Tinta Media: Opini Tokoh
Tampilkan postingan dengan label Opini Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini Tokoh. Tampilkan semua postingan

Selasa, 10 September 2024

Agar Tak Terjebak Sindrom 'Pada Hari Minggu' (Macam-Macam Teras Berita)

Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota/ Naik delman istimewa kududuk di muka//

Kududuk samping Pak Kusir yang sedang bekerja/ Menggendali kuda supaya baik jalannya//

Tuk, tik tak, tik tuk, tik tak, tik tuk..../ Tuk, tik tak, tik tuk, suara sepatu kuda//


Tinta Media - Lagu di atas sudah tidak asing lagi di telinga kita, bahkan banyak di antara kita yang sudah hafal sejak kecil. Maka ketika membuat berita, memori di bawah alam sadar kita pun muncul sehingga “waktu” atau when (kapan) menjadi kalimat awal yang dituliskan dalam teras (lead). Bila mayoritas tulisan kita diawali dengan teras waktu, berarti kita terkena sindrom Pada Hari Minggu.  

Sebenarnya bukan tidak boleh menggunakan “waktu” sebagai kalimat awal dalam pemberitaan, baik straight news (berita lugas/rekonstruksi kejadian yang langsung pada pokok permasalahan) maupun feature (karangan khas/rekonstruksi kejadian yang dikemas dalam bentuk cerita). Tetapi lebih pas teras waktu (when lead) digunakan bila memang “waktu” itu benar-benar penting atau sangat menentukan dalam rekonstruksi kejadian yang kita tuliskan. Misal, gol yang dicetak beberapa detik sebelum permainan bola berakhir. Maka when lead lebih pas digunakan, untuk menunjukkan bahwa gol itu nyaris tidak sah.

Dari rumus 5 W 1 H saja sudah dapat menghasilkan minimal enam macam teras berita, yaitu: lead: who (siapa), what (ngapain/apa), where (di mana), why (mengapa), how (bagaimana ceritanya) dan tentu saja when (kapan) alias lead waktu. Tapi seperti yang sudah disinggung di awal, jangan sampai terjebak pada sindrom 'Pada Hari Minggu'.

Agar terbebas dari sindrom Pada Hari Minggu, selain menggunakan lead lain (selain lead waktu) pada rumus 5 W 1 H di atas, kita bisa juga membaca dan mempelajari berbagai macam teras (lead) lainnya. Beberapa contoh di bawah ini semoga dapat membantu.

Contoh-Contoh Teras

a. Ringkasan. Seperti namanya, teras ini berupa ringkasan, sehingga pembaca langsung tahu maksud dan tujuannya sejak di awal paragraf. Cocok ditulis bagi yang ingin menyampaikan pesan langsung pada pokok permasalahan baik dalam bentuk straight news maupun feature.

Contoh: Tadinya kiai muda ini mengira syariah dan khilafah hanyalah teori dalam kitab kuning yang tidak mungkin diterapkan, namun setelah berinteraksi dengan Hizbut Tahrir ia pun meyakini syariah dan khilafah akan tegak, dengan atau tanpa dukungannya. (MU 62 SOSOK KH Abdullah [Pimpinan Ponpes Nurul Ulum Jember] Kiai Pejuang Khilafah dari Kota Santri)

Aku disuruh taubat ketika terjebak maksiat. Tapi malah disebut sesat ketika taubat. Tapi aku tetap membulatkan tekat hingga keluargaku pun turut menjadi pejuang syariat. (MU 48 SOSOK: Faisal Rahmat Sitohang [Aktivis HTI Medan] Dari Maksiat Berubah jadi Pejuang Syariat)

b. Bercerita. Menggambarkan satu adegan tertentu saja ---suatu kejadian pada waktu tertentu dengan mendeskripsikan orang dan setting tempat tertentu secara detail. Cocok ditulis bagi yang ingin menyampaikan kronologis kejadian.

Contoh: Puluhan anak-anak begitu gembira saat mereka turun dari kendaraan dan disambut Lengser (salah satu tarian penyambutan) dengan iringan musik tradisional Sunda. Suasana tegang bakda shubuh ketika dikhitan langsung sirna. Wajah mereka ceria secerah pagi itu di bebukitan Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat yang masih asri. (MU 47 ANJANGSANA: Yayasan Islam Al Ittihad Jatinangor Sumedang: Memuliakan Fakir Miskin)

Langkahnya kecil-kecil, perlahan dan sangat hati-hati. Bahkan ketika akan menaiki minibus Kopaja, ia tertegun sejenak, melihat pijakan kaki pintu yang tingginya 30 cm di atas jalan. Sebenarnya, ketinggian seperti itu bagi anak kecil pun tidak ada masalah. Namun bagi seorang ibu yang baru melahirkan, merupakan masalah yang sangat besar. Maka dengan sigap, suaminya langsung menggendongnya masuk ke dalam Kopaja. (Alwaie Edisi Khusus 131 “Kita akan Dukung Terus Hizbut Tahrir”)

c. Deskriptif. Sekilas mirip dengan bercerita. Tapi bagi yang jeli dapat menangkap perbedaannya. Bila bercerita terikat dengan satu adegan, sedangkan deskriptif tidak boleh terikat dengan satu adegan. Teras ini cocok bagi penulis yang ingin memberikan gambaran umum terkait subyek beritanya.

Contoh: Meski sudah melahirkan tiga orang anak, penampilannya masih tomboy: pakai kaos, celana jeans dan sepatu sket bila bepergian. Bila sekedar berada di sekitar rumah atau ke warung, celana pendek dan kaos menjadi favoritnya. “Malu pakai baju perempuan, apalagi pakai kerudung,” ujar Nur Aliyah, warga Jagakarsa, Jakarta Selatan. (Alwaie Edisi Khusus 131 SOSOK: Nur Aliyah [Warga Jagakarsa] Dulu Tomboy, Kini Aktivis Dakwah)

Kata umpatan dan makian sering ia lontarkan ketika berdiskusi melalui internet dengan perempuan yang selalu merujuk pada Al-Qur’an itu. Di antaranya: Kamu gila sama buku kamu; Kamu sudah menikah dengan buku! Lebih baik tidak usah menikah dengan laki-laki; dan Kamu gila, kamu sesat. “Saya chatting di internet ini untuk cari istri bukan cari buku,” hardik Reed dalam bahasa Inggris pada perempuan yang kelak menjadi istrinya itu. (MU 46 SOSOK: Sabastian Reed [Mualaf Asal Australia] Jodoh Membawa Hidayah)

d. Pertanyaan. Seperti namanya, teras ini dimulai dengan kalimat tanya. Lihat contoh yang digarisbawahi. Tujuannya, untuk menyambungkan informasi yang akan disampaikan dengan informasi yang ada di benak pembaca.

Contoh: Masih ingat Idries De Vries? Mualaf asal Belanda. Kisah masuk Islamnya pernah dimuat Media Umat pada edisi 8. Pada 2002, saat usainya 24 tahun, ia mengucapkan dua kalimat syahadat lantaran membaca terjemah Al-Qur’an Surat Maryam mengenai perkataan-perkataan yang diucapkan kaum Nasrani tentang Nabi Isa as serta ke-Mahakuasaan Allah SWT untuk menciptakan segala sesuatu, termasuk menciptakan Nabi Isa as tanpa bapak biologis. (MU 55 SOSOK Idries De Vries [Mualaf Asal Belanda] Belajar Bahasa Arab untuk Dekati Allah)

Siapa yang tidak takut masuk ke medang perang? Wajar jika rasa itu ada. Tapi dari pengalaman di Maluku, saya sudah membangun pandangan bahwa kematian itu hanya ditentukan oleh Allah SWT. Dan kematian yang paling mulia itu syahid. Itu besar faidahnya bagi kita dan keluarga kita. Tapi tentu jangan asal mau mati syahid tanpa ada persiapan dan tahu syariatnya. (MU SOSOK dr Joserizal Jurnalis [Ketua Presidium MerC] Hidup Jadi Lebih Mudah)

e. Menuding. Dicirikan dengan menyebut (menuding) pembaca pada awal kalimat dengan menyebutkan kata ganti pembaca, misalnya, anda, kamu dan lain-lain. Tujuannya sama dengan teras pertanyaan. Bentuknya bisa kalimat seru atau juga kalimat tanya. Bedanya dalam teras pertanyaan tidak menyinggung kata ganti pembaca.

Contoh: Pernahkah Anda membayangkan bagaimana sulitnya seorang tunanetra mencari buku yang dapat dibaca? Tentu saja buku yang dimaksud adalah buku dengan huruf Braille, sejenis sistem tulisan sentuh yang digunakan oleh orang buta. Maka pernah tercetus dalam benakku untuk mencoba mengonversi kitab-kitab Hizbut Tahrir dalam versi Braille namun urung kulakukan lantaran terkendala kepraktisan dan biaya. 

Bayangkan, Al-Qur’an saja yang mushaf-nya bisa Anda masukkan dalam saku atau bahkan dalam program di HP, maka 30 juz Al-Qur’an Braille terdiri dari 30 jilid. Bila ditumpuk besar dan tebalnya setara dengan satu dus televisi 21 inci. Harganya pun tidak murah. Perjilidnya sekitar 1,25 juta rupiah. Jadi kalau ingin mendapatkan 30 jilid, sekitar 37,5 juta uang yang harus dikeluarkan. (MU 51 SOSOK: Entis Sutisna [DPP Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia] Pejuang Khilafah dalam Gelapnya Dunia)

f. Kutipan. Dicirikan dengan mengutip pernyataan subyek tulisan yang dianggap menarik atau pun penting. Teras ini serinh juga digunakan untuk menulis straight news.

“Kalau topeng demokrasi dapat kita runtuhkan maka besok khilafah dapat ditegakkan serta jangan lagi kita robah jalan hidup kita, ihdinash shiraathal mustaqiim.” (MU 97 SOSOK: Uu Hamidy [Budayawan Melayu] Melayu Butuh Solusi Namun Bukan Demokrasi)

f. Gabungan. Kombinasi dari beberapa teras. Tujuannya untuk menyatukan kekuatan masing masing teras yang disatukan.

Contoh: gabungan cerita dan ringkasan.

Kapal pun berlabuh di Bahrain. Salah seorang penduduk Bahrain menanyakan darimana asalnya. Ia menjawab “I’m from Indonesia.” Kemudian si penyapa pun berkata, “Indonesia? Oh, you are my brother!” Ia bingung, kenapa dirinya dianggap saudara. Kebingungannya terjawab kelak setelah ia masuk Islam. (MU 56 SOSOK: I Gusti Oka [Mualaf Asal Bali] Menuju Kobe, Hatinya Berlabuh pada Islam)

Contoh: gabungan kutipan dan cerita.

“Hidup sejahtera di bawah naungan khilafah,” dengan senandung khas logat Arab-Aceh Gayolues, para penari saman yang terus bergerak cepat dan serentak mengikuti irama musik yang harmonis. Tarian yang seolah digerakan oleh satu tubuh karya ulama Aceh Syaikh Saman itu mengawali acara Konferensi Rajab 1432 H, Rabu (29/6) pagi di Stadion Lebak Bulus, Jakarta. (mediaumat.com [1/7/2011] Puncak Gempita Konferensi Rajab 1432 H)

Bagaimana? Sudah ada bayangan untuk membuat lead dalam tulisan Anda? Selamat mencoba!

Oleh: Joko Prasetyo, Angkatan Pertama (1998) Ilmu Jurnalistik Fakultas Dakwah UIN Sunan Gunung Djati Bandung

 

 

Sabtu, 31 Agustus 2024

𝐁𝐄𝐍𝐀𝐑𝐊𝐀𝐇 𝐊𝐈𝐓𝐀 𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐁𝐄𝐍𝐀𝐑-𝐁𝐄𝐍𝐀𝐑 𝐌𝐄𝐑𝐃𝐄𝐊𝐀?

Tinta Media - Benarkah kita sudah benar-benar merdeka? Kalau dari penjajahan secara militer, bolehlah dikata kita sudah merdeka. Bila secara nonmiliter sampai detik ini kita masih dijajah.
.
Kita mesti bersyukur atas merdekanya negeri ini dari penjajahan secara militer. Berkat rahmat Allah SWT dan perjuangan para sultan, ulama dan santri yang memobilisasi jihad maka penjajahan secara militer sudah reda.
.
Namun kita juga mesti tetap berjuang meneruskan perjuangan para sultan, ulama dan santri di masa penjajahan militer tersebut untuk melawan penjajahan nonmiliter yang masih berlangsung hingga saat ini bahkan semakin mencengkeram di berbagai bidang. Mulai dari ideologi, politik, ekonomi, pendidikan, pergaulan, pemerintahan, hiburan, hubungan internasional, dan lain sebagainya.
.
Karena, Allah SWT juga mewajibkan kita untuk menerapkan syariat Islam secara kaffah, haram kalau hanya setengah-setengah. Apalagi sampai mempersekusi dan mengkriminalisasi dakwah penerapan syariat Islam secara kaffah, lebih haram lagi.
.
Maka, kita akan benar-benar merdeka secara hakiki bila di semua bidang tersebut hanya diatur pakai aturan Islam saja. Selama diatur pakai aturan buatan manusia, apalagi pada faktanya ternyata manusia yang membuatnya adalah kafir penjajah, sudah barang tentu kita belumlah merdeka.
.
Saatnya kita mengevaluasi, apakah ritual perayaan kemerdekaan tiap tahun ini dapat membuat kita sadar akan realitas yang sebenarnya bahwa kita ini masih terjajah di sektor nonmiliter?
.
Apakah lomba makan kerupuk dengan berdiri dan tergesa-gesa, serta tangan tidak boleh memegang kerupuk akan menyadarkan akan penjajahan di berbagai bidang tersebut? Yang pasti itu menyalahi adab Islam dalam tata cara makan.
.
Apakah lomba panjat pinang dengan memperlihatkan pusar dan paha untuk memperebutkan harta secuil itu akan membuat kita kompak melawan penjajahan di bidang ekonomi? Yang pasti menyalahi ajaran Islam yang mewajibkan menutup aurat secara sempurna.
.
Apakah main sepak bola bapak-bapak dengan mengenakan daster istrinya masing-masing akan membuat bangsa ini sadar untuk memperjuangkan tegaknya syariat Islam secara kaffah? Yang pasti itu perbuatan maksiat karena haram lelaki menyerupai perempuan maupun perempuan menyerupai lelaki.
.
Apakah lomba tarik tambang itu akan membuat tambang emas, tambang minyak, tambang batu bara, tambang lainnya yang kini dirampok habis-habisan oleh kafir penjajah dan oligarki itu akan menumbuhkan kesadaran bahwa semua tambang itu dalam pandangan Islam wajib dikelola oleh negara haram diserahkan kepada swasta apalagi asing? Enggak, sama sekali enggak.
.
Bahkan bila dalam berbagai permainan dan perlombaan yang dilakukan itu hukum asalnya adalah mubah (boleh), bisa menjadi haram bila dilakukan dalam rangka merayakan kekufuran.
.
Merayakan berdirinya negara bangsa, dengan dasar sekularisme dan sistem yang diterapkannya buatan manusia itu jelas perbuatan yang sangat diharamkan karena sama saja dengan merayakan tegaknya ikatan dan sistem kufur.
.
Mirisnya, ritual maksiat ini dilakukan setiap tahun oleh kaum Muslim. Sampai kapan akan terus seperti ini? Kapan akan sadarnya? Kapan akan sadarnya bahwa ritual ini sama saja dengan merayakan pelanggengan penjajahan secara nonmiliter?
.
Sudah saatnya mempelajari Islam secara kaffah hingga ke masalah ideologi, pemerintahan, politik, ekonomi, pendidikan, pergaulan, hubungan luar negeri dan lainnya. Kemudian sama-sama berjuang untuk menegakkannya. Bila hanya ibadah mahdhah saja yang dipelajari, apalagi ibadah mahdhah juga ogah, maka sampai kiamat pun kita tidak akan pernah merdeka secara hakiki. 𝑊𝑎𝑙𝑙𝑎ℎ𝑢 𝑎’𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑠ℎ 𝑠ℎ𝑎𝑤𝑎𝑏.[]
.
.
Depok, 20 Muharram 1444 H | 18 Agustus 2022 M
.
.
Joko Prasetyo
Jurnalis

Selasa, 28 Mei 2024

Jangan Lewatkan Empat Poin Ini Bila Kasus Vina Cirebon Akan Diusut Ulang

Tinta Media - Penanganan hukum kasus pembunuhan dan pemerkosaan Vina Cirebon memang harus diusut ulang untuk mengakhiri segala spekulasi dan memberikan rasa keadilan bagi keluarga korban maupun publik. Bila diusut ulang, maka saran saya jangan lewatkan empat poin di bawah ini.

𝑷𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂, 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒑𝒂𝒓𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒑𝒐𝒍𝒊𝒔𝒊𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏𝒈𝒊 𝒌𝒂𝒔𝒖𝒔 𝒊𝒏𝒊 𝒅𝒊𝒎𝒊𝒏𝒕𝒂𝒊 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒋𝒖𝒋𝒖𝒓, 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒑𝒂 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒊𝒕𝒖 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒎𝒂𝒕𝒊𝒏𝒚𝒂 𝑽𝒊𝒏𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚 (𝑬𝒌𝒚) 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒌𝒆𝒄𝒆𝒍𝒂𝒌𝒂𝒂𝒏 𝒕𝒖𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒐𝒕𝒐𝒓.

Pernyataan tersebut tentu saja menimbulkan setidaknya dua kemungkinan: (1) apakah pernyataan tersebut tercetus karena aparat malas menindaklanjuti kematian Vina dan Eky? (2) apakah pernyataan itu muncul karena ada pihak yang menginginkan kasus kematian Vina dan Eky tidak terungkap?

Pasalnya, keluarga korban langsung menemukan kejanggalan ketika melihat luka-luka di tubuh kedua korban yang lebih menunjukkan luka karena dibunuh ketimbang kecelakaan bermotor. Di tambah lagi motor dan ponsel korban masih utuh. Lha, keluarga korban saja yang bukan aparat kepolisian bisa curiga begitu? Tapi mengapa polisi menganggap itu semua karena kecelakaan tunggal bermotor?

Maka, yang mana pun kemungkinannya, pihak kepolisianlah yang dipersalahkan publik karena tidak menjalankan tugasnya dengan baik dan benar. Sehingga kasusnya menjadi berlarut-larut seperti sekarang ini.

Namun, bila jawabannya yang kedua, setidaknya aparat yang mengusut sekarang memiliki titik terang karena bisa menggali keterangan lebih lanjut siapa yang menyuruh mereka saat itu untuk menutup-nutupi fakta sebenarnya terkait kematian Vina dan Eky.

𝑲𝒆𝒅𝒖𝒂, 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌𝒂𝒏 𝑳𝒊𝒏𝒅𝒂 (𝒕𝒆𝒎𝒂𝒏 𝑽𝒊𝒏𝒂) 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒅𝒊𝒎𝒊𝒏𝒕𝒂𝒊 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒋𝒖𝒋𝒖𝒓. 𝐒𝐚𝐚𝐭 𝐢𝐭𝐮, 𝐋𝐢𝐧𝐝𝐚 𝒅𝒊𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕-𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕 𝒌𝒆𝒔𝒖𝒓𝒖𝒑𝒂𝒏 𝒂𝒓𝒘𝒂𝒉 𝑽𝒊𝒏𝒂, 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒌𝒆𝒔𝒖𝒓𝒖𝒑𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒓𝒘𝒂𝒉 𝑽𝒊𝒏𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝑽𝒊𝒏𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑬𝒌𝒚 𝒎𝒂𝒕𝒊 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒅𝒊𝒃𝒖𝒏𝒖𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒌𝒐𝒔𝒂 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒑𝒂𝒓𝒂 𝒑𝒆𝒍𝒂𝒌𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒍𝒊𝒃𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝟏𝟐 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈. 

Apakah Linda benar-benar kesurupan atau pura-pura kesurupan? Kalau ternyata pura-pura kesurupan, maka Linda bisa dimintai keterangan lebih lanjut apakah kronologi kematian Vina dan Eky diketahuinya secara langsung atau ada orang lain yang memberi tahu. Dengan demikian, aparat yang menangani saat ini bisa mendapatkan titik terang akan kasus ini.

Kalau benar-benar kesurupan, ya memang kronologi versi kesurupan itu tidak bisa ditindaklanjuti. Kalau benar-benar kesurupan, sejatinya Linda bukan kesurupan arwah Vina tetapi bisa jadi kesurupan jin qarin (pendamping) Vina atau jin lainnya. Karena arwah (ruh sih yang benar, bukan arwah) Vina ada di alam barzakh dan terhalang dinding barzakh sehingga tidak bisa masuk ke dunia ini lagi apalagi sampai nyurup ke tubuh orang lain.

𝑲𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂, 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒍𝒂𝒑𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒑𝒊𝒅𝒂𝒏𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓-𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒊𝒃𝒂𝒕 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒑𝒆𝒎𝒃𝒖𝒏𝒖𝒉𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒎𝒆𝒓𝒌𝒐𝒔𝒂𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒌𝒂𝒔𝒖𝒔 𝑽𝒊𝒏𝒂 𝑪𝒊𝒓𝒆𝒃𝒐𝒏.

Pasalnya, Saka Tatal (salah seorang terpidana) dengan tegas mengatakan dirinya tidak terlibat. Dirinya hanyalah korban salah tangkap. Karena tidak tahan dengan siksaan yang diberikan saat interogasi akhirnya dia terpaksa mengakui perbuatan yang sama sekali tidak dilakukannya.

Kalau benar Saka Tatal korban salah tangkap, maka tidak menutup kemungkinan, beberapa atau bahkan semua dari delapan terpidana kasus ini merupakan korban salah tangkap juga. Apalagi semua terpidana kompak mengubah BAP-nya ketika kasusnya dilimpahkan ke Jawa Barat.

Mereka semua kompak (dalam perubahan BAP) menyatakan tidak terlibat kasus tersebut dan sama sekali tidak kenal dengan ketiga DPO, yakni Pegi alias Perong alias Egi,  Andi, dan Dani.

Egi lelaki yang menurut versi kesurupan adalah otak dari pembunuhan dan pemerkosaan karena tidak terima dirinya diludahi Vina ketika cintanya ditolak. Sedangkan Dani, dispekulasikan sebagai anaknya Bupati Cirebon saat itu. Ingat, baru spekulasi dan itu dibantah istri mantan Bupati Cirebon tersebut.

Kalau ternyata salah tangkap, tentu saja nama baiknya harus dipulihkan dan polisi harus kerja keras lagi mencari para pelaku sebenarnya.

𝑬𝒎𝒑𝒂𝒕, 𝒅𝒂𝒕𝒂 𝒇𝒐𝒓𝒆𝒏𝒔𝒊𝒌. 𝑷𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒇𝒐𝒕𝒐-𝒇𝒐𝒕𝒐 𝒅𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔 𝒅𝒐𝒌𝒕𝒆𝒓 𝒇𝒐𝒓𝒆𝒏𝒔𝒊𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏𝒊 𝒋𝒆𝒏𝒂𝒛𝒂𝒉 𝑽𝒊𝒏𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑬𝒌𝒚 𝒎𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒂𝒅𝒂 𝒃𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒐𝒌𝒕𝒆𝒓 𝒇𝒐𝒓𝒆𝒏𝒔𝒊𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒅𝒊𝒎𝒊𝒏𝒕𝒂𝒊 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌𝒂𝒏:

(1) Apakah luka-luka itu luka-luka kecelakaan tunggal bermotor atau luka-luka karena pembunuhan?

(2) Apakah sperma di area intim Vina itu sperma Eky (pacarnya Vina) atau sperma lelaki lain (orang-orang yang memperkosa Vina secara bergilir)?

Dengan demikian, semoga kasus yang menyita perhatian publik se-Indonesia pasca ditayangkannya film horor 𝑉𝑖𝑛𝑎: 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑇𝑢𝑗𝑢ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑖 (2024) ini, dapat terungkap dengan jelas:

(1) apakah benar kecelakaan tunggal ataukah dibunuh sebelas pelaku [versi diduga kesurupan Linda sih 12 ya]; (2) apakah benar diperkosa [oleh para pelaku] ataukah suka sama suka [oleh pacar]; (3) apakah delapan dari sebelas pelaku itu benar-benar pelaku atau salah tangkap; dan

(4) tiga DPO (Pegi alias Perong alias Egi, Andi, dan Dani) dapat ditangkap dan diproses secara hukum. Jangan lupa, lengkapi dengan fotonya, masa sudah ditetapkan sebagai DPO enggak ada fotonya? Jadi, terkesan main-main. Apalagi, penetapannya sebagai DPO baru ditetapkan sekarang (sejak kasusnya berlalu delapan tahun silam). Kalau kasus Vina Cirebon tidak dibuat film, apakah ketiga orang itu akan ditetapkan sebagai DPO? 𝑊𝑎𝑙𝑙𝑎ℎ𝑢’𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑠ℎ-𝑠ℎ𝑎𝑤𝑤𝑎𝑏. []

Depok, 12 Dzulqaidah 1445 H | 21 Mei 2024 M

Oleh: Joko Prasetyo

Jurnalis

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab