Tinta Media: Muslimah
Tampilkan postingan dengan label Muslimah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Muslimah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 21 Januari 2024

Ilusi Feminisme dan Gender bagi Perempuan, Saatnya Muslimah Ber-Islam Kaffah!



Tinta Media - Permasalahan mengenai perempuan sepertinya masih menjadi isu yang krusial untuk dibahas. Faktanya, di zaman yang semakin modern ini, ada kelompok tertentu yang beranggapan bahwa perempuan masih dianggap sebagai kelas kedua. Mereka menganggap kaum perempuan diperlakukan lebih rendah dibandingkan kaum laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karenanya, mereka terus berupaya menyuarakan ide kesetaraan dan keadilan gender. Sederhananya, kesetaraan gender menginginkan agar perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama tanpa ada diskriminasi berdasarkan jenis kelamin. 

Kesetaraan gender semakin meluas seiring bertambahnya negara yang mengemban ide kapitalisme-sekuler, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri pemerintah menindaklanjuti ide kesetaraan gender dengan mengintegrasikannya pada pembangunan nasional, yaitu dengan melaksanakan pembangunan pemberdayaan perempuan melalui pendekatan kesetaraan dan keadilan gender (KKG). 

Terkini, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menyatakan bahwa selama 2023, perempuan semakin berdaya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Gender (IPG). Perempuan berdaya akan menjadi landasan yang kuat dalam pembangunan bangsa. 

Keterwakilan perempuan dalam lini-lini penting dan sektoral juga ikut mendorong kesetaraan gender di Indonesia yang semakin setara. Hal itu disampaikan oleh Deputi Bidang Kesetaraan Gender KemenPPPA Lenny N Rosalin dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (06/01/2024), sebagaimana yang dilansir oleh republika.co.id (06/01/2024). 

Di tengah berbagai problematika yang menghantam perempuan saat ini, benarkah ide kesetaraan gender mampu menjadi solusi? Mampukah ide ini memberikan kesejahteraan dan kemuliaan bagi perempuan? 

Feminisme-Gender, Buah dari Sistem Batil Kapitalisme-Sekuler 

Jika melihat sejarah munculnya ide kesetaraan gender, maka tidak bisa dilepaskan dari paham feminisme ekstrem yang lahir di Barat. Pada saat itu, Barat memang menganggap wanita sebagai kelas kedua. Maka, lahirnya gerakan feminisme  memiliki tujuan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dengan menetapkan kesetaraan pada seluruh aspek. 

Ide feminisme atau kesetaraan gender juga sengaja disebarkan dan dicekokkan pada umat Islam. Barat menilai bahwa ajaran Islam bersifat membatasi dan menindas kaum perempuan. 

Akibat adanya sekularisme di tengah umat Islam, maka ide feminisme dan gender pun mulai diusung oleh sebagian Muslimah yang teracuni pemikirannya dengan pemikiran Barat tersebut. 

Sejatinya, semua ide tersebut, baik feminisme dan gender merupakan buah dari sistem kapitalisme-sekuler yang batil, karena sistem ini memisahkan agama dari kehidupan. Mereka menghambakan diri pada ide kebebasan (liberalisme) sehingga dalam kehidupannya menganggap manusia bebas melakukan apa pun tanpa batasan, termasuk membuat aturan kehidupan sendiri. 

Paham kapitalisme-sekuler nyatanya berkelindan dengan segala kerusakan yang terjadi saat ini. Kerusakan yang terjadi juga berpengaruh pada tingkat kesejahteraan perempuan. Gagalnya negara kapitalisme-sekuler dalam menjamin kesejahteraan masyarakat, khususnya perempuan bukanlah isapan jempol belaka. Sekalipun ide feminisme dan gender telah digaungkan, faktanya saat ini perempuan masih saja mendapatkan permasalahan dalam hidup. Ini terbukti dengan tingginya KDRT, banyaknya angka perceraian, pelecehan, dan kekerasan seksual yang dialami perempuan. 

Adapun tuduhan ajaran Islam membatasi dan menindas kaum perempuan hanyalah fitnah keji yang lahir dari para pembenci Islam. Mereka mengambinghitamkan dan menyerang syariat Islam. Mereka menuduh hal yang sebenarnya tidak terjadi dalam Islam. Segala kemalangan yang menimpa umat, termasuk perempuan saat ini adalah akibat tidak adanya penerapan syariat Islam secara kaffah. Sejatinya, Islam itu menyejahterakan, melindungi, bahkan memuliakan perempuan. 

Adapun sumber masalah saat ini adalah karena penerapan sistem kapitalisme sebagai dasar kehidupan manusia. Kapitalisme jelas menjadikan manusia sangat menderita. 

Ekonomi kapitalis melahirkan kemiskinan yang mengerikan, yang memaksa para perempuan bekerja keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarga. Banyak perempuan yang mengeksploitasi diri sendiri demi mendapatkan uang, akibat sulitnya lapangan pekerjaan bagi kaum laki-laki. 

Alhasil, tak sedikit kaum ibu yang berganti peran menjadi tulang punggung untuk mencari nafkah sehingga mengabaikan tugas utamanya sebagai pendidik generasi (madrasatul ula' atau pendidik pertama bagi anak-anaknya). 

Tekanan ekonomi yang berat ditambah lagi mahalnya biaya untuk memenuhi kebutuhan dasar baik biaya kesehatan, biaya pendidikan, dan kebutuhan sandang, pangan, dan papan menjadikan perempuan atau kaum ibu sangat rentan mengalami stres, bahkan kehilangan naluri keibuannya. 

Fakta di atas menjadi bukti gagalnya negara dengan asas kapitalisme-sekuler dalam menjamin kesejahteraan umat, khususnya perempuan. Oleh karena itu, berharap pada ide feminis ataupun kesetaraan gender adalah hal yang sia-sia. Alih-alih menyejahterakan dan memuliakan perempuan, ide tersebut justru membawa perempuan jatuh pada kehinaan dan jauh dari fitrah perannya yang mulia. Dengan demikian, jelas bahwa feminisme dan gender hanyalah ilusi bagi perempuan. 

Hanya Islam yang Mampu Memuliakan Perempuan 

Penerapan syariat Islam secara kaffah dalam institusi daulah khilafah pastinya akan memberikan rahmat bagi seluruh alam. Hal ini karena sejatinya Islam sebagai agama sekaligus pandangan hidup yang memiliki aturan yang sempurna akan menjalankan mekanisme yang mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh umat, termasuk kaum perempuan. 

Islam tak pernah menempatkan perempuan pada kelas kedua, atau lebih rendah posisinya dari laki-laki. Allah Swt. tidak memuliakan seseorang berdasarkan jenis kelamin. Baik laki-laki maupun perempuan kedudukannya sama di mata Allah, sebagaimana yang disebutkan dalam surat al-Hujurat, ayat 13, 

"Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa." 

Adapun posisi perempuan dalam Islam di tempatkan pada posisi yang terhormat dan mulia, karena perempuan memiliki peran yang luar biasa yaitu melahirkan dan mencetak generasi. Oleh karenanya, khilafah akan memastikan terjaminnya peran perempuan tersebut. 

Penerapan Islam secara kaffah yang khas dan sempurna dalam aspek sosial, ekonomi, dan politik akan tegas menjaga kehormatan perempuan. Adanya syariat yang melarang perempuan untuk bertabaruj, larangan perempuan keluar rumah tanpa mahram jika lebih dari sehari-semalam, dan kewajiban menutup aurat secara sempurna (dengan menggunakan jilbab dan kerudung) bukanlah bentuk pengekangan Islam terhadap kebebasan perempuan, melainkan sebuah aturan yang mampu menjaga kehormatan dan kemuliaannya. 

Sebagai pengurus urusan rakyat, khilafah akan menjamin ketersediaan lapangan pekerjaan bagi laki-laki sebagai pencari nafkah, sehingga tak akan ada lagi perempuan yang terpaksa keluar rumah untuk bekerja, apalagi berperan sebagai tulang punggung keluarga. Jika tak ada wali yang mampu menafkahi, maka khalifah akan bertanggung jawab menjamin kebutuhan pokoknya secara langsung. Dengan begitu, para ibu bisa fokus untuk menjalankan kewajiban utamanya, yaitu sebagai pengurus keluarga dan anak-anaknya (al umm wa robbatul bait). 

Hukum perempuan bekerja dalam Islam adalah mubah. Oleh karenanya, Islam tidak akan memaksa perempuan keluar rumah untuk bekerja. Bahkan, khalifah akan melarang perempuan bekerja jika pekerjaan tersebut justru bertujuan mengeksploitasi sisi sensualitas mereka. Misalnya sebagai model dan peragawati, karena pekerjaan semacam itu justru menghinakan kaum perempuan. 

Pengontrolan negara terhadap media massa dan konten-konten yang ditayangkan pun akan menjadi upaya untuk menjaga keamanan dan kehormatan perempuan. Konten berbau maksiat, pornografi-pornoaksi, ataupun yang bersifat kekerasan akan dilarang total karena hal-hal tersebut bisa menyuburkan kemaksiatan di tengah masyarakat dan akan berakibat pada pelanggaran kehormatan perempuan. 

Selain pengontrolan media, upaya lain yang juga akan dilakukan khalifah untuk memberikan jaminan keamanan bagi perempuan adalah dengan menerapkan sistem persanksian Islam (uqubat Islam). Setiap pelaku pelanggaran akan dikenai sanksi sesuai ketetapan syariah dan kebijakan khalifah. Dengan begitu, perempuan akan merasa aman dari kejahatan yang mengancam dirinya, seperti kekerasan, pelecehan, pemerkosaan, dll. 

Demikianlah mekanisme Islam dalam menyejahterakan dan memuliakan kehormatan perempuan. Hal ini sudah terbukti selama 13 abad lamanya ketika Islam diterapkan secara kaffah dalam institusi daulah khilafah. Oleh karenanya, sebagai seorang muslimah yang taat, kita harus sadar dan yakin bahwa ide feminisme ataupun kesetaraan gender bukanlah solusi bagi permasalahan perempuan saat ini. Justru kita harus semakin yakin bahwa hanya Islamlah satu-satunya yang mampu menjamin kehormatan, ketenteraman, dan kemuliaan perempuan. Wallahu a'lam bi ash-shawab.


Oleh: Wiwit Irma Dewi, S.Sos.I
(Pemerhati Sosial dan Media) 

Selasa, 09 Januari 2024

Tantangan Muslimah di Tahun 2024



Tinta Media - Memasuki tahun 2024, ada yang menarik sekaligus membuat miris saat berbicara tentang muslimah. Pasalnya, permasalahan yang dialami oleh kaum perempuan Indonesia yang mayoritas muslimah ternyata begitu kompleks. Proyek kapitalisasi besar-besaran yang menyasar kaum perempuan dengan segala narasi ‘manis dan menyenangkan’ telah sukses membawa kehidupan mereka semakin dilingkupi oleh berbagai kesempitan hidup. Narasi kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, perempuan bangkit ekonomi melejit, dan lain sebagainya nyatanya malah beracun. Fakta tingginya kasus perceraian, kemiskinan, pengangguran, kekerasan seksual, KDRT, human trafficking, kasus aborsi tidak terlepas dari kehidupan muslimah. Jika diungkap data per kasus, jelas akan membuat miris dan meringis. Dan masalah tersebut terus saja meningkat dari tahun ke tahun. 

Setidaknya ada 4 tantangan besar muslimah di tahun 2024 ini, dengan melihat bagaimana kondisi mereka selama tahun 2023 yang baru saja dilewati. Pertama adalah tantangan ‘ekonomi.’ Tantangan ini begitu dirasakan oleh kaum perempuan khususnya muslimah. Godaan berat di ranah ekonomi telah menghipnotis mayoritas dari mereka untuk terjun sebagai pelaku aktif ekonomi. Di tengah makin sulitnya akses ekonomi yang menimpa kaum laki-laki. Akhirnya, secara tak langsung dan tak sadar, peran utama sebagai pendidik pertama generasi dan pengatur rumah tangga mulai bergeser orientasinya. 

Tantangan kedua yakni berupa tantangan ‘politik.’ Ini yang sering kali membawa kaum muslimah pada kondisi dilema. Di mana muslimah dihadapkan dengan politik demokrasi yang menjadikan kesetaraan gender sebagai ‘jargon’ perempuan berpolitik dan memperjuangkan 30% kursi parlemen untuk mereka. Meski faktanya sistem politik yang ada memiliki karakter buruk, rusak dan merusak siapa pun yang masuk ke dalamnya. Lebih-lebih, standar untuk terjun ke dunia politik praktis hari ini adalah terletak pada kemampuan membeli suara. Sedangkan suara politik itu tidaklah murah, harus bermodal ratusan juta, miliaran bahkan triliunan tergantung level kekuasaannya. Akhirnya, muslimah yang telah sukses naik ke panggung politik harus berpikir bagaimana modal yang sudah dikeluarkan bisa kembali bahkan bertambah. Ujung-ujungnya, muslimah ikut terjerat praktik busuk korupsi berjamaah.

Tantangan ketiga yang tak kalah berat adalah tantangan ‘sosial dan budaya’. Semakin ke sini, dunia makin bebas. Budaya asing yang tidak berasal dari Islam justru menjadi ikon budaya yang dibuat trend dan digandrungi kaum muslimah. Baik fashion, musik, termasuk film mencerminkan hilangnya rasa malu pada diri muslimah. Canggihnya teknologi tak dibarengi dengan penerapan sistem sosial dan budaya yang manusiawi akhirnya menyeret mereka ke jurang masalah. Perselingkuhan, pelakor, aborsi, pelecehan seksual, masalah mental health, hingga bunuh diri menjadi buah dari kacaunya pengaturan dalam kehidupan sosial di tengah-tengah mereka.

Dan yang keempat adalah tantangan ‘ideologis’. Dari tantangan-tantangan yang ada, tantangan ideologis inilah yang paling berat. Sebab, muslimah berada dalam pengaruh kuat ideologi sekuler kapitalis yang sedang bercokol hari ini. Dan korbannya bukan hanya muslimah yang biasa-biasa saja. Tetapi muslimah yang sudah mengkaji Islam pun terkena imbasnya. Sesuai dengan namanya, ideologi ini menjadikan kebebasan dan hedonisme sebagai standar kebahagiaan. Wajar bila pengaruhnya mampu mengamputasi peran muslimah dalam ranah domestik maupun publik. Narasi kapitalisme tentang ‘muslimah tangguh, muslimah cerdas, muslimah mandiri’ itu adalah saat mereka mampu bangkit secara ekonomi. Padahal narasi tersebut justru telah melemahkan peran wajib mereka sebagai ibu, istri dan pejuang Islam. Walhasil, waktu hidup mereka terforsir untuk mengejar cuan dan merasa senang jika mampu membeli produk-produk kecantikan yang sejatinya mereka adalah pasar bagi para kapital.

Keadilan Islam Meletakkan Peran Utama Perempuan Dalam Kehidupan

Islam merupakan satu-satunya agama yang benar di sisi Allah SWT. Dan umatnya diberi predikat sebagai umat terbaik. Oleh karena itu, tidak ada kebaikan yang paling baik kecuali hanya pada Islam saja. Maka, saat menginginkan solusi terbaik bagi muslimah dalam menghadapi tantangan yang ada adalah dengan kembali pada standar Islam memandang tantangan-tantangan ini.

Solusi Islam ini bisa kita pahami dengan memahami bagaimana Islam memandang perempuan atau muslimah. Islam memiliki pandangan yang khas terhadap perempuan. Perempuan adalah kehormatan yang harus dijaga. Oleh sebab itu, Islam memberikan posisi terhormat pada kaum hawa ini sebagai ‘ummun wa rabbatul bayyt’ yakni ibu dan istri (pengatur rumah tangga). Laki-laki dan perempuan diberikan hak yang sama. Dan kemuliaan keduanya ditentukan oleh kadar ketaqwaannya, bukan sekadar gender. Maka, Islam tidak pernah menjadikan materi sebagai mahkota dan tujuan yang dikejar-kejar. Melainkan hanya ridlo Allah SWT saja yang menjadi mahkota dan tujuan akhir dari setiap peran yang dilakukan.

Dalam mencapai ridlo Allah SWT, Islam telah mengatur jalur bagi laki-laki dan perempuan. tentu ada perbedaan jalur di antara keduanya. Misalnya, dalam perkara nafkah. Dalam Islam, jelas bahwa laki-laki adalah penanggung jawab nafkah rumah tangga. Sedangkan perempuan hanya mubah saja, itu pun jika suami mengizinkan. Terdapat sebuah hadist yang menggambarkan bahwa jalur perjuangan laki-laki dan perempuan itu berbeda. Yakni saat seorang muslimah bernama Zaenab mendatangi Nabi Saw. dan mengatakan, “Aku telah diutus kaum wanita kepada engkau. Jihad yang diwajibkan Allah kepada lelaki itu, jika mereka terluka parah, mereka mendapat pahala. Mereka hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezeki. Manakala kami kaum wanita sering membantu mereka. maka apakah pula balasan untuk kami atas semua itu?”, kemudian Nabi Saw. menjawab, “Sampaikanlah kepada sesiapa yang engkau temui daripada kaum wanita. Bahwasanya, taat pada suami serta mengakui haknya adalah menyamai pahala orang yang berjihad di jalan Allah. Tetapi adalah ‘sangat sedikit’ daripada golongan kamu yang dapat melakukan demikian”.

Dari hadist tersebut jelas bahwa menjadi ibu dan istri bagi perempuan merupakan peran yang paling utama dan mulia. Peran ini juga memiliki nilai politis dan strategis. Karena para ibu yang menjadi madrasah pertama inilah, lahir generasi yang berkualitas, calon pemimpin yang akan mengaruskan perubahan, mengganti bangunan peradaban kapitalisme yang rapuh dengan bangunan kokoh peradaban Islam. Karena hanya dengan tegaknya peradaban Islam, solusi berbagai masalah manusia akan terpecahkan.

Dengan demikian, menjadi kewajiban bagi muslimah untuk meningkatkan kualitas diri, yakni dengan memperkuat kepribadiannya dengan menjadikan aqidah Islam sebagai standar berpikir dan bersikap. Dan sekaligus menjadi PR besar muslimah di tahun 2024 untuk memperkuat pemahaman Islamnya dengan jalan mengkaji Islam secara intens dan istiqomah. Karena Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari perkara thaharah hingga perkara dakwah dan khilafah. Fiks, muslimah butuh ngaji!! Wallaahua’lam

Oleh: Yulida Hasanah
(Aktivis Muslimah Brebes) 

Senin, 11 Desember 2023

Hamnah binti Jahsy, Sosok Muslimah Pejuang Generasi Awal



Tinta Media - Berbekal keimanan yang kuat, Hamnah binti Jahsy termasuk sosok wanita yang berjuang dalam menegakkan panji-panji agama Islam. Narator Muslimah Media Center (MMC) menyebut bahwa Hamnah turut berjuang di medan perang Uhud bersama 13 perempuan lainnya. Perjuangan tersebut disertai dengan kesabaran yang luar biasa yang sudah seharusnya ada pada diri orang mukmin. 

“Beginilah gambaran muslimah generasi awal yang telah terlibat secara aktif dalam pergerakan dakwah dan jihad bersama kaum muslim lainnya,” ujarnya dalam video Inspiring Woman: Teladan Istri Mush'ab bin Umair dalam Perjuangan Islam, pada kanal YouTube Muslimah Media Center, Jumat (8/12/2023). 

Dikatakan, para muslimah ini bertugas di belakang pasukan Islam. "Tugas mereka tidak kalah penting yakni memberi air bagi yang haus, membawa yang terluka keluar dari pertempuran lalu mengobati luka tersebut," ungkapnya. 

Pada perang inilah, lanjutnya, Hamnah harus rela kehilangan suami tercintanya, Mush'ab bin Umair, yang syahid. Tidak hanya itu ia juga kehilangan paman dan saudara laki-lakinya. 

“Meski kehilangan keluarga saat bertempur di Perang Uhud, Hamnah binti Jahsy tidak emosi atau bahkan mengeluh dengan perasaan yang sedih. Ia tetap berusaha untuk ikhlas dan rela menerima takdir tersebut,” ungkapnya betapa kuatnya iman Hamnah. 

Tempaan Rasulullah

Dijelaskan narator, keterlibatan para muslimah dalam perjuangan Islam di Makkah maupun Madinah sejatinya tidak lepas dari pemahaman yang utuh terhadap Islam. "Mereka memahami bahwa Islam bukan sekedar agama ritual tetapi sebuah ideologi yang akan memancarkan cahayanya untuk menerangi umat manusia di seluruh dunia," ujarnya. 

“Ideologi Islam yang menancap dalam diri mereka telah mendorongnya untuk terlibat dalam amal dakwah bahkan jihad,” jelasnya. 

Dan pemahaman yang seperti itu, lanjutnya, tidak didapatkan kecuali melalui pembinaan Islam atau tasqif yang telah ada sejak masa awal kemunculan Islam, bahkan pembinaan Islam itu semakin masif diadakan oleh Rasulullah Saw setelah hijrah ke Madinah. 

“Inilah yang harus dilakukan oleh para muslimah hari ini, yakni membina diri dengan pemikiran dan pola sikap Islam hingga terbentuk syakhsiyah Islam atau kepribadian Islam dalam diri mereka,” tegasnya. 

Para muslimah, bebernya, juga tidak boleh memisahkan diri dari perjuangan umat Islam secara keseluruhan. Jika hari ini negeri-negeri Islam belum diatur oleh aturan Islam dalam bingkai bermasyarakat dan bernegara, maka inilah yang harus menjadi arah perjuangan muslimah. 

“Kesadaran politik Islam ini akan mendorong para muslimah untuk mendakwahkan Islam sebagai way of life di tengah-tengah umat hingga Allah memberikan pertolongannya dengan tegaknya kehidupan Islam yang telah dijanjikan,” pungkasnya. [] Langgeng Hidayat

Selasa, 19 September 2023

Polemik Ciput, Abainya Negara dalam Memahamkan Busana Muslimah

Tinta Media - Ramai diperbincangkan seorang guru SMP Negeri 1 Sidodadi, Lamongan, Jawa Timur membotaki kepala 19 siswi kelas IX karena tidak mengenakan dalaman kerudung alias ciput. Tanpa ciput, rambut yang merupakan aurat memungkinkan bisa kelihatan.

Pegiat HAM menyatakan bahwa tindakan tersebut “paling intimidatif” dan mendesak agar dinas pendidikan segera mencabut peraturan wajib jilbab. (bbc.com, 30/8/2023)
Andreas Harsono, seorang pegiat HAM dari Human Right Watch mengatakan bahwa selama dua dekade terakhir, banyak perempuan muslim di Indonesia kerap menghadapi tuntutan hukum dan tekanan sosial untuk mengenakan apa yang disebut busana Muslimah.

"Saya tidak mempermasalahkan jilbabnya. Yang saya permasalahkan itu peraturan yang mewajibkan disertai hukuman," ungkap Andreas kepada BBC News Indonesia.
Padahal, pihak sekolah telah mengklaim bahwa sudah ada mediasi dengan keluarga siswa. Namun, Andreas mengaku kurang yakin dengan klaim pihak sekolah, sebab menurutnya sering kali orang tua murid hanya setuju untuk berdamai karena adanya tekanan dari pihak sekolah, dinas pendidikan, maupun aparat penegak hukum.

Perlu diketahui bahwa pemakaian ciput memang penting untuk model berkerudung anak-anak zaman sekarang yang rambutnya sering kelihatan, meski sudah berkerudung. Dalam pandangan Islam, rambut adalah bagian aurat perempuan yang wajib ditutupi, bahkan tidak boleh terlihat meski hanya satu helai saja.

Hanya saja, esensi berkerudung bagi para Muslimah saat ini tidak dipahami sebagai sebuah kewajiban yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka cenderung mengenakan kerudung hanya karena tren, sehingga tidak memerhatikan aturan-aturan ketika menutup aurat.
Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, dan kerudung adalah kain penutup kepala yang menjulur menutupi dada. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Quran surah An-Nur ayat 31:

وَقُل لِّلۡمُؤۡمِنَٰتِ يَغۡضُضۡنَ مِنۡ أَبۡصَٰرِهِنَّ وَيَحۡفَظۡنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبۡدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنۡهَاۖ وَلۡيَضۡرِبۡنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّۖ

"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung (penutup kepala) ke dadanya." (QS. An-Nur: 31)

Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu menyatakan bahwa makna "Perhiasannya (auratnya) kecuali yang (biasa) terlihat" adalah muka dan telapak tangan. Imam At Thabari dalam kitab Jami' Al-bayan Fi Tafsiril Quran juz 18 halaman 94, juga menyatakan pendapat yang paling kuat dalam masalah ini adalah pendapat yang menyatakan bahwa sesuatu yang biasa tampak pada wanita adalah muka dan telapak tangan.

Dari Aisyah Radhiyallahu anha, "Asma binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan memakai pakaian yang tipis, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun berpaling darinya dan bersabda: "Wahai Asma sesungguhnya seorang wanita itu jika sudah haid atau sudah baligh tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali ini dan ini. Beliau menunjuk wajahnya dan kedua telapak tangannya." (HR Abu Daud no 4140. Dalam Al Irwa [06/203] Al Albani berkata Hasan dengan keseluruhan jalannya)

Maka jelas, siapa pun yang mengaku sebagai muslim dan orang beriman, tidak ada perbedaan atau khilafiah dalam memahami aurat dan bagaimana cara menutup aurat yang sempurna, termasuk mengenakan kerudung. Hanya saja, sekalipun Allah dan Rasul-Nya telah jelas dan gamblang menjelaskan perkara ini, tetapi perintah tersebut begitu susah dipahami dan diamalkan pada masa sekarang.

Kaum muslimin memahami bahwa kerudung adalah busana muslimah, tetapi sekadar sebagai pilihan bukan kewajiban. Akibatnya, muncul pendapat bahwa kewajiban berkerudung di sekolah adalah tindakan intoleran dan tindakan bullying. Pendapat inilah yang diambil oleh para penggiat HAM. Oleh karena itu, mereka akan bersuara nyaring mengecam setiap upaya mewajibkan kerudung bagi siswa muslim sebagai bentuk pemaksaan alias intoleran.

Sistem sekularisme liberalisme yang mendominasi pemikiran kaum muslimin saat ini membuat kewajiban mulia sebagai paksaan. Tidak mengherankan sebab paham sekularisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Aturan agama hanya dianggap sebuah pilihan, bukan kewajiban yang harus ditaati. Dari situlah muncul ide liberalisme yang membuat manusia berpikir dan bertingkah laku bebas sesuai dengan kenyamanan dan keinginannya, bukan bertingkah laku sesuai syariat Allah.
Sangat berbeda dengan sistem Islam ketika diterapkan secara praktis oleh negara bernama Khilafah. Dalam negara Khilafah, perintah Allah untuk menutup aurat secara sempurna tidak akan menjadi masalah. 

Semua yang diberikan kewajiban tersebut akan dengan senang hati menjalankannya karena baik individu, masyarakat, maupun negara sama-sama menjalankan syariat Islam dalam segala aspek kehidupan.

Sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitabnya Daulah Islam bab Siyasah Ad Daakhiliyah (Politik Dalam Negeri) menjelaskan bahwa sumber aturan negara Khilafah adalah Al-Qur'an dan Sunnah, sehingga seluruh kebijakan, perundang-undangan, maupun ketetapan khalifah (pemimpin) akan bersumber darinya.

Terkait menutup aurat, Islam telah menetapkan bahwa para muslimah wajib mengenakan kerudung atau khimar berdasarkan Qur'an surah An-Nur ayat 31 dan memakai baju panjang tanpa potongan seperti gamis atau jilbab berdasarkan Qur'an surah Al-Ahzab ayat 59 yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ قُل لِّأَزۡوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ يُدۡنِينَ عَلَيۡهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّۚ ذَٰلِكَ أَدۡنَىٰٓ أَن يُعۡرَفۡنَ فَلَا يُؤۡذَيۡنَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا

"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha penyayang." (QS. Al-Ahzab: 59)

Meskipun seruan syariat ini menjurus pada aktivitas individu, tetapi Khilafah merupakan penerap syariat Kaffah dan penjaga agar setiap individu warganya senantiasa dalam ketaatan. Karena itu, Khilafah sebagai institusi negara wajib menyuasanakan hal tersebut melalui kebijakannya.

Syaikh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitab yang lain, yakni Nidhomul Ijtima'iy (Sistem Pergaulan Islam) menjelaskan bahwa jilbab atau pakaian lorong adalah pakaian wajib untuk para perempuan ketika keluar rumah. Khalifah berhak menetapkan sanksi ta'zir kepada mereka yang tidak mengenakannya.
Kebijakan ini akan memiliki implikasi kepada warga Khilafah, khususnya para perempuan. Bagi warga Khilafah yang muslimah, mereka akan menjalankan kebijakan tersebut dengan penuh kesadaran sebagai hamba Allah dan aturan negara.

Sedangkan bagi warga Khilafah yang nonmuslimah, perempuan kafir misalnya, mereka akan menjalankan aturan ini sebagai bentuk ketundukan pada kebijakan negara. Dengan begitu, masyarakat dalam Khilafah akan memahami dan menjalankan kewajiban, termasuk menutup aurat sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan pasti tidak ada lagi perdebatan tentang seragam sekolah bagi muslimah seperti saat ini. Hal ini karena di tempat umum seperti sekolah, semua muslimah akan menutup aurat mereka dengan senang hati. Wallaahu A'lam bis Shawab.

Oleh: Nur Itsnaini Maulidia (Aktivis Dakwah)

Selasa, 03 Januari 2023

Masya Allah, 75 Ribu Muslimah Peduli Generasi Saksikan Risalah Akhir Tahun 2022!

Tinta Media - Sekitar 75 ribu muslimah peduli generasi pemimpin umat seluruh Indonesia berkumpul menyaksikan acara risalah akhir tahun 2022.

"Alhamdulilah, ada lebih dari 75.000 peserta baik via streaming YouTube maupun zoom dan nobar di berbagai wilayah se-Indonesia. Masyaa Allah!" tutur panitia Risalah Akhir Tahun yang bertajuk "Pemuda Pemimpin Perubahan: Peduli Generasi Pemimpin Umat" Sabtu (31/12/2022).

Panitia menuturkan, satu jam sebelum acara nonton bareng (Nobar) dimulai, peserta sudah mulai berdatangan. Sebagaimana peserta nobar yang berada di Kabupaten Malang-Jawa Timur. "Peserta muslimah di wilayah sekitar Turen dan Gondang Legi dari berbagai kalangan dan usia mulai berdatangan. Salam dan senyum kerinduan akan umat yang peduli pada kondisi generasi kian membuncah. Obrolan-obrolan kecil mengisi masa tunggu jarum jam menunjuk angka 9," ujarnya. 

Para muslimah mulai dari pelajar, mahasiswi, dan ibu rumah tangga membicarakan kondisi generasi muda saat ini. "Semua sepakat bahwa pemuda saat ini sedang tidak baik-baik saja. Ada banyak perangkap yang dipasang untuk menghancurkan pemuda dengan cara yang tampak indah dan dengan desain yang menawan. Inilah yang menjadikan para muslimah ini berkumpul, agar mengetahui bagaimana langkah yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan pemuda dari kondisi yang sedang tidak baik-baik saja tersebut," ungkapnya. 

Akhirnya, jarum pendek jam dinding telah menyapa angka 9. "Operator mulai menuju link YouTube untuk memulai Nobar yang di-streaming dari Jakarta. Sayang, sinyal masih enggan bersahabat hingga hampir 30 menit baru dapat muncul audio dan video dari YouTube. Bersyukur, sedikit kendala teknis ini tak mengurangi semangat para peserta untuk bergabung dengan peserta dari wilayah lain menyaksikan agenda risalah akhir tahun," katanya. 

Akibat terlambat, peserta nobar dari Malang baru bisa menyaksikan pemaparan dari pemateri kedua. "Beliau adalah Prof. Dr. Mas Roro Lilik Ekowanti, MS sebagai dosen dan pakar Administrasi Publik. Ustazah Lilik menyatakan bahwa pemuda saat ini belum merdeka. Di mana merdeka itu ketika para pemuda paham akan Islam secara kaffah dan menerapkannya," katanya. 

Menurut Ustazah Lilik, pemuda sedang masuk ke dalam perangkap neoliberalisme. "Sedangkan sistem pendidikan Indonesia tidak lepas dari pengaruh kebijakan sistem ekonomi Kapitalis Liberal yang orientasinya menciptakan buruh atau tenaga kerja. Tak heran, pendidikan hanya menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sebuah value atau nilai materi untuk menjadi tenaga kerja," bebernya. 

Pemateri selanjutnya yakni Hj. Tingting Rohaeti yang merupakan Pengasuh Ponpes Purwakarta. "Beliau menyampaikan bahwa ada dua regulasi yang dapat merusak santri, yaitu pertama, UU no 18 tahun 2019 tentang pesantren yang diwajibkan berbasis Islam moderat tentu akan melahirkan para santri moderat. Kedua, kebijakan pemerintah untuk pemberdayaan ekonomi pesantren sehingga mengalihkan orientasi utama menuntut ilmu menuju ke orientasi ekonomi," jelasnya. 

Oleh karena itu, Hajah Tingting menyatakan pentingnya keseriusan para Mubalighah dalam memperbaiki dan mengembalikan peran utama pesantren dalam mencetak ulama dengan 3 cara. "Pertama, memahamkan Islam kaffah. Kedua, mendakwahkan Islam kaffah dan ketiga, amar makruf nahi mungkar," terangnya.

Kemudian Ustazah Apri Hardiyanti, S.H. yang merupakan Ketua Kornas Kohati Periode 2018-2020. "Beliau menganalogikan bahwa perjuangan penegakan khilafah sama dengan ketika Nabi Nuh membuat perahu. Keduanya dianggap sebagai hal yang akan sia-sia karena dinilai tidak dibutuhkan umat. Beliau juga menyatakan ada upaya mengadu domba pemuda muslim dengan pemuda moderat," tutur panitia. 

Di penghujung acara menghadirkan seorang Aktivis Dakwah, yakni Ustazah Ratu Erma Rachmayanti. "Akan tetapi, ada sedikit kendala yang kembali terjadi di titik Nobar kami. Tiba-tiba sinyal laptop terputus. Tak ayal, hanya sedikit pemaparan Ustazah Ratu Erma yang dapat ditangkap di akhir acara. Beliau menyatakan bahwa semua upaya perusakan generasi muda tersebut diwadahi oleh organisasi internasional seperti PBB," ungkapnya. 

Oleh karena itu, perjuangan harus sepadan, sehingga tak dapat dilakukan sendiri. Namun, upaya mendakwahkan Islam harus dilakukan bersama partai ideologis untuk melanjutkan kehidupan Islam. "Begitulah pemaparan dari para pemateri. Pemaparan tersebut ternyata diamini oleh para peserta Nobar," katanya. 

Testimoni Tokoh

Salah satu testimoni dari seorang tokoh masyarakat yang sekaligus sebagai seorang pendidik di sekolah berbasis Islam, Dra. Sholihah. "Beliau mengatakan bahwa setelah mengikuti agenda Nobar ini sangat memicu semangat juang para guru untuk mempelajari Islam kaffah. Serta beliau semakin terpacu semangatnya untuk memahamkan dan mendakwahkan Islam kaffah kepada umat khususnya generasi muda, terutama pada anak didiknya," tutur panitia. 

Kemudian juga testimoni dari salah satu peserta lagi yang merupakan seorang ibu rumah tangga bernama Ega Juwita. "Dia menyatakan sepakat dengan pernyataan kondisi pemuda saat ini sangat memprihatinkan, rapuh, dan jauh dari agama. Solusi yang bisa mengubah ialah dengan menerapkan Islam. Oleh karena itu, harus optimal memahamkan kepada lingkungan terdekat tentang pentingnya penerapan Islam kaffah dalam sebuah institusi negara," ujarnya.

Alhamdulilah, alla kulli hal. Acara telah selesai dan diakhiri dengan pembacaan doa. Biidznillah, esensi dari setiap materi yang disampaikan dapat dicerna oleh peserta walaupun terjadi beberapa kendala.

"Semoga semua peserta di seluruh pelosok negeri ini paham bahwa kerusakan pemuda digawangi oleh sistem kapitalis yang diterapkan saat ini, sehingga tak ada jalan lain untuk menyelamatkan pemuda agar mampu menjadi pemimpin umat adalah dengan mencampakkan kapitalisme dan menggantinya dengan aturan yang berasal dari Sang Pencipta yakni Islam," harapnya.

Akhirnya, klusak-klusuk peserta di awal masa penantian tadi telah terjawab oleh para pemateri. "Semoga berkumpulnya para muslimah yang peduli pada nasib generasi ini menjadi hujjah bahwa mereka tidak tinggal diam terhadap kerusakan pemuda yang terjadi saat ini dan berupaya untuk ikut bersama partai ideologis dalam jalan dakwah mengembalikan kehidupan Islam," pungkasnya.[] Wida Nusaibah

#GenerasiMudaPimpinPerubahan
#SelamatkanGenerasidenganIslam
#reportaserisalahkepemudaan

Sabtu, 30 April 2022

Pemahaman Salah Terkait Perempuan Muncul Akibat Umat Belum Paham terhadap Islam


Tinta Media  - Pemahaman yang tidak benar terkait masalah perempuan yang muncul, dinilai Aktivis Muslimah Ustazah Najmah Sa'iidah, karena tak sedikit umat yang belum paham terhadap Islam yang sebenarnya. 

"Kalau kita kembali kepada umat islam sendiri, kita juga tidak pungkiri bahwa tidak sedikit umat islam yang bisa jadi belum paham islam yang sebenarnya itu seperti apa? Sehingga, akhirnya salah di dalam melangkah," tuturnya dalam acara Bincang Inspirasi Muslimah: Perempuan dalam al-Qur’an, di kanal Youtube Sholdah TV, Selasa (19/4/2022).

Menurutnya, kondisi ini diperparah oleh adanya beberapa pihak yang bisa dikatakan sebagai musuh-musuh islam, yang menghendaki hal tersebut. "Dan tidak dipungkiri, bahwasannya ada dari kalangan umat islam sendiri yang terbawa oleh situasi itu. Sehingga dalam prosesnya, umat islam itu terbawa arus pemahaman yang tidak benar tadi," ujarnya. 

Ia mengingatkan, agar umat Islam waspada terhadap pemikiran-pemikiran feminis.

"Ada hal yang memang harus kita waspadai. Sengaja memang, ada beberapa pihak, kalau kita sebut kalangan feminis, baik feminis muslim maupun yang feminis yang bukan muslim. Mereka berupaya keras untuk memasukkan pemikiran-pemikiran mereka ke tengah-tengah umat," ungkapnya.

Ustazah Najmah menilai, bahwa kalangan feminis memiliki pemahaman sendiri tentang permasalahan perempuan. "Menurut mereka, permasalahan perempuan itu adalah karena adanya diskriminasi gender. Jadi muncul kekerasan, diskriminasi, dan sebagainya, yang dalam pandangan mereka,  itulah yang menjadi penyebab permasalahan perempuan. Padahal, kalau kita lihat dalam islam, tidak ada sama sekali diskriminasi terhadap perempuan," terangnya.

Bahkan, kemudian akhirnya, Islam itu dianggap biang keladi terjadinya permasalahan yang menimpa perempuan. Dalam pandangan mereka, solusinya adalah mewujudkan masyarakat berkesetaraan gender. Jadi, laki-laki itu harus sama dengan perempuan. Perempuan itu diberi hak untuk menentukan keinginannya, untuk menentukan apa yang diharapkannya, dan sebagainya.

Sistem Patriarki

Kalangan feminis memandang, apa yang harus dilakukan adalah dengan menghilangkan sistem patriarki. Karena, mereka menilai bahwa islam itu sebagai sistem patriarki. Sistem yang mengekang perempuan yang sangat mendukung laki-laki, yang pro laki-laki.

"Kepemimpinan perempuan itu, dinilainya ayat yang pro laki-laki, kalau Amina (Amina Wadud Muhsin seorang Feminis Muslim asal Afro Amerika) itu, menyebutnya ayat-ayat yang misoginis (ayat-ayat yang membenci perempuan). Nanti ada lagi hadits yang membenci perempuan juga. Nah, ini kan sudah kebablasan sebenarnya," tandasnya.

Inilah yang kemudian akhirnya kaum feminis lakukan, pemberdayaan ekonomi perempuan, peningkatan taraf pendidikan.

"Perempuan memang harus pandai," lanjutnya. "Tapi bukan dalam rangka untuk bersaing dengan laki-laki, tapi harus melaksanakan peran dia yang sesungguhnya menurut islam," jelasnya.

Rekonstruksi Fikih

Menurutnya, yang tidak kalah penting dari apa yang dilakukan oleh kalangan feminis adalah mereka mencoba melakukan rekonstruksi terhadap fikih islam.

"Ketika umat Islam itu pemahaman terhadap islamnya itu belum utuh, ditambah deraan dari eksternal itu tadi ke dunia islam, yang akhirnya mereka memperdaya kita, memperdaya umat Islam. Menyatakan bahwa ini dari Islam, padahal sesungguhnya bukan dari Islam," terangnya.

Ia mencontohkan Qur'an Surah an-Nisa ayat 34. "Arrijaalu qowwamuuna 'ala annisai bimaa faddhdholallahu  ba'duhum 'ala ba'din wa bimaa anfaquu  min amwalihim"

"Dalam nash ini, sangat jelas kita bisa lihat. Kalau kita melihat dari sisi arrijaalu qowwamuuna. Jadi, dalam pandangan feminis, qowwam itu maknanya  penyangga atau penopang. Jadi, laki-laki itu sebenarnya penopang perempuan. Kalau perempuan mampu melaksanakan itu, bimaa fadhdholallahu anfaquu, kalau perempuan itu mampu memberikan nafkah kepada keluarga, kenapa tidak jadi pemimpin. Itu sudah jelas kebablasan," pungkasnya.[] 'Aziimatul Azka

Rabu, 06 April 2022

Empat Catatan Penting Syeikh Atha Bin Khalil Abu Ar Rasytah untuk Kaum Perempuan

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1yioy34BGx0wYA5Ajf34tmPQvlbl-PDWf

Tinta Media - Pemerhati Dunia Islam Ustazah Iffah Ainur Rochmah menyampaikan bahwa ada empat catatan penting Syeikh Atha Bin Khalil Abu Ar Rasytah bagi kaum perempuan untuk melakukan perubahan menuju peradaban Islam.

“Syeikh Atha Bin Khalil Abu Ar Rasytah menyebutkan bahwa ada empat catatan penting bagi kaum perempuan untuk melakukan perubahan menuju peradaban Islam," tuturnya dalam program Kuntum Khaira Ummah: Empat Catatan Penting Syeikh Atha Abu Ar-Rasythah, Sabtu (2/4/2022) di kanal You Tube MMC.

Pertama, bahwa kita semua harus menyadari dakwah atau seruan yang kita sampaikan untuk menegakkan Islam, haruslah dakwah Islam yang sempurna, karena, sesungguhnya Islam adalah diin yang syaamil dan kaamil. Diin yang cakupan pembahasannya meliputi seluruh aspek kehidupan, dan ajarannya tidak diragukan lagi kesempurnaannya.

“Maka, dalam dakwah atau seruan yang kita sampaikan kepada umat dalam apa yang kita ajarkan kepada anak-anak kita, generasi kita, atau kepada sesama kita, kepada sesama perempuan ataupun kepada masyarakat secara umum, tidak boleh kita membeda-bedakan antara dakwah kepada akidah, dakwah kepada syariah, bahkan dakwah kepada tegaknya hukum-hukum syariat di dalam naungan sistem pemerintahan Islam, yakni Khilafah," ujarnya.

Menurutnya, Rasul SAW sudah mencontohkan bagaimana kaum perempuan di era Sahabiyah turut berdakwah ketika beliau masih ada di Makkah, membangun pondasi masyarakat yang mengenal Islam yang mengizinkan untuk memiliki sebuah tatanan kehidupan Islam.

"Bahkan kalau kita mengingat bagaimana bai'atul 'aqobah yang kedua yaitu titik dimana kemudian Rasul mendapatkan kepemimpinan Islam untuk menegakkan Daulah Islam yang pertama di Madinah. 73 orang yang membaiat itu adalah laki-laki, dan 2 orang adalah muslimah, yakni Ummu Umarah dan Ummu Manif," jelasnya.

Kedua, bahwa isti'naful hayatul islamiyah (melanjutkan kehidupan Islam), tidak bisa dilakukan, kecuali dengan kita memiliki sebuah tata pemerintahan atau sistem politik sebagaimana dicontohkan oleh Rasul SAW dan dilanjutkan oleh para Sahabat dengan istilah yang kita kenal di dalam fiqh sebagai sistem Khilafah. “Karena itu, ikhtiar untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan tegaknya sistem Khilafah juga harus disadari oleh kaum perempuan, oleh kita semua kaum muslimah, sebagai salah satu kefardhuan yang tidak hanya mengenai laki-laki tapi juga menjadi tanggung jawab kaum perempuan," tandasnya.

"Maka, dengan seluruh potensi yang Allah berikan pada kita, dengan semua kesempatan yang Allah anugerahkan kepada kita, tentu kita tidak boleh sia-siakan, untuk membangun kesadaran masyarakat demi kembali berlakunya hukum-hukum Allah di muka bumi ini," tambahnya.

Ketiga, dan ini sangat urgen untuk kita wujudkan hari ini adalah, kita menyadari kita harus menyampaikan pemahaman-pemahaman Islam sebagai tsaqoofatul izzah. “Apa itu tsaaoofatul izzah? Syeikh Atha Bin Khalil Abu Ar Rasytah menjelaskan bahwa, sesungguhnya Islam itu adalah diin yang bisa menghadirkan kemulyaan atau izzah bagi kaum muslimin sebagaimana di dalam ayat Al-Quran dinyatakan ‘Wa lillahi 'izzatu wa lirosulihi wa lilmuslimiin’ kemulyaan dan kemenangan itu hanya milik Allah, milik Rasul-Nya, dan milik kaum muslimin," paparnya.

Cara mewujudkan tsaqoofatul 'izzah, menurutnya, adalah dengan kita tidak hanya menyampaikan pemikiran-pemikiran atau hukum-hukum
Islam ke tengah-tengah masyarakat, tapi kita memastikan bahwa kita menyampaikan pemahaman-pemahaman Islam tadi, karena keinginan mendapat kemulyaan di hadapan Allah, dan karena kita paham bahwa kemulyaan itu, bisa kita peroleh dengan berlakunya seluruh hukum-hukum Allah, bukan dengan berlakunya sebagian hukum Allah dan dibuangnya sebagian besar hukum-hukum yang lain sebagaimana hari ini terjadi di bawah peradaban kapitalisme.

Keempat, bahwa kaum muslimah semestinya menyadari, dunia hari ini yang dicengkeram oleh pihak yang ingin tetap melanggengkan peradaban rusak kapitalisme dan oleh mereka yang tetap ingin mengeruk keuntungan materialistik dari kesengsaraan yang dialami oleh mayoritas penduduk dunia.

“Mereka menggunakan kaum perempuan dan keluarga sebagai salah satu sasaran serangannya. Mereka ingin melanggengkan kehidupan sekuler liberal ini, dengan membujuk kaum perempuan agar mendukung program-program mereka dan mengadopsi pemikiran-pemikiran liberal mereka, salah satunya melalui apa yang diistilahkan sebagai kesetaraan gender,” ungkapnya.

"Tentu saja, ini tidak banyak disadari oleh kaum perempuan kalau kita tidak menyampaikan bahwa sesungguhnya satu paket dengan ide kesetaraan gender adalah program-program untuk penghancuran keluarga (tahdimul usroh)," pungkasnya.[]'Aziimatul Azka
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab