Tinta Media: PBB
Tampilkan postingan dengan label PBB. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PBB. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 April 2024

Sekjen PBB Akui Tak Berdaya Hentikan Genosida di Palestina, Pamong Institute: Ini Lempar Handuk


Tinta Media - Menanggapi pernyataan Sekjen PBB Antonio Guteres bahwa PBB tak berdaya hentikan genosida di Palestina, Direktur Pamong Institute Wahyudi El-Maroky menyatakan bahwa ini lempar handuk.

"Saya pikir ini sudah, bahasanya lempar handuk," tuturnya dalam Bincang Bersama Sahabat Wahyu : PBB Menyerah Hanya Khilafah yang Bebaskan Palestina, Selasa (2/4/2024) di kanal YouTube Bincang Bersama Sahabat Wahyu.

Menurutnya, tugas PBB itu untuk menjamin keamanan di dunia, perdamaian di dunia. "Tugas dia, kalau ada peperangan, memfasilitasi dan mencegah terjadinya perang," ujarnya.

Ia memandang, dibentuknya PBB yang berasal dari LBB (Liga Bangsa-Bangsa), kemudian menjadi PBB ini, tujuan utamanya adalah untuk supaya tidak terjadi perang dunia ketiga, setelah perang dunia kesatu dan kedua terjadi dan banyak korban.

"Saya pikir, PBB sudah lempar handuk (menyerah). Dia (Antonio Guteres) mengatakan bahwa untuk menghentikan genosida di Palestina itu tidak mampu lagi ditangani dan diserahkan kepada orang-orang yang berkuasa.

Menurutnya, ini membuka mata dunia bahwa fungsi PBB mandul, tak bisa diharapkan. "Mungkin PBB juga bagian dari konspirasi dunia untuk memusuhi umat Islam," ucapnya.

Faktanya, Roky melanjutkan, ketika terjadi kezaliman terhadap umat Islam, PBB tidak bisa berfungsi. "Tapi coba kalau ada negara-negara muslim yang melakukan pelanggaran, dia (PBB), lebih efektif untuk menekan. Nah, ini menurut saya, persoalannya di situ," tandasnya

Kedua, lanjutnya, kalau berharap kepada penguasa-penguasa dunia (seperti dikatakan Sekjen PBB), bergantung pada penguasa-penguasa dunia, dunia hari ini menggantungkan harapan perdamaian itu pada negara-negara adidaya, dalam hal ini Amerika.

"Negara yang mengaku punya Hak Asasi Manusia, paling toleran, negara demokrasi, bahkan punya hak veto. Ini menunjukkan bahwa Amerika juga dalam posisi anti Islam dan memusuhi Islam," tegasnya.

Dia (Amerika) hanya marah kepada pihak-pihak yang tidak memusuhi Islam, kalau ada negara yang memusuhi Islam dia anggap itu tidak apa-apa.

"Pembantaian di Gaza, umat Islam dibantai, dia (Amerika) anggap tidak apa-apa. Ada satu warga negara dia misalkan tergores ataupun dibunuh, maka dia mengatakan yang membunuhnya adalah teroris," bebernya.

Ini menunjukkan bahwa memang ketidakadilan itu tampak ketika yang berkuasa adalah negara sekuler. Dalam hal ini, Amerika yang menjadi negara adidaya.

"Kedua, ideologinya adalah ideologi kapitalis, yang sangat sekuler, dan tentu sangat rasis, sangat greedy (rakus), sangat culas, dan sangat rusak," pungkasnya.[] 'Aziimatul Azka

Rabu, 24 Januari 2024

IJM: PBB Tidak Layak Dipertahankan

Tinta Media - Luthfi Affandi, S.H., M.H dari Indonesia Justice Monitor (IJM) mengatakan, PBB tidak layak dipertahankan. 

“PBB ini tidak layak untuk dipertahankan karena memang sejak awal dibentuk walaupun dengan memakai prinsip kebersamaan, namun dilain sisi melakukan diskriminasi,” ujarnya di Kabar Petang: PBB & ICC Payah! Di kanal Youtube Khilafah News,  Senin (15/1/2024).

Menurut Luthfi, PBB itu sengaja didesain oleh negara-negara pemenang perang dunia ke-2. "Untuk mengakomodir kepentingan-kepentingan mereka (negara pemenang perang dunia ke-2)," ungkapnya.

Luthfi mengungkapkan, negara pemenang Perang Dunia ke-2 itulah yang menginisiasi lahirnya PBB. Lima negara yang menjadi pemenang itulah yang memiliki kepentingan hingga memiliki hak veto. 

Dari sekian ratus negara dunia, jelasnya, hanya 5 negara yaitu Amerika, Inggris, Perancis, Rusia, dan Cina yang memiliki hak veto, sehingga apa pun yang dinarasikan PBB misalnya mengeluarkan resolusi untuk menghukum negara Yahudi itu bisa batal.

"Dunia internasional harus melek juga bahwa fakta PBB tidak memiliki kepentingan apa pun kecuali kepentingan negara-negara adidaya," pungkasnya. [] Setiyawan Dwi.

Minggu, 21 Januari 2024

IJM: Kehadiran ICC dan PBB Tidaklah Efektif



Tinta Media - Lambannya Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan International Criminal Court (ICC) dalam mengadili entitas penjajah Yahudi Zionis terkait genosida di Gaza, bukti kehadirannya tidaklah efektif bahkan gagal. 

"Saya setuju kehadiran  ICC dan PBB itu tidak efektif bahkan gagal," ujar Luthfi Affandi, S.H., M.H dari Indonesia Justice Monitor (IJM) di Kabar Petang : PBB & ICC Payah! Di kanal Youtube Khilafah News, Senin (15/1/2024). 

Alasannya menurut Luthfi, walaupun ICC dan PBB itu salah satu subyek hukum internasional di bidang hukum atau lembaga peradilan, namun ini tidak bisa lepas dari aspek politik internasional. 

"Jadi ini memang kita tahu ICC itu semacamlembaga internasional dalam bidang hukum, tetapi ingat bahwa dunia internasional ini punya kekuatan-kekuatan politik internasional yang juga diwakili negara-negara tertentu," ungkapnya. 

Artinya lanjut Luthfi, negara yang memiliki pengaruh yang kuat di dunia internasional itu, hampir mustahil tokohnya menjadi pesakitan di pengadilan ICC. 

"Jadi sulit sekali untuk menyeret penjahat-penjahat perang seperti Benyamin Netanyahu atau yang lain, karena mereka memiliki backing kekuatan politik internasional yang kuat," tuturnya. 

Sehingga bebernya, walaupun ICC itu punya kewenangan untuk menghakimi ataupun menghukum Benyamin Netanyahu misalnya atau yang lain itu mustahil, karena memang backingannya yang kuat. 

"Dengan kekuatan politik yang kuat, lobi yang kuat, itu hampir mustahil mereka untuk diseret ICC gitu, jadi sulit sekali," pungkasnya.[] Setiyawan Dwi

Senin, 01 Januari 2024

FIWS: PBB adalah Alat Penyelamat bagi Ideologi Kapitalisme



Tinta Media - Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Bung Farid Wadjdi mengungkapkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) merupakan alat penyelamat bagi ideologi kapitalisme.

"Keberadaan PBB juga sesungguhnya ini menjadi semacam alat penyelamat bagi ideologi kapitalisme," ujarnya dalam acara Kabar Petang dengan tema Bongkar Siasat Amerika Atas Gaza di kanal Youtube Khilafah News Rabu (27/12/2023).

Ia menilai, adanya PBB yang menyerukan gencatan senjata yang tidak disetujui Amerika, tapi kemudian disetujuinya hanya pada aspek pengiriman bantuan kemanusiaan, seolah-olah Amerika itu masih baik. "PBB itu masih baik, sistem ideologi kapitalisme itu masih baik. Padahal apa yang terjadi sekarang Palestina sesungguhnya mengukuhkan peradaban ideologi kapitalisme," tuturnya. 

Menurutnya, ini menunjukkan bagaimana ideologi kapitalisme itu memberikan legitimasi pembunuhan dan pembantaian genosida terhadap umat manusia dengan kebijakan-kebijakannya yang double standar bahkan tidak masuk akal.

"Seperti sekarang ini satu sisi Amerika tidak menyetujui gencatan senjata, di sisi lain Amerika setuju terhadap bantuan kemanusiaan," ungkapnya.

Padahal, bebernya, pembantaian yang menyebabkan persoalan manusia itu disebabkan karena perang yang dilakukan oleh entitas penjajah yahudi.

"Ini adalah logika yang tidak masuk akal. Itu bagaikan penjahat dibiarkan memukuli tuan rumah yang mereka rampok kemudian diberikan ruang dan waktu. Kemudian mengobati tuan rumah yang digebuki penjahat, tapi penjahatnya dibiarkan untuk melakukan kejahatan lagi," pungkasnya.  [] Setiyawan Dwi.

FIWS: Berharap pada PBB adalah Kebodohan dan Melupakan Kejahatan



Tinta Media - Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menilai penguasa-penguasa Arab yang masih berharap pada Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) adalah sebuah Kebodohan dan melupakan kejahatan. 
"Jadi, berharap pada PBB adalah suatu kebodohan dan melupakan kejahatan artinya telah mengulur-ulur waktu membesarkan pembantaian terhadap kaum muslimin," tuturnya dalam acara Kabar Petang dengan tema Bongkar Siasat Amerika Atas Gaza di kanal Youtube Khilafah News Rabu (27/12/2023). 

Menurutnya, berharap pada PBB jelas-jelas dalam catatan sejarah, tidak pernah berpihak pada kaum muslimin. "Dari sana seharusnya sudah muncul kesadaran bahwa berharap agar PBB itu adalah hal yang mustahil," ungkapnya. 

Farid mengatakan, penguasa-penguasa Arab yang masih berharap pada PBB sebenarnya hanya sekedar lari dari tanggung jawab mereka melakukan tindakan nyata yaitu mengirim pasukan militer. 

"Karena pengiriman pasukan militer inilah yang secara nyata bisa menghentikan serangan-serangan keji yang dilakukan oleh entitas penjajah Yahudi Zionis," pungkasnya.[] Setiyawan Dwi

Kamis, 28 Desember 2023

FIWS: PBB Hanya Permainan Politik Amerika



Tinta Media - Menyoroti terkait adanya Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang digadang-gadang mampu menyelesaikan konflik Palestina, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Bung Farid Wadjdi menilai PBB hanya sebagai permainan politik Amerika.

“Ini hanya sekedar permainan politik Amerika Serikat, yang justru kita kritisi paling dasar masih berharapnya negara Islam terhadap PBB untuk menyelesaikan persoalan ini (Palestina),” ujarnya dalam acara Kabar Petang dengan tema Bongkar Siasat Amerika Atas Gaza dikanal Youtube Khilafah News Rabu (27/12/23).

Menurutnya, bukti-bukti telah menunjukkan bahwa PBB sudah menjadi alat Amerika untuk kepentingan Amerika sendiri.

“Kita tahu salah satu resolusi PBB justru memberikan legitimasi terhadap keberadaan entitas penjajah Yahudi adalah resolusi PBB No. 181 yang disahkan oleh menteri PBB pada tahun 1947, proyek ini diserahkan Palestina menjadi negara Arab dan Yahudi,” tuturnya.

Lebih lanjut, katanya, PBB menjadi bagian dari alat politik Amerika untuk seolah-olah menunjukkan Amerika adalah negara yang paling menentukan dunia.

“Sehingga bagaimana solusi terhadap konflik di Palestina itu sangat bergantung pada Amerika dengan veto yang dia miliki, jadi PBB ini bagian dari pencitraan Amerika,” ungkapnya.

Farid menilai, keberadaan PBB juga sesungguhnya ini menjadi semacam alat penyelamat bagi ideologi kapitalisme.

“Ya, dengan adanya PBB yang menyerukan gencatan senjata  yang itu pun tidak disetujui Amerika, kemudian redaksi kemungkinan disetujui itu adalah pengiriman bantuan kemanusiaan,” bebernya.

Jadi, sambungnya, seolah-olah Amerika itu masih baik, PBB itu masih baik, sistem ideologi kapitalisme itu masih baik. “Padahal apa yang terjadi sekarang di Palestina sesungguhnya untuk mengukuhkan peradaban Kapitalisme,” tandasnya. [] Setiyawan Dwi.

Kamis, 09 Februari 2023

PBB ADALAH BENCANA BAGI DUNIA ISLAM, TAK BISA BERBUAT APA-APA SELAIN MENJADI KEPANJANGAN TANGAN DAN SARANA MELEGITIMASI KEJAHATAN NEGARA-NEGARA BARAT KAPITALIS IMPERIALIS

Tinta Media - Salah satu rekomendasi Muktamar Internasional Fikih Peradaban saat puncak acara 1 abad NU, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023), adalah menyerukan umat Islam untuk menjadikan piagam PBB menjadi dasar yang paling kokoh dan yang tersedia untuk mengembangkan fikih baru guna menegakkan masa depan peradaban manusia yang damai dan harmonis.

Selanjutnya, dari pada bercita-cita dan berusaha untuk menyatu padukan umat Islam dalam negara tunggal sedunia yaitu negara khilafah, Nahdlatul Ulama lebih memilih jalan lain, yakni mengajak umat islam menempuh visi baru mengembangkan wacana baru tentang fikih, yaitu fikih yang akan dapat mencegah eksploitasi atas identitas, menangkal penyebaran kebencian antar golongan, mendukung solidaritas dan saling hargai perbedaan antara manusia, budaya dan bangsa-bangsa di dunia, serta dukung tatanan dunia yang sungguh-sungguh adil dan harmonis.

Rekomendasi yang disampaikan NU ini bermasalah dalam dua aspek, yaitu :

*Pertama,* rekomendasi NU ini tidak digali (diistimbath) dari sumber primer hukum Islam (al Qur'an dan As Sunnah) maupun sumber yang ditunjuk oleh keduanya berupa Ijma' Sahabat dan Qiyas Syar'i. Usaha mengelola dan memakmurkan dunia dengan methode Syirkah (kerjasama) dengan berbagai umat dan bangsa, lalu melepaskan akidah dan syariah Islam, menerima dan mencampuradukkan antara al Haq (Islam) dan al Bathil (kelufuran), jelas-jelas menyimpang dari kaidah Syara' dan tidak pernah dicontohkan oleh generasi terbaik Islam baik pada periode kenabian maupun era Khulafaur Rasyidin.

*Secara norma, rekomendasi ini cacat karena bertentangan dengan hukum Syara'.* Al Qur'an, as Sunnah, Ijma' Sahabat sendiri telah mewajibkan kaum Muslimin bersatu, memiliki imam/Khalifah yang satu, memiliki Negara yang satu (Khilafah), yang dengan Khilafah itu umat Islam menjalankan hukum syariat didalam negara serta mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru alam.

Metode baku mengemban risalah Islam adalah dengan dakwah dan jihad. Hubungan internasional yang diemban oleh kaum muslimin sejak era kenabian hingga era kekhilafahan adalah menyeru umat dan bangsa untuk memeluk akidah Islam dan mengurusi urusan manusia dengan hukum Islam.

Umat Islam menawarkan Islam, menjadi satu bagian dari Kekhilafahan Islam atau terikat dengan perjanjian damai, hidup damai berdampingan dengan Negara Khilafah. Jika ada yang melanggar perjanjian, atau berbuat zalim kepada umat Islam atau manusia secara umum, maka kaum muslimin melalui kekuatan Khilafah akan menertibkan bangsa yang zalim itu dengan jihad fi sabilillah.

Jadi, dengan Khilafah umat Islam-lah yang menjadi pemimpin dan pengendali dunia, untuk diatur dan dimakmurkan berdasarkan pandangan hukum Islam. Inilah esensi dari Kekhilafahan Islam yang ditugaskan oleh Allah SWT untuk memakmurkan bumi.

*Kedua,* secara faktual PBB tidak pernah menjadi solusi bagi umat Islam apalagi bagi dunia. Berbagai bencana dunia dari perang diberbagai wilayah, huru hara, bencana alam, kemiskinan, rusaknya peradaban dunia, semua itu terjadi didepan hidung PBB. Lalu apa yang bisa dilakukan PBB? Alih-alih menghentikan perang, PBB hanya menjadi lembaga yang menyempurnakan kezaliman yang menimpa umat Islam.

Adakah, satu saja resolusi PBB yang bisa menghentikan kezaliman bangsa kera Israel terhadap saudara muslim kita di Palestina? Jawabnya tidak ada. Puluhan bahkan hingga ratusan resolusi PBB dikeluarkan, tak ada satupun yang diindahkan.

Israel terus membantai umat Islam di Palestina, dan hanya berhenti jika terjadi dua keadaan. Pertama, Israel merasa telah puas membantai umat Islam di Palestina. Atau kedua, ada perlawanan jihad yang sengit dari kaum muslimin di Palestina yang memaksa Israel untuk menghentikan kebiadabannya.

Coba tengok lagi, apa peran PBB untuk mengatasi kekejaman kaum kafir yang membantai dan menindas kaum muslimin di Suriah? Lebanon? Khasmir? Afghanistan? Pakistan? Hingga Uighur dan Myanmar? Tidak ada, tidak ada peran apapun dari PBB untuk menghentikan kejahatan perang dan pembantaian terhadap Umat Islam.

Yang paling mudah membaca betapa tidak bergunanya PBB adalah ketika Amerika menginvasi Irak dengan dalih senjata pemusnah massal. Saat itu, sidang Umum dan Dewan Keamanan PBB (semacam Majelis rendah dan Majelis tinggi atau senat PBB) tidak meyetujui rencana invasi Amerika ke Irak. Namun apa yang dilakukan Amerika? 

Amerika tetap menginvasi Irak. Apa peran PBB? Hanya penonton dan cuma sibuk mengecam. Suatu tindakan yang unfaedah.

PBB justru menjadi alat penjajahan, kepanjangan Amerika dan barat. PBB hanya dijadikan alat legitimasi untuk melanggengkan imperialisme kapitalisme global.

Pakai nalar saja, kenapa anggota DK PBB hanya Amerika, Inggris, Perancis, Rusia dan China? Semua negara ini tidak mewakili kepentingan kaum Muslimin. Semua negara ini adalah negara penjajah, yang berusaha membagi wilayah jajahan negeri kaum muslimin dan mendapat sokongan legitimasi dari PBB.

PBB sendiri mulanya LBB, adalah organisasi yang dibentuk negara-negara kristen Eropa untuk menghadapi kekuatan Khilafah umat Islam. Lalu, bagaimana mungkin umat Islam saat ini diajak menyerahkan leher kepada PBB untuk disembelih oleh Amerika dan barat?

Sudahlah, tidak usah mencari jalan baru, fiqh baru, yang belum terbukti hasilnya. Alih-alih membangkitkan umat Islam, Fiqh Baru ini dapat dikategorikan sebagai Fiqh Bid'ah, yang hanya akan menjadi alat hegemoni Amerika dan barat terhadap dunia Islam. 

Konsisten saja dengan jalan Islam, dengan meneladani Rasulullah SAW dan para Kulafaur Rasyidin. Tetap Qona'ah dalam perjuangan mengembalikan kejayaan Islam dan kaum muslimin dengan istiqomah berjuang untuk kembali menegakkan Khilafah. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Pejuang Khilafah

Selasa, 22 November 2022

Rencana Pembebasan PBB Sawah, Apakah Solusi Sejahterakan Petani?

Tinta Media - Bupati Bandung HM Dadang Supriatna dengan moto pembangunan 'bedas' akan menggulirkan kebijakan pembebasan pajak bumi dan bangunan (PBB) pada sejumlah lahan sawah yang dinilai layak di Kabupaten Bandung. Kebijakan ini digulirkan untuk meringankan beban petani. Selain itu, langkah tersebut merupakan wujud komitmennya dalam menjaga ketahanan pangan di Provinsi Jabar.

Indonesia adalah negara agraris dengan lahan pertanian yang luas serta sumber daya alam yang melimpah. Sehingga,  sebagian mata pencaharian penduduknya adalah di sektor pertanian. 

Pertanian menjadi salah satu sektor penopang perekonomian negara dan menjadi faktor tercapainya ketahanan pangan. Namun, apakah kebijakan pemerintah  membebaskan PBB pada sejumlah lahan pertanian, seperti lahan sawah yang dinilai layak di Kabupaten Bandung bisa menjaga ketahanan pangan? 

Pada kenyataannya, lahan persawahan yang ada saat, sebagian besar dimiliki oleh para konglomerat, para pengusaha, dan hanya sebagian kecil yang dimiliki oleh para petani. Bahkan, lahan persawahan di Kota Bandung sudah banyak yang dijadikan perumahan elit. 
Karena itu, bila PBB dibebaskan, maka  tidak menjamin sedikit pun kesejahteraan petani. Ini karena lahan yang dimiliki para petani hanya sebagian kecil saja. 

Padahal, banyak penduduk yang menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Untuk keberlangsungan hidupnya, banyak petani yang menyewa lahan pertanian pada para konglomerat dan para pemilik tanah yang luas. Bahkan, banyak yang menjadi buruh tani bagi yang tidak punya modal. Karena itu, kesejahteraan bagi para petani kian menurun karena keterbatasan modal, lemahnya penguasaan teknologi, hingga lemahnya posisi tawar dalam penjualan hasil panen.

Mengapa semua ini bisa terjadi?  Penyebabnya adalah karena sistem kapitalisme neoliberal yang menggantikan peran negara hingga sekadar sebagai regulator. Sementara, secara operasional diserahkan kepada korporasi. 

Sistem inilah yang menyebabkan ketimpangan ekonomi. Para pemilik modal bisa memiliki aset dan menguasai rantai produksi, distribusi pangan, hingga kendali harga, sementara pemerintah hanya pemulus kebijakan mereka. 

Ketimpangan ini menyebabkan  proses produksi, hingga distribusi pertanian para petani makin dipersulit. Dalam proses produksi, para petani mendapatkan benih, pupuk, pestisida, dan sarprodi yang berkualitas dengan harga yang sangat mahal. Ini disebabkan karena semuanya telah didominasi oleh para korporasi. 

Dalam proses distribusi, pada saat panen raya anjloknya harga disebabkan bermainnya para tengkulak, pengepul, cukong, hingga kartel yang memainkan harga yang merugikan para petani. Upaya pencegahan untuk mengantisipasi semua ini sangat minim. Belum lagi produk impor yang difasilitasi oleh kebijakan pemerintah. 

Keberpihakan pemerintah pada koorporasi ini semakin menambah penderitaan  pada para petani. Semua problematika ini menyebabkan petani hidup dalam kemiskinan tanpa adanya solusi yang tuntas dan benar. 

Tata kelola pertanian yang buruk akibat sistem yang batil dan berbagai program jaminan subsidi yang dikeluarkan pemerintah tak mampu melindungi dan memperbaiki nasib petani. Ini karena subsidi yang diberikan hanyalah obat sesaat yang tidak akan mengobati sumber penderitaan mereka. Namun, itu hanya untuk menutupi kebobrokan sistem kapitalisme yang merugikan rakyat.

Umat butuh solusi tuntas untuk mengatasi problematika ini. Caranya dengan mengganti sistem kapitalisme yang batil ini dengan sistem Islam. Sistem yang berlandaskan pada Al-Qur'an dan as-sunah yang berasal dari Allah Swt. terbukti bisa mengatasi problematika kehidupan manusia. 

Islam memiliki konsep yang jelas untuk memajukan pertanian dan menyejahterakan petani. Pengaturan berada dalam tanggung jawab negara Islam, yaitu khilafah sebagai pelindung dan penjaga bagi rakyat. 

Pertanian wajib dikelola berdasarkan prinsip syari'at Islam, yang akan mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Islam memandang kepemilikan lahan pertanian sejalan dengan  pengelolaannya. Bagi siapa yang mampu mengelolanya, maka dia berhak memiliki tanah tersebut, bila tidak mampu, maka hilanglah kepemilikan tanah tersebut.

Islam melarang untuk menyewakan tanah pertanian dan memberikan dukungan penuh terhadap upaya memaksimalkan pengelolaan tanah. Khilafah akan memberikan bantuan kepada para petani, seperti sarprodi, benih, pupuk, infrasturktur, penunjang modal, teknologi, dan sebagainya untuk memaksimalkan pengelolaan lahan dalam proses produksi. 

Dalam proses distribusi, tawar-menawar harga dilakukan secara adil dan saling rida antara petani dengan pembeli. Mekanisme pasar terjadi secara sempurna tanpa adanya penyimpangan. Politik ekonomi Islam yang sahih dijalankan oleh pemerintah yang amanah. Mereka bertindak sebagai pelayan dan pelindung rakyat, menjadi jaminan berjalannya sektor pertanian yang dinamis dan terus tumbuh, serta menerapkan syari'at Islam secara kaffah. Khilafah terbukti bisa mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia, sehingga Islam akan kembali menjadi rahmatan lil a'lamin. 

Walllahu alam bishawab

Oleh: Elah Hayani
Sahabat Tinta Media

Senin, 11 April 2022

Pengamat: Indonesia Abstain di PBB karena Ingin Tetap Menjaga Hubungan Baik dengan Rusia

https://drive.google.com/uc?export=view&id=19K9EF-Y4QvmPtZHcdLcG3FxfpjhaOrgJ

Tinta Media - Pengamat Politik Internasional Budi Mulyana menilai, abstainnya RI di PBB soal Rusia karena Indonesia ingin tetap menjaga hubungan baik dengan Rusia. "Sikap ini menunjukkan bahwa Indonesia ingin tetap menjaga hubungan baik dengan Rusia,"tuturnya kepada Tinta Media, Ahad (10/3/2022).

Namun, menurutnya hal ini juga tidak serta merta tunduk kepada kemauan AS dan sekutunya.
"AS dan sekutunya memanfaatkan case ini untuk membangun opini yang menyudutkan Rusia. Namun semua masih samar," imbuhnya.

Budi menjelaskan krisis Ukraina adalah pertarungan kepentingan AS di Eropa yang kebetulan bersinggungan dengan eksistensi Rusia di kawasan. "Tidak ada imbas secara langsung bagi Indonesia dan negeri-negeri Muslim lainnya," ujarnya.
Ia menegaskan tidak ikut serta mendukung salah satu pihak adalah pilihan terbaik yang dapat dipilih. Namun dengan tetap mengamati kemungkinan perubahan-perubahan arah dalam politik global. "Karena yang ‘bertarung’ adalah negara-negara yang memiliki posisi dalam konstelasi politik global, Rusia dan AS," pungkasnya.[]Nita Savitri
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab