Tinta Media: Negara Darurat Kekerasan
Tampilkan postingan dengan label Negara Darurat Kekerasan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Negara Darurat Kekerasan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 Maret 2023

Negara Darurat Budaya Kekerasan pada Generasi

Tinta Media - Dunia Pendidikan geger. Beberapa anak didik yang seharusnya berkutat dengan buku pelajaran dan keasyikan dalam menimba ilmu, ternyata malah terlibat dalam budaya kekerasan. Tidak tanggung-tanggung bahkan sampai menyebabkan korbannya meninggal dunia. 

Berita yang masih hangat-hangatnya adalah kasus Mario Dandy Satrio (Mario). Remaja berusia 20 tahun yang sempat mengenyam pendidikan di Universitas Prasetiya Mulya yang akhirnya dikeluarkan oleh pihak Universitas karena menjadi tersangka utama atas kasus aniaya brutal kepada Cristalino David Ozora (David) yang berusia 17 tahun. Perkara ini tidak hanya dilakukan Mario sendiri, tetapi juga melibatkan temannya yang bernama Shane Lukas Rotua Pangondian Lumbantoruan (Shane) yang berusia 19 tahun dan kekasihnya, Agnes Gracia Haryanto (Agnes), yang berusia 15 tahun. 

Mario yang seharusnya memiliki pemikiran yang lebih dewasa dibandingkan dengan yang lain, ternyata tidak bisa mencegah kejadian ini tidak terjadi. Apalagi hal ini terjadi karena masalah percintaan. 

Ada juga kisah tentang siswi SMP berusia 14 tahun di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan yang meninggal usai menjadi korban pemerkosaan beberapa rekannya. Dari enam saksi yang diperiksa Polres Bone, akhirnya ditetapkan tersangka berinisial MA yang merupakan teman sekolah korban dan juga masih di bawah umur yaitu 15 tahun. 

Masih di bulan Februari yang identik dengan kasih sayang, ternyata budaya kekerasan dengan pelaku remaja terjadi juga di Purwakarta. Melansir dari Jurnalpolri.com, Polsek Purwakarta telah mengamankan lima orang pemuda yang melakukan percobaan pencurian dengan kekerasan dan atau penganiayaan. Bersama itu, pihak Polsek juga mengamankan barang bukti berupa dua bilah celurit dan dua unit motor yang digunakan para pelaku. Adapun para pemuda tersebut, ternyata masih berstatus pelajar Sekolah Menengah Kejuruan di Purwakarta. 

Dari kisah-kisah di atas, maka terlihat makin banyaknya tindak kekerasan yang dilakukan oleh pemuda. Hal ini menggambarkan ada yang salah dalam sistem kehidupan saat ini. Dimulai dari gagalnya sistem pendidikan dalam membentuk anak didik yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia, lalu lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar perilaku terpuji hingga rusaknya kondisi masyarakat. Benang merah yang bisa ditarik bahwa ini semua adalah buah dari kehidupan yang berdasar sekulerisme, yang menjadikan akal manusia sebagai penentu segala sesuatu. 

Akal memang diciptakan Allah untuk manusia, tetapi bukan menjadikan mereka bebas melampaui batas dengan tingkah polah akalnya. Kebahagiaan dan kepuasaan bukan ditentukan oleh akal manusia, tetapi menempatkan perasaan bahagia dan puas yang diridloi oleh Allah. Nah, itulah batasnya dan yang seharusnya.

Jika menengok Islam, maka Islam menjadikan aqidah Islam sebagai asas seluruh aspek kehidupan, sehingga menyadari dunia adalah tempat menanam kebaikan untuk dipanen di akhirat kelak. Hal ini yang akan menjaga setiap individu untuk selalu menjaga perilaku agar selalu sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Islam juga mewajibkan masyarakat dan negara sebagai pilar yang menjaga umat selalu dalam kebaikan. 

Maka, hanya Islamlah solusi atas darurat budaya kekerasan pada generasi. Generasi akan selalu merasa diawasi Allah dan berupaya berperilaku yang tidak akan membuat mereka menyesal di akhirat nanti. Masyarakat mendukung, negara memfasilitasi dan terbentuklah generasi yang siap membentuk peradaban dengan akhlak yang terpuji.

Wallahu a’lam

Oleh: Dwi R Djohan
Aktivis Muslimah
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab