Tinta Media: NKRI
Tampilkan postingan dengan label NKRI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NKRI. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 19 Agustus 2023

SYARIAH YESS, KHILAFAH YESS, PANCASILA NO, NKRI NO

Tinta Media - Kalau basis kesetiaan akan perjuangan adalah merujuk pada komitmen founding fathers, maka bagi umat Islam wajib terikat dan setia pada Khilafah. Mengingat, founding fathers umat Islam adalah para sahabat. Sementara, para sahabat pasca meninggalnya Rasulullah Saw telah bersepakat dengan Khilafah.

Saat Rasulullah Saw mangkat, para sahabat bermusyawarah di Saqifah Bani Saidah, berdebat tentang siapa pemimpin Umat Islam pengganti Rasulullah Saw. Lalu, para sahabat kemudian bersepakat membai'at Abu Bakar RA sebagai Khalifah.

Sementara bentuk negara dengan sistem Khilafah tidak diperdebatkan. Para sahabat telah paham dan sepakat, bahwa negara yang diwariskan Nabi Muhammad Saw berbentuk Khilafah. Para sahabat hanya berdebat tentang siapa Khalifahnya, dan akhirnya berakhir dengan kesepakatan membai'at Abu Bakar.

Para sahabat tidak pernah melirik sistem Republik, Kerajaan maupun Kekaisaran (seperti Romawi dan Persia ketika itu). Para sahabat memilih setia dan menaati Nabi Muhammad Saw, dengan melanjutkan kekuasaan Nabi melalui sistem Khilafah.  

Kenapa Sahabat melanjutkan kekuasaan Nabi dengan sistem Khilafah? 

Karena esensi kekuasaan Nabi adalah untuk menerapkan syariat Islam. Dan hanya sistem Khilafah, yang punya visi menerapkan syariat Islam, melaksanakan kedaulatan Syara'.

Republik melaksanakan kedaulatan rakyat, kerajaan melaksanakan kedaulatan Raja, kekaisaran melaksanakan kedaulatan kaisar. Sehingga, syariat Islam tidak kompatibel dengan sistem Republik, Kerajaan maupun kekaisaran.

Adapun Pancasila, bukan wahyu, bukan ajaran Nabi, bukan peninggalan para sahabat. Pancasila hanyalah buah pikir Soekarno dan diperdebatkan oleh sejumlah tokoh.

Adapun piagam Jakarta, juga hanya perdebatan sejumlah tokoh yang juga tidak meningkatkan statusnya menjadi dalil. Bahkan, piagam Jakarta menghasilkan konsensus yang batil berupa 'kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya'.

kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya, adalah konsensus batil. Karena syariat Islam berlaku bagi seluruh umat, sebagai Rahmat bagi semesta alam.

Pada era Nabi, syariat Islam diterapkan kepada seluruh warga negara Islam di Madinah, termasuk Bani Qoinuqo, Bani Quraizhah dan Bani Nadzir yang Yahudi, kepada kaum Nasrani dan Majusi.

Dalam konsepsi Khilafah yang menerapkan Islam, warga negara Khilafah ada yang muslim dan ahludz dzimmah. Keberlakuan syariat Islam bagi seluruh warga negara, bukan hanya bagi yang beragama Islam.

Dalam Islam, siapapun pembunuh baik pelakunya beragama Islam maupun non Islam, hukumannya diterapkan Islam yakni disanksi bunuh. Siapapun yang mencuri, baik muslim maupun non muslim akan dipotong tangannya. Siapapun yang berzina, baik muslim maupun non muslim akan dirajam.

Siapapun warga negara, baik muslim maupun non muslim wajib mendapatkan pelayanan dari Khilafah, berupa jaminan pemenuhan kebutuhan hidup yang bersifat basic, baik sandang, pangan dan papan. Khilafah memberi makan kepada semua rakyat, bukan hanya yang beragama Islam saja.

Republik adalah sistem batil, karena tidak menerapkan Islam melainkan menerapkan hukum rakyat. Meskipun disebut Republik Islam, tetap saja batil karena pemberlakuan hukum Allah SWT wajib tunduk pada UU rakyat.

Jadi, sebagai umat Islam maka wajib terikat dengan kesepakatan founding fathers, yakni para sahabat. Wajib terikat dengan syariat Islam dan memperjuangkan sistem Khilafah. Syariah dan khilafah yess, Pancasila dan NKRI No. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik 

Selasa, 30 Agustus 2022

ANTI KHILAFAH ANTI HT1, JUALAN RADIKALISME, SOK NKRI SOK PANCASILA, KAROMANI TERNYATA MALING!

Tinta Media - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penangkapan Rektor Universitas Lampung (Unila) Karomani. Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri mengatakan, saat ini Karomani tengah diperiksa di Gedung KPK, Jakarta.

Ali mengatakan, KPK melakukan operasi tangkap tangan di dua wilayah, yakni Bandung, Jawa Barat dan Lampung, pada Sabtu dini hari. 

Karomani disebut diduga menerima suap senilai sekitar Rp 2 miliar. Akan tetapi belum jelas suap itu terkait apa. 

Karomani sebelumnya diketahui memimpin Forum Rektor untuk menangkal radikalisme. Dia terkenal anti Khilafah, anti HTI.

Sebagai Ketua Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB), Karomani, sering jualan radikalisme dan anti Khilafah. Jualan pancasila dan NKRI harga mati. Sok jagoan menentang Khilafah, ternyata maling.

Karomani, menambah deret nama orang yang sok pancasila, sok NKRI harga mati, menentang Khilafah, yang nyatanya maling. Sebelumnya, nama-nama seperti Rohmahurmuzy eks ketua PPP, Imam Nahrawi politisi PKB, juga paling sok Pancasila, anti Khilafah dan paling gencar jualan radikalisme. Faktanya mereka semua maling.

Sama seperti Setya Novanto, Idrus Marham, Juliari Peter Batubara, semuanya sok pancasilais. Ternyata, maling semua.

Sekarang tinggal kita perhatikan, yang jualan radikalisme, terorisme, menolak Khilafah dan ngakunya paling pancasila dan paling NKRI. Tunggu saja waktunya, ujung-ujungnya mereka diciduk KPK karena maling.

Semestinya, kalau tidak sependapat dengan Khilafah, minimal diam. Bukan menghalangi, apalagi menentang.

Pejuang Khilafah hanya menjalankan perintah Allah SWT. Berani berurusan dengan pejuang Khilafah, sama saja berani berurusan dengan Allah SWT.

Hati-hati, jangan menolak Khilafah apalagi menentangnya. Khilafah adalah ajaran Islam, dari Allah SWT. Berani berurusan dengan Khilafah, siap-siap dicokok KPK seperti Karomani. [].

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik


Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab