Tinta Media: Nafsiah
Tampilkan postingan dengan label Nafsiah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nafsiah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 04 Januari 2023

Nikmat yang Manakah yang Kita Bisa Dustakan?

Tinta Media - Meskipun manusia sering lalai tapi Allah tak pernah lalai memberi rezeki. Bayangkan jika Allah lalai ngurus mahlukNya. Pasti kita semua binasa detik itu juga. 
Bagaimana jika Allah lalai dari memberi kita nafas? Mati, binasa pasti. 

Memang haq, Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Semua mahluknya dikasih rezeki, meskipun orang kafir. Itulah sifat Allah ar Rohman. Walaupun sebatas di dunia saja. Sementara yang disayang Allah hanya orang orang beriman di dunia akhirat. Itulah sifat Allah ar Rohim. 

Maka nikmat Allah yang mana yang bisa kita dustakan? Andai bukan karena nikmatnya tentu saja kita tak mungkin masih ada berkeliaran di muka bumi ini bukan? 

Hanya saja, sangat sangat disayangkan mayoritas manusia di muka bumi ini kafir. Hidupnya hanya membuat kerusakan manusia lain dan juga muka bumi ini. Menyebarkan kekufuran, kemaksiatan dan kezholiman tanpa rasa malu sedikit pun. 

Sementara yang mengaku beriman pun sering tak konsisten. Masih hobi menentang perintah dan larangan Allah. Memanfaatkan nikmat Allah bukan untuk taat malah untuk maksiat. 

Bahkan katanya mensyukuri nikmat kemerdekaan pun dengan gagah berani menolak syariat Allah. Menolak khilafah yang dengannya seluruh syariat Allah akan bisa diterapkan secara kaffah. Maka menegakkan khilafah adalah bentuk syukur paling puncak dalam kita mensyukuri nikmat kemerdekaan. 

Dalam sistem khilafah sajalah ketaatan manusia bisa diwujudkan secara penuh. Interaksi manusia dengan manusia lain dalam bentuk muamalah yang dirusak oleh sistem kufur kapitalis hanya bisa diluruskan dengan syariat Allah dalam sistem khilafah. 

Maka sikap menolak khilafah adalah sikap paling arogan dan kufur nikmat paling mengerikan yang berakibat pada diabaikannya mayoritas syariat Islam sehingga manusia menjadi benar-benar rusak seperti hari ini. 

Dalam surat Ar-Rahman, kalimat “Fabiayyi ‘aalaa’i rabbikumaa tukadzdzibaan” (فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَاتُكَذِّبَانِ) diulang sampai 31 kali. Dari ayat itu mengingat pada nikmat yang Allah ta’ala berikan kepada manusia. Namun, mengapa harus diulang sampai 31 kali?

Manusia paling sering lalai dari nikmat Allah bukan? Wallaahu a'lam. []

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Rabu, 28 Desember 2022

Azab Pedih bagi yang Sombong kepada Rasulullah dan Enggan Beribadah

Tinta Media - Sobat. Sombong kepada Rasul menyebabkan orang yang sombong itu membangkang kepadanya dan mengabaikan perintahnya. Demikian juga sikap merendahkan. 

Allah SWT Berfirman :

إِنَّ ٱلَّذِينَ يُجَٰدِلُونَ فِيٓ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ بِغَيۡرِ سُلۡطَٰنٍ أَتَىٰهُمۡ إِن فِي صُدُورِهِمۡ إِلَّا كِبۡرٞ مَّا هُم بِبَٰلِغِيهِۚ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ  

“Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. ( QS. GHafir (40) : 56 )

Sobat. Pertolongan Allah kepada para rasul dan orang-orang yang beriman itu adalah salah satu dari sunatullah seperti yang pernah dianugerahkan kepada Musa. Oleh karena itu, Nabi Muhammad diminta untuk bersabar atas sikap dan tindakan orang-orang musyrik yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah. Allah pasti menolongnya dengan mengokohkan barisan kaum Muslimin dan mengangkat posisi agama Islam melebihi kepercayaan yang mereka anut Nabi Muhammad diperintahkan untuk selalu bertobat dan bertasbih pagi dan petang, sebagaimana firman Allah:
 
Dan laksanakanlah salat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah). (Hud/11: 114)

Dengan selalu salat mengingat Allah dan bertasbih pagi dan petang itu, maka Rasulullah beribadah seperti yang dilakukan para malaikat. Allah berfirman:
 
Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan (malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya, tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih. Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang. (al-Anbiya'/21: 19-20)

Rasulullah saw diperintahkan bertobat bukan berarti beliau telah melakukan perbuatan dosa, tapi maksudnya ialah dengan sering melakukan tobat dan mohon ampun, maka jiwa semakin suci dan bersih, tidak ada satu pun kotoran yang mengotorinya. Jika Nabi yang terbebas dari segala dosa masih disuruh bertobat, maka bagi umat dan pengikutnya akan lebih lagi. Mereka harus cepat dan lebih sering bertobat.

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Al-Qur'an mengajarkan agar orang-orang yang beriman selalu bertobat, memohon ampun kepada Allah, dan mengerjakan amal saleh. Jika seseorang telah bertobat dan memohon ampun maka jiwanya menjadi suci dan bersih. Amal yang dikerjakan oleh orang yang bersih jiwanya akan langsung diterima Allah.

Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa orang yang tidak suci dan bersih hatinya karena tidak bertobat dan mohon ampun kepada Allah, maka amalnya tidak diterima oleh Allah atau tidak dianggap sebagai amal yang saleh

Allah  SWT berfirman :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِي سَيَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ  

“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".( QS. Ghafir (40) : 60 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah memerintahkan agar manusia berdoa kepada-Nya. Jika mereka berdoa niscaya Dia akan memperkenankan doa itu.

Ibnu 'Abbas, adh-ahhak, dan Mujahid mengartikan ayat ini, "Tuhan kamu berfirman, 'Beribadahlah kepada-Ku, niscaya Aku akan membalasnya dengan pahala." Menurut mereka, di dalam Al-Qur'an, perkataan doa bisa pula diartikan dengan ibadah seperti pada firman Allah:
 
Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah inatsan (berhala), dan mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka. (an-Nisa'/4: 117)

Dalam hadis, Nabi bersabda:
Doa itu ialah ibadah. (Riwayat at-Tirmidzi dari an-Nu'man bin Basyir)

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa doa dalam ayat ini berarti "permohonan".

Sebenarnya doa dan ibadah itu adalah sama dari sisi bahasa. Hanya yang pertama berarti khusus sedang yang kedua berarti umum. Doa adalah salah satu bentuk atau cara dari ibadah. Hal ini berdasar hadis:

Doa itu adalah inti ibadah. (Riwayat at-Tirmidzi dari Anas bin Malik) 
Dan hadis Nabi saw:
Diriwayatkan dari 'aisyah, dia berkata, "Nabi saw ditanya orang, 'Ibadah manakah yang paling utama? Beliau menjawab, 'Doa seseorang untuk dirinya." (Riwayat al-Bukhari) 

Berdasarkan hadis di atas, maka doa dalam ayat ini dapat diartikan dengan ibadah. Hal ini dikuatkan oleh lanjutan ayat yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku akan masuk ke dalam neraka yang hina."

Ayat ini merupakan peringatan dan ancaman keras kepada orang-orang yang enggan beribadah kepada Allah. Ayat ini juga merupakan pernyataan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar mereka memperoleh kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Seakan-akan Allah mengatakan, "Wahai hamba-hamba-Ku, menghambalah kepada-Ku, selalulah beribadah dan berdoa kepada-Ku. Aku akan menerima ibadah dan doa yang kamu lakukan dengan ikhlas, memperkenankan permohonanmu, dan mengampuni dosa-dosamu".

Sobat. Maka tidak ada pilihan  selain taat kepada Allah dan Rasul-nya membuat hidup kita selamat bahagia dunia dan di akherat.

Allah SWT berfirman :
وَمَا كَانَ لِمُؤۡمِنٖ وَلَا مُؤۡمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمۡرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلۡخِيَرَةُ مِنۡ أَمۡرِهِمۡۗ وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلٗا مُّبِينٗا  
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” ( QS. Al-Ahzab (33) : 36 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa tidak patut bagi orang-orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan ketentuan, mereka memilih ketentuan lain yang bertentangan dengan ketetapan keduanya. Menentukan pilihan sendiri yang tidak sesuai dengan ketentuan dari Allah dan rasul-Nya berarti mendurhakai perintah keduanya, dan tersesat dari jalan yang benar. Hal seperti itu diancam pula oleh Allah dengan firman-Nya:

Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (an-Nur/24: 63)

Allah berfirman :

إِنَّ ٱلَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ ٱلۡفَٰحِشَةُ فِي ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” ( QS. An-Nur (24) : 19 )

Sobat. Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang senang menyiarkan perbuatan keji dan memalukan seperti perbuatan zina di kalangan orang-orang mukmin muhsan baik laki-laki maupun perempuan, mereka akan mendapat hukuman di dunia ini dan di akhirat, bila mereka tidak tobat dan tidak menjalankan hukuman di dunia, ia akan di azab di neraka. 

Penyebaran berita yang tidak patut disebarkan dilarang dalam agama Islam. Yang diminta seharusnya adalah berita tentang pelanggaran etika harus disimpan, sebagaimana sabda Nabi:
Orang Islam yang sebenarnya, ialah orang-orang Islam selamat dari kejahatan lidah dan tangannya, dan orang yang berhijrah ialah orang yang meninggalkan larangan Allah. (Riwayat al-Bukhari, Abu Daud dan an-Nasa`i)

Dan sabdanya:
Tidaklah seorang hamba mukmin, menutupi cacat seorang hamba mukmin kecuali ditutupi juga cacatnya oleh Allah di hari akhirat. Dan barangsiapa menggagalkan kejahatan seorang muslim, akan digagalkan pula kejahatannya oleh Allah, di akhirat nanti. (Riwayat Ahmad bin Hanbal)

Allah Maha Mengetahui hakikat dan rahasia sesuatu hal yang manusia tidak mengetahuinya. Oleh karena itu, kembalikanlah segala sesuatunya kepada Allah dan janganlah kita suka memperkatakan sesuatu yang kita tidak mengetahui sedikit pun seluk beluknya, terutama hal-hal yang menyangkut diri atau keluarga Rasulullah, karena yang demikian itu akan membawa kepada kebinasaan.

Pemberitaan perbuatan zina atau pornografi akan berdampak buruk yaitu mendorong orang secara luas untuk berzina. Karena itu dampak buruknya luar biasa. Mengenai hal itu manusia tidak perlu meragukannya, karena Allah-lah yang lebih tahu daripada manusia. Sebagai contoh adalah terancamnya umat manusia oleh penyakit AIDS dengan virus HIV yang belum ditemukan obatnya sampai sekarang.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur.

Selasa, 27 Desember 2022

DOA KETIKA GALAU KARENA KONDISI BANYAK MASALAH

Tinta Media - Dalam kitab Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Ad-Da’awaaat (16. Kitab Kumpulan Doa)

بَابُ فِي مَسَائِلَ مِنَ الدُّعَاءِ

Bab 252. Tentang Berbagai Masalah Doa
 

Hadits #1502

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كَانَ يَقُوْلُ عِنْدَ الكَرْبِ : (( لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ العَظِيمُ الحَليمُ ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ العَرْشِ العَظِيْمِ ، لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ، وَرَبُّ الأَرْضِ، وَرَبُّ العَرْشِ الكَرِيمِ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengalami kesulitan, beliau mengucapkan:

"Tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah yang Maha Agung dan Maha Santun. Tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah, Rabb yang menguasai ‘arsy, yang Maha Agung. Tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah – (Dia) Rabb yang menguasai langit, (Dia) Rabb yang menguasai bumi, dan (Dia) Rabb yang menguasai ‘arsy, lagi Mahamulia]." (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 6346 dan Muslim, no. 2730]

Faedah hadits

Al-karb adalah suatu perkara yang memberatkan manusia dan memenuhi dadanya sehingga membuatnya marah.

Disunnahkan berdoa dengan bacaan ini ketika mendapati ujian berat (al-karb) karena adanya hadits dari Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dibahas kali ini.

Obat dari ujian berat adalah mentauhidkan Allah dan bermunajat kepada Allah dengan menyebut nama dan sifat-Nya.

Dalam doa ini disebut Al-‘Azhim (Allah itu Maha Agung), berarti tidak ada sesuatu pun yang lebih agung dari Allah.

Al-Halim menunjukkan Allah itu memiliki ilmu, sehingga tidak mungkin orang jahil (bodoh) itu memiliki hilm (kesantunan) dan karom (kemuliaan).
 
Wallaahu a'lam []

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Jumat, 19 Agustus 2022

NGANTRI MATI

Tinta Media - Pada hari Sabtu yang lalu (13/8), penulis melakukan temu kangen dengan sejumlah sahabat lama di Tanah Abang, Jakarta. Sahabat seperjuangan dalam mengemban dakwah Syariah & Khilafah.

Sudah banyak yang pindah, ada pula yang berpaling dari dakwah, termasuk yang telah dipanggil Allah SWT. Yang tersisa dan yang masih tetap berdakwah di Tanah Abang dan sekitarnya, adalah Ustadz Yusrinal, Ustadz Dedy dan Ustadz Ajo. Ketiganya, pengemban dakwah yang berdarah minang. Selebihnya, yang hadir adalah para pengemban dakwah yang baru kemudian penulis kenal.

Tidak sekedar ngobrol santai, kami manfaatkan pertemuan itu untuk berdiskusi tentang dakwah. Penulis diberi kesempatan untuk menyampaikan tausiyah.

Diawal, penulis mengajak seluruh sahabat yang hadir ketika itu untuk bersyukur atas tiga nikmat yang Allah SWT telah karuniakan. Yakni : 1. Nikmat Iman, 2. Islam, dan 3. Nikmat berhimpun dan berjama'ah dalam barisan dakwah.

Seluruh nikmat tersebut harus disyukuri dengan melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT. Khusus nikmat menjadi pengemban dakwah dan berhimpun dalam jama'ah, harus disyukuri dengan tetap istiqomah di jalan dakwah, mengerahkan segala daya upaya pada tingkat yang paling maksimal, untuk merealisasikan tujuan dakwah yakni untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan menerapkan syariah Islam secara kaffah dalam naungan Daulah Khilafah.

Pesan atau nasehat lain yang penulis sampaikan adalah bahwa hidup kita hakekatnya menunggu antrian untuk mati. *Yang lebih membuat kita gelisah dan tidak tenang, kita dalam antrian kematian yang tidak diketahui nomor urutnya.*

Bisa saja yang muda mendahului yang tua, karena kematian tak harus menjemput yang tua terlebih dahulu. Karena itu, aneh dan ajaib jika ada perasaan pengemban dakwah merasa tenang dengan hidupnya, tidak gelisah dan mengambil amal sekedarnya. Merasa, kematian masih jauh sehingga tak perlu tergesa-gesa untuk menyiapkan bekal.

Beramal tanpa menghadirkan kesungguhan, keseriusan, hingga batas yang paling maksimal. Atau dalam bahasa dakwah tidak merealisasikan 'Badilan Zuhdi', yakni sebuah ikhtiat penuh, serius dan sungguh-sungguh, mengerahkan segala potensi baik harta, waktu, pikiran hingga nyawa, untuk merealisasikan tujuan dakwah.

Ada yang menghindari benturan, mencari aman, dengan narasi 'Savety Belt', menghindari dampak yang belum tentu terjadi, tidak mengambil jalan maksimal karena khawatir resiko dakwah. Padahal, resiko kematian selalu ada didepan mata, dan antrian kematian tidak ada nomornya.

Semestinya, kesadaran akan kematian, hakekat hidup adalah menunggu antrian kematian tanpa mengetahui nomor dan gilirannya, menjadikan pengemban dakwah semakin semangat dalam dakwah, tidak peduli dengan resiko, dimatanya yang tergambar hanyalah pahala dan ridlo-Nya, sesuatu yang ia buru untuk bekal kematian yang tidak tahu kapan antrian kematian akan menjemput.

*Dalam kondisi ini, semestinya pengemban dakwah yang tua harus lebih bersemangat, jangan merasa telah cukup bekal bahkan harus memiliki kesadaran bahwa umumnya yang tua lebih dahulu menemui ajal.* Jangan karena alasan sudah tua, seolah sudah waktunya mengambil pensiun dalam dakwah dan menyerahkan urusan dakwah kepada yang muda-muda.

Yang muda juga demikian, *tidak boleh merasa memiliki kesempatan hidup lebih lama, lalu dengan itu merasa memiliki alasan untuk berleha-leha, dan akhirnya dilalailan oleh dunia.*

Kesadaran akan antrian kematian dan tak diketahui nomor urutannya, semestinya membuat kita, para pengemban dakwah, baik yang muda atau terlebih yang tua, tidak berleha-leha dalam dakwah. Kita, wajib mencurahkan segala daya dan upaya yang maksimal dalam dakwah.

Andaikan, kematian itu menjemput saat ujian dakwah menimpa kita, semisal mati dalam penjara karena dakwah, itu lebih mulia ketimbang mati diatas kasur yang empuk dalam kondisi berleha-leha dalam dakwah. Keselamatan pengemban dakwah bukanlah saat dia aman dari penjara.

Keselamatan dakwah harus dijaga dari sikap menyepelekan dakwah, beramal sekenanya, takut menghadapi resiko dakwah, dan akhirnya mati dalam keadaan tidak serius dalam berdakwah.

Semoga kita semua, diberikan taufik oleh Allah SWT untuk terus semangat dalam dakwah, pantang menyerah, tidak kenal takut, dan akhirnya Allah SWT memanggil kita dalam keadaan Husnul Khotimah.

Wahai pengemban dakwah, jika hanya Allah SWT yang engkau takutkan, maka keberanianmu dalam dakwah tak ada yang akan mampu membendungnya. Tapi jika masih terbesit dunia dalam sanubarimu, maka pastilah engkau akan menempuh jalan paling mudah dan aman dalam dakwah, untuk tujuan menyelamatkan duniamu. [].

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

https://heylink.me/AK_Channel/

Rabu, 17 Agustus 2022

Rasulullah SAW adalah Sang Pemimpin yang Adil

Tinta Media - Sobat. Rasulullah SAW  adalah pemimpin  teragung sepanjang sejarah umat manusia, karena beliau adalah nabi yang maksum di sisi Allah. Beliau tidak pernah berkata berdasarkan hawa nafsu, tidak pernah menyimpang, dan tidak pernah tersesat. Menaati beliau adalah kewajiban karena merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah, sebagaimana disebutkan dalam firmannya :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا 

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” ( QS. An-Nisa’ (4) : 59 )

Sobat. Ayat ini memerintahkan agar kaum Muslimin taat dan patuh kepada-Nya, kepada rasul-Nya dan kepada orang yang memegang kekuasaan di antara mereka agar tercipta kemaslahatan umum. Untuk kesempurnaan pelaksanaan amanat dan hukum sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, hendaklah kaum Muslimin:

a. Taat dan patuh kepada perintah Allah dengan mengamalkan isi Kitab suci Al-Qur'an, melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya, sekalipun dirasa berat, tidak sesuai dengan keinginan dan kehendak pribadi. Sebenarnya segala yang diperintahkan Allah itu mengandung maslahat dan apa yang dilarang-Nya mengandung mudarat.

b. Melaksanakan ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah saw pembawa amanat dari Allah untuk dilaksanakan oleh segenap hamba-Nya. Dia ditugaskan untuk menjelaskan kepada manusia isi Al-Qur'an. Allah berfirman:

"... Dan Kami turunkan Adz-dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka ¦." (an-Nahl/16:44).

c. Patuh kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ulil amri yaitu orang-orang yang memegang kekuasaan di antara mereka. Apabila mereka telah sepakat dalam suatu hal, maka kaum Muslimin berkewajiban melaksanakannya dengan syarat bahwa keputusan mereka tidak bertentangan dengan Kitab Al-Qur'an dan hadis. Kalau tidak demikian halnya, maka kita tidak wajib melaksanakannya, bahkan wajib menentangnya, karena tidak dibenarkan seseorang itu taat dan patuh kepada sesuatu yang merupakan dosa dan maksiat pada Allah.

Nabi Muhammad saw bersabda:
"Tidak (dibenarkan) taat kepada makhluk di dalam hal-hal yang merupakan maksiat kepada Khalik (Allah swt)." (Riwayat Ahmad).

d. Kalau ada sesuatu yang diperselisihkan dan tidak tercapai kata sepakat, maka wajib dikembalikan kepada Al-Qur'an dan hadis. Kalau tidak terdapat di dalamnya haruslah disesuaikan dengan (dikiaskan kepada) hal-hal yang ada persamaan dan persesuaiannya di dalam Al-Qur'an dan sunah Rasulullah saw.
Tentunya yang dapat melakukan kias seperti yang dimaksud di atas ialah orang-orang yang berilmu pengetahuan, mengetahui dan memahami isi Al-Qur'an dan sunah Rasul. Demikianlah hendaknya dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhirat.

Sobat. Rasulullah adalah manusia yang paling adil dan penegak keadilan yang paling agung. Keadilan adalah sifat yang melekat pada dirinya. Beliau adalah manusia paling adil dalam berucap dan bertutur kata, serta dalam berbagai keadaan di kesehariannya.

Nabi Muhammad SAW senantiasa bersikap adil terhadap diri sendiri, orang lain, musuh, kawan, karib kerabat, dan orang tak dikenal. Beliau selalu bersikap adil, baik terhadap orang kaya maupun orang miskin, orang tua maupun anak kecil, serta laki-laki maupun perempuan. Sebab Allah SWT dalam firman-Nya memerintahkan untuk selalu berbuat adil. 

لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا رُسُلَنَا بِٱلۡبَيِّنَٰتِ وَأَنزَلۡنَا مَعَهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡمِيزَانَ لِيَقُومَ ٱلنَّاسُ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَأَنزَلۡنَا ٱلۡحَدِيدَ فِيهِ بَأۡسٞ شَدِيدٞ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥ وَرُسُلَهُۥ بِٱلۡغَيۡبِۚ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٞ 

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” ( QS, Al-Hadid (57) : 25 ).

Sobat. Allah menerangkan bahwa Dia telah mengutus para rasul kepada umat-umat-Nya dengan membawa bukti-bukti yang kuat untuk membuktikan kebenaran risalah-Nya. Di antara bukti-bukti itu, ialah mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para rasul. Di antara mukjizat tersebut seperti tidak terbakar oleh api sebagai mukjizat Nabi Ibrahim, mimpi yang benar sebagai mukjizat Nabi Yusuf, tongkat sebagai mukjizat Nabi Musa, Al-Qur'an sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw dan sebagainya. 

Sobat. Setiap rasul yang diutus itu bertugas menyampaikan agama Allah kepada umatnya. Ajaran agama itu adakalanya tertulis dalam sahifah-sahifah dan adakalanya termuat dalam suatu kitab, seperti Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur'an. Ajaran agama itu merupakan petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sebagai dasar untuk mengatur dan membina masyarakat, maka setiap agama yang dibawa oleh para rasul itu mempunyai asas "keadilan". 

Sobat. Keadilan itu wajib ditegakkan oleh para rasul dan pengikut-pengikutnya dalam masyarakat, yaitu keadilan penguasa terhadap rakyatnya, keadilan suami sebagai kepala rumah tangga, keadilan pemimpin atas yang dipimpinnya dan sebagainya, sehingga seluruh anggota masyarakat sama kedudukannya dalam hukum, sikap dan perlakuan. 

Sobat. Di samping itu Allah swt menganugerahkan kepada manusia "besi" suatu karunia yang tidak terhingga nilai dan manfaatnya. Dengan besi dapat dibuat berbagai macam keperluan manusia, sejak dari yang besar sampai kepada yang kecil, seperti berbagai macam kendaraan di darat, di laut dan di udara, keperluan rumah tangga dan sebagainya. 

Sobat. Dengan besi pula manusia dapat membina kekuatan bangsa dan negaranya, karena dari besi dibuat segala macam alat perlengkapan pertahanan dan keamanan negeri, seperti senapan, kendaraaan perang dan sebagainya. Tentu saja semuanya itu hanya diizinkan Allah menggunakannya untuk menegakkan agama-Nya, menegakkan keadilan dan menjaga keamanan negeri. 

Sobat. Sebuah ensiklopedia sains modern menggambarkan unsur-unsur kimia yang ada di bumi kita ini mempunyai variasi yang menakjubkan, beberapa di antaranya susah ditemukan tapi ada juga yang berlimpah. Ada yang dapat dilihat oleh mata telanjang karena berbentuk cairan dan padatan, tetapi ada juga yang tak tampak karena berupa gas. Sekitar 300 tahun yang lalu hanya 12 unsur yang diketahui di antaranya adalah unsur Ferrum (Fe) yang bernomor atom 26 pada Tabel Susunan Berkala Unsur-Unsur. 

Fe ini lebih dikenal dengan sebutan besi. Besi merupakan salah satu unsur paling mudah ditemukan di Bumi. Diperkirakan 5% daripada kerak Bumi adalah besi. Kebanyakan besi ditemukan dalam bentuk oksida besi, seperti bahan galian hematit, magnetit dan takonit. Juga diduga keras permukaaan bumi banyak mengandung aloi logam besi-nikel. Konon unsur besi bukan unsur asli "kepunyaan" bumi tapi ia berasal dari luar bumi. Para pakar sependapat bahwa meteorit turut andil dalam pembentukan aloi besi-nikel yang ada di bumi. 

Barangkali, inilah "cara" Allah mendatangkan" unsur besi ke permukaan bumi jauh sebelum manusia ada. Pada umumnya besi adalah logam yang diperoleh dari bijih besi, dan dijumpai bukan dalam keadaan bebas tetapi selalu dalam bentuk senyawa atau campuran dengan unsur-unsur yang lain. Karenanya untuk mendapatkan unsur besi, unsur lain harus dipisahkan yang biasanya dilakukan melalui proses kimia. Seperti dalam industri besi baja, besi banyak digunakan yakni dalam bentuk logam campuran (aloi). Jenis campuran ada yang terdiri dari logam-logam yang berlainan tetapi ada juga bahan campuran yang digunakan berasal dari nonlogam, misalnya karbon. Semuanya dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kualitas yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan dan dengan pertimbangan untuk menekan biaya produksi. Sifat fisis unsur Fe jika dipanaskan terus menerus maka sebelum mencair ia akan mengalami fasa pelelehan. 

Fasa dimana besi dalam keadaan padat tapi ia memiliki sifat lunak. Karenanya pada fasa atau keadaan ini besi mudah dibentuk walaupun hanya dengan menggunakan teknologi tradisional yang sederhana seperti teknologi pandai besi (black-smith). Dengan teknologi yang sederhana tadi maka dalam sejarah perkembangan manusia pemanfaatan besi telah digunakan banyak dalam aspek kehidupan manusia sehari-hari, termasuk juga untuk perang. 

Sobat. Sayyid Quthub dalam tulisannya menguraikan, "Allah menurunkan besi  yang padanya terdapat kekuatan yang hebat, yaitu kekuatan dalam perang dan damai. Kemudian Dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya Penggalan ini mengisyaratkan jihad dengan senjata. Sebuah penyajian yang selaras dengan konteks surah yang tengah membicarakan pengorbanan dengan jiwa dan harta." 

Dalam pengetahuan biologi maka unsur besi (Fe) dalam bentuk zat besi juga amat dibutuhkan oleh semua makhluk organik, kecuali bagi sebagian kecil bakteria. Seperti dalam tubuh kita zat besi sangat diperlukan. Dalam tubuh manusia besi kebanyakan ditemukan dalam bentuk logam protein (metalloprotein) yang stabil, jika tidak maka ia dapat menyebabkan timbulnya radikal bebas yang cenderung menjadi racun bagi sel. 

Dalam tubuh manusia zat besi terlibat dalam pembentukan sel“ sel darah merah. Sementara sel-sel darah merah sangat penting keberadaannya karena dialah yang membawa zat asam (oksigen) dari paru-paru ke seluruh jaringan-jaringan yang ada dalam tubuh kita. Jaringan hidup memerlukan persediaan zat asam. Lebih giat suatu jaringan maka semakin banyak ia membutuhkan zat asam. 

Kekurangan zat besi dalam darah dapat menyebabkan anemia, mungkin jumlah sel darah merahnya atau karena hemoglogin (bahan yang berisi zat besi berwarna merah yang dapat mengangkut zat asam) dalam sel darah merah berkurang dari biasanya. Allah swt menerangkan bahwa Dia berbuat yang demikian itu agar Dia mengetahui siapa di antara hamba-hamba-Nya yang mengikuti dan menolong agama yang disampaikan para rasul yang diutus-Nya dan siapa yang mengingkarinya. 

Dengan anugerah itu Allah ingin menguji manusia dan mengetahui sikap manusia terhadap nikmat-Nya. Manusia yang taat dan tunduk kepada Allah akan melakukan semua yang disampaikan para rasul itu, karena ia yakin bahwa semua perbuatan, sikap dan isi hatinya diketahui Allah, walaupun ia tidak melihat Allah mengawasi dirinya. 

Pada akhir ayat ini Allah swt menegaskan kepada manusia bahwa Dia Mahakuat, tidak ada sesuatu pun yang mengalahkan-Nya, bahwa Dia Mahaperkasa dan tidak seorang pun yang dapat mengelakkan diri dari hukuman yang telah ditetapkan-Nya.

Sobat. Salah satu sikap adil dan benar  yang harus Anda lakukan adalah menjadikan Rasulullah SAW sebagai hakim  yang  menghukumi  semua masalah diri Anda, ibadah Anda, adab-adab anda, akhlak anda, pakaian anda, makanan anda, bangun anda, tidur anda, dan semua urusan dalam hidup anda. Sebab beliau selalu menetapkan hukum dengan tulus  untuk kebaikan umat.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Goreskan Tinta Emas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Senin, 15 Agustus 2022

Rasa Takut kepada Allah yang Menyelamatkan Diri Kita

Tinta Media - Sobat. Tangisan yang dibenarkan dan terpuji adalah tangisan yang bersumber dari rasa takut kepada Allah SWT, mengingat untuk kembali kepada-Nya dan berdiri di hadapan-nya, serta merenungkan ayat-ayat syariat dan kauniyyah-Nya. Tangisan adalah bukti kesetiaan. Tangisan merupakan amalan terbaik para kekasih Allah SWT. Khususnya tatkala menyesal setelah bermaksiat, tidak melakukan ketaatan, takut akan tertimpa azab, kasihan kepada korban musibah, lembutnya hati karena nasehat, dan takut saat tafakur.

Sobat. Rasulullah SAW menjelaskan keutamaan tangisan karena rasa takut kepada Allah, sembari menyebutkan tujuh orang yang akan mendapatkan perlindungan Allah di bawah naungan-Nya pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, “ ….. dan orang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sepi, lalu kedua matanya mengalirkan air mata.” ( muttafaq ‘alaih).

Dalam sebuah hadits shahih diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka; mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang bergadang untuk berjaga di jalan Allah.”(HR. at-Tirmidzi)

Allah SWT berfirman :

إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ يُخَوِّفُ أَوۡلِيَآءَهُۥ فَلَا تَخَافُوهُمۡ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ 

“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” ( QS. Ali Imran (3) : 175 )

Sobat. Musuh-musuh yang munafik yang berusaha menakut-nakuti orang-orang mukmin merupakan setan yang mengajak teman-temannya agar jangan ikut berperang dan menakut-nakuti Muslimin dengan menyatakan bahwa jumlah musuh amat banyak dan mempunyai senjata lengkap. Allah memperingatkan agar para mujahidin itu jangan terpengaruh dan jangan ikut mereka, tetapi takutlah kepada Allah dan bersiaplah untuk berperang bersama Rasulullah saw jika kamu sekalian benar-benar beriman.

Sobat. Dalam kitab Bidayah al-Hidayah disebutkan , pada hari kiamat, suara nyala api neraka terdengar, lalu setiap umat berlutut akibat kegentingan suasana neraka. Hal ini sebagaimana firman-Nya :
وَتَرَىٰ كُلَّ أُمَّةٖ جَاثِيَةٗۚ كُلُّ أُمَّةٖ تُدۡعَىٰٓ إِلَىٰ كِتَٰبِهَا ٱلۡيَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ مَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ 

" Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.” ( QS. al-Jatsiyah (45) : 28 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah menjelaskan keadaan manusia pada hari penentuan keputusan itu dan kedahsyatan huru-hara pada saat menunggu detik-detik yang menentukan, yaitu:

1. Pada hari itu, manusia berlutut dan bersimpuh di hadapan Tuhan penguasa seluruh alam untuk menerima perhitungan amal perbuatan mereka dan menerima keputusan akhir yang akan ditetapkan atas mereka.

2. Pada hari itu, mereka dipanggil melihat catatan mereka yang dibuat oleh para malaikat. Kemudian mereka memeriksa apakah ada di antara perbuatan mereka yang belum tercatat atau ada yang tercatat, tetapi tidak sesuai dengan yang telah mereka kerjakan. 

Apabila perbuatan mereka yang tercatat itu sesuai dengan yang diperintahkan oleh agama yang dibawa rasul mereka, maka mereka akan memperoleh kebahagiaan dan keberuntungan, sedangkan apabila tidak sesuai dengan perintah dan banyak melanggar larangan agama mereka, maka mereka akan memperoleh kecelakaan dan azab di neraka. Allah berfirman:
 
“Dan bumi (Padang Mahsyar) menjadi terang benderang dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan buku-buku (perhitungan perbuatan mereka) diberikan (kepada masing-masing), nabi-nabi dan saksi-saksi pun dihadirkan, lalu diberikan keputusan di antara mereka secara adil, sedang mereka tidak dirugikan.” (az-Zumar/39: 69)
 
 Pada ayat lain Allah berfirman:
وَوُضِعَ ٱلۡكِتَٰبُ فَتَرَى ٱلۡمُجۡرِمِينَ مُشۡفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَٰوَيۡلَتَنَا مَالِ هَٰذَا ٱلۡكِتَٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةٗ وَلَا كَبِيرَةً إِلَّآ أَحۡصَىٰهَاۚ وَوَجَدُواْ مَا عَمِلُواْ حَاضِرٗاۗ وَلَا يَظۡلِمُ رَبُّكَ أَحَدٗا 

Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya," dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun. (al-Kahf/18: 49)

Pada saat itu, manusia mendapat panggilan. Kepada mereka diberitahukan bahwa pada hari itulah mereka akan menerima balasan dari amal perbuatan mereka masing-masing dengan balasan yang setimpal.

Sobat. Nabi bersabda, “ Ya Allah, berilah aku rezeki berupa dua mata yang menangis karena takut kepada-Mu, sebelum air mata itu sudah tidak ada.” Barangsiapa yang ingin selamat dari siksa Allah dan mendapatkan pahala dan kasih sayang-Nya, maka hendaknya dia bersabar terhadap kerasnya dunia, sabar dalam ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat.

Dalam ayat 49 QS. al-Kahfi, Allah swt menambahkan keterangan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di hari kiamat, yaitu buku catatan amal perbuatan seseorang semasa hidupnya di dunia diberikan kepadanya. Isi catatan itu ada yang baik dan ada yang buruk, dan ada yang diberikan dari sebelah kanan, ada pula yang dari sebelah kiri. Orang-orang mukmin dan beramal saleh menerimanya dari sebelah kanan, lalu ia melihat isinya. Ternyata kebaikannya lebih besar dari kejahatannya, dan kejahatan itu segera diampuni oleh Allah swt. Maka dia dimasukkan ke dalam surga, sebagaimana firman Allah swt:
 
Adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata, "Ambillah, bacalah kitabku (ini)." Sesungguhnya aku yakin, bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai, dalam surga yang tinggi. (al-haqqah/69: 19-22)

Sobat. Kepada orang kafir dan orang yang bersalah, kitab catatan amal mereka di dunia diberikan dari sebelah kiri. Lalu mereka melihat isinya, dan ternyata penuh dengan catatan dari berbagai kejahatan, baik berupa perbuatan ataupun perkataan. Bukti-bukti demikian itu menimbulkan rasa ketakutan di hati mereka terhadap hukuman Allah dan kecaman-kecaman manusia. Dengan penuh penyesalan mereka berkata, "Aduhai, celaka kami, mengapa buku catatan ini sedikit pun tidak meninggalkan kesalahan kami yang kecil apalagi yang besar, semuanya dicatatnya." Keadaan mereka diterangkan Allah lebih jauh dengan firman-Nya:

Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, "Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku, sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perhitunganku, Wahai, kiranya (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu. Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku. Kekuasaanku telah hilang dariku." (Allah berfirman), "Tangkaplah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya." Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. (al-haqqah/69: 25-31)

Mereka mendapatkan segala tindakan mereka yang melanggar aturan agama dan kemanusiaan tertulis di hadapan mereka. Mereka lupa bahwa selama hidup di dunia ada malaikat-malaikat yang selalu mencatat dengan teliti segala perbuatan dan perkataan mereka. Firman Allah swt:
 
Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (amal perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Infithar/82: 10-12)

Semua perbuatan manusia sengaja ditulis dalam buku catatan amal untuk diperlihatkan kepada mereka pada hari kiamat. Firman Allah swt:
 
(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapatkan (balasan) atas kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya, (begitu juga balasan) atas kejahatan yang telah dia kerjakan.... (ali 'Imran/3: 30)

Tidak ada seorangpun pada hari kiamat itu yang teraniaya. Setiap amal perbuatan akan ditimbang betapapun kecilnya. Allah swt menjamin tegaknya keadilan pada hari itu. 

Firman-Nya:
Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit ; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan. (al-Anbiya'/21: 47)

Sobat. Allah swt tidak akan merugikan hamba-hambanya, sebaliknya akan memberikan pengampunan kepada mereka yang bersalah, kecuali dosa kekufuran. Dia memberikan hukuman kepada mereka berdasar hikmah dan keadilan-Nya. Allah memberikan pahala bagi mereka yang taat, dan menjatuhkan hukuman bagi yang berbuat maksiat.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Jumat, 05 Agustus 2022

Persiapan untuk Bertemu dengan Allah

Tinta Media - Sobat. Siapa pun kita pasti akan wafat dan kembali berjumpa dengan Allah. Pertanyaannya sudahkah kita bersiap bertemu dengan  Allah?  Syeikh Izzuddin bin abdussalam memberikan tips persiapan untuk bertemu dengan Allah ada dua macam :

1. Yang wajib, yaitu taubat. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda,”Tidaklah seseorang  melakukan suatu dosa.lalu dia wudhu dan membaguskan wudhunya, kemudian sholat dua rokaat dan memohon ampunan kepada Allah  SWT melainkan  dosa-dosanya telah diampuni.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi). 

2. Mendekatkan  diri kepada Allah dengan berbagai jenis ketaatan yang dianjurkan

Sobat. Memperpendek angan-angan membantu seseorang melakukan persiapan tersebut. Dan yang membantu seseorang  melakukan upaya memperpendek angan-angan adalah  pengetahuan bahwa datangnya kematian itu tersembunyi dan ia tidak tahu kapan panggilan datang kepadanya, tidak tahu pula kapan tempat kembali itu ada. Dan hal itu bermanfaat hanya  dengan terus-menerus memikirkan akherat dan melakukan pengorbanan untuk memikirkan akherat.

Sobat. Takwa itu berkaitan dengan hati dan anggota tubuh. Kita mulai dari berkaitan dengan hati. Jika muncul besitan hati yang dibenci Allah, seperti sombong, ria, hasud dan dengki serta ujub maka fase pertama dalam menjaga hati adalah seseorang memutus segera dari hati keberlangsungan  besitan tersebut dengan minta perlindungan kepada Allah SWT, segera Istighfar dan mengiringinya dengan amal kebaikan.

Allah SWT berfirman:

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَيِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفٗا مِّنَ ٱلَّيۡلِۚ إِنَّ ٱلۡحَسَنَٰتِ يُذۡهِبۡنَ ٱلسَّئَِّاتِۚ ذَٰلِكَ ذِكۡرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ 
(١١٤)

“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (QS. Hud (11) : 114 )

Sobat. Ayat ini memerintahkan agar kaum Muslimin mendirikan salat, lengkap dengan rukun dan syaratnya, tetap dikerjakan lima kali dalam sehari semalam menurut waktu yang telah ditentukan yaitu salat Subuh, Zuhur, dan Asar, Magrib, dan Isya. Sejalan dengan ayat ini firman Allah:

Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (waktu subuh), dan segala puji bagi-Nya baik di langit, di bumi, pada malam hari dan pada waktu zuhur (tengah hari). (ar-Rum/30: 17-18)

Ayat ini menerangkan juga bahwa perbuatan-perbuatan yang baik, yang garis besarnya ialah mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangannya, antara lain melaksanakan salat, akan menghapuskan dosa-dosa kecil dan perbuatan-perbuatan buruk. Ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad saw:

Iringilah perbuatan buruk itu dengan perbuatan yang baik, maka perbuatan baik itu akan menghapuskan (dosa) perbuatan buruk itu. (Riwayat at-Tirmidzi dari Abu dzar al-Gifari)

Dan firman Allah:
إِن تَجۡتَنِبُواْ كَبَآئِرَ مَا تُنۡهَوۡنَ عَنۡهُ نُكَفِّرۡ عَنكُمۡ سَئَِّاتِكُمۡ وَنُدۡخِلۡكُم مُّدۡخَلٗا كَرِيمٗا   
(٣١)

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (an-Nisa/4: 31)

Pesan-pesan terdahulu seperti perintah istiqamah, larangan berbuat aniaya dan memihak kepada orang-orang zalim serta perintah mendirikan salat adalah merupakan pelajaran dan peringatan bagi orang-orang yang sadar dan insyaf yang selalu ingat kepada Allah. 

Sobat. Perintah dalam ayat ini meminta agar orang yang beriman menjauhi dan meninggalkan semua pekerjaan yang berakibat dosa besar. Meninggalkan semua dosa besar itu bukan saja sekedar menghindarkan diri dari siksa-Nya, tetapi juga merupakan suatu amal kebajikan yang dapat menghapuskan dosa kecil yang telah diperbuat. Tindakan meninggalkan dosa besar bukanlah masalah yang ringan dan sederhana. Seseorang yang mampu menahan diri dari berbuat dosa besar pada saat peluangnya ada, berarti ia memiliki kadar keimanan yang teguh, sekaligus kesabaran yang kukuh. Orang seperti ini dijanjikan Allah masuk surga.

Mengenai apa yang dianggap sebagai dosa besar para ulama mempunyai pendapat yang berbeda-beda karena adanya beberapa hadis, di antaranya Rasulullah saw bersabda:
"Jauhilah tujuh macam perbuatan yang membahayakan. Para sahabat bertanya, "Apakah itu ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Mempersekutukan Allah, membunuh diri seseorang yang diharamkan Allah membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar, sihir, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan peperangan pada waktu pertempuran dan menuduh berzina terhadap perempuan-perernpuan mukmin yang terhormat." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

"Maukah aku kabarkan kepadamu tentang dosa-dosa yang paling besar?" Kami menjawab, "Mau, ya Rasulullah." Lalu Rasulullah berkata, "Mempersekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua." Ketika itu Rasulullah sedang bertelekan, kemudian beliau duduk lalu berkata "Ketahuilah, juga berkata bohong, dan saksi palsu." Beliau senantiasa mengulang-ulang perkataannya itu sehingga kami mengatakan, "Kiranya Rasulullah saw diam." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Bahrah)

Ibnu Abbas sewaktu ditanya, "Apakah dosa-dosa besar itu hanya 7 macam saja?" Beliau menjawab dengan ringkas, "Hampir tujuh puluh macam banyaknya. Bila dosa-dosa kecil terus-menerus dikerjakan, dia akan menjadi dosa besar dan dosa-dosa besar akan hapus bila yang mengerjakannya bertobat dan meminta ampun.

Menurut keterangan al-Barizi yang dinukil oleh al-Alusi, dia mengatakan, "Bahwa dosa besar itu ialah setiap dosa yang disertai dengan ancaman hukuman had (hukuman siksa di dunia) atau disertai dengan laknat yang dinyatakan dengan jelas di dalam Al-Qur'an atau hadis.

Demikian pengertian tentang dosa-dosa besar dan macam-macamnya. Selain dari itu adalah dosa-dosa kecil. Kemudian dalam ayat ini Allah menjanjikan kelak akan memberikan tempat yang mulia yaitu surga, bagi orang yang menjauhi (meninggalkan) dosa-dosa besar itu.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Goreskan Tinta Emas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Kamis, 04 Agustus 2022

Adab Guru dan Adab Murid

Tinta Media - Sobat. Murid harus membersihkan jiwanya terlebih dahulu dari akhlak-akhlak yang hina dan sifat-sifat yang tercela. Sebab ilmu merupakan ibadah hati. Dia harus melepaskan diri dari berbagai kesibukan yang lain. Sebab selagi pikiran bercabang-cabang, maka kemampuannya menggali hakikat menjadi terbatas. Murid harus menyerahkan kendali dirinya kepada guru, seperti pasien yang menyerahkan penanganan dirinya kepada dokter. Karena itu dia harus merendahkan diri dan benar-benar menurut kepadanya.

Sobat. Ali bin Abi Thalib ra berkata, “ Diantara hak orang yang berilmu ( Guru ) atas dirimu ialah hendaklah engkau mengucapkan salam kepada semua yang hadir dalam majelisnya dan memberi salam hormat secara khusus kepadanya, duduk dihadapannya, tidak menunjuk dengan tangan ke arahnya, tidak memandang secara tajam kepadanya, tidak terlalu banyak mengajukan pertanyaan, tidak membantunya dalam memberikan jawaban, tidak memaksanya jika dia letih, tidak mendebatnya jika dia tidak menginginkannya, tidak menggunjingnya di hadapan orang lain, tidak mencari-cari kesalahannya. Jangan sungkan-sungkan untuk berbakti kepadanya, jika diketahui dia mempunyai suatu keperluan, maka keperluannya harus segera dipenuhi. Kedudukan dirinya seperti pohon kurma, sedang engkau menunggu-nunggu apa yang akan jatuh darinya.”

Sobat. Orang yang menekuni suatu ilmu, sejak semula jangan ada niat untuk tampil beda dengan orang lain, karena niat ini bisa mengacaukan pikirannya dan membuyarkan konsentrasinya. Dia harus mengambil yang terbaik dari segala sesuatu. Sebab umurnya tidak memungkinkan untuk mendalami semua ilmu. Dia harus membulatkan tekadnya untuk memilih ilmu yang paling baik, yang tak lain adalah ilmu yang berkaitan dengan Allah dan berkaitan dengan akherat.

Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa mempelajari ilmu untuk membanggakan diri di hadapan para ulama, atau mendebat orang-orang yang bodoh, atau mengalihkan pandangan manusia kepada dirinya, maka dia berada di neraka.” ( HR At-Tirmidzi)

Sobat. Sedangkan para guru mempunyai beberapa tugas, diantaranya; Menyayangi, menuntunnya seperti menuntun anak sendiri, tidak meminta imbalan uang, tidak mengharapkan balasan dan ucapan terima kasih, dia harus mengajarkan ilmu karena mengharap ridha Allah SWT, tidak melihat dirinya lebih hebat dari murid-muridnya, tetapi dia mau melihat bahwa adakalanya mereka lebih utama jika mereka mempersiapkan hatinya untuk bertaqarrub kepada Allah dengan cara menanam ilmu di dalam hatinya, harus melihat bahwa murid adalah seperti sepetak tanah yang siap ditanami. Guru harus mengetahui tingkat pemahaman murid atau kapasitas dirinya, tidak boleh menyampaikan pelajaran di luar kesanggupan akalnya.

Diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda, “Aku diperintahkan untuk berbicara dengan manusia menurut kadar pemikiran mereka.”

Jadi Guru harus berbuat sesuai dengan ilmunya, tidak mendustakan antara perkataan dan perbuatan.

Allah SWT Berfirman :
۞أَتَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبِرِّ وَتَنسَوۡنَ أَنفُسَكُمۡ وَأَنتُمۡ تَتۡلُونَ ٱلۡكِتَٰبَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ 
(٤٤)

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” ( QS. Al-Baqarah (2) : 44 ).

Latar belakang ayat ini menurut Ibnu 'Abbas adalah di antara orang-orang Yahudi di Medinah ada yang memberi nasihat kepada keluarga dan kerabat dekatnya yang sudah masuk Islam supaya tetap memeluk agama Islam. Yang diperintahkan orang ini adalah benar yaitu menyuruh orang lain untuk berbuat benar tetapi mereka sendiri tidak mengamalkannya. Maka pada ayat ini Allah mencela tingkah laku dan perbuatan mereka yang tidak baik dan membawa kepada kesesatan. Di antara kesesatan-kesesatan yang telah dilakukan bangsa Yahudi ialah mereka menyatakan beriman kepada kitab suci mereka yaitu Taurat, tetapi ternyata mereka tidak membacanya dengan baik.

Dalam ayat ini disebutkan bahwa mereka "melupakan" diri mereka. Maksudnya ialah "membiarkan" diri mereka rugi, sebab biasanya manusia tidak pernah melupakan dirinya untuk memperoleh keuntungan, dan dia tak rela apabila orang lain mendahuluinya mendapat kebahagiaan. Ungkapan "melupakan" itu menunjukkan betapa mereka melalaikan dan tidak mempedulikan apa yang sepatutnya mereka lakukan, seakan-akan Allah berfirman, "Jika benar-benar kamu yakin kepada Allah bahwa Dia akan memberikan pahala atas perbuatan yang baik, dan mengancam akan mengazab orang-orang yang meninggalkan perbuatan-perbuatan yang baik itu, mengapakah kamu melupakan kepentingan dirimu sendiri?"

Sobat. Cukup jelas bahwa susunan kalimat ini mengandung celaan yang tak ada taranya, karena barang siapa menyuruh orang lain untuk melakukan perbuatan kebajikan tetapi dia sendiri tidak melakukannya, berarti dia telah menyalahi ucapannya sendiri. Para pendeta yang selalu membacakan kitab suci kepada orang-orang lain, tentu lebih mengetahui isi kitab itu daripada orang-orang yang mereka suruh untuk mengikutinya. Besar sekali perbedaan antara orang yang melakukan suatu perbuatan padahal dia belum mengetahui benar faedah dari perbuatan itu, dengan orang yang meninggalkan perbuatan itu padahal dia mengetahui benar faedah dari perbuatan yang ditinggalkannya itu. Oleh sebab itu, Allah memandang bahwa mereka seolah-olah tidak berakal, sebab orang yang berakal, betapapun lemahnya, tentu akan mengamalkan ilmu pengetahuannya. 

Sobat. Firman Allah ini, walaupun ditujukan kepada Bani Israil, namun menjadi pelajaran pula bagi yang lain. Setiap bangsa, baik perseorangan maupun keseluruhannya, hendaklah memperhatikan keadaan dirinya, dan berusaha untuk menjauhkan diri dari keadaan dan sifat- sifat seperti yang terdapat pada bangsa Yahudi yang dikritik dalam ayat tersebut di atas, agar tidak menemui akibat seperti yang mereka alami.

Sobat.Diantara sifat para ulama yang ukhrawi hendaknya lebih banyak mengkaji ilmu tentang amal yang berkaitan dengan hal-hal yang membuat amal-amal itu menjadi rusak, mengeruhkan hati dan menimbulkan keguncangan. Sebab gambaran amal-amal itu dekat dan mudah, tapi yang sulit adalah membuatnya bersih. Sementara dasar agama ialah menjaga diri dari keburukan. Bagaimana mungkin seseorang bisa menjaga amal jika dia tidak tahu apa yang harus dijaganya?

Sobat. Diantara sifat para ulama akherat ialah mengkaji rahasia-rahasia amal syar’iyah dan mengamati hukum-hukumnya. Dan mengikuti para sahabat dan para tabi’in yang pilihan serta menjaga diri dari hal-hal yang haram.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Goreskan Tinta Emas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Rabu, 03 Agustus 2022

Kiai Hafidz: Pembuktian Kata itu Penting, Agar Tak Dianggap Dusta

Tinta Media - Khadim Ma’had Wakaf Syaraful Haramain KH. Hafidz Abdurrahman, M.A. mengatakan pembuktian kata itu penting agar tak dianggap dusta.
 
“Ucapan kita dianggap dusta, ketika yang kita ucapkan tidak terbukti. Maka, pembuktian kata itu penting, agar kita tak dianggap dusta,” ungkapnya di akun telegram pribadinya, Selasa (2/8/2022).
 
Kata Kiai Hafidz,  itulah mengapa Al-Qur’an menyebut orang yang bisa membuktikan kata-katanya dengan, "Rijal". Sebutan yang merupakan pujian bagi orang Mukmin yang mempunyai integritas.
 
“Karena itu, Al-Qur’an menyebut, "Min al-mu'minina" (di antara orang-orang Mukmin). Artinya, tidak semua orang Mukmin adalah rijal,” simpulnya menegaskan.
  
Menjadi orang Mukmin yang disebut rijal itu, lanjutnya, harus membuktikan kata-katanya, yang merupakan komitmen hidupnya dengan Allah.
 
“Meski, kadang apa yang kita katakan tidak semuanya bisa terwujud saat ini, tetapi kalau kata-kata itu disandarkan kepada kekuasaan Allah, maka bagi Allah tak ada yang mustahil,” ujar Kiai Hafidz meyakinkan.
 
Di sinilah, menurutnya, orang Mukmin harus membuat rencana, berusaha maksimal mewujudkan rencana, tetap husnudhan pada pengaturan Allah. “Bisa saja menurut kita hasilnya tidak sesuai harapan, tapi yakinkan itulah yang terbaik, karena itu adalah qadha dan qadar Allah yang terbaik,” hiburnya.
 
“Kemudian kita kaji, kita sempurnakan hingga apa yang kita rencanakan itu terwujud. Proses seperti ini melelahkan, dibutuhkan nafsiyah dan maknawiyah yang ekstra. Kuncinya sabar,” tutur Kiai Hafidz menasehati.
 
Karena itu, ucap Kiai Hafidz, siapa saja yang mempunyai visi, misi dan tujuan agung dan mulia, maka dia harus ekstra sabar. Selalu berbaik sangka kepada Allah. Ridha dengan apa pun yang diberikan oleh Allah.
 
“Tidak ada proses yang instan. Termasuk mendidik generasi. Maka, pendidik harus  mempunyai pemikiran dan ilmu yang luas, selain visi, misi dan tujuan yang agung. Juga harus mempunyai hati yang lapang, agar tetap bisa bersikap sabar dan hilm(murah hati).  Dengan begitu semuanya terukur,” terangnya.
 
Kiai Hafidz berharap, semoga Allah selalu memberikan taufik-Nya dalam membersamai generasi umat Nabi Muhammad yang mulia ini.
 
“Mereka bukan beban bagi kita, tetapi kehormatan yang Allah berikan untuk membuktikan kata-kata kita, bahwa kita adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk seluruh umat manusia,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
 

Senin, 01 Agustus 2022

Rasulullah SAW adalah Sang Penebar Keindahan

Tinta Media - Sobat. Beliau datang membawa risalah, mengajarkan keadilan, menjelaskan petunjuk, membuka tabir kesehatan. Beliaulah yang mengajarkan lisan kita berdzikir, mengajari hati kita untuk  bersyukur dan mengajari tubuh kita  untuk bersabar. Serta mengeluarkan kita dari kegelapan menuju cahaya dan dari kesedihan menuju kebahagiaan.

Sobat. Jika disebut keindahan, teringatlah Rasulullah Muhammad SAW. Jika disebut kemuliaan, teringatlah Rasulullah Muhammad SAW. Jika disebut kejernihan, teringatlah Rasulullah Muhammad SAW. Jika disebut kesucian, teringatlah Rasulullah Muhammad SAW.

Sobat. Allah Sang Pencipta Keindahan, Dialah yang mengutus Nabi Muhammad SAW dan menganugerahi keindahan yang terindah, kebagusan yang terbagus, kemuliaan yang termulia. Beliau adalah lentera yang bercahaya. Sebagaimana Allah SWT berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ إِنَّآ أَرۡسَلۡنَٰكَ شَٰهِدٗا وَمُبَشِّرٗا وَنَذِيرٗا وَدَاعِيًا إِلَى ٱللَّهِ بِإِذۡنِهِۦ وَسِرَاجٗا مُّنِيرٗا 

Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. (QS. Al-Ahzab (33) : 45-46 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad bahwa ia diutus untuk menjadi saksi terhadap orang-orang (umat) yang pernah mendapat risalahnya. Allah mengutusnya sebagai pembawa kabar gembira bagi orang-orang yang membenarkan risalahnya dan mengamalkan petunjuk-petunjuk yang dibawanya bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam surga. Ia juga sebagai pemberi peringatan kepada mereka yang mengingkari risalahnya, bahwa mereka akan diazab dengan siksa api neraka. 

Sehubungan dengan fungsi Nabi sebagai saksi (syahid), dalam ayat lain Allah berfirman:

Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka. (an-Nisa'/4: 41)

Sobat. Nabi juga berperan sebagai juru dakwah agama Allah untuk seluruh umat manusia agar mereka mengakui keesaan dan segala sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Juga bertujuan agar manusia beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas; memberi penerangan laksana sebuah lampu yang terang benderang yang dapat mengeluarkan mereka dari kegelapan kekafiran kepada cahaya keimanan, dan menyinari jalan yang akan ditempuh oleh orang-orang yang beriman agar mereka berbahagia di dunia dan akhirat. Semua tugas Nabi saw itu dilaksanakannya dengan dan perintah izin Allah.

Sobat. Rasulullah  adalah  manusia pilihan Tuhan yang diutus untuk membimbing manusia kepada akhlak terbaik, amal terbaik dan jalan termulia. Allah SWT telah memperindah diri Nabi SAW sehingga ruhnya menjadi suci, hatinya bersih penuh ketenangan, serta dadanya lapang dan penuh dengan dzikir kepada Allah. Allah telah melapangkan dadanya, melenyapkan dirinya berbagai sifat iri, dengki, dan benci sehingga beliau menjadi makhluk Allah yang paling pengasih, paling baik, dan paling mulia.

Sobat. Beliau adalah Imam para orang-orang baik dan suci, utusan Tuhan Alam Semesta dan penutup para Nabi.  Allah SWT berfirman:

وَيَسَۡٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡمَحِيضِۖ قُلۡ هُوَ أَذٗى فَٱعۡتَزِلُواْ ٱلنِّسَآءَ فِي ٱلۡمَحِيضِ وَلَا تَقۡرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطۡهُرۡنَۖ فَإِذَا تَطَهَّرۡنَ فَأۡتُوهُنَّ مِنۡ حَيۡثُ أَمَرَكُمُ ٱللَّهُۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلۡمُتَطَهِّرِينَ  

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. ( QS. Al-Baqarah (2) : 222 )

Sobat. Dalam ayat ini dijelaskan tentang haid dan sikap menghadapi perempuan yang sedang dalam keadaan haid. Darah haid adalah sel-sel telur yang lemah akibat tidak dibuahi yang keluar dari rahim perempuan tiap-tiap bulan, paling cepat sehari semalam lamanya, dan biasanya 6 atau 7 hari, dan paling lama 15 hari. Bermacam-macam sikap orang dahulu terhadap perempuan yang haid. Orang Yahudi sangat keras sikapnya, tidak mau bergaul dengan istrinya yang haid, tidak mau makan minum bersama, tidak mau bersama-sama serumah dengan mereka, dan tidak mau menyentuh perempuan haid karena kulitnya dianggap najis.

Orang Nasrani sikapnya lain lagi, mereka bergaul biasa saja dengan perempuan haid, tidak ada perbedaan antara yang haid dengan yang tidak haid. Mereka menggaulinya secara bebas dan berbuat sesuka hatinya. Orang Arab pada zaman jahiliah sama saja sikapnya dengan orang Yahudi. Islam melarang suami menggauli istrinya yang sedang haid. Para ahli kesehatan telah banyak menerangkan tentang bahaya bersetubuh dengan perempuan haid. Akhir ayat tersebut menerangkan bahwa Allah sayang sekali kepada orang yang mau bertobat dari kesalahannya, dan kepada orang yang selalu menjaga kebersihan.

Masa haid pada wanita dewasa terjadi saat indung telur yang tidak dibuahi dikeluarkan dari tubuh. Karena tidak terjadi pembuahan, maka dinding rahim yang semula sudah dalam keadaan siap menerima pembuahan akan berkontraksi. Dengan kontraksi ini, maka indung telur yang tidak dibuahi akan dibuang keluar bersama dengan darah yang dikeluarkan dari urat darah rambut yang pecah. Setelah telur dan darah keluar tubuh akan mengulang kembali proses pematang indung telur.

Semua proses ini diulangi terus menerus pada periode waktu tertentu. Setiap bulan, indung telur baru dibentuk, hormon yang sama juga dikeluarkan, semuanya dalam waktu yang sama. Dengan demikian, wanita mempunyai waktu tertentu yang betul-betul siap untuk dibuahi. Apabila pembuahan terjadi, maka pola haid yang berputar secara terus menerus akan berubah.

Terjadinya "kekosongan" di dalam rahim hanya dapat diketahui melalui pemeriksaan anatomi kandungan dengan menggunakan peralatan canggih. Akan tetapi, ternyata perubahan yang hanya dapat diungkapkan oleh ilmu pengetahuan modern ini, telah diungkapkan dalam Al-Qur'an, yang artinya demikian:

"Allah mengetahui apa yang dikandung setiap perempuan, apa yang kurang sempurna dan apa yang bertambah dalam rahim. Dan segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya." (ar-Ra'd/13: 8)

Ayat di atas berbicara mengenai terjadinya masa haid. Terjemahaan ayat tersebut kurang dapat memperlihatkan proses haid dengan baik. Akan tetapi, terjemahan bahasa Inggrisnya nampaknya lebih dapat mengungkapkan proses ini, demikian:
"Allah knows what every female bears and every shrinking of the womb and every swelling. Everything has its measure with Him". (ar-Ra'd/13: 8)

Pada permulaan masa haid lapisan mukus (lendir) yang melapisi dinding rahim (lapisan endometrium) setebal 0,5 mm. Oleh pengaruh hormon yang dikeluarkan oleh indung telur, lapisan ini akan menebal menjadi 5-6 mm. Lapisan inilah yang kemudian dibuang saat telur tidak dibuahi. Sebagaimana dapat dilihat dari ayat di atas, penebalan dan terkelupasnya lapisan di dinding rahim diekspresikan oleh terjemahan "shrinking" dan swelling"

Sobat. Jika Anda membaca sejarah hidup Nabi Muhammad SAW  dengan penuh kecintaan dan pendalaman, niscaya akan tampak 3 fenomena yang jelas terlihat bagi Anda :

1. Fenomena Pertama : Keagungan Rasulullah dalam kehidupannya. Allah telah menganugerahinya keagungan, kedudukan mulia, dan kewibawaan. Walaupun  beliau tawadhu’, sederhana, dan dekat dengan masyarakat, tetapi hati mereka tetap merasakan kemuliaan,keagungan, dan kewibawaan yang tidak bias digambarkan.Ketika beliau tampil di hadapan kumpulan tokoh-tokoh pemimpin, hartawan, tetua kabilah, pujangga, dan orator, mereka semua tunduk dan menyimak beliau. Tidak ada satu pun yang berbicara atau memotong pembicaraan beliau. Mereka mendengarkan dengan seksama, bersikap santun kepada beliau, dan menghormati pribadi beliau yang mulia.

2. Fenomena Kedua : Keindahan. Mari kita lihat dengan detail pribadi Nabi SAW secara lahir dan batin. Allah SWT telah memperindah fisiknya serta menjadikan wajahnya tampan melebihi matahari dan bulan. Allah memperindah rambut, hidung, mulut, kedua mata, kedua telinga dan semua anggota tubuh beliau, baik yang tampak ataupun tidak tampak. Para ulama sampai menulis kitab tentang kesempurnaan setiap bagian dari fisik beliau yang agung dan penuh berkah. Ada yang menulis pembahasan tentang aroma wangi dan keharuman beliau. Beliau lebih harum dan lebih wangi semua wewangian.

3. Fenomena Ketiga : Kesempurnaan. Tidak ada seorang pun di dunia dan di dalam sejarah umat manusia yang mencapai kesempurnaan manusiawi seperti yang dicapai baginda Rasulullah SAW. Silahkan llihat sendiri siapa pemimpin teragung yang pernah dikenal manusia! Pelajarilah sikap hidupnya dan bandingkan dengan sejarah hidup Rasulullah Muhammad SAW dalam hal kepemimpinan, niscaya Anda akan mendapati Rasulullah lebih tinggi dan lebih Agung!  Kesempurnaan manusiawi ini adalah anugerah Ilahi dan kenabian Rabbani dari Allah. Beliau mendapatkan wahyu dari Allah sehingga membentuknya secara khusus menjadi manusia suci penuh berkah, agar menjadi suri tauladan bagi orang-orang yang mendapatkan hidayah dan contoh ideal bagi orang yang istiqomah.

Sobat. Hati akan suci dengan taubat. Badan akan suci dengan air. Setelah keduanya suci maka pantaslah ia menemui Allah, berdiri di hadapan-Nya dan bermunajat kepada-Nya.  Allah menetapkan bahwa memasuki surga atas kebaikan dan kesucian. Maka tidak ada yang dapat memasukinya kecuali orang yang baik nan suci. Keduanya adalah dua kesucian yakni kesucian badan dan kesucian hati.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Kamis, 09 Juni 2022

Ingatlah Pengawasan Allah dan Tunduklah


Tinta Media - Sobat. Ayat-ayat Al Qur'an senantiasa mengingatkan bahwa Allah SWT senantiasa bersama Anda setiap saat. Dan sesungguhnya Anda tidak lepas dari-Nya bahkan meskipun sekerdipan matapun. Dalam Hadits Qudsi disebutkan, bahwasanya Allah SWT  berfirman,  “Wahai Bani Adam, berkonsentrasilah untuk beribadah kepada-Ku , maka aku akan memenuhi dadamu dengan kekayaan dan menutup kefakiranmu. Jika kamu tidak melaksanakannya, maka Aku akan memenuhi hadapanmu dengan kesibukan dan Aku tidak menutup kefakiranmu.”

Allah SWT Berfirman :

إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحۡسِنُونَ  
(١٢٨)

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.”(QS.An-Nahl : 128 )

Dalam ayat ini, Allah swt menjelaskan alasan mengapa Nabi diperintahkan bersabar dan dilarang untuk cemas dan berkecil hati. Allah swt menegaskan bahwa Dia selalu ada bersama orang yang bertakwa dan orang yang berbuat kebaikan sebagai penolong mereka. Allah selalu memenuhi permintaan mereka, memperkuat, dan memenangkan mereka melawan orang-orang kafir.

Sobat. Orang-orang yang takwa selalu bersama Allah swt karena mereka terus menyucikan diri untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan melenyapkan kemasygulan yang ada pada jiwa mereka. Mereka tidak pernah merasa kecewa jika kehilangan kesempatan, tetapi juga tidak merasa senang bila memperoleh kesempatan. Demikian pula Allah selalu menyertai orang yang berbuat kebaikan, melaksanakan kewajiban mereka kepada-Nya, dan selalu menaati perintah dan menjauhi larangan-Nya. Pernyataan Allah kepada mereka yang takwa dan berbuat ihsan (kebaikan) dalam ayat ini mempunyai pengertian yang sama dengan pernyataan Allah dalam firman-Nya kepada Nabi Musa dan Harun a.s.:

Dia (Allah) berfirman, "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. (thaha/20: 46)

Juga mempunyai pengertian yang sama dengan firman Allah kepada malaikat:

(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman." (al-Anfal/8: 12)

Sobat. Waspadalah dan kendalikan hawa nafsumu karena hawa nafsu berpotensi menimbulkan empat keburukan kata Ibnu Qayyim al-Jauziyah :

1. Menghalanginya dari kebenaran; karena orang yang menuruti hawa nafsunya akan menolak bukti kebenaran dan hujjah.

2. Hawa nafsu berpotensi  merusak akal; karena usaha-usaha dan keptusannya tidak berimbang.

3. Hawa nafsu berpotensi menimbulkan konflik antar saudara, memperlebar jurang perbedaan-perbedaan dalam berbagai sudut  hingga menimbulkan perbedaan konflik.

4. Di samping itu hawa nafsu berpotensi menimbulkan perpecahan, bermalas-malasan, dan jauh dari jalan kebenaran.

Allah  berfirman :

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
 (٥٦)

مَآ أُرِيدُ مِنۡهُم مِّن رِّزۡقٖ وَمَآ أُرِيدُ أَن يُطۡعِمُونِ 
 (٥٧)

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.” ( QS Adh-dhariyat (51) : 56-57 )

Sobat.Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya. Dalam kaitan ini Allah swt berfirman: 

Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang MahaEsa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (at-Taubah/9: 31) 

Sobat. Pendapat tersebut sama dengan pendapat az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Dia tentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah. Ayat tersebut menguatkan perintah mengingat Allah swt dan memerintahkan manusia supaya melakukan ibadah kepada Allah swt.

Sobat. Abu al-A’la  berpendapat  bahwa ibadah  adalah  ketundukan dan penghambaan  secara total serta kepatuhan secara mutlak. Ibadah merupakan ketundukan kepada Allah SWT dengan sepenuh pengertiannya karena cinta kepada-Nya. Imam Syafi’I  dalam syairnya mengatakan, “ Kalaulah cinta Anda itu benar, maka tentulah Anda mentaati-Nya. Sesungguhnya orang yang mencintai senantiasa patuh kepada kekasihnya. Setiap waktu Dia menganugerahkan nikmat-Nya kepadamu, sedangkan kamu tidak mau berterima kasih kepada-Nya atas nikmat itu.”

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
CEO Educoach. Penulis Buku Goreskan Tinta Emas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Kamis, 24 Maret 2022

Allah Maha Penerima Taubat

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1TD4bC1ZUDYbShDslUS7HbotTiCa2dAdh


وَهُوَ ٱلَّذِي يَقۡبَلُ ٱلتَّوۡبَةَ عَنۡ عِبَادِهِۦ وَيَعۡفُواْ عَنِ ٱلسَّئَِّاتِ وَيَعۡلَمُ مَا تَفۡعَلُونَ
(٢٥)

“ Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan,” ( QS Ass-Syura (42) : 25 )

Tinta Media - Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia-lah yang menerima tobat hamba-Nya, memaafkan perbuatan dosa dan kejahatan. Sayyidina 'Ali pernah ditanya tentang tobat. Beliau menjawab, "Tobat itu ada enam syarat."
1. Menyesali perbuatan maksiat yang telah dikerjakan pada masa yang lalu.
2. Mengerjakan ibadah wajib yang telah ditinggalkan.
3. Mengembalikan hak orang yang telah diambilnya secara zalim.
4. Memaksakan diri merasakan pahitnya ketaatan sebagaimana dia merasakan manisnya maksiat.
5. Menundukkan hawa nafsunya dalam ketaatan sebagaimana ia telah memanjakannya dengan berbuat kemaksiatan.
6. Menangis sebagai ganti gelak tawa yang pernah dilakukannya.

Ayat ini ditutup dengan penjelasan bahwa Allah itu Maha Mengampuni segala dosa dan mengetahui segala apa yang dikerjakan hamba-Nya baik berupa kebaikan maupun berupa kejahatan, lalu mereka dibalas dengan pahala dan siksa.

Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang bertaubat dari sebuah dosa , itu seperti orang yang tidak pernah berdosa.”

۞أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ (١٦)
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” ( QS. Al-Hadid (57) : 16 )

Pada ayat ini Allah menegur dan memperingatkan orangorang Mukmin tentang keadaan mereka yang berlalai-lalai. Belum datangkah waktunya bagi orang-orang Mukmin untuk mempunyai hati yang lembut, senantiasa mengingat Allah, suka mendengar dan memahami ajaran-ajaran agama mereka, taat dan patuh mengikuti petunjuk-petunjuk kebenaran yang telah diturunkan, yang terbentang di dalam Al-Qur'an

Selanjutnya orang-orang Mukmin diperingatkan agar jangan sekali-kali meniru-niru orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah diberikan Kitab Taurat dan Injil. Sekalipun telah lama dan memakan waktu agak panjang, mereka belum juga mengikuti dan memahami ajaran mereka dan nabi-nabi mereka, sehingga hati mereka menjadi keras dan susah membantu, tidak lagi dapat menerima nasihat, tidak membekas pada diri mereka ancaman-ancaman yang ditujukan kepada mereka. Mereka mengubah Kitab yang ada di tangan mereka dan ajaran-ajaran Kitab mereka dilempar jauh-jauh. Pendeta dan pastur mereka jadikan tuhan selain Allah, membikin agama tanpa alasan. Kebanyakan mereka menjadi fasik, meninggalkan ajaran-ajaran mereka yang asli. Sejalan dengan ayat ini firman Allah:
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (al-Ma'idah/5: 13)

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". ( QS at-Tahrim (66) : 8 )

Seruan pada ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada Allah dan para rasul-Nya. Mereka diperintahkan bertobat kepada Allah dari dosa-dosa mereka dengan tobat yang sebenar-benarnya (tobat nasuha), yaitu tobat yang memenuhi tiga syarat. Pertama, berhenti dari maksiat yang dilakukannya. Kedua, menyesali perbuatannya, dan ketiga, berketetapan hati tidak akan mengulangi perberbuatan maksiat tersebut.

Bila syarat-syarat itu terpenuhi, Allah menghapuskan semua kesalahan dan kejahatan yang telah lalu dan memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Pada saat itu, Allah tidak mengecewakan dan menghinakan Nabi saw dan orang-orang yang beriman bersamanya. Bahkan pada hari itu, kebahagiaan mereka ditonjolkan, cahaya mereka memancar menerangi mereka waktu berjalan menuju Mahsyar tempat diadakan perhitungan dan pertanggungjawaban. Mereka itu meminta kepada Allah agar cahaya mereka disempurnakan, tetap memancar dan tidak akan padam sampai mereka itu melewati sirathal Mustaqim, tempat orang-orang munafik baik laki-laki maupun perempuan memohon dengan sangat agar dapat ditunggu untuk dapat ikut memanfaatkan cahaya mereka.
Mereka juga memohon agar dosa-dosa mereka dihapus dan diampuni.

Dengan demikian, mereka tidak merasa malu dan kecewa pada waktu diadakan hisab dan pertanggungjawaban. Tidak ada yang patut dimintai untuk menyempurnakan cahaya dan mengampuni dosa kecuali Allah, karena Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu, berbuat sesuai dengan kodrat dan iradat-Nya.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
CEO Educoach dan Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI TRibakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab