Tinta Media - Masih ingat ๐๐๐ karangan khas (๐๐๐๐ก๐ข๐๐ ๐๐๐ค๐ /FN) itu apa? Seperti yang sudah dibahas pada artikel yang berjudul ๐๐๐๐ ๐๐๐๐ข๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐ก๐๐ค๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ข๐๐โ ๐๐๐๐๐๐๐ (silakan klik https://bit.ly/3TdiUCG), FN merupakan rekonstruksi suatu peristiwa dalam bentuk cerita yang membuat pembaca seolah-olah berada dalam kejadian tersebut (๐๐๐๐ก๐ข๐๐/membayangkan).
.
Pertanyaannya, lantas bagaimana agar pembaca seolah-olah berada di lokasi tempat peristiwa itu terjadi dan seakan menyaksikan kejadiannya? Ya tentu saja si penulis mereka ulang adegan-adegan yang terjadi dalam peristiwa tersebut dalam berbagai bentuk kalimat cerita. Bila tulisan dianalogikan dengan rekaman video, maka penulis kembali ke masa peristiwa itu berlangsung lalu merekamnya. Kemudian video tersebut ditayangkan kepada pembaca pada saat ini.
.
Contoh kasus, saya hendak mengajak Anda pada peristiwa pendangkalan akidah yang terjadi di SMK Grafika Desa Putera yang terjadi pada 2005. Maka, dengan berbekal ‘kamera’ dan ‘mesin waktu’ saya masuk pada peristiwa tersebut melalui ‘portal’ berupa wawancara dengan salah satu aktor/tokoh yang terlibat yakni Guru Agama SMK Borobudur Cilandak KKO H Ace Suhaeri pada awal Februari 2012 di Jagakarsa, Jakarta Selatan.
.
‘Video’ rekamannya bisa Anda baca dari paragraf pertama hingga paragraf keenam FN ๐ด๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐ด๐๐๐๐โ ๐๐ ๐๐๐พ ๐บ๐๐๐๐๐๐ ๐ท๐๐ ๐ ๐๐ข๐ก๐๐๐ (silakan klik https://bit.ly/3zSQ2t3). Apakah adegan pada 2005 tersebut terbayang di benak Anda? Bila jawabannya iya, berarti saya telah berhasil mengajak Anda ke masa lalu dengan menggunakan ‘mesin waktu’.
.
Jadi, kejadian di masa lalu (sedetik sebelum ditulis pun termasuk masa lalu ya), disampaikan ulang oleh penulis kepada pembaca. Sesuai definisinya, FN itu rekonstruksi peristiwa yang disampaikan dalam bentuk cerita.
.
FN itu โ๐๐๐ฆ๐ menyampaikan kejadian ๐ ๐๐๐. (โ๐๐๐ฆ๐ dan ๐ ๐๐๐, kalau dalam bahasa Arab ini disebut taukid [penguatan]. Kalau dalam bahasa Indonesia ini termasuk pemborosan kata. Maksud saya sih, penguatan ya bukan pemborosan, he… he…).
.
๐ป๐๐๐๐๐๐๐๐:
Untuk mengambarkan (feature) sedemikian rupa agar seolah-olah pembaca berada di lokasi kejadian dan menyaksikan peristiwa dimaksud.
.
๐ช๐๐๐-๐๐๐๐๐๐๐:
- Semua kalimat yang digunakan baik kalimat langsung maupun tidak langsung hanya kalimat-kalimat yang menginformasikan semua kejadian di waktu itu saja, bukan di waktu lainnya.
.
- Dialog atau pernyataan dalam kalimat langsung yang disampaikan pun hanya dialog atau pernyataan tokoh dalam peristiwa tersebut dan ditujukan kepada tokoh lainnya saat itu yang sama-sama ada dalam peristiwa tersebut. Bukan ditujukan kepada reporter/penulis ataupun pembaca naskah FN tersebut.
.
Sekilas membuat paragraf bercerita semacam itu mudah namun pada praktiknya tidak jarang penulis malah terjebak kepada dua hal. ๐๐๐๐ก๐๐๐, salah pilih waktu kejadian. ๐พ๐๐๐ข๐, salah memilih gaya tulisan.
.
.
๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐
.
Waktu kejadian ada dua macam. ๐๐๐๐ก๐๐๐, waktu kejadian yang sesungguhnya alias waktu kejadian ketika peristiwa itu berlangsung. ๐พ๐๐๐ข๐, waktu kejadian ketika reporter/penulis mewawancarai narasumber atau mengutip daftar pustaka (teks, audio, foto, video, audio visual) terkait kejadian pada poin pertama.
.
Nah, menulis FN yang benar adalah menggunakan tulisan gaya bercerita yang benar-benar masuk ke waktu kejadian poin pertama di atas, bukan poin kedua.
.
Jadi, bila bermaksud merekonstruksi peristiwa pendangkalan akidah yang terjadi pada 2005, maka paragraf yang dibuat haruslah benar-benar paragraf yang merekonstruksikan kejadian pada 2005, bukan merekonstruksikan kejadian pada 2012 saat narasumber menceritakan pendangkalan akidah yang terjadi pada 2005.
.
๐๐จ๐ง๐ญ๐จ๐ก-๐๐จ๐ง๐ญ๐จ๐ก
.
๐ช๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐
๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐
๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐
๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐
๐๐๐ (2005).
.
.
Meskipun agak risih, namun H Ace Suhaeri, diam dan mendengarkan salah seorang siswa yang berdiri dan memimpin doa sekitar 20 siswa dengan membentuk salib oleh tangan ke kepala dan bahu, sesaat sebelum ujian nasional (UN) dimulai di SMK Grafika Desa Putra, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
.
.
Inilah yang dimaksud dengan paragraf bercerita yang tepat dalam memilih waktu. Karena ketika menargetkan merekonstruki kejadian di 2005 maka direkonstruksikanlah kejadian pada 2005, bukan merekonstruksikan kejadian 2012 saat wawancara tentang kejadian 2005.
.
๐ช๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐
๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐
๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐๐๐
๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐
๐๐๐ (2005), ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ (2012).
.
.
๐ ๐๐๐ ๐๐ฎ๐ก๐๐๐ซ๐ข ๐๐๐ซ๐๐๐ซ๐ข๐ญ๐, dirinya diam dan mendengarkan salah seorang siswa yang berdiri dan memimpin doa sekitar 20 siswa dengan membentuk salib oleh tangan ke kepala dan bahu, sesaat sebelum ujian nasional (UN) dimulai di SMK Grafika Desa Putra, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Padahal, dirinya merasa risih melihat kejadian tersebut.
.
.
Jelas sekali frasa yang ditebalkan itu menunjukkan waktu saat wawancara berlangsung (2012). Ini yang dimaksud dengan salah memilih waktu kejadian. Jadi, si penulis bukannya mengajak pembaca ke tahun 2005 tetapi malah ke tahun 2012.
.
Frasa “bercerita” itu juga merupakan indikasi Ace sedang bercerita, tentu saja bila “Ace sedang bercerita” menunjukkan peristiwa kejadian 2012. Bercerita kepada siapa? Tentu saja kepada reporter/penulis atau pembaca.
.
๐ช๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐
๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐
๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐
๐๐๐ (2005).
.
.
Ace pun penasaran dan ingin tahu, apakah ada di antara siswa di kelas itu yang beragama Islam. “๐๐ฉ๐๐ค๐๐ก ๐ค๐๐ฅ๐ข๐๐ง ๐ฌ๐๐ฆ๐ฎ๐๐ง๐ฒ๐ ๐๐๐ซ๐๐ ๐๐ฆ๐ ๐๐ซ๐ข๐ฌ๐ญ๐๐ง?” ๐ฉ๐๐ง๐๐ข๐ง๐ ๐๐๐.
.
.
Namun, betapa kagetnya dia ketika mendengar jawabannya. “๐๐ง๐ ๐ ๐๐ค, ๐๐๐ก๐ค๐๐ง ๐๐ข ๐ซ๐ฎ๐๐ง๐ ๐๐ง ๐ข๐ง๐ข ๐ฌ๐๐ฆ๐ฎ๐๐ง๐ฒ๐ ๐๐ฎ๐ฌ๐ฅ๐ข๐ฆ!” ๐ฎ๐ง๐ ๐ค๐๐ฉ ๐ฌ๐๐ฅ๐๐ก ๐ฌ๐๐จ๐ซ๐๐ง๐ ๐ฌ๐ข๐ฌ๐ฐ๐.
.
.
Perhatikan kedua kalimat langsung di atas! Dalam paragraf pertama tersebut jelas sekali Ace berbicara kepada siswa-siswi (sesama tokoh dalam cerita pada 2005). Begitu juga dalam paragraf kedua salah seorang siswa di atas, jelas-jelas menjawab pertanyaan Ace (sesama tokoh dalam cerita pada 2005).
.
Inilah yang dimaksud dengan tepat dalam memilih waktu karena ketika menargetkan merekonstruki kejadian di tahun 2005 maka direkonstruksikanlah kejadian pada 2005, bukan merekonstruksikan kejadian 2012 saat wawancara tentang kejadian 2005.
.
๐ช๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐
๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐๐๐
๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐
๐๐๐ (2005), ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ (2012).
.
.
Ace pun penasaran dan ingin tahu, apakah ada di antara siswa di kelas itu yang beragama Islam. “๐๐๐ฒ๐ ๐๐๐ ๐ฉ๐๐ง๐๐ฌ๐๐ซ๐๐ง, ๐ฆ๐๐ค๐ ๐ฌ๐๐ฒ๐ ๐ญ๐๐ง๐ฒ๐ ๐ค๐๐ฉ๐๐๐ ๐ฆ๐๐ซ๐๐ค๐, ‘Apakah kalian semuanya beragama Kristen?’” ujar Ace.
.
.
Ace pun mengaku kaget ketika mendengar jawaban salah seorang siswa. “๐๐๐ฒ๐ ๐ค๐๐ ๐๐ญ ๐ค๐๐ญ๐ข๐ค๐ ๐ฌ๐๐ฅ๐๐ก ๐ฌ๐๐จ๐ซ๐๐ง๐ ๐ฌ๐ข๐ฌ๐ฐ๐ ๐ฆ๐๐ง๐ฃ๐๐ฐ๐๐, ‘Enggak, bahkan di ruangan ini semuanya Muslim!’” ungkapnya.
.
.
Perhatikan kedua contoh di atas! Dalam kedua contoh tersebut jelas sekali Ace berbicara kepada reporter/penulis (pada 2012) tentang kepenasarannya saat 2005. Indikasinya terlihat dari frasa yang ditebalkan.
.
Begitu juga paragraf kedua, jelas sekali Ace berbicara kepada reporter/penulis (pada 2012) tentang jawaban salah seorang siswa yang membuat Ace kaget pada 2005. Indikasinya terlihat dari frasa yang ditebalkan.
.
.
๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐
.
Rasa tulisan itu ada banyak macamnya, di antaranya adalah rasa FN, bila redaksi kata yang dituangkan itu menggunakan gaya tulisan bercerita sebagaimana yang sudah dibahas di atas. Selain itu ada pula gaya tulisan lainnya. Dua di antaranya adalah gaya tulisan opini (O) dan gaya tulisan berita lugas (๐ ๐ก๐๐๐๐โ๐ก ๐๐๐ค๐ /SN).
.
Bila gaya tulisan opini dan SN tersebut memperkokoh FN dan jumlahnya sedikit (tidak sebanyak paragraf cerita) maka bisa diterima sebagian bagian dari FN secara keseluruhan. Paragraf gaya SN dan gaya O yang dapat diterima sebagai bagian dari FN utuh tersebut saya beri nama paragraf FN rasa O dan FN rasa SN.
.
๐ช๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐บ๐ต:
.
.
Di tempat terpisah, Kristolog Irena Handono menyampaikan pendapatnya terkait kasus tersebut. “Inilah suatu bukti yang konkret bahwa ternyata umat yang dianggap kasih sayang, dianggap toleran justru terbukti sebagai umat yang tidak bertoleransi,” simpulnya kepada ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ก, pertengahan Februari 2012 di Jakarta.
.
.
Jelas, gaya tulisan seperti ini tidak boleh satu paragraf pun muncul dalam naskah FN di atas, karena narsumnya bukanlah pihak yang terlibat dalam peristiwa yang diceritakan, bukan pula pihak yang memvalidasi bahwa kejadian tersebut benar-benar terjadi, jadi ini sudah murni SN, sama sekali bukan FN rasa SN. Jadi, sebaiknya pernyataan narsum tersebut dibikin tulisan SN utuh yang terpisah dari FN.
.
Dalam naskah yang sudah dipublikasikan di tabloid (versi panjang yang dimuat pada rubrik ๐๐๐๐๐ ๐๐ก๐๐๐ ๐ผ tabloid ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ก edisi 76 yang terbit pada pertengahan Februari 2012 maupun versi pendek yang dimuat pada rubrik ๐พ๐๐๐ ๐ก๐๐๐๐๐ tabloid ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ก edisi 275 yang terbit awal Oktober 2020) paragraf SN tersebut muncul persis setelah paragraf kedelapan.
.
Namun dalam naskah yang dilampirkan untuk artikel ini, paragraf SN murni tersebut saya hapus karena bukan contoh yang baik dalam menulis FN. Pernyataan saya ini bisa juga dianggap sebagai revisi atas munculnya paragraf SN di atas pada tabloid tersebut.
.
๐ช๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐:
.
.
๐๐ซ๐๐ง๐ ๐ญ๐ฎ๐ ๐ก๐๐ซ๐ฎ๐ฌ ๐๐๐ซ๐ก๐๐ญ๐ข-๐ก๐๐ญ๐ข ๐ฆ๐๐ฆ๐ข๐ฅ๐ข๐ก ๐ฌ๐๐ค๐จ๐ฅ๐๐ก ๐ฎ๐ง๐ญ๐ฎ๐ค ๐๐ง๐๐ค๐ง๐ฒ๐. ๐๐๐ง๐ ๐๐ง ๐ฌ๐๐ฆ๐ฉ๐๐ข ๐ฌ๐๐ฅ๐๐ก ๐ฆ๐๐ฆ๐ข๐ฅ๐ข๐ก, ๐๐ฅ๐ข๐ก-๐๐ฅ๐ข๐ก ๐๐ง๐๐ค๐ง๐ฒ๐ ๐ฌ๐๐ฆ๐๐ค๐ข๐ง ๐๐๐ซ๐ญ๐๐ค๐ฐ๐ ๐ฆ๐๐ฅ๐๐ก ๐๐ค๐ข๐๐๐ก๐ง๐ฒ๐ ๐ฌ๐๐ฆ๐๐ค๐ข๐ง ๐๐๐ง๐ ๐ค๐๐ฅ ๐ฅ๐๐ง๐ญ๐๐ซ๐๐ง ๐๐ข๐๐ฃ๐๐ซ๐ค๐๐ง ๐๐๐ง ๐๐๐ก๐ค๐๐ง ๐ฆ๐๐ฆ๐ฉ๐ซ๐๐ค๐ญ๐ข๐ค๐๐ง ๐๐จ๐ ๐๐๐ซ๐ข ๐๐ฃ๐๐ซ๐๐ง ๐๐ ๐๐ฆ๐ ๐ฅ๐๐ข๐ง sebagaimana terjadi di SMK Grafika Desa Putra, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
.
.
Jelas, gaya tulisan seperti ini tidak boleh satu paragraf pun muncul dalam naskah FN di atas, karena sikap penulisnya terlalu kental, itu sudah benar-benar murni opini, sama sekali bukan FN rasa O.
.
Memang benar, salah satu tujuan saya menulis FN ๐ด๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐ด๐๐๐๐โ ๐๐ ๐๐๐พ ๐บ๐๐๐๐๐๐ ๐ท๐๐ ๐ ๐๐ข๐ก๐๐๐ agar pembaca hati-hati dalam memilih sekolah untuk anaknya, namun bukan berarti penulis bisa langsung menuliskan sikap dirinya sedemikian rupa sebagaimana menulis opini.
.
Mengapa? Karena FN merupakan ๐ซ๐๐ค๐จ๐ง๐ฌ๐ญ๐ซ๐ฎ๐ค๐ฌ๐ข ๐ค๐๐ฃ๐๐๐ข๐๐ง yang dikemas dalam bentuk cerita, ๐๐ฎ๐ค๐๐ง ๐ฉ๐๐ง๐ฒ๐ข๐ค๐๐ฉ๐๐ง ๐๐ญ๐๐ฌ ๐ค๐๐ฃ๐๐๐ข๐๐ง. Dalam kejadian yang tertuang di FN tersebut tidak ada indikasi pernyataan maupun perbuatan dari satu tokoh pun yang mengupayakan agar orang tua berhati-hati memilih sekolah untuk anaknya.
.
Jadi, penulis FN tersebut sama sekali tidak boleh beropini sedemikian rupa di dalam FN yang ditulisnya. Kalau mau, silakan bikin naskah opini yang isinya mengajak pembaca berhati-hati menyekolahkan anaknya di sekolah semacam itu.
.
Nah, kesalahan yang terjadi adalah alih-alih menggunakan gaya bahasa bercerita malah menggunakan gaya bahasa lain (selain gaya bahasa FN), umumnya ke gaya tulisan SN ataupun opini seperti di atas dan tidak memperkokoh rekonstruksi kejadian yang disampaikan dalam paragraf cerita. Walhasil tidak bisa disebut sebagai FN rasa SN ataupun FN rasa O.
.
.
๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐
.
Mungkin di antara Anda ada yang bertanya-tanya, mengapa hanya paragraf SN Irena Handono saja yang dihapus sedangkan paragraf lainnya dibiarkan tetap ada dalam FN tersebut, bukankah seharusnya semua paragrafnya merupakan paragraf bercerita? Tetapi mengapa ada paragraf SN dan paragraf O? Mengapa pula kedua macam gaya tulisan tersebut disebut FN rasa SN dan FN rasa O?
.
Benar, selain paragraf cerita, ada juga paragraf SN dan O. Rinciannya sebagai berikut: FN rasa FN = 56,25 persen (9 paragraf); FN rasa SN = 31,25 persen (5 paragraf); dan FN rasa O = 12,5 persen (2 paragraf).
.
Namun, dapat diterima sebagai bagian dari satu tulisan FN yang utuh. Karena bila dibaca secara keseluruhan, lima paragraf SN dan dua paragraf O tersebut merupakan argumen untuk menguatkan paragraf-paragraf cerita (FN murni/FN rasa FN). Apalagi mayoritas paragrafnya (56,25 persen) murni FN. Sehingga paragraf-paragraf tersebut layak disebut sebagai FN rasa SN dan FN rasa O.
.
Sedangkan paragraf SN dan paragraf O yang tidak bisa diterima sebagai bagian dari FN tidak bisa disebut sebagai FN rasa SN dan FN rasa O. Ada dua faktor yang membuat kedua macam gaya tulisan tersebut tidak bisa diterima sebagai bagian dari FN.
.
๐๐๐๐ก๐๐๐, seperti yang sudah dibahas di atas, paragraf SN dan atau paragraf O tersebut bukan sebagai bagian penekanan rekonstruksi kejadian.
.
๐พ๐๐๐ข๐, jumlah paragraf SN dan atau paragraf O lebih banyak daripada paragraf bercerita. Bila paragraf SN lebih banyak daripada paragraf bercerita maka bukan FN rasa SN namanya tetapi SN rasa FN. Begitu juga bila paragraf O lebih banyak daripada paragraf bercerita maka nama yang tepatnya adalah O rasa FN, bukan FN rasa O.
.
Nah, paragraf SN dan O yang ditulis dalam FN di atas (kecuali paragraf pernyataan Irena Handono yang sudah saya hapus) tidak kena delik salah satu dari dua delik di atas. Dengan kata lain lulus sensor dan layak disebut FN rasa SN (karena berupa pernyataan narsum untuk menguatkan FN di paragraf-paragraf awal), dan FN rasa opini (berupa analisis penulis dari pernyataan narsum, sebagai titik tekan pesan yang mesti dituliskan agar sebagian pembaca yang kurang paham menjadi paham).
.
Maksudnya FN rasa SN itu bukan berarti merekonstruksikan kejadian yang langsung kepada pokok permasalahan sebagaimana definisi SN ya, tetapi lebih kepada merekonstruksi kejadian yang mencantumkan sanadnya/sumbernya/narasumbernya sebagaimana lazimnya gaya tulisan SN.
.
๐ช๐๐๐๐๐ ๐ญ๐ต ๐๐๐๐ ๐บ๐ต:
.
.
“Saya kan kaget, sementara siswa saya di SMK Borobudur yang siswa Kristennya dua orang saja, pelajaran agamanya diserahkan kepada Pendeta,” ๐ฎ๐ง๐ ๐ค๐๐ฉ๐ง๐ฒ๐ ๐ค๐๐ฉ๐๐๐ ๐ด๐๐
๐๐ ๐ผ๐๐๐, pada awal Februari 2012. ๐๐๐ง๐ฎ๐ซ๐ฎ๐ญ๐ง๐ฒ๐, bahkan praktik ujian agama untuk siswa Muslimnya pun bukan shalat atau baca Al-Qur’an tetapi membuat cerita dari Bibel.
.
.
Dalam frasa yang ditebalkan tersebut jelas sekali Ace berkata kepada reporter/penulis atau pembaca bukan kepada sesama tokoh yang ada di dalam cerita. Sudah dapat dipastikan ini memang FN rasa SN.
.
Selain pada paragraf kedelapan di atas, paragraf FN rasa SN juga tampak jelas pada: paragraf kesebelas; ketiga belas; keempat belas; dan kelima belas, FN tersebut.
.
Semuanya FN rasa SN tersebut memiliki semangat yang sama: menunjukkan kepada pembaca bahwa penulis itu tidak mengada-ada, tetapi jelas kok sanadnya yakni dari para narasumber tersebut. Jadi FN rasa SN ini menguatkan FN rasa FN yang sudah dipaparkan sebelumnya. Kalau FN rasa SN ini bisa bicara, dia bilang begini, “Wahai Pembaca, FN rasa FN yang disajikan itu jelas kok sanadnya, yakni tercantum dalam paragraf-paragraf saya (FN rasa SN).”
.
Bahkan dalam kasus FN di atas, FN rasa SN tersebut juga memastikan kepada pembaca bahwa FN rasa FN (kejadian pendangkalan akidah) tersebut bukan hanya berlangsung pada 2005 tetapi masih saja berlangsung setidaknya sampai Februari 2012 (ketika reporter/penulis mewawancarai para narasumber dalam paragraf FN rasa SN tersebut).
.
Jadi, tujuannya dibuat FN rasa SN itu untuk menunjukkan referensi penulisan kepada pembaca. Dengan kata lain, untuk menunjukkan kepada pembaca bahwa matan (konten) yang disampaikan penulis di paragraf-paragraf bercerita (paragraf FN murni) itu jelas sanad/sandarannya yakni dari narasumber/daftar pustaka dan seterusnya yang tercantum dalam paragraf FN rasa SN, alias bukan khayalan penulis.
.
Begitu juga dengan FN rasa O, penulis tidak boleh menyikapi fakta dari setiap aspek yang ingin disikapi penulis. Dalam FN rasa O, sikap penulis dibatasi hanya sebatas menganilis fakta yang direkonstruksikan dalam FN saja, tidak boleh lebih.
.
๐ช๐๐๐๐๐ ๐ญ๐ต ๐๐๐๐ ๐ถ:
.
.
Ucapan Sumadiyono itu ๐ฆ๐๐ง๐ฎ๐ง๐ฃ๐ฎ๐ค๐ค๐๐ง bahwa ๐ฌ๐๐ค๐จ๐ฅ๐๐ก ๐๐๐ญ๐จ๐ฅ๐ข๐ค ๐ฅ๐๐ข๐ง๐ง๐ฒ๐ ๐ฅ๐๐๐ข๐ก ๐ญ๐ข๐๐๐ค ๐ญ๐จ๐ฅ๐๐ซ๐๐ง ๐ญ๐๐ซ๐ก๐๐๐๐ฉ ๐ฌ๐ข๐ฌ๐ฐ๐ ๐๐ฎ๐ฌ๐ฅ๐ข๐ฆ.
.
.
Nah, opini semacam ini masih bisa ditoleransi masuk ke dalam FN karena pendapat tersebut hanyalah menyimpulkan ๐ซ๐๐ค๐จ๐ง๐ฌ๐ญ๐ซ๐ฎ๐ค๐ฌ๐ข ๐ค๐๐ฃ๐๐๐ข๐๐ง/๐ฎ๐๐๐ฉ๐๐ง ๐ง๐๐ซ๐ฌ๐ฎ๐ฆ yang terlibat dalam upaya pendangkalan akidah. Jadi, sebatas itu saja opininya, sehingga layak dikatakan FN rasa O. Rekonstruksi kejadian tersebut diungkap pada paragraf 12, paragraf FN rasa SN yang berbunyi:
.
.
“Secara jujur kami sampaikan ๐ฎ๐ฃ๐ข๐๐ง ๐ฉ๐ซ๐๐ค๐ญ๐ข๐ค ๐๐ข ๐ค๐๐ฆ๐ข ๐๐๐ซ๐๐ง๐ ๐ค๐๐ฅ๐ข ๐๐๐ซ๐๐๐๐ ๐๐๐ง๐ ๐๐ง ๐๐ข ๐ฌ๐๐ค๐จ๐ฅ๐๐ก ๐๐๐ญ๐จ๐ฅ๐ข๐ค ๐ฒ๐๐ง๐ ๐ฅ๐๐ข๐ง, (sekolah Katolik yang lain, red) ๐ข๐ญ๐ฎ ๐ฆ๐ข๐ฌ๐๐ฅ๐ง๐ฒ๐ ๐๐๐ ๐ฆ๐๐ฆ๐๐๐๐ ๐ค๐ข๐ญ๐๐ ๐ฌ๐ฎ๐๐ข, ๐ค๐๐ฆ๐ฎ๐๐ข๐๐ง ๐ฆ๐๐ง๐ฒ๐๐ง๐ฒ๐ข, ๐๐๐ง ๐ฌ๐๐๐๐ ๐๐ข๐ง๐ฒ๐, ๐ฌ๐๐ฅ๐๐ฆ๐ ๐ข๐ง๐ข ๐ฆ๐ฎ๐ง๐ ๐ค๐ข๐ง ๐ฎ๐ง๐ญ๐ฎ๐ค ๐ฒ๐๐ง๐ ๐ฉ๐ซ๐๐ค๐ญ๐ข๐ค ๐ค๐๐ฆ๐ข ๐๐ฎ๐ค๐ฎ๐ฉ ๐ฆ๐๐ฆ๐๐ฎ๐๐ญ ๐๐จ๐. Dan itu doanya sesuai dengan doa-doa agamanya masing-masing,” ujarnya kepada ๐ด๐๐
๐๐ ๐ผ๐๐๐, Selasa (7/2/2012) pagi di ruang tamu SMK Grafika Desa Putera.
.
.
๐๐๐๐๐๐๐๐
.
- Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan penulisan FN itu mestilah ditulis menggunakan paragraf bercerita (paragraf FN). Tidak boleh menggunakan paragraf lainnya kecuali paragraf lain tersebut (paragraf SN, paragraf O) memang hanya untuk menunjukkan sanad dan memperkuat rekonstruksi kejadian yang ditulis dalam bentuk paragraf cerita.
.
- Paragraf-paragraf tersebut disebut sebagai FN rasa SN/FN rasa O. Sedangkan bila tidak ada kaitannya dengan paragraf bercerita, maka itu paragraf SN atau paragraf O murni yang tidak bisa disebut sebagai paragraf FN rasa SN atau FN rasa O dan tidak boleh dijadikan bagian dari FN utuh.
.
Bila sudah paham bahwa menulis FN itu seperti itu, cermat memilih waktu kejadian dan tidak lagi salah menggunakan gaya tulisan, insyaAllah, FN yang kita buat menjadi ‘mesin waktu’ yang membawa para pembaca kepada peristiwa di masa lalu. Coba bikin yuk! Bismillah...[]
.
.
Depok, 27 Rabiul Awal 1444 H | 23 Oktober 2022 M
.
๐๐จ๐ค๐จ ๐๐ซ๐๐ฌ๐๐ญ๐ฒ๐จ
Jurnalis