup. Hal ini karena pemimpin akan mengurusi kebutuhan dasar masyarakat, mulai pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan dengan murah hingga gratis dengan kualitas terbaik. 

Negara akan menggunakan sumber daya alam yang ada sebagai pembiayaan semuanya. Hal ini karena kekayaan alam harus dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat sebagai pemilik. Dilarang bagi pihak swasta, baik lokal maupun asing menguasai SDA, karena SDA termasuk kepemilikan umum/masyarakat. 

Inilah fungsi pemimpin, menjamin kebutuhan rakyat, bukan malah membiarkan mereka bersusah payah mengais rezeki sendiri, sementara kekayaan alam yang ada justru diserahkan kepada swasta, apalagi asing. 

Islam sebagai sistem kehidupan akan bisa menyelesaikan berbagai persoalan dengan mekanisme yang efektif dan mudah dilaksanakan karena sistem ini bersumber dari Pencipta alam yang pasti tahu kebaikan buat manusia, terbukti sistem ini berjaya di muka bumi selama 13 abad.

Sebaliknya, penerapan sistem kapitalisme menjadi pangkal masalah yang tak kunjung usai sekaligus menyusahkan. Jelas, masalah PMl tidak akan tuntas selama sistemnya adalah kapitalisme. Masihkah kita berharap pada sistem yang salah ini? Allahu a’lam.


Oleh: Umi Hanifah 
(Sahabat Tinta Media)

Selasa, 09 Januari 2024

Pekerja Migran Dianggap Pahlawan Devisa



Tinta Media - Kata pahlawan devisa begitu melekat dalam diri perempuan Indonesia yang bekerja di luar negeri atau tenaga kerja wanita (TKW). Mereka seakan bangga menjadi pahlawan devisa, walaupun harus merasakan kepahitan karena tidak mendapatkan perhatian ketika berada di tempat penampungan. 

Menjadi tenaga kerja wanita (TKW) masih menjadi harapan para wanita Indonesia untuk mengubah nasib. Ketika kebutuhan keluarga semakin banyak dan lapangan pekerjaan untuk para suami juga semakin sulit, maka istri/ibu rumah tangga pun turun tangan untuk membantu ekonomi keluarga. Salah satunya dengan menjadi tenaga kerja wanita (TKW). Tak jarang mereka rela meninggalkan anak dan suami bertahun-tahun, dengan harapan bisa memperbaiki keadaan ekonomi. 

Namun, kenyataan tak sesuai harapan. Komnas perempuan menemukan sejumlah balai latihan kerja luar negeri (BLKN) di Indonesia masih mengelola tempat penampungan dan pelatihan calon pekerja migran seperti layaknya rumah tahanan. Dikutip dari VOA.Com Sulawesi Tengah, komisi nasional antikekerasan terhadap perempuan (KOMNAS perempuan) mengatakan bahwa masih banyak balai latihan kerja luar negeri (BLKLN) swasta yang memiliki asrama penampungan calon pekerja migran Indonesia (CPMI) dengan kondisi yang jauh dari layak dan tidak manusiawi. 

Komisioner Komnas Perempuan Theresia Iswarini mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan pada 2022, para calon pekerja migran, terutama perempuan, kerap mendapat perlakuan tidak manusiawi dan merendahkan martabat di tempat-tempat penampungan tersebut. Di sisi lain, absennya upaya pencegahan dan antisipasi terhadap kekerasan, pelecehan dan perundungan, menyebabkan korban tidak tahu harus melapor ke mana. Akibatnya, korban tidak mendapatkan penanganan dan pemulihan.

Itu semua jika dibiarkan akan menyebabkan banyak perempuan (pekerja migran Indonesia) yang kesulitan untuk tinggal di dalam tempat-tempat yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta, sebelum mereka berangkat keluar negeri. (Senin 18/12/2023)

Tak Manusiawi 

Beberapa temuan Komnas Perempuan saat melakukan pemantauan yang dilakukan di Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat antara lain, asrama dengan fasilitas yang kurang layak, bekerja tanpa upah dan pembatasan komunikasi, juga di batasinya kunjungan keluarga.

Selain itu, tempat penampungan mirip tahanan. Tahanan tidak hanya didefinisikan sebagai ruangan yang disebut penjara. Namun, tahanan bisa menggambarkan situasi dan kondisi yang mengarah pada upaya penahanan seorang individu yang bebas, karena ketidaklayakan tempat penampungan tersebut. 

Sejumlah upaya dilakukan oleh Komnas perempuan dengan merekomendasikan kementerian ketenagakerjaan untuk melakukan pembinaan terhadap BLKLN dalam pelaksanaan pelatihan, termasuk memastikan BLKLN memiliki sarana dan prasarana pelatihan serta asrama perempuan yang layak dan terstandarisasi. 

Perempuan Tulang Punggung Keluarga 

Lagi dan lagi, perempuan  saat ini beralih fungsi. Yang seharusnya menjadi seorang ibu rumah tangga dan pengatur urusan keluarga, kini banyak di antara para istri/ibu yang menjadi tulang punggung keluarga. Mereka mencari nafkah sendiri dan berjuang menghidupi diri dan keluarganya. Mereka tak peduli dengan keselamatan jiwa dan juga harus rela meninggalkan anak dan suami, demi memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, semua itu seharusnya tidak dibebankan kepada perempuan. Akan tetapi, karena minimnya lapangan pekerjaan bagi laki-laki, maka perempuan harus memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan ekonomi. 

Negara Menjadikan Perempuan sebagai Sumber Devisa 

Selain menjadi tulang punggung keluarga, perempuan juga dianggap sebagai devisa negara, karena sejumlah balai latihan kerja luar negeri memberangkatkan para tenaga kerja wanita berdasarkan pesanan dari calon majikan yang sudah menunggu dan dipastikan mereka akan mendapatkan keuntungan dari setiap calon tenaga kerja tersebut. Para pekerja diiming-imingi upah yang cukup dan juga julukan pahlawan devisa. Ini adalah kebijakan paradoks dalam sistem demokrasi kapitalisme, pekerja migran diagung-agungkan dan dimanfaatkan. 

Karena ketiadaan lapangan pekerjaan bagi laki-laki, maka perempuan bermodalkan nekat bekerja ke luar negeri. Pengelolaan sumber daya alam berada di tangan swasta sehingga rakyat sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak demi menghidupi keluarga, terutama laki-laki yang wajib menafkahi keluarganya. 

Islam Menjadikan Negara sebagai Pengurus Rakyat

Islam menjamin kesejahteraan bagi rakyat melalui berbagai  mekanisme, termasuk menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi laki-laki sebagai kepala rumah tangga. Mereka mempunyai kewajiban untuk menafkahi, bukan dinafkahi. Maka, peran laki-laki sebagai kepala rumah tangga dan penanggung jawab nafkah akan berfungsi dengan baik, sehingga perempuan sebagai istri menjalankan fungsinya sebagai ummun warabatul bait dan juga pengemban dakwah akan berjalan sebagaimana mestinya. 

Negara yang berfungsi sebagai pelindung rakyat akan melindungi rakyatnya dari berbagai hal yang tidak seharusnya, baik laki-laki maupun perempuan. Negara tidak akan membawa pada penderitaan dan tidak berbuat zalim. Wallahu'alam bishawab.

Oleh: Ummu Ghifa
Sahabat Tinta Media

Selasa, 22 November 2022

Korelasi antara Hari Pahlawan dan Hari Santri

Tinta Media - Tanggal 10 November sangat terkenal dengan sebutan hari pahlawan, menjadi peringatan atas peristiwa peperangan heroik yang terjadi di Surabaya. Peristiwa ini menjadi salah satu penyebab tewasnya pimpinan para penjajah, yakni Brigadir Jendral Mallaby. Karena itu, 10 November menjadi peristiwa yang tak akan pernah dilupakan oleh bangsa ini. 

Karena peperangan itulah, kini bangsa Indonesia telah terbebas dari penjajahan secara fisik. Meski kenyataannya, kini bangsa Indonesia tengah dijajah melalui pemikirannya tanpa disadari.

Banyak yang tak mengetahui atau bahkan sengaja melupakan sejarah, bahwa adanya hari pahlawan disebabkan karena adanya resolusi jihad yang digawangi oleh KH. Hasyim Asy’ari bersama para santrinya. Dahulu, para santrilah yang telah menjadi motor penggerak untuk berperang melawan para penjajah. Kalangan santrilah yang telah berjuang dan berkorban untuk kemerdekaan bangsa ini. Namun, kini sejarah itu hanya tinggal kenangan belaka. 

Sementara, tanggal 22 Oktober diperingati sebagai hari santri nasional. Lahirnya hari itu bukan tanpa sebab, melainkan ada sejarah yang tersimpan di sbaliknya. 

Tanggal 22 Oktober merupakan hari saat resolusi jihad para santri dimulai. Sejak itu, para santri selalu turut andil dalam pertempuran melawan penjajah. Oleh karena itu, kini tanggal 22 Oktober diperingati sebagai hari santri nasional untuk mengenang jasa para pahlawan yang kebanyakan dari kalangan santri. Mereka telah mengorbankan nyawanya untuk kemerdekaan bangsa ini.

Adanya resolusi jihad tersebut memantik semangat juang para santri, termasuk di wilayah Surabaya. Resolusi itu memberikan semangat pada mereka serta kebulatan tekad untuk bertempur habis-habisan melawan para penjajah. Karena sebab itulah, muncul peperangan yang sangat legendaris yang kini dikenal sebagai pertempuran 10 November yang terjadi di Surabaya. Kala itu, pemimpinnya adalah Bung Tomo yang terus membakar semangat arek-arek Surabaya hingga akhirnya peperangan pun dimenangkan oleh para santri.

Jika tak ada resolusi jihad, belum tentu ada peperangan pada tanggal 10 November yang kini setiap tahunnya selalu diperingati sebagai hari pahlawan. Maka, sebenarnya antara hari santri dan hari pahlawan itu saling berkelindan antara satu dengan yang lain. Ini karena pada hakikat yang sesungguhnya, para pahlawan itu adalah para santri yang ikut berjuang memerdekakan negeri ini dari penjajah. Oleh karena hal itulah, dua peristiwa ini begitu erat hubungannya, karena pada dasarnya mereka adalah satu kesatuan.

Maka, sangat terlihat aneh ketika kini para pejuang Islam dan pengemban dakwah didiskriminasi dan dideskreditkan oleh pemerintah. Coba ingatkan mereka akan sejarah di masa lampau, bahwa pejuang kemerdekaan itu adalah kaum muslimin. Maka, sangat tidak wajar ketika para pengemban dakwah dijebloskan ke dalam penjara hanya karena menyebarkan Islam. Padahal, bangsa Indonesia sangat berutang budi kepada kaum muslimin yang telah berjuang tak kenal lelah.

Melalui peran para santrilah kini Indonesia telah terbebas dari belenggu penjajah secara fisik. Namun, kini penjajahan secara pemikiran masih terus berlanjut. Bahkan, tak sedikit dari para santri yang telah terkena racun pemikiran tersebut. Mereka tak lagi berharap rida Allah, tetapi lebih senang membuang waktunya di hadapan layar smartphone. Padahal, umat sedang menunggu kontribusi kita dalam perjuangan ini.

Jika para pemuda saja banyak yang terlena, bagaimana kita hendak mewujudkan sebuah daulah yang akan membuat rakyat sejahtera? Jangankan memikirkan masalah umat, ketika bangun saja yang ia cari adalah gadget. Lihatlah, kini para remaja tengah di ambang kehancuran. Maka, tugas kita sebagai para remaja dambaan umat adalah menyadarkan mereka akan tugasnya berjuang dalam dakwah.

Oleh karena itu, sebagai remaja tonggak perdaban, sudah semestinya kita meneladani dan mengikuti jejak para pendahulu yang telah berjuang dan berkorban demi tegaknya Islam di seluruh penjuru bumi. Kelak, ketika menghadap Allah, kita memiliki hujjah atau bukti bahwa usia yang kita miliki senantiasa digunakan dalam hal kebaikan.

Walaupun usia kita masih muda, jangan sia-siakan dengan melakukan maksiat. Gunakan waktu yang ada untuk berjuang demi kejayaan Islam. Allah telah menjanjikan pahala yang akan dilipatgandakan bagi siapa saja yang berjuang di jalan Allah dengan ikhlas. Seorang pengemban dakwah tak digaji bukan karena tak bernilai, tapi karena tak ternilai.

Jadi, untuk seluruh remaja yang mengharapkan perubahan, tetap semangat, ya. Ketika engkau berjuang, jangan pernah mengharapkan hasil karena Allah tidak melihat hasilnya, tetapi usaha yang kita lakukan. Berdakwahlah semaksimal mungkin. Adanya hari pahlawan adalah karena adanya hari santri, dan adanya hari santri adalah karena adanya resolusi jihad. Tetaplah semangat hingga kelak Allah mengizinkan Daulah Khilafah yang selama ini kita impikan terwujud di muka bumi ini. Takbir!
Wallahu ‘a’lam bish shawwab.

Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba 
Siswi DKDM PP Baron 1 Nganjuk

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab