Tinta Media: Nuzulul Qur’an
Tampilkan postingan dengan label Nuzulul Qur’an. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nuzulul Qur’an. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 April 2023

Ramadhan, Bulan Turunnya Al-Qur'an

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Buya Adillin Bin Husein menjelaskan bulan ramadhan merupakan waktu yang bertepatan dengan diturunkannya Al-Qur'an.

"Bulan Ramadhan disebut sebagai sahru Qur'an atau bulan Al-Qur'an, bulan diturunkannya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW, tepat pada malam qadar, pada saat lailatul qadar," tuturnya dalam Kajian I'tikaf malam ke 21 di masjid Nurussalam Villa Ciomas, Bogor, Selasa (11/04/2023).

Menurutnya, lailatil mubarokatul itu adalah malam lailatul qadar atau pertengahan syaban. "Al-Qur'an diturunkan dari umil kitab di langit ke tujuh ke langit dunia yang itu sudah selesai, tidak akan terulang lagi, tetapi fadhillah malam lailatul qadarnya masih ada yakni setiap ibadah kaum muslimin di bulan Ramadhan, Allah SWT nilai dengan 1000 bulan," ujarnya. 

"Dari baiti izzah Al-Qur'an tidak langsung turun kepada Nabi Muhammad Saw, Al-Qur'an Allah SWT turunkan pertama kali di masa yang mana Allah turunkan tidak sampai beritanya kepada kita, sampai kemudian datang Nabi Muhammad Saw lebih kurang abad tahun 7 Masehi," tambahnya.

Ia mengatakan, di Baiti Izzah, Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw secara bertahap selama 23 tahun, tidak sekaligus disesuaikan dengan peristiwa yang terjadi dengan asbabun nuzul, sehingga jelas tertanam kuat di dalam jiwa para sahabat masa itu. Tidak semua para sahabat masa itu bisa membaca dan menulis termasuk Nabi Muhammad Saw karena Nabi umi, sehingga nabi meminta sahabat yang bisa mencatat untuk mencatatnya. "Di kemudian hari kita tahu itulah tujuan Allah SWT. Seandainya nabi bisa baca dan tulis maka ketika turunnya Al-Qur'an orang akan menyebut Al-Qur'an merupakan karangan Nabi Muhammad yang disalin dari kitab sebelumnya yakni kitab Yahudi dan Nasrani," bebernya. 

Kyai Adilin mengungkapkan ada 2 fase dalam turunnya Al-Qur'an di bulan Ramadhan.

"Pertama, Al-Qur'an diturunkan ke lauhil mahfudz, tepatnya di langit ke tujuh. Kedua, dari lauhil Mahfudz Allah SWT turunkan ke Baitul Izzah langit paling bawah yaitu langit dunia, langit yang paling terlihat dari dunia adanya bintang, bulan, dan semua yang terlihat di dunia," ungkapnya. 

Ia menuturkan, rahasia Al-Qur'an diturunkan di langit dunia yang paling bawah dalam waktu yang lama adalah sebagai tanda mengumumkan kepada para penghuni 7 langit bahwa Al-Qur'an merupakan kitab terakhir yang diturunkan kepada penutup para nabi. "Ditahan dulu di langit dunia agar seluruh penduduk langit, para nabi dan para malaikat tahu bahwa inilah kitab terakhir. Inilah yang kita kenal sebagai lahirnya malam Alquran yang diingat seluruh kaum muslimin sebagai malam Lailatul Qadar," terangnya. 

Lebih lanjut, Kyai Adilin menyampaikan dari Imam Al bakr RA berkata, segala sesuatu punya musim semi dan musim seminya Al-Qur'an jatuh pada bulan Ramadhan. "Bila mereka mengenal adanya empat musim maka yang paling mudah itu adalah musim semi karena di musim itu pohon berbunga, dan daun mekar kembali, suasana tidak panas juga tidak dingin. Dalam Al-Qur'an itu terjadi pada bulan Ramadhan dimana di setiap rumah membacakan Al-Qur'an setiap masjid membacakan Al-Qur'an," ujarnya. 

Menurutnya, sesuatu yang berhubungan dengan Al-Qur'an akan dimuliakan baik apakah yang berhubungan orang per orang, baik masyarakat atau benda sekali pun. Kertas itu biasa, tapi ketika digunakan untuk menulis Al-Qur'an namanya menjadi mushaf, menyentuh dan membacanya harus dalam kondisi berwudhu. Juga kulit kambing, ketika dia menjadi cover Al-Qur'an maka dia akan disimpan di tempat yang paling baik tidak sembarangan.

"Begitu pula manusia, baik dia sebagai individu, keluarga, masyarakat, bahkan bangsa atau negara mereka akan mulia kalau taat dan berinteraksi serta hidup dengan Al-Qur'an," tegasnya.[] Pakas

Rabu, 12 April 2023

Dr. Faqih: Sebagai Kalamullah, Al-Qur'an Harusnya Jadi Pedoman Hidup

Tinta Media - Intelektual Muslim Dr. N. Faqih Syarif H., M.Si. menyatakan, sebagai kalamullah, Al-Qur’an seharusnya menjadi pedoman kehidupan bukan sebatas bacaan.

“Al-Qur’an itu kalamullah, Al-Qur’an itu kitab suci! Harusnya menjadi pedoman hidup. Tetapi hari ini, faktanya hanya sebagai bacaan,” ujarnya dalam program Islamic Digest - Spesial Nuzulul Qur'an: Membumikan Al-Qur'anul Karim, di kanal YouTube Kaffah Channel, Jumat (7/4/2023).

Ia menjelaskan, saat ini Al-Qur'an belum menjadi ruh kesadaran hubungan manusia sebagai hamba Allah SWT karena belum dijadikan sebagai aturan kehidupan. 

”Budaya baca Al-Quran di bulan Ramadan belum atau tidak bisa dijadikan ukuran (secara umum) bahwa masyarakat telah mencintai dan membumikan Al-Qur'an,” jelasnya.

“Karena menurut data di Indonesia, faktanya yang tidak bisa membaca Al-Qur’an itu sampai 65-70%. Jadi yang bisa membacanya hanya ada sekitar 30%,” imbuhnya.

Dr. Faqih mengungkapkan, ada juga Al-Qur’an yang tidak dibaca sebagai bentuk ibadah tapi malah dijadikan sebagai jimat dan diperjual-belikan. Bahkan dijadikan alat sumpah jabatan, sedangkan yang terkandung di dalamnya diabaikan layaknya guyonan.

“Sudah jelas dinyatakan oleh Allah bahwa Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, tapi masih banyak umat Islam yang tidak mau diatur dengan Al-Qur’an dan lebih mau diatur dengan sistem Demokrasi Kapitalisme seperti saat ini yang tidak menggunakan sistem atau hukum-hukum Al-Qur’an,” ungkapnya.

Ia pun mengingatkan, di sinilah penting adanya dakwah yang terus-menerus mengedukasi masyarakat dengan Islam yang sesungguhnya, yaitu Islam sebagai way of life dan yang menyadarkan masyarakat bahwa Al-Qur’an adalah pedoman kehidupan, bukan sebatas kitab bacaan.

“Memang betul membacanya saja sudah ada pahalanya, tapi kemudian harus terus ditanamkan bahwa Islam yang bersumber dari Al-Qur’an adalah sebuah pandangan hidup, bukan sekadar ajaran ritual,” pungkasnya. [] Muhar
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab