Tinta Media: Muslimah Media Center
Tampilkan postingan dengan label Muslimah Media Center. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Muslimah Media Center. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 Agustus 2022

Pengemban Dakwah Wajib Bersifat Sabar

Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustazah Noval Tawang menyampaikan, sifat sabar harus menghiasi diri pengemban dakwah. 

"Sifat sabar wajib menghiasi diri orang beriman, terutama para pengemban dakwah," tuturnya dalam One Minute Booster Extra : Pengemban Dakwah Tidak Layak Mundur ke Belakang,  Jumat (05/08/2022), di kanal Youtube Muslimah Media Center.

Menurutnya, Allah SWT telah menyandingkan sabar dengan ketakwaan. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam QS. Yusuf ayat 90 yang artinya "Sungguh siapa saja yang bertakwa dan bersabar, Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik". (TQS. Yusuf : 90)

Dalam ayat yang agung ini, ucap Tawang, Allah SWT telah menegaskan adanya korelasi yang tidak terpisah antara ketakwaan dengan kesabaran.

"Bahkan Allah mengaitkan sifat sabar ini dengan keimanan, ketakwaan, dan ganjaran agung bagi hamba-hamba-Nya yang bersabar, sebagaimana dalam firman-Nya di dalam QS. az-Zumar ayat 10 yang artinya "Sungguh hanya kaum yang bersabar yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas," kutipnya.

Tawang menjelaskan keutamaan sifat sabar hingga diganjar dengan pahala tanpa batas, tidak lain karena sifat sabar mampu menopang tegaknya kebaikan seseorang yang beriman.

"Baik sabar dalam menegakkan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Maupun sabar atas musibah yang menimpa mereka," jelasnya.

Sifat sabar inilah yang menghiasi catatan gemilang sejarah peradaban Islam. Hal ini tertoreh dalam lembaran sirah Nabiyullah al-Mushthafa Muhammad SAW, dan para sahabatnya tatkala menghadapi persekusi kaum kafir Quraisy.

Begitu pula, lanjut Tawang, kita melihat keteladanan salafushshalih semisal Imam Ahmad bin Hambal , beliau tetap bersabar membela kebenaran, tatkala menghadapi kekuasaan tiran kaum muktazilah dalam fitnah khalq al-Quran.

"Mereka semua teguh membela kebenaran dan bersabar di dalam menghadapi cobaan hingga mendapati di antara dua kebaikan yaitu meraih kemuliaan di dunia dengan tetap di atas kebenaran atau meraih kemuliaan di akhirat dengan mati syahid," tandasnya.

Maka dari itu, wajib bagi orang yang beriman, terutama para pengemban dakwah untuk menghiasi dirinya dengan sifat sabar ini. Sebagaimana Rasulullah SAW telah memuji di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan ath-Thabrani. Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh mengagumkan urusan orang mukmin, setiap urusannya baik. Hal demikian tidak pernah terjadi kecuali atas kaum mukmin. Jika mereka meraih kebahagiaan, mereka bersyukur, karena itu adalah kebaikan bagi dia. Jika ditimpa kesulitan, mereka bersabar, dan itu menjadi kebaikan pula baginya." (HR. Muslim dan ath-Thabrani).

"Para pengemban dakwah di akhir zaman menyaksikan apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. Inilah zaman di saat mereka hidup bagaikan memegang bara api," kutipnya.

Para pengemban dakwah dipersekusi, khilafah sebagai ajaran Islam dan opini dakwahnya distigma negatif. Para pengemban dakwah dituduh radikal, berbahaya, memecah belah bangsa.

"Apakah para pengemban dakwah layak mundur ke belakang?," tanyanya.
"Tentu saja, tidak!" jawabnya. 

Karena, sambungnya, para pengemban dakwah wajib bersabar sebagaimana kesabaran Rasulullah dan para sahabat di dalam menghadapi persekusi orang-orang kafir Quraisy.

"Para pengemban dakwah harus senantiasa bersabar hingga Allah menganugerahkan kepada mereka kemenangan hakiki dan mereka tidak akan pernah termasuk bagian dari orang-orang yang merugi," pungkasnya.
[] 'Aziimatul Azka

Jumat, 05 Agustus 2022

Overthinking Timbul dari Kekeliruan Berpikir

Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustazah Ratu Erma Rachmayanti menegaskan bahwa kekeliruan berpikir menimbulkan overthinking.

“Kekeliruan berpikir ini menimbulkan overthinking,” tegasnya dalam Program Tahukah Kamu: Overthinking Itu Bikin Gak Produktif? Sabtu (30/7/2022), di kanal YouTube Muslimah Media Center. 

Menurutnya, fenomena overthinking ini banyak menjangkiti kaum muda hari ini dan ia mengkhawatirkan kondisi tersebut. 
“Overthinking adalah penampakan dari rendahnya kualitas berpikir kaum muda dan juga ini bentuk kekeliruan berpikir dan kita harus sangat khawatir dengan fenomena ini,” tuturnya. 

Ia memperhatikan pemikiran pemuda muslim hari ini tidak jauh dari persoalan pribadinya. 
“Jadi mereka cenderung untuk mengamankan kebutuhannya sendiri,” ucapnya.

Ia melanjutkan tentang ketakutan dan kekhawatiran berlebihan dari pemuda muslim sekarang hanya berkisar pada kepentingan individu. “Misalnya khawatir tidak dapat pekerjaan, khawatir tidak lulus, takut tidak dapat nilai yang baik, takut tidak punya teman, khawatir dibilang tidak cantik atau takut pasangannya yang berselingkuh, takut gagal bisnis, dan lain-lain,” kritiknya. 

Ia pun mengkritik bahwa standar pemikiran demikian merupakan pemikiran yang rendah. 
“Karena pemikiran yang tinggi itu adalah pemikiran untuk menyelesaikan masalah skala masyarakat, umat atau bangsa, bukan berputar pada persoalan individu,” kritiknya. 

Overthinking umumnya dipacu oleh pengaruh dari perkataan orang lain di sekitarnya, atau bisa dari kurangnya percaya diri karena proses pendidikan selama ini yakni selalu mendapat penilaian negatif, akhirnya menjadi takut untuk melakukan sesuatu. Dan hal ini menurutnya merupakan problem besar bagi generasi muda. 

“Ini adalah problem besar bagi generasi muda yang terjangkit model kelemahan berpikir seperti ini, sehingga kita melihat pemikirannya tidak matang, perasaannya galau, resah, dia mudah tertekan, dan stres. Maka sikapnya pun labil, berubah-ubah, dan mudah terpengaruh. “ tuturnya. 

Ia mengungkapkan antara pemikiran, perasaan, dan perilaku pada diri seseorang itu saling berkaitan. “Seseorang yang berpikiran positif, akan muncul perilaku positif, dengan cara menilai sesuatu kejadian atau hal apa pun itu dimulai dari respons yang positif terlebih dahulu dan sebaliknya,” ungkapnya. 

Berpikir dan bersikap positif atau negatif seseorang itu dipengaruhi oleh perspektif yang dibentuk dari informasi yang diperoleh mengenai kehidupan.

“Ketika seseorang tidak mampu berpikir positif maka yang muncul adalah pemikiran negatif. Maka tentu sikapnya pun menjadi negatif sesuai dengan pemikirannya,” tambahnya. 

Ia menggambarkan kehidupan umat Islam termasuk generasinya yang hidup di bawah sistem kapitalis menjadikan pemikiran yang lemah ini terus berkembang.

“Sistem kapitalis yang memisahkan agama dari kehidupan adalah sistem kufur yang tidak berlandaskan rasa takut dan khawatir itu kepada Allah SWT, Sang pencipta alam semesta dan sistem ini telah membentuk perspektif materialistis dan hubungan persaingan yang tidak sehat di masyarakat,” bebernya. 

Ia mengatakan perspektif inilah yang membentuk secara sistematis bahwa pemikiran untuk meraih segala sesuatu itu dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan ekonominya dan eksistensi sosialnya tanpa dilandasi oleh perspektif akhirat dan menyebabkan overthinking. 

“Bahwa untuk menang harus kuat, ingin bertahan hidup harus kaya, ingin mendapat segalanya harus punya posisi atau berkuasa. Persaingan tidak sehat inilah yang menghasilkan kecemasan dan ketakutan, tekanan dan juga kesengsaraan, “ katanya.

“Karena itu tidak heran kalau ketakutan masyarakat termasuk pemudanya hari ini tidak jauh dari kebutuhan ekonomi dan eksistensi sosial sehingga umumnya yang mendominasi itu adalah tidak adanya ketakutan yang dilandasi oleh perspektif akhirat,” lanjutnya. 

Melihat faktanya, ia menilai pemahaman dan sistem kapitalis telah membentuk umat Islam menetapkan hawa nafsu sebagai pemutus. Tidak bersandar kepada hukum-hukum Allah sehingga tidak memahami aspek dan cara hidup menurut Allah SWT, tidak menjadikan keredaan dan kemurkaan Allah sebagai standarnya. 

“Setiap Muslim termasuk pemuda muslim itu tidak ubahnya seperti orang yang tidak meyakini Allah, orang yang mengingkari nikmat penciptaan, tidak menerima ketentuan dan ketetapan, mengabaikan akhirat, tidak takut pada apa yang akan terjadi di hari akhir, “ pungkasnya.[] Ageng Kartika 

Kamis, 04 Agustus 2022

Khilafah Melahirkan Ilmuwan Luar Biasa

Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menceritakan, khilafah mampu melahirkan ilmuwan-ilmuan yang luar biasa. Salah satu ciptaan mereka adalah gelas-gelas kristal yang terbuat dari kaca.

"Tidak dipungkiri bahwa peradaban Islam yang terbentuk melalui sistem khilafah mampu melahirkan para ilmuan yang begitu luar biasa. Setiap ilmuan yang tumbuh dan berkembang di wilayah khilafah pasti akan membawa kebaikan di daerah tersebut, seperti wilayah Andalusia, atau yang saat ini disebut Spanyol. Banyak hal baru di daerah ini yang diperkenalkan oleh kaum muslimin. Salah satu diantaranya adalah gelas-gelas kristal dari kaca," bebernya dalam History Insight yang berjudul 'Inovasi Kaca Kaum Muslimin: Dari Alat Makan hingga Planetarium' di channel YouTube MMC, Senin (1/8/2022). 

Gelas-gelas yang dikembangkan di daerah ini, lanjutnya, berkat kecerdikan ilmuwan muslim, yakni Abbas Ibnu Firnas. Melalui eksperimennya, Abbas Ibnu Firnas berhasil memproduksi kaca berbahan pasir, kristal dan kuarsa berkualitas tinggi.

"Kejernihan kaca atau gelas yang diciptakannya itu mengundang decak kagum penyair Arab Al-buhturi (820-897). Ia menggambarkan 'its colour hides the glass as of is standing in it without a container,' (wikipedians, "Chemistry", halaman 2)," jelasnya.

Ia menuturkan, barang-barang ini kemudian digunakan dan diperkenalkan sebagai alat makan penduduk setempat. "Terlebih pada saat itu ada sosok seniman bernama Ziryab yang memperkenalkan menu-menu makanan, etika ketika makan, dan mengubah gaya peralatan makanan menjadi lebih indah dan berkelas menggunakan gelas-gelas kaca kristal," ungkapnya.

Sebelumnya, ia melanjutkan, alat-alat makan masyarakat bawah Eropa masih sangat sederhana yang terbuat dari kayu, sedangkan alat-alat makan para rajanya, mereka menggunakan emas dan perak.

Namun, menurutnya, keberadaan peradaban khilafah di Andalusia mengubah peralatan makanan menjadi lebih indah dan berkelas untuk semua kalangan tanpa menggunakan emas dan perak. "Inovasi ini tentunya didasari pula dari pemahaman bahwa kaum muslimin dilarang menggunakan alat-alat yang berasal dari emas dan perak," terangnya.

Planetarium Berasal dari Islam

Selain memperkenalkan kaca kristal sebagai gelas minuman, paparnya, Abbas Ibnu Firnas menggunakan kaca untuk membangun planetarium, yaitu sebuah gedung teater untuk memperagakan simulasi susunan bintang dan benda-benda langit.

Ia mengatakan, di planetarium penonton bisa belajar mengenai pergerakan benda-benda langit di malam hari di berbagai tempat di bumi dan sejarah alam semesta.

Planetarium Abbas Ibnu Firnas, sambungnya, pada saat itu mampu menampilkan awan buatan, guntur, dan kilat. "Teknologi ini mengejutkan publik di abad kesembilan dan menjadi cikal bakal planetarium modern," tuturnya.

Ia menyebutkan, inilah gambaran berbagai teknologi inovasi yang dilakukan ilmuwan pada masa peradaban khilafah. Inovasi ini mampu memberikan kebaikan untuk seluruh umat dan bisa dinikmati oleh siapapun.

Menurutnya, hal tersebut berbeda dengan peradaban kapitalisme yang memang menghasilkan banyak penemuan, namun bersifat lanjutan. Itupun hanya orang-orang tertentu yang memilik akses pendidikan berkualitas. 

"Sementara mereka yang tidak berpendidikan atau yang tidak memiliki akses pengembangan teknologi tidak ada ruang bagi mereka untuk berinovasi. Padahal bisa jadi dari merekalah inovasi-inovasi brilian itu lahir. Jadi bisa dikatakan hasil pengembangan teknologi peradaban kapitalisme tereksklusif bagi rakyat miskin," pungkasnya.[] Wafi

Selasa, 02 Agustus 2022

Fenomena CFW Gambaran Pemuda Krisis Jati Diri

Tinta Media - Mewabahnya racun Citayam Fashion Week (CFW) dinilai Muslimah Media Center menampilkan gambaran pemuda yang krisis jati diri.

"Terlepas dari masalah kreativitas anak muda, Fenomena CFW ini menampilkan gambaran pemuda yang krisis jati diri bahkan niat sholat saja tidak hafal. Korban kemiskinan sistemik dan gaya hidup liberal bahkan yang mengerikan adalah munculnya bibit-bibit L68T, " ungkap narator dalam Serba-serbi MMC: Kasus Bullying Hingga Racun Citayam, Bukti Perusakan Potensi Generasi, Jumat (29/7/2022) Melalui kanal Youtube Muslimah Media Center.

"Fenomena baru ini sebenarnya menunjukkan cara pandang kehidupan yang diadopsi oleh masyarakat sekarang. Melihat realita, saat ini masyarakat positif terpapar sistem sekuler kapitalisme," lanjutnya.

Menurut narator, sistem ini membuat pemikiran, perasaan dan aturan yang berlaku terpisah dari agama. Agama diserahkan kepada individu masing-masing tanpa ada penjagaan terhadapnya. Sementara, untuk mengatur kehidupan, manusia merasa bebas melakukan apapun dan menilai standar kebahagiaan maupun kesuksesan terpaku pada tolak ukur kapitalisme yang bersifat materialistik.

"CFW menjadi salah satu fenomena tersebut. Kehidupan yang sekuler dan materialistik membuat para remaja yang seharusnya terikat dengan hukum Islam malah bebas mengekspresikan diri. Alhasil perundungan LGBT, haus eksistensi, menjadi viral dan menghasilkan uang menjadi cara pandang para remaja sekarang," bebernya.

Narator menegaskan, inilah bukti nyata perusakan dan pembajakan potensi generasi secara sistemik, sedangkan negara sekuler kapitalisme hanya membuat kebijakan, pernyataan normatif seperti mencarikan tempat untuk Fashion Week, memberi beasiswa dan menganggap itu adalah sebuah kreativitas.

"Dibutuhkan peran negara yang mampu mengeluarkan kebijakan dengan perubahan arah orientasi dan pembinaan generasi. Jika arah orientasi dan pembinaan generasi masih terkungkung dengan sistem kapitalisme, kerusakan generasi dimasa depan akan jelas semakin parah," pungkasnya.[] Yupi UN

Senin, 01 Agustus 2022

Kehidupan Para Guru Dimuliakan dalam Sistem Islam

Tinta Media - "Kehidupan para guru begitu dimuliakan dalam sistem Islam yang disebut khilafah," tutur narator dalam Hitam Putih Kehidupan: Guru SD Mengajar 35 Tahun Malah Dimintai Kembalikan Gaji Rp 160 juta, Selasa (26/7/2022) melalui kanal YouTube Muslimah Media Center.

Narator menjelaskan bahwa diriwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah, ada tiga orang guru dari Madinah yang mengajar anak-anak dan Khalifah Umar bin Khattab memberi gaji lima belas Dinar, di mana 1 Dinar = 4.25 gram emas sehingga 15 Dinar setara dengan 63.75 gram emas, bila saat ini 1 gram emas adalah Rp 700.000 berarti gaji yang diterima para guru masa itu setiap bulannya adalah Rp 44.625.000.

"Contoh lain yang tak kalah menarik adalah pada masa kemunduran khilafah Abbasiyah dan menonjolnya Kesultanan Mamluk sebagai salah satu negara bagian khilafah Abbasiyah," lanjutnya.

Pada masa kekuasaan Sultan Shalahuddin Al Ayyubi, guru begitu dihormati dan dihargai, sambung Narator, Syekh Najmuddin Al Khabusyani misalnya, yang menjadi guru di madrasah Al Shalahiyuah, setiap bulannya digaji 40 Dinar atau setara dengan 170 gram emas atau setara dengan Rp 102.000.000 itu belum termasuk tunjangan lainnya untuk beliau.

"Sungguh luar biasa kehidupan para guru yang terjamin kesejahteraannya," pungkasnya.

Mereka tidak perlu dipusingkan dengan sertifikasi tertentu, sambung Narator, karena ketika seseorang itu sudah lolos ujian dan dinyatakan layak mengajar oleh seorang ulama dengan bukti ijazah, seseorang itu berhak mengajar dan mendapat tunjangan dari negara.

"Semua biaya itu berasal dari Baitul Mal khilafah, post kepemilikan negara. Pos ini berasal dari harta fai, kharaj, jizuah, usyur, ghanimah, ghulul, dan sebagainya," tutup narator. [] Khaeriyah Nasruddin

Hilangnya Penglihatan Wajib Dikenai Diyat

Tinta Media - "Hilangnya penglihatan wajib dikenai diyat sebab setiap dua organ wajib dikenai diyat karena lenyapnya organ tersebut dan lenyapnya fall atau fungsi kerja dari organ tersebut," ungkap narator dalam Sumbangan Peradaban Islam: Harga sebuah mata dalam Islam, Sabtu (23/7/2022) melalui kanal Youtube Muslimah Media Center.

Menurutnya, mata adalah salah satu bagian tubuh yang memiliki peranan penting dalam hidup manusia yaitu sebagai alat indera penglihatan. "Sehingga jika terjadi penyerangan terhadap mata syariat Islam pun mengatur diyat atau denda kepada pelaku penyerangan tersebut," lanjutnya.

Narator menerangkan, terkait dua biji mata jika terjadi penyerangan akan dikenakan diyat penuh. Untuk satu biji mata dikenakan setengah diyat. Berdasarkan hadits, kata narator, pada dua biji mata ada diyat. Hadist lainnya pada satu biji mata diyatnya 50 ekor unta. "Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara dua biji mata yang besar atau yang kecil, cantik atau jelek, juling atau tidak. Selama kedua mata memiliki putih mata, bila sampai mengurangi penglihatan mata, maka setiap pengurangannya dikenai diyat menurut kadar pengurangannya," tegasnya.

"Jika seseorang menyerang kepala orang lain kemudian menyebabkan lenyapnya penglihatan maka orang tersebut wajib dikenai diyat. Jika serangan tersebut tidak sampai melenyapkan penglihatan maka ia harus mengobatinya. Akan tetapi jika penglihatannya lenyap karena pengobatan tersebut maka ia wajib membayar diyat, sebab lenyapnya penglihatan tersebut disebabkan karena perbuatannya," lanjutnya.

Jika mereka bersengketa dalam menetapkan lenyapnya penglihatan, kata narator, hal tersebut dikembalikan kepada yang lebih ahli atau spesialis mata. Jika ahli mata menyatakan tidak ada harapan pulih seperti semula dan terbukti, maka orang tersebut wajib dikenai diyat. Namun, jika ahli mata menyatakan bisa pulih dalam jangka waktu tertentu, maka ditunggu sampai batas waktunya. Jika penglihatannya pulih, diyatnya gugur. Tapi, jika ternyata tidak pulih maka ia wajib membayar diyat. "Jika korban meninggal sebelum pulih penglihatannya maka ia wajib membayar diyat. Baik mati pada masa penungguan atau setelah masa penungguan," bebernya.

"Syariah mengatur sempurna penjagaan dan pemeliharaan nyawa juga kesehatan tubuh. Begitu pula mengharamkan mendatangkan madlarat bagi tubuh orang termasuk hilangnya penglihatan dan sebagainya," pungkasnya.[] Yupi UN
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab