Tinta Media: Muslim
Tampilkan postingan dengan label Muslim. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Muslim. Tampilkan semua postingan

Senin, 11 November 2024

Kepada Siapa Muslim Rohingya Meminta Pertolongan?



Tinta Media - Sungguh perih hati ini melihat nasib muslim Rohingya. Di negara asalnya, mereka hendak dihabisi. Demi menyelamatkan nyawa, mereka pun naik kapal untuk mencari negara yang mau menerima. Dengan kondisi kapal yang penuh sesak karena kelebihan muatan, juga bekal yang hanya seadanya, mereka terapung-apung di tengah laut untuk mencari negara yang mau menerima.

United Nations High Commissioner for Refugess (UNHCR) mencatat sebanyak 152 migran Rohingya yang terdiri dari 20 anak-anak, 62 perempuan dan 70 laki-laki yang terdampar di perairan Desa Pantai Labu Pekan, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Mereka pun akhirnya bisa berlabuh di Deli Serdang selama 17 hari dari kamp pengungsian Bamladesh. Saat ini pun mereka ditempatkan sementara di aula kantor Camat Pantai Labu, Kamis (24/10/2024).

Sejatinya, permasalahan pengungsi Rohingya yang terjadi beberapa tahun silam hingga saat ini merupakan domain negara, bukan hanya karena permasalahan individu atau masyarakat. Bahkan, muslim Rohingya telah dijajah oleh pemerintah Myanmar selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Mereka mengalami genosida, baik oleh Junta Militer maupun pemerintahan yang pro pada demokrasi.

Saat muslim Rohingya mengalami ancaman dan genosida di Myanmar, mereka lari ke Bangladesh. Namun, rezim Hasina mengabaikan mereka dan tempat pengungsian yang disediakan pun amat buruk dan tidak layak didiami. Semua ini karena nasionalisme telah membelenggu Bangladesh, sehingga muslim lain enggan menolong saudara muslim Rohingya secara layak.

Padahal, muslim Rohingya membutuhkan tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, energi, pangan, dan lain sebagainya  Bahkan, muslim Rohingya pun butuh kewarganegaraan. 

Yang bisa mencukupi semua itu adalah negara. Namun, nasionalisme yang telah membelenggu di penjuru dunia menjadikan negara enggan untuk membantu.

Sejatinya, orang Rohingya adalah muslim. Jeritan permintaan tolong mereka wajib dijawab oleh muslim lain di mana pun berada dan merupakan kewajiban bagi seluruh muslim sedunia untuk menolong muslim Rohingya.

Mirisnya, dunia yang telah menyaksikan penderitaan muslim Rohingya justru hanya diam seribu bahasa, tak terkecuali pemimpin negeri-negeri muslim. Di negeri ini, kondisi muslim Rohingya tenggelam oleh pemberitaan Gaza dan hiruk-pikuk pemerintahan baru. 

Penolakan yang terus terjadi kepada muslim Rohingya disebabkan oleh sekat nasionalisme sehingga menjadikan negeri-negeri muslim tidak mau menolong saudaranya sendiri.

Sejak institusi pemersatu kaum muslimin yaitu khilafah Islamiyah runtuh pada tahun 1924, tidak ada lagi perisai/pelindung kaum muslimin di dunia. Sejak saat itu, melalui perjanjian Sykes Picot, para penjajah Barat terutama Inggris membagi wilayah khilafah Islam, menguasai dan mengaturnya dengan sistem aturan Barat kapitalisme demokrasi.

Penerapan sistem kapitalisme yang mengabaikan peran agama dalam mengatur kehidupan justru membawa petaka bagi kehidupan umat Islam. Penjajahan fisik maupun nonfisik tak terhindarkan. 

Negara-negara Barat mengusung HAM, terkhusus Amerika Serikat memosisikan diri sebagai polisi dunia. Namun, hukum-hukum internasional yang lahir dari sistem kapitalisme sama sekali tidak memberi harapan akan kebaikan umat Islam. Bahkan, meski sudah ada konvensi tentang penanganan pengungsi, persoalan pengungsi Rohingya tidak juga terselesaikan.

Padahal, dahulu saat kaum muslimin masih hidup di bawah naungan khilafah, tidak ada seorang muslim pun yang dibiarkan oleh khilafah terancam keselamatannya. Bahkan, khilafah siap mengerahkan pasukan jihad untuk melindungi satu jiwa warganya atau melindungi kehormatan seorang wanita. 

Oleh karena itu, tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan saudara muslim kita di Rohingya, hingga di negeri-negeri lainnya seperti Palestina, Suriah, Uighur, Lebanon, Kazakhstan, kecuali umat Islam memiliki institusi yang menyatukan dan memberikan perlindungan. 

Rasulullah saw. bersabda:

“Sungguh imam (khilafah) adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepada dirinya.” (HR Muslim)

Kembalinya negara Islam yakni khilafah akan menyatukan umat Islam di bawah penerapan aturan Islam kaffah. Pada saat itu, khalifah sebagai pemimpin umat Islam akan menjalankan perannya sebagai perisai. Khilafah akan membela dan melindungi hak-hak kaum muslimin Rohingya dan muslim lainnya yang tertindas. Khilafah pun akan memberikan sanksi tegas kepada rezim Myanmar yang sudah menganiaya kaum muslimin Rohingya

Islam memandang umat Islam adalah bersaudara dan bagaikan satu tubuh yang tidak terpisahkan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw.

“Perumpamaan kaum mukmin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi, dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR Bukhari no. 6011, Muslim no. 2586, dan Ahmad IV/270).

Solusi hakiki bagi muslim Rohingya hanya ada pada khilafah. Khilafah akan mencukupi sandang, pangan, dan papan mereka, serta memberikan pekerjaan bagi para lelaki sehingga bisa menafkahi diri dan keluarganya. Negara juga akan menjamin pemenuhan kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan keamanan sehingga mereka hidup layak.

Saatnya membangun kesadaran umat bahwa Islam dan umatnya akan mulia dalam naungan khilafah. Penyadaran ini membutuhkan perjuangan dakwah yang mengikuti manhaj Rasulullah saw. Jika sebelum tegaknya negara Islam pertama di Madinah Rasulullah melakukan perjuangan dengan membentuk kelompok dakwah Islam ideologi, maka demikian pula hari ini. Umat Islam harus berjuang bersama kelompok dakwah Islam ideologis dengan kesabaran dan keteguhan, dengan aktivitas dakwah yang terus-menerus. Dakwah inilah yang akan membangun kesadaran bahwa umat Islam harus dipersatukan di bawah satu institusi yang mengemban ideologi Islam, yakni khilafah Islamiyah.

Sesungguhnya, tanpa khilafah, persatuan umat tidak akan terwujud. Umat pun terpecah belah, lemah, dan tak berdaya. Tanpa khilafah, penegakan syariah Islam tidak sempurna dan umat akan diurus dengan hukum-hukum yang bersumber dari hewan nafsu manusia yang menyebabkan berbagai penderitaan umat. Lebih dari itu, tanpa khilafah, dakwah Islam yang harus dilakukan negara ke seluruh penjuru dunia menjadi terhenti. Wallahualam bissawab.




Oleh: Hamsia 
(Pegiat Literasi)

Jumat, 19 April 2024

Muslim Gaza Butuh Bantuan Hakiki, Bukan Sekadar Materi



Tinta Media - Kantor koordinasi urusan kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan bahwa lebih dari satu juta orang di Gaza mengalami kelaparan ekstrem, Kamis (28/03/2024). Kelaparan tingkat ekstrem ini terjadi di Gaza lantaran wilayah tersebut terus mengalami gempuran dan pemblokiran sehingga bantuan tidak masuk. 

Melalui laman X, OCHA menegaskan bahwa saat ini bantuan sangat diperlukan untuk dikirimkan melalui darat. Memang, sebelumnya Amerika mengirimkan bantuan makanan melalui jalur udara. Namun mirisnya, puluhan warga Gaza meninggal dunia karena tenggelam atau terinjak-injak ketika berusaha mengumpulkan paket bantuan yang dijatuhkan ke laut pada beberapa pekan terakhir di Gaza Utara. (Tribunnews.com, 30/03/2024).

Pengiriman bantuan melalui jalur udara adalah penghinaan yang luar biasa kepada kaum muslimin. Ada hal yang jauh lebih mudah jika dunia internasional ingin menghentikan penjajahan Zionis terhadap Palestina. Caranya adalah membuka jalur Rafah untuk distribusi logistik via darat sebagaimana yang disarankan oleh OCHA PBB, Arab Saudi menghentikan distribusi minyak ke Zionis, para penguasa muslim menghentikan seluruh hubungan kerja sama yang berkaitan dengan Zionis dan sekutunya, dan terpenting mengirimkan tentara-tentara di negeri muslim untuk menyerang Zionis. Jika cara tersebut dilakukan, warga Palestina tidak akan mengalami penjajahan dan kelaparan ekstrem seperti saat ini.

Sayang, fakta yang ada justru memperlihatkan bahwa jalur Rafah ditutup dan dibangun tembok berkawat besi oleh penguasa Mesir. Penguasa Arab Saudi pun tetap menyalurkan minyak-minyak mereka ke Zionis. Begitu juga penguasa Lebanon, mereka mencukupkan diri dengan mengirim bantuan makanan ke Gaza. 

Tidak hanya itu, para penguasa muslim juga tidak bergeming untuk memutuskan hubungan pada Zionis dan sekutu. Tentara-tentara negeri muslim juga tidak diturunkan untuk membela Palestina. Tentu semua ini terjadi lantaran tatanan dunia global telah dikendalikan oleh ideologi kapitalisme.

Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhani dalam kitabnya Nizhamul Islam bab Qiyadah Fikriyyah menjelaskan bahwa kapitalisme adalah sistem kehidupan yang melahirkan aturan yang didasari atas keuntungan materi. Kepentingan dan manfaat adalah orientasi ideologi ini. Kapitalisme dibangun dari akidah sekuler yang meniscayakan pemisahan agama dengan kehidupan. Maka, wajar jika semua aturan yang berasal dari kapitalisme nihil dari nilai agama.

Penjajahan yang merupakan dosa besar karena merampas hak orang lain, justru dijadikan jalan untuk berkuasa, seperti yang terjadi antara Zionis Yahudi dan Palestina. Zionis Yahudi telah nyata melakukan penjajahan dan genosida. 

Zionis memang dilahirkan oleh Inggris melalui perjanjian Balfour. Namun, dalam perjalanan politik global, Zionis diasuh dan dibesarkan oleh Amerika. Zionis memang sengaja diarahkan untuk menguasai wilayah Palestina agar konsentrasi kaum muslimin disibukkan dengan permasalahan tersebut. 

Amerika memastikan bahwa penguasa negeri-negeri kaum muslimin adalah penguasa yang loyal kepada Barat. Alhasil, ketika negara kapitalis melakukan penjajahan di negeri-negeri kaum muslimin dengan merampas dan menjarah sumber daya alam, kaum muslimin tidak menyadarinya. 

Karena itulah, sekalipun telah banyak bukti kejahatan Zionis, tidak ada satu pun lembaga internasional yang menghukumnya, bahkan PBB sendiri menyatakan tidak mampu melawan Zionis. 

Dengan fakta yang ada, umat Islam seharusnya sadar bahwa dana, logistik, obat-obatan, dan lainnya yang digalang oleh umat Islam hari ini belum bisa dipastikan sampai ke tangan kaum muslimin di Gaza. 

Ditambah lagi adanya berita pembantaian dan penembakan muslim Gaza oleh tentara Zionis saat mereka mengambil bantuan makanan, ini semakin menunjukkan bahwa bantuan yang paling dibutuhkan oleh muslim Gaza bukanlah makanan.

Sejatinya, bantuan yang dibutuhkan segera oleh muslim Gaza adalah tentara dan persatuan seluruh negeri-negeri muslim untuk menghentikan penjajahan Zionis. Karena itu, tuntutan kepada penguasa-penguasa muslim untuk bersatu dan mengirimkan tentara ke Palestina harus menjadi opini utama di tengah-tengah masyarakat global. 

Lebih dari itu, umat Islam juga harus sadar bahwa keberadaan Zionis yang saat ini bisa eksis dan semena-mena kepada kaum muslimin adalah lantaran mereka didukung oleh negara kapitalisme adidaya. Karena itu, satu-satunya solusi untuk melenyapkan kebiadaban penjajahan Zionis juga harus dilawan dengan negara super power.

Islam memiliki konsep untuk sebuah negara. Dalam fikih, kekuasaan negara disebut sebagai Daulah Khilafah. Khilafah merupakan junnah atau perisai bagi kaum muslimin. Sebagaimana hadis Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, yang artinya:

"Sesungguhnya seorang Imam itu adalah perisai. Ia akan dijadikan perisai yang orang-orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng. Jika ia memerintahkan takwa kepada Allah Taala dan adil, maka dengannya ia akan mendapatkan pahala. Namun, jika ia memerintahkan yang lain, ia juga akan mendapatkan dosa atau azab karenanya." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Ketika Khilafah ada, kaum muslimin Palestina senantiasa dijaga dan dilindungi dari penjajahan. Pada masa Khilafah Abbasiyah, Panglima Salahuddin al-Ayyubi membebaskan al-Quds dari tentara salib. 

Pada masa Khilafah Utsmaniyah, Sultan Abdul Hamid I mengultimatum dengan tegas Theodor Herzl yang merupakan seorang tokoh Zionis yang berambisi menegakkan negara Zionis di Palestina hingga Theodor Herzl harus mengurungkan keinginannya pada waktu itu karena bargaining power Sultan dan Khilafah masih kuat. 

Bahkan, pada masa akhir Khilafah Utsmaniyah, Sultan masih menempatkan tentara muslim di Palestina untuk menjaganya. Dengan demikian, keberadaan Khilafah adalah obat dan solusi tuntas atas masalah Palestina dan seluruh permasalahan di dunia. Kaum muslimin harus mengopinikan dan memperjuangkan Daulah Khilafah agar mampu membebaskan kaum muslimin di seluruh dunia dari penjajahan.


Oleh: Amellia Putri 
(Mahasiswi, Aktivis Muslimah)

Minggu, 14 April 2024

Muslim Tergiur Produk Diskon, Negara Wajib Menjamin Produk Halal



Tinta Media - Beberapa waktu lalu, salah satu swalayan di Jalan Gagak Hitam/Ring Road, Kecamatan Medan Sunggal menggemparkan pelanggan dengan memasukkan produk nonhalal mengandung babi di etalase produk halal. Rio Nababan selaku Kepala toko Swalayan Maju Bersama mengklarifikasi bahwa swalayan tersebut secara aturan memisahkan dan memberikan keterangan produk makanan halal dan nonhalal. Namun, pekerjanya benar-benar melakukan kesalahan. 

Bermula ketika produk yang akan habis dalam tiga bulan lagi kedaluwarsanya harus dijual dengan harga diskon khusus di etalase diskon, termasuk produk nonhalal yang mengandung babi. (Medan.tribunnews.com, 17 Maret 2024)

Berbagai produk makanan nonhalal yang beredar di masyarakat kali ini bukanlah yang pertama, sehingga publik merasa resah. Mengingat fakta bahwa mayoritas orang di Indonesia beragama Islam, tetapi banyak orang masih mempertanyakan kualitas makanan yang akan dikonsumsi, termasuk dari segi kehalalannya. 

Inilah kesulitan hidup dalam sistem sekuler kapitalistik. Negara tidak mampu menjamin ketahanan akidah umat Islam. Negara mewajarkan produk-produk nonhalal, bahkan setiap orang dengan mudah menemukan produk nonhalal di mana pun. 

Negara tidak serius melindungi akidah umat Islam dengan mengatur ketat penyebaran produk nonhalal di tempat-tempat umum. Demi kepentingan dan manfaat segelintir orang, produk-produk nonhalal bebas tersebar di tengah masyarakat. Berkaitan dengan halal atau haramnya suatu produk, hal itu dikembalikan kepada penilaian individu masing-masing. 

Tentu sangat berbahaya jika umat Islam terus hidup dalam sistem ini. Sebab, salah satu kewajiban seorang muslim adalah menjaga makanan yang mereka konsumsi. Jika umat Islam memakan makanan haram, maka akan berdosa dan berakhir di neraka.

Seharusnya pemimpin dan jajarannya yang mayoritas beragama Islam menyadari bahwa penjagaan terhadap makanan nonhalal disyariatkan dalam Islam. Sehingga, mereka berupaya untuk menjauhkan masyarakat dari semua produk yang melanggar hukum. Namun, masyarakat telah memahami bahwa negara tidak mampu menghindarkan masyarakat dari produk makanan nonhalal. 

Inilah watak dari demokrasi sekuler, sistem negara yang diadopsi dari Barat. Sistemnya menggunakan ekonomi kapitalistik liberal yang menilai berbagai hal, seperti sertifikasi halal, dengan menggunakan timbangan untung dan rugi.

Negara berkewajiban untuk melindungi kepentingan rakyat, termasuk dalam urusan perut. Perut adalah pangkal penyakit, maka mencegahnya adalah pangkal obat. Istilah tersebut pun diperkuat dengan adanya dalil dalam QS Al-Baqarah ayat 168, yang artinya: 

"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi."

Para ulama mengklasifikasikan makanan halal berdasarkan dua faktor, yaitu cara memperoleh dan zatnya. Jika cara memperolehnya halal dan zatnya juga halal, maka makanan tersebut dianggap halal. Inilah pentingnya mengetahui apakah makanan yang kita konsumsi halal atau tidak. 

Islam mempunyai langkah-langkah untuk melindungi umat dari barang haram, antara lain:

Pertama, umat Islam harus disadarkan akan pentingnya membuat dan mengonsumsi barang halal. Jika umat Islam tidak peduli dengan kehalalan produk yang mereka konsumsi, sertifikasi halal tidak akan bermanfaat.

Kedua, partisipasi masyarakat sangat penting untuk memastikan bahwa produk yang beredar di masyarakat benar-benar halal. Masyarakat membuat lembaga pengkajian mutu, membantu pemerintah dan publik mengawasi kualitas dan kehalalan produk. Masyarakat dapat merekomendasikan hasil penelitian mereka kepada pemerintah untuk digunakan sebagai dasar penentuan kehalalannya.

Ketiga, negara harus memainkan peran utama dalam pengawasan kualitas dan kehalalan produk. Negara harus memberikan sanksi kepada industri yang menggunakan metode dan zat haram serta membuat barang haram. Negara juga harus memberikan sanksi kepada pedagang yang menjual barang haram kepada kaum muslimin, juga sanksi kepada kaum muslimin yang mengonsumsi barang haram tersebut.

Sejarah pun telah menunjukkan bahwa karakter pelindung ada di diri Khalifah Umar bin Khaththab ra. yang menulis surat kepada para wali di wilayah kekuasaannya untuk membunuh babi dan mengurangi pembayaran jizyah sebagai bayaran kepada nonmuslim. Khalifah melakukan hal tersebut sebagai upaya untuk melindungi umat dari mengonsumsi dan memperjualbelikan zat yang telah diharamkan. Hanya aturan Islam yang diterapkan dalam kehidupan yang mampu menjaga kita dari berbagai keharaman. Karena itu, betapa pentingnya umat Islam mengambil tindakan untuk memperjuangkan kembali penegakan sistem Islam (khilafah) untuk kesejahteraan dunia dan akhirat.


Oleh: Halizah Hafaz Hts, S.Pd 
(Aktivis Muslimah dan Praktisi Pendidikan)

Sabtu, 02 Maret 2024

Buta dan Tuli Pemimpin Negeri Muslim


Tinta Media - Qatar mengutuk ‘standar ganda’ pada sidang ICJ mengenai pendudukan Israel. (al jazeera English, Jum’at,23/02/2024)

Apa yang dilakukan Qatar dengan ucapan tersebut tidak akan berpengaruh pada keputusan ICJ ataupun apa yang akan dilakukan bangsa kera tersebut.

Hal yang sama dilakukan oleh Menteri Hukum dan Kehakiman Pakistan Ahmed Irfan Aslam yang menyetujui adanya solusi dua negara. Di satu sisi, mereka menolak pembantaian yang terjadi yang dilakukan Zionis Israel, sedangkan di sisi lain menyerahkan saudaranya kepada sang pembantai.

Ini adalah bentuk kebodohan nyata yang dilakukan oleh pemimpin negeri muslim di dunia ini. Telah jelas dan nyata bahwa Zionis telah melakukan penjajahan dan genosida. Melakukan perdamaian dengan Zionis dan penerapan solusi two state nation hanya bualan dari penjajah dan sekutunya. Namun, hal ini malah diamini (diiyakan) oleh pemimpin di sekitar tanah yang diberkahi itu.

Tidak bergeraknya pemimpin muslim di seluruh dunia untuk menyerukan tentaranya yang berada di barak-barak, tidak mengeluarkan amunisi persenjataannya, dan tidak bersatunya penguasa mereka merupakan bentuk ketundukan terhadap hegemoni penguasa dunia, AS. 

Sebagai contoh, Mesir yang dipimpin Abdul Fattah as-Sisi merupakan tetangga paling dekat dengan Gaza, terus menutup perbatasan dan membangun tembok pembatas tanpa rasa kasihan dan peduli melihat saudaranya dibantai. 

Sebagaimana tertuang dalam firman Allah Swt. Surat Ali Imran ayat 103, yang artinya:

“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu masa jahiliyah bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu bersaudara, sedangkan ketika itu kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.”

Aneksasi dan Genosida oleh Zionis

Aneksasi dan genosida oleh zionis Yahudi membuat Gaza kini hancur rata dengan tanah. Menurut PBB, untuk bisa seperti yang dulu dibutuhkan waktu 70 tahun. Rumah, sekolah, masjid, rumah sakit, perkantoran hancur luluh lantak. Kota Rafah sebagai tempat terakhir untuk berlindung pun hancur.

Kini kondisi rakyat di Gaza sangat memprihatinkan. Mereka telah makan rumput, memakan tepung dengan pakan ternak, dan air minum yang minim sekali. Mereka juga berada di musim dingin. Sangat pilu dan mengiris hati.

Dalam sebuah konferensi pers, Perdana Menteri Zionis Yahudi Benyamin Netanyahu mengungkapkan bahwa jika setelah konflik ini selesai, maka para Zionis akan melanjutkan program penyangga keamanan agar aktivitas teror tidak ada lagi. Namun, hal tersebut langsung dibantah pihak Hamas. (Kompas, Sabtu, 24/02/2024).

Namun, kita harus memahami dan mendengarkan jeritan warga Palestina. Mereka ingin agar pemimpin muslim mengerahkan tentaranya untuk mengusir penjajah dari Palestina. Bahkan, di antara warga yang di daerah perbatasan tersebut ada yang meminta senjata kepada tentara penjaga perbatasan.

Sungguh, penderitaan yang dirasakan warga Palestina melebihi penderitaan lain yang ada di dunia. Kelaparan yang mereka rasakan melebihi kelaparan yang dirasakan di dunia.

Harapan Terakhir

Kepada siapa warga Gaza berharap agar semua ini berakhir? Langkah-langkah AS dan sekutunya sudah gamblang, akan tetap mempertahankan kondisi tersebut agar kepentingan AS tetap terjaga. Dengan begitu, AS dapat terus mengontrol kawasan tersebut.

Berharap kepada organisasi seperti PBB, ibarat pungguk merindukan bulan. Sesuatu yang tak akan mungkin, karena sejatinya pemegang PBB tersebut adalah AS dan sekutunya yang mempunyai hak veto. Secara otomatis, jika ada yang berseberangan dengan kepentingan mereka, maka akan diveto.

Harapan terakhir tentu kepada janji yang telah Allah dan Rasul-Nya sampaikan, yaitu tegaknya khilafah ala minhajin nubuwah yang dipimpin oleh seorang khalifah. Dialah junnah (perisai) yang sesungguhnya bagi seluruh kaum muslimin, tidak hanya di Palestina.

Tentunya, semua bisa terwujud jika ada dakwah. Ya, benar, dakwah konsisten yang dilakukan oleh kaum muslimin pasti membuahkan membuahkan hasil. Selain itu, Allah Swt. Adalah Zat yang tidak pernah ingkar. Inilah yang memotivasi setiap mukmin untuk bergerak. Semoga Allah segerakan tegaknya daulah khilafah ini, yang akan mengusir penjajah tersebut dari Al-Quds. Aamiin.


Oleh: Muhammad Nur
Sahabat Tinta Media

Rabu, 28 Februari 2024

Mubalighah Depok: Kaum Muslim Wajib Bersatu



Tinta Media - Di hadapan sekitar seratus peserta, Mubalighah Kota Depok Ustadzah Rizka Fauziah menegaskan bahwa kaum Muslim wajib bersatu. 

“Menjaga persatuan umat dan memelihara ukhuwah islamiah adalah kewajiban setiap Muslim,” ungkapnya dalam Kajian Muslimah (Kamus) Shalihah, Ahad (25/02/2024) di Depok. 

Menurutnya, siapa pun itu asalkan mukmin adalah bersaudara. “Siapa pun asalkan mukmin, adalah bersaudara. Dasar ukhuwah (persaudaraan) adalah kesamaan akidah. Adapun dalilnya terdapat dalam Al-Qur’an surah al-Hujurat ayat 10,” terangnya sambil membacakan ayat tersebut. 

Bahkan, lanjutnya, untuk menjaga keutuhan umat, haruslah kaum Muslim berpegang teguh kepada tali agama Allah (habi Allah) yakni Al-Qur’an. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT, Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 103 yang artinya, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai” (QS Ali Imran: 103). 

“Adapun menurut Imam Ibnu Katsir, ayat tersebut merupakan perintah Allah SWT untuk berpegang pada al-jama’ah (persatuan) dan melarang dari tafarruq (bercerai-berai). Keterceraiberaian disebabkan Islam tidak dijadikan sebagai pegangan dalam mengatur kehidupan,” jelasnya. 

Ia juga menegaskan, agar Kaum Muslim tidak bercerai-berai maka Allah SWT memerintahkan mengikuti jalan-Nya yang lurus. 

“Mengapa wajib bersatu? Rasulullah SAW bersabda, ‘Mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan satu bangunan. Sebagiannya menguatkan sebagian lainnya’” tegasnya mengutip hadits riwayat Imam Bukhari, Imam at-Tirmidzi, Imam an-Nasa'i, dan Imam Ahmad. 

Ia pun mengumpamakan persatuan umat Islam sebagai sapu lidi. 

“Ibarat sapu lidi, kalau cuma satu sangat mudah dipatahkan. Berbeda halnya sekumpulan sapu lidi yang diikat dan disatukan. Umat Islam itu kuat apabila bersatu. Bersatunya umat Islam hanya akan bisa diikat dengan Islam itu sendiri. Bersungguh-sungguh menjalankan dan mengamalkan Al-Qur'an dan as-Sunnah dalam kehidupan, di bawah naungan kepemimpinan Islam (khilafah islamiah),” tegasnya. 

Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Ustadzah Weni Triana, Mubalighah. Ia mengungkapkan fakta bahwa selama kurang lebih 14 abad lamanya, umat Islam pernah disatukan dalam institusi pemerintahan Islam global yakni khilafah. Namun setelah itu umat Islam sedunia mulai terpecah belah, mereka dipisahkan oleh negara bangsa (nation state) dengan warna nasionalisme (kebangsaannya) masing-masing. [] Siti Aisyah

Jumat, 16 Februari 2024

Saatnya Muslim Bersatu




Tinta Media - Umat Islam pernah bersatu dalam satu kepemimpinan, sejak Baginda Nabi saw. menegakkan Daulah Islam di Madinah hingga 3 Maret 1924, runtuhnya Khilafah Utsmaniyah oleh Kemal Attaturk laknatullah. Sejak saat itu, umat dipecah oleh penjajah Barat menjadi negara-negara kecil. Seratus tahun tanpa khilafah, umat kehilangan perisai (junnah). Nasib umat seperti anak ayam kehilangan induk, menjadi santapan musuh-musuhnya.

 Sekat Nasionalisme

Sejak runtuhnya Khilafah Utsmani, umat terkotak-kotak menjadi lebih dari 50 negara. Masing-masing dibatasi garis imajiner ciptaan penjajah Barat untuk melemahkan persatuan umat. Ukhuwah Islamiyah yang menyatukan umat ibarat satu tubuh terkoyak, digantikan dengan ikatan nasionalisme. 

Nasionalisme mengantarkan umat pada penderitaan yang tak berkesudahan. Penderitaan rakyat Palestina adalah fakta nyata. Hampir 76 tahun, mereka hidup dalam penjajahan Zionis laknatullah. Bahkan, sejak badai Aqsa 7 Oktober 2023, kebrutalan dan kesadisan Zionis membantai rakyat Palestina tidak mampu menggerakkan penguasa-penguasa muslim di sekitarnya untuk mengulurkan bantuan, mengirim pasukan untuk menolong saudaranya seakidah. Mereka sebatas mengecam dan memberi bantuan logistik. Entah, jawaban apa yang akan mereka sampaikan di hadapan Allah kelak di hari kiamat. 

Penderitaan yang sama juga dialami muslim Rohingya di bawah penindasan rezim Myanmar. Mereka mengalami  diskriminasi, bahkan di genosida. Bagi yang selamat, mereka terlunta-lunta di negara lain dengan perlakuan yang tidak kalah memprihatinkan. 

Begitu pun nasib muslim India menderita di bawah tekanan rezim India. Muslim Uighur dalam tekanan rezim komunis China. Berharap pada PBB untuk menyelesaikan masalah mereka seperti menegakkan benang basah. PBB merupakan kepanjangan tangan imperialis Barat.

Simbol-simbol Islam berulang kali dilecehkan. Umat hanya bisa mengecam tanpa bisa menghentikannya. Penghinaan terhadap Nabi saw. oleh Charlie Hebdo, pelecehan terhadap Al-Qur'an yang berulang kali terjadi di Denmark dan Swedia, stigmatisasi negatif ajaran Islam yang agung, yakni khilafah dan jihad masih tetap berlangsung. Umat Islam hanya bisa demonstrasi, mengecam, dan sebatas memboikot produk mereka. Faktanya, ini tidak efektif menghentikan perilaku biadab mereka. 

 Khalifah Perisai Umat

Seorang khalifah adalah perisai bagi umat, sebagaimana Hadis Nabi saw. yang artinya,

"Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Ia akan dijadikan perisai saat orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng ...." (HR Bukhari dan Muslim).

Tinta sejarah mencatat bagaimana Sultan Abdul Hamid II, meski kondisi kekhilafahan sudah mengalami kemunduran, masih mampu menjaga kehormatan Islam dan kaum muslimin. Ketika Perancis akan mementaskan teater dengan pemeran utama Baginda Nabi saw., Sultan Hamid II menggertak Perancis. Walhasil, mereka ketakutan dengan menggagalkan pementasan teater yang menghina Baginda Nabi. Demikian juga ketika Herzl hendak membeli dan mengambil tanah Palestina untuk didirikan negara Israel, khalifah mampu menyelamatkan dan mempertahankan setiap jengkal tanah kaum muslim.

Saatnya Umat Bersatu

Peperangan antara Zionis melawan Rakyat Palestina sudah berlangsung lama, sudah banyak menelan korban. Sejak 7 Oktober 2023, hampir 24.000 nyawa rakyat Palestina melayang, tidak ada yang membantu dan melindungi mereka. 

Padahal, fardhu kifayah bagi penguasa muslim sekitarnya untuk mengirim tentara, membebaskan wilayah Palestina. Andai mereka bersatu, mudah bagi mereka  mengusir Zionis dari wilayah tersebut. Namun, tidak satu pun penguasa-penguasa muslim tergerak membantu rakyat Palestina. Mereka menyadari ada negara adidaya AS di belakang Zionis, negara yang selama ini melindunginya. 

Saatnya negeri-negeri muslim bersatu, menegakkan kembali khilafah Islamiyah sebagaimana diserukan Imam Masjidil Aqsa. Negara yang mampu menghadapi negara adidaya AS dan anak asuhannya, Zionis, adalah negara adidaya yang mengemban mabda Islam. Hanya khilafah yang mampu membebaskan Palestina sebagaimana dilakukan Amirul Mukminin Umar bin Khattab dan Shalahuddin Al Ayubi. 

Meski kekuatan militer masih didominasi negara kafir harbi, baik fi'lan maupun hukman, yakni AS, Rusia, China, India, Britania Raya, bukan halangan bagi umat untuk bangkit dan bersatu. Sejarah membuktikan bahwa sedikit dan minimnya pasukan muslim bukan halangan untuk jihad fisabilillah. Dengan izin dan pertolongan Allah, jumlah pasukan muslim yang sedikit sering memenangkan peperangan, seperti Perang Badar, Perang Tabuk, dan Badai Aqsa 7 Oktober 2023.

Saatnya umat menanggalkan baju nasionalisme, sekat penghalang untuk menolong saudara seakidah yang tengah dizalimi, baik di Palestina, Rohingya, India, maupun Uighur. Atas nama nasionalisme, umat membiarkan saudaranya seakidah dibantai dan dizalimi orang-orang kafir. Nasionalisme haram hukumnya, sebagaimana Sabda Baginda Nabi saw. yang artinya,

"Bukan golongan kami orang yang menyerukan 'ashabiyah (fanatisme)', bukan golongan kami orang yang berperang demi 'ashabiyah, dan bukan go­longan kami orang yang mati mempertahankan 'ashabiyah." (HR Abu Daud).

Saatnya umat bersatu dalam satu kepemimpinan, satu bendera dalam naungan khilafah Islamiyah, institusi pelindung yang akan menjaga kehormatan, harta, darah Islam dan kaum muslim. Wallahu a'lam bishawab.


Oleh: Ida Nurchayati
Sahabat Tinta Media


Minggu, 11 Februari 2024

Sudah Waktunya Muslim Bersatu


Tinta Media - Dahulu 1400 tahun kurang lebih umat Islam  bersatu padu dalam kesatuan negara Islam  global yang sangat solid yang membentang hampir 20 juta kilometer persegi. Persatuan ini memiliki dasar historis yang tidak terbantahkan, dimulai sejak Rasulullah Saw membentuk negara Islam  di Madinah, kemudian di lanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin serta di ikuti era Kekhilafahan Umayah, era Kekhilafahan Abbasiyah dan era Kekhilafahan Utsmaniyah. Pada era-era ini umat Islam  global bersatu dalam satu konstitusi yang hukum syariat sebagai sumber hukumnya. 

Peristiwa  memilukan pun terjadi di mana Mustafa Kemal Attaturk yang saat itu sebagai kaki tangan Inggris berhasil meruntuhkan konstitusi Islam  global ini di era ke Khilafahan Turki Utsmani pada tahun 1924. Dimulailah perpecahan umat Islam  secara brutal. Khilafah Islam terpisah kurang lebih 50 negara Islam  dibawa payung pemahaman nasionalisme dan negara bangsa. Pada akhirnya merobek  ukhuwah islamiyah yang sudah terbangun sejak lama. 

Negara Palestina salah satu yang turut merasakan efek samping dari perpecahan nasionalisme dan negara bangsa ini. Sejak Palestina di jajah oleh zionis Yahudi sejak tahun 1948, saudara Muslim di Palestina nyaris berjuang sendiri dalam melawan pendudukan zionis terhadap tanah mereka dan tanah suci umat Islam itu. Terhitung 75 tahun lamanya Palestina menderita. Padahal secara geografis Palestina di kelilingi negara-negara Islam  yang besar dan mumpuni dari segi militer. 

 Sudah berpuluh ribu nyawa kaum Muslim Palestina yang terenggut. Rumah para penduduk yang di ratakan dengan tanah. Muslimah yang dinistakan kehormatannya. Anak-anak yang terbunuh akibat rudal yang di tembakkan secara membabi buta oleh zionis Yahudi yang terlaknat. 

 Nasionalisme yang sudah seperti kanker yang mendarah daging dalam tubuh negara-negara Muslim membuat mereka tidak mampu melakukan perlawanan nyata dalam mengusir penjajah yang menjarah negeri dan membantu saudara Muslim mereka. Sekat kebangsaan juga membuat para pemimpin negara-negara Muslim ini seperti tidak merasakan esensi dari ukhuwah islamiah yang seharusnya menganggap masalah seluruh kaum Muslim di negara mana pun merupakan tanggung jawab saudaranya di belahan bumi mana pun. Termaksud kebebasan Palestina merupakan kewajiban dan tanggung jawab saudara Muslimnya di mana pun berada. 

 Di negeri kita sendiri, ukhuwah islamiah masih sangat mudah terguncang. Kita bisa lihat sikap resah dan tak terima sebagian masyarakat kita saat kedatangan saudara Muslimnya dari etnis Rohingya yang di tindas oleh rezim Budha di negeri mereka sendiri. Malah banyak yang memunculkan narasi-narasi ketakutan dan kekhawatiran yang sepele seperti akhlak, cara makan, serta anggapan bahwa Muslim Rohingya datang sebagai bibit penjajah baru yang sebenarnya merupakan asumsi liar yang terus diulang dan di besar-besarkan tanpa memahami akar persoalan mendasar. Dan narasi ini semakin memperbesar rasa perbedaan dan ketidakpedulian Muslim di negeri kita terhadap saudara Muslimnya yang berbeda ras dan teritori. 

 Fakta-fakta ini sangat ironis dan tidak berbanding lurus dengan yang diperintahkan Allah Swt. dalam Al-Qur'an dan Al-Hadis bahwa kaum Muslim bersaudara dan di ibaratkan satu tubuh. 

 Perlu kita sadari bahwa menjaga dan memelihara ukhuwah islamiah merupakan sebuah kewajiban seluruh kaum Muslim. Sebab itu, merusak ikatan persatuan umat dan ukhuwah islamiah adalah dosa, sama dengan meninggalkan kewajiban yang diperintahkan dalam Islam  lainnya. Dalil-dalil yang bersumber dari Al-Qur'an dan al-Hadis sudah sangat jelas. 

Dalil pertama Allah Swt berfirman 

Sungguh kaum Muslim itu bersaudara. Karena itu damaikanlah di antara saudara kalian… (TQS al Hujurat [49]  10). 

 Dalil ini merupakan tersurat bahwa persaudaraan kaum Muslim itu di ikat oleh akidah, bahkan lebih kuat dari persaudaraan nasab. 

Dalil kedua Allah Swt berfirman 

Berpeganglah kalian semua pada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai berai… (TQS Ali-Imran [3]: 103). 

 Secara tersurat ayat ini kita di perintahkan untuk berpegang pada tali agama Allah Swt. dan jangan bercerai-berai. 

Dalil ketiga Allah Swt berfirman: 

Yang di perintahkan ini adalah jalan ku yang lurus. Karena itu ikutilah jalan tersebut dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain karena jalan itu mencerai beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian adalah yang di perintahkan Allah kepada kalian agar kalian bertakwa… (TQS al-An’am [6]  153). 

 Secara jelas ayat di atas menunjukkan bahwa jika kaum Muslim tidak benar-benar mengikuti jalan Islam  dan mengikuti jalan-jalan selain Islam , maka akan menjadikan kaum Muslim tercerai-berai. Sama seperti kenyataan yang terjadi saat ini di mana  akidah sekularisme menjadi jalan dan pandangan hidup, maka terjadilah perpecahan kaum Muslim, yang kenyataan ini jarang kita sadari. 

 Dari peristiwa diamnya para pemimpin negara Islam  terhadap aksi genosida besar-besaran yang menimpa saudara Muslim kita di Palestina dan terbengkalainya urusan-urusan kaum Muslim yang lain seperti Muslim Rohingya seharusnya sudah menggugah kesadaran kita betapa berbahayanya keterpecahan yang dilandasi konsep nasionalisme dan negara bangsa ini. Membuat kita merasa asing terhadap saudara seiman hanya karena berbeda ras, suku, golongan dan batas-batas teritorial. Padahal dalam sebuah Hadis Rasulullah Saw bersabda: 

“Tidak termasuk golongan kami orang yang menyerukan ‘ashabiyah. Tidak termasuk golongan kami orang yang berperang atas dasar ‘ashabiyah. Tidak termasuk golongan kami orang yang mati atas dasar ‘ashabiyah” (HR Abu Dawud) 

 Agenda besar umat Islam  hari ini sudah seharusnya menyibukkan diri untuk meraih kembali persatuannya di bawah institusinya, yaitu Khilafah Islamiah yang sudah di contohkan oleh baginda Nabi Saw dan menjadi jimak para sahabat. Hanya dengan kembalinya kaum Muslim pada hukum Islamlah persatuan bisa di raih sesuai dengan yang di firmankan Allah Swt dalam QS al-An’am [6]: 153.  Persatuan kaum Muslim global inilah yang akan menjaga hukum Islam terselenggara secara keseluruhan juga menjaga darah dan kehormatan seluruh kaum Muslim di seluruh dunia. Wallahu a’lam bi ash-shawab.



Oleh: Saffian
Sahabat Tinta Media 

Minggu, 07 Januari 2024

Paradoks Sikap Muslim di Pergantian Tahun


Tinta Media - Baru beberapa hari lalu kita mengalami pergantian tahun, pesta kembang api pun digelar di berbagai kota di dunia tak terkecuali di negeri-negeri muslim termasuk juga di Indonesia. 

Di Indonesia saja tercatat ada 9 kota yang menggelar pesta kembang api, mirisnya negeri - negeri muslim merayakan pergantian tahun di tengah penderitaan rakyat Palestina yang mengalami penjajahan oleh zionis Israel. Mereka terus saja dibom,  di tembak mati selama lebih kurang 12 pekan terakhir dan terpaksa terusir dari negaranya sendiri, ditambah lagi penjajahan selama puluhan tahun itu telah mengakibatkan syahidnya ribuan rakyat Palestina. 

Namun dukungan untuk saudara muslim di Palestina nampak nya telah melemah, belum lagi nasib para pengungsi Rohingya yang mendapat penolakan dari warga Aceh, mereka mengalami stateless dan genosida sehingga terpaksa lari dari negeri mereka, demi mendapatkan suaka dari saudara muslim di negeri ini, namun ditolak. 

Sungguh sikap paradoks kaum muslim ini tidak dapat dipercaya, perayaan tahun Baru yang digelar di tengah penderitaan saudara mereka. Inilah buah nasionalisme yang mencengkeram kuat negeri-negeri muslim, sehingga tidak ada lagi rasa pilu ketika melihat penderitaan yang dialami saudaranya. 

Oleh: Jumiliati
Sahabat Tinta Media

Jumat, 05 Januari 2024

Kampanye ‘Abandon Biden’, Analis: Upaya Muslim Amerika Dukung P4lestin4



Tinta Media -;Analis dari Geopolitical Institute Dr. Hasbi Aswar menilai kampanye ‘Abandon Biden’ sebagai upaya muslim Amerika Serikat (AS) untuk mendukung P4lestin4. 

"Gerakan ‘Abandon Biden’ ini harus kita pahami sebagai sebuah upaya umat Islam di Amerika Serikat mendukung saudara-saudara kita yang ada di P4lestin4 yang sekarang lagi dibantai," tuturnya di Kabar Petang: Kampanye 'Abandon Biden', Kegagalan Serius Demokrasi, di kanal Youtube Khilafah News, Senin (1/1/24). 

Kampanye ini, lanjutnya, bagian dari kontribusi muslim di AS untuk menekan pemerintahan Amerika Serikat yang dari dulu sampai sekarang selalu mendukung Isr4el untuk melakukan pembantaian kaum muslimin di P4lestin4. 

"Jadi saya kira sudah sewajarnya dan sudah seharusnya umat Islam itu mengambil sikap ikut dalam aksi-aksi demonstrasi, buat hastag, buat gerakan Abandon Biden misalnya atau gerakan-gerakan lain, karena itu suatu bentuk dukungan dari kaum muslimin kepada saudara-saudara di G4z4," ungkapnya. 

Tujuan Kampanye 

Hasbi menyebut, tujuan kampanye ini pertama, bentuk dukungan muslim AS untuk P4lestin4 dan juga bentuk kritik yang ditujukan kepada pemerintahan Biden yang telah bersekutu dengan entitas penjajah Y4hudi. 

“Kedua, ini bagian dari strategi umat Islam AS untuk mengedukasi publik atau memberikan narasi-narasi alternatif pada publik. Sebagaimana kita pahami AS selalu mendesain baik media-medianya maupun para politisinya untuk selalu pro pada entitas penjajah Y4hudi Zionis," tandasnya. 

Lewat kampanye ini, sambungnya, publik AS yang selama ini didoktrin untuk pro Isr4el, anti Muslim, anti Hamas, anti perjuangan Islam itu berubah. "Yang pro Isr4el menjadi simpati pada P4lestin4 dan itu sudah terbukti, berefek dan efektif," tandasnya. 

Mengutip dari Republika.co.id edisi (31/12/23), para pemimpin Muslim Amerika pada Sabtu waktu setempat menyatakan akan memperluas kampanye "Abandon Biden" yang sudah diluncurkan awal bulan ini. Adapun isi kampanye ini adalah menentang Presiden Joe Biden, terkait cara penanganannya terhadap konflik di G4z4, yang dinilai mengabaikan aspirasi muslim AS. [] Setiyawan Dwi

Selasa, 02 Januari 2024

Aab Elkarimi: Muslim Gaza akan Mulia sebagai Syuhada



Tinta Media - Influencer Dakwah Aab Elkarimi memandang bahwa kaum muslimin di Gaza akan mulia sebagai syuhada. 

"Mereka akan diam di sana, lalu satu per satu akan wafat dan mulia sebagai syuhada. Dan rasa-rasanya mereka juga enggak akan kehilangan masa depan, mimpi-mimpi dan kemuliaan mereka," ujarnya dalam tayangan Aspirasi: Mulai Jenuh? Di kanal YouTube Justice Monitor, Selasa (26/12/2023).

Ia menyampaikan, syahid adalah predikat yang mulia. Maka, Aab menuturkan, rasa-rasanya para syuhada (di Gaza) tidak layak dikasihani dan menjadi komoditas air mata.

"Tapi justru, bukankah kita yang amat perlu dikasihani? Kita yang mulai kehilangan rasa kemanusiaan kita. Lalu kita disibukkan dengan soalan yang remeh, soalan yang saling jilat dan saling sikut. Kita menyembah sesama manusia, kita khawatir dan overthinking pada masa depan yang..., entahlah!" tuturnya.

Lalu sambung Aab, di tengah kehidupan kita (kaum Muslimin) di luar Palestina, merebaklah ayah yang bunuh anak, mertua perkosa menantu, suami mutilasi istri dan marak bunuh diri karena pinjol dan judi slot. "Justru bukankah kita yang amat perlu dikasihani?" tanyanya lagi.

Sekarang, lanjut Aab, saat banyak kaum muslimin yang masih punya kesehatan dan kekuatan, tapi tak ada terbesit jiwa kepahlawanan dan sikap kelaki-lakian.

"Malah kita galang koloni, bangun dinasti, saling pegang kartu As untuk selamatkan citra diri," sesalnya.

Dan tidak terasa, hitung Aab, sudah 78 hari genosida dan penghancuran di Gaza, Palestina terjadi.

"Dan kita masih tak bisa ngapa-ngapain. Tapi rasa-rasanya, bukankah kita yang justru perlu diapa-apain," pungkasnya mengakhiri. [] Muhar

Rabu, 13 Desember 2023

Jurnalis: Keawaman Islam Sejatinya Melanda Mayoritas Muslim Sedunia



Tinta Media - Menanggapi terkait pengungsi Rohingya banyak yang awam terhadap Islam, Jurnalis Senior Joko Prasetyo (Om Joy) membeberkan bahwasanya keawaman Islam sejatinya melanda muslim sedunia bukan hanya Rohingya.

"Keawaman tentang Islam itu sejatinya melanda mayoritas Muslim sedunia termasuk Indonesia, jadi bukan hanya Rohingya," tuturnya pada Tinta Media, Ahad (10/12/2023).

Sehingga lanjutnya, muslim Indonesia, Malaysia, dan Banglades pun enggan mengurus dan mendidik Muslim Rohingya ketika mendapati Muslim Rohingya ternyata awam Islam dan awam akhlak Islam. "Inilah PR kita bersama untuk menyadarkan mereka semua," ujarnya.

Keterjajahan

Om Joy sapaan menuturkan bahwasanya terkait muslim Rohingya yang intinya terkesan jauh dari ajaran dan pemahaman Islam yang baik dan benar merupakan akumulasi dari keterjajahan sejak Kesultanan Benggala diruntuhkan oleh Inggris.

"Inggris lalu memecah-belahnya menjadi negara bangsa Bangladesh, sebagiannya dimasukkan oleh Inggris ke negara bangsa Hindu India, dan sebagiannya ke negara bangsa Budha Myanmar," tuturnya. 

Jadi bebernya, Inggris memang tidak mau melihat kaum muslimin dibekas reruntuhan kesultanan Benggala itu bersatu meski hanya bersatu dalam negara bangsa muslim Banglades.

"Negara Kristen Inggris memang benar-benar tidak pernah ridha kalau orang Islam tidak mengikuti milah mereka, dan milah mereka itu ingin menghancurkan kaum Muslim sehancur-hancurnya," pungkasnya. [] Setiyawan Dwi.

Kamis, 19 Oktober 2023

Ga Mungkin Tangan Memukul Kaki Gegara Kesel Karena Kaki Kesandung

Tinta Media - Muslim dengan muslim lainnya ibarat satu tubuh. Anggota tubuh yang satu bisa berfungsi baik sebab ditopang oleh yang lain. Oleh karena itu, ga mungkin satu sama lain saling membenci dan menyakiti.

Sebagaimana sabda beliau berikut:

 عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (رواه مسلم)

 Dari An-Nu'man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR Muslim No 4685)

Sebab itulah sobat maka jika ada saudara muslim yang jatuh dalam kesalahan tak mungkin kita bergembira. Atau merasa dia harus ditenggelamkan sekalian. Meskipun jika kita bersalah juga harus legowo dan dengan senang hati menerima koreksi.

Jika sesama muslim laksana satu tubuh. Maka kalo satu jamaah laksana satu organ. Hingga harus lebih kompak lagi. Ga mungkin kan sesama jadi tangan saling mencubit?

Jadi harus menjauhi berbagai karakter buruk kepada muslim yang lain. 

Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah disebutkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «لاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَتَنَاجَشُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخوَاناً. المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَايَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَاهُنَا -وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ- بِحَسْبِ امْرِىءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ المُسْلِمَ. كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling tanajusy (menyakiti dalam jual beli), janganlah saling benci, janganlah saling membelakangi (mendiamkan), dan janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain. Takwa itu di sini–beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali–. Cukuplah seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’” (HR. Muslim) [HR. Muslim no. 2564]

 Moga kita bisa saling mencintai karena Allah. Bisa saling menghormati. Bisa saling berbaik sangka. Bisa saling menjaga. Hingga bisa bersama sama ke surga. Aamiin.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid (Tabayyun Center )

Jumat, 30 Desember 2022

Kiai Shiddiq: Haram Hukumnya Karyawan Muslim Mengenakan Atribut Natal

Tinta Media - Menjawab pertanyaan apakah boleh seorang karyawan muslim di mall atau tempat-tempat lain memakai atribut Natal, Founder Institut Muamalah Indonesia KH. M. Shiddiq Al-Jawi, M.Si menjawab hukumnya haram.

“Hukumnya haram seorang karyawan muslim mengenakan atribut Natal seperti baju dan topi Sinterklas yang tadi saya contohkan,” jawabnya pada Kajian fiqih Islam: Hukum Karyawan Muslim Memakai Atribut Natal di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn, Jumat (23/12/2022).

Kiai Shiddiq menjelaskan dua dalil keharamannya. Pertama adalah karena mengenakan atribut Natal itu termasuk perbuatan menyerupai kaum kafir (tasyabbuh bil kuffar). Biasanya yang memakai atribut Natal itu orang Nasrani, kalau orang Islam memakainya, berarti telah menyerupai, meniru-niru mengimitasi orang kafir. “Nah kalau dalam pandangan Islam, ini tidak boleh. Itu yang disebut dengan tasyabbuh bil kuffar,” jelasnya.

Dalil hukum yang Kiai sampaikan adalah sabda Rasulullah Saw: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dalam golongan mereka.”
(HR. Imam Abu Dawud, Imam Ahmad dalam kitabnya Al musnad, Imam Tirmidzi) 

Alasan kedua yang Kiai sampaikan mengapa haram karyawan muslim mengenakan atribut Natal, karena perbuatan itu merupakan bentuk partisipasi muslim (musyarakah) dalam rangka ikut merayakan hari raya kaum kafir. “Padahal ini sudah diharamkan, perbuatan musyarakah atau berpartisipasi ini di dalam hari-hari raya kaum kafir ini sudah diharamkan dalam syariah,” paparnya.

“Tidak hanya Natal, tapi termasuk waisak, kemudian nyepi, Imlek dan lain-lain ini adalah hari raya hari raya kaum kafir atau non muslim. Ini tidak boleh hukumnya seorang muslim itu melakukan musyarakah atau berpartisipasi ikut serta di dalam hariraya-hariraya kaum kafir atau kaum non muslim,” paparnya lebih lanjut.

Diungkapkannya dalil yang mengharamkan musyarakah adalah Al-Qur’an Surah Al-Furqon ayat 72, yaitu “Ciri dari hamba-hamba Allah itu diantaranya adalah tidak menghadiri/mempersaksikan suatu kedustaan atau suatu Kepalsuan,” ungkapnya.

Ia menjelaskan ayat tersebut menurut Imam Ibnu Qayyim yang meriwayatkan dari sahabat nabi yang namanya Ibnu Abbas, Adh Dhahhak dan lain-lain bahwa kata az zuur (kebohongan/kepalsuan) dalam ayat itu artinya adalah Idul musyrikin yaitu hari raya orang-orang musyrik.

“Maka berdasarkan ayat ini, Imam Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa haram hukumnya seorang muslim turut merayakan atau bahasa arabnya itu mumala’ah merayakan, menghadiri termasuk memberi bantuan pada hari-hari raya kaum kafir,” jelasnya.
 
Hukum haramnya ini disampaikan Kiai khusus untuk umat muslim. Umat Islam tidak mencegah, tidak menghalang-halangi, tidak melarang agama lain merayakan hari rayanya.

“Jadi fatwa yang saya jelaskan ini yaitu haram hukumnya merayakan, menghadiri, memberi bantuan pada hari raya kaum kafir ini adalah haram bagi muslim, baik dia rakyat biasa maupun dia pemimpin atau pejabat,” tegasnya. 

Jadi kalau ada karyawan di sebuah perusahaan yang itu diperintahkan untuk memakai baju Sinterklas, Kiai meminta agar tidak boleh taat. “Dia nggak boleh taat pada perusahaan karena ini melanggar agama Islam. Itu nggak boleh,” pintanya.

Jadi menurutnya, karyawan wajib menolak perintah apa saja atau perusahaannya yang melanggar Syariah Islam. Baik atasannya itu adalah muslim maupun non muslim. “Karena Islam tidak membolehkan mentaati aturan yang melanggar Syariah Islam,” tegasnya.

Ia juga meminta para ulama dan apalagi pemerintah, para Kiai, ustad yang termasuk Majelis Ulama Indonesia pada level manapun, apakah level pusat, level provinsi, level kabupaten atau kota untuk menyampaikan keharamannya. “Anda sebagai ulama dari MUI ini tidak boleh berdiam diri atau melakukan pembiaran,” pintanya.

“Apalagi pemerintah, ini sebenarnya yang sangat kuat posisinya seharusnya tidak boleh diam,” lanjutnya.

Menurutnya ulama wajib memberi nasehat atau fatwa kepada para karyawan muslim dan juga wajib hukumnya ulama melakukan kritik atau Muhasabah kepada pemerintah.

“Nah sementara pemerintah sendiri khususnya karena dia memiliki power memiliki kekuasaan, wajib hukumnya melarang para pemilik mall atau pusat perbelanjaan atau mungkin pom bensin ini jangan memaksa karyawannya itu memakai atribut Natal,” pungkasnya.[] Raras

Jumat, 16 Desember 2022

Pemuda Muslim Pemimpin Perubahan untuk Peradaban Cemerlang

Tinta Media - Pemuda muslim adalah tumpuan harapan untuk melakukan perubahan. Pemuda muslim mampu mengubah kondisi umat yang sangat jauh dari kata sejahtera, dan penuh dengan berbagai masalah, mulai dari masalah ekonomi, sosial, kesehatan, dan sistem pendidikan yang belum sepenuhnya mampu menghasilkan pemuda rujukan umat. 

Negeri ini butuh generasi muda yang mampu melakukan pengamatan yang mendalam terhadap akar masalah yang tengah terjadi di negeri ini. Nyatanya, hanya dengan mengganti pemimpin dan rezim, masalah tidak pernah terselesaikan. Pemimpin datang dan pergi silih berganti, tetapi sejahtera tak pernah kunjung terjadi.

Untuk menghasilkan pemuda negarawan, penggerak perubahan untuk peradaban Islam, dibutuh pemuda yang visioner, mampu membuat terobosan dan strategi yang mumpuni untuk menghadapi tantangan yang semakin berat, akibat sistem kapitalis sekuler.

Rasulullah saw. adalah teladan terbaik dalam mengubah peradaban jahiliyah menjadi peradaban Islam yang mulia. Beliau mencontohkan dengan aktivitas politik, membina para sahabat menjadi kader-kader dakwah Islam, kemudian menyebarkan kader dakwah tersebut untuk mengajarkan Islam kepada yang lain. Inilah contoh yang harus dilakukan pemuda muslim saat ini, yakni mengemban dakwah Islam melalui jalan politik.

Dalam Islam, aktivitas politik tidak terbatas pada masalah kekuasaan semata, melainkan meliputi pemeliharaan seluruh urusan umat di dalam maupun luar negeri, baik menyangkut aspek negara maupun umat. Penguasa bertindak secara langsung mengatur urusan umat, sedangkan umat bertindak sebagai pengawas dan mengoreksi pelaksanaannya.

Aktivitas politik riil yang seharusnya dilakukan pemuda muslim adalah dengan memahamkan dan mengedukasi umat, sehingga memiliki perspektif dan pemahaman Islam yang benar. Aktivitas politik ini harus dilakukan oleh kaum muslimin seluruhnya, termasuk para pemudanya. Hal ini karena melakukan aktivitas politik adalah kewajiban yang datang dari Allah Swt. dan Rasul-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah: 

“Siapa saja yang tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin, ia bukanlah termasuk di antara mereka. Siapa saja yang bangun pada pagi hari tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, ia bukanlah golongan mereka.” (HR Ath-Thabari).

Sosok pemuda muslim yang paham politik, pasti peduli dan bertanggung jawab akan nasib negara dan umat Islam di dunia. Mereka mencintai negara dan umat Islam dengan berusaha berjuang untuk menghilangkan bahaya yang mengancam, yakni sekularisme dan liberalisme. Hal ini karena melalui sekularisme, agama Islam dijauhkan dari pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Sejarah telah membuktikan peradaban Islam diusung oleh pemuda. Sirah Rasullullah saw. menggambarkan kelompok dakwah yang diisi oleh pemuda. Bahkan, keberhasilan dakwah di Madinah juga di tangan pemuda, yaitu Mush’ab bin Umair dan Sa’ad bin Mu’adz.

Pemuda  muslim yang kuat tidak tertipu dan terjebak dengan arus liberalisasi dan moderasi. Hal ini karena tidak ada harapan kebaikan yang diperoleh dari arus tersebut. Karena itu, sudah saatnya pemuda muslim memperkokoh visi masa depan ke arah Islam, mencari peluang untuk mendekatkan gambaran khilafah yang juga pernah mendunia.

Pemuda muslim harus mempunyai idealisme yang kokoh, ikhlas berjuang untuk mengembalikan peradaban Islam yang cemerlang. Pemuda muslim harus bisa menjadi aktivis partai pengusung peradaban Islam yang mendunia. Ini sebagaimana bisarah Rasulullah yang memberikan gambaran bahwa akan ada fase tegaknya khilafah ‘ala minhaj nubuwah. Wallahu’alam bishaab.[]

Oleh: Isty Da’iyah 
Analis Mutiara Umat Institute

Kamis, 24 November 2022

Hak Sesama Muslim, Jika Dia Minta Nasehat

Tinta Media - Sungguh besar hak sesama muslim. Maka jangan sampai kita mengabaikannya. Salah satunya adalah nasehat.

"Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya”, maksudnya adalah meminta nasihat, yaitu meminta agar diberikan kebaikan kepada yang diberi nasihat baik perkataan maupun perbuatan.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – حَقُّ اَلْمُسْلِمِ عَلَى اَلْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ, وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ, وَإِذَا اِسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْهُ, وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اَللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ, وَإِذَا مَاتَ فَاتْبَعْهُ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam.” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; (3) Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’); (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 2162]

Wajib memberikan nasihat kepada saudara kita ketika ia meminta nasihat. Berarti jika ia tidak meminta, maka tidaklah wajib. Namun jika kita tidak dimintai nasihat, lantas jika ada mudharat atau dosa, maka wajib tetap menasihati karena ini adalah bentuk menghilangkan kemungkaran pada saudara muslim. Sedangkan jika saudara kita tidak meminta nasihat dan tidak ada mudharat atau dosa kala itu, juga menganggap bahwa selain kita itu lebih manfaat dalam memberi nasihat, maka kita tidak wajib menasihati (hanya disunnahkan) karena termasuk dalam bentuk memberikan petunjuk kebaikan kepada orang lain.

Saling menasehati tentunya dengan cara yang ma'ruf. Cara yang benar. Dan menghindari perdebatan yang bisa menimbulkan rasa saling tidak enak hati. 

Jika dengan diam kita, saudara kita lebih nyaman selama tidak maksiat maka itu lebih baik. Apalagi berdebat di medsos bisa jadi sangat besar mudhorotnya. 

Wallaahu a'lam.[]

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Kamis, 03 November 2022

MENGECAM SIKAP “APATIS” PEMERINTAH TERHADAP DERITA MUSLIM UYGHUR

Tinta Media - Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI menolak usulan penyelenggaraan debat tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) kepada muslim Uighur di Xinjiang, China, di Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 
 
LBH PELITA UMAT mengecam sikap Pemerintah Indonesia yang menyatakan tak ikut campur terhadap masalah dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) etnis Muslim Uighur di Xinjiang, China. 
 
Kalau Pemerintah Indonesia mengatakan tidak ikut campur yaitu berarti Pemerintah tidak paham terhadap mukadimah Undang-Undang Dasar 1945. 
 
Mestinya Pemerintah malu kepada Parlemen Perancis yang telah berani mengeluarkan resolusi pada hari Kamis (20/1/2022) yang mengecam genosida oleh pemerintah China terhadap penduduk Uyghur, kelompok minoritas Muslim di wilayah Xinjiang 
 
_France's parliament the led motion asking the government to condemn China for "crimes against humanity and genocide" against its Uyghur Muslim minority and to take foreign policy measures to make this stop._ 
 
Bunyi resolusi tersebut bahwa Majelis Nasional secara resmi mengakui kekerasan yang dilakukan oleh Negara China terhadap Uighur sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida. Resolusi ini juga menyerukan kepada Pemerintah Prancis melakukan langkah-langkah yang diperlukan dalam komunitas internasional dan dalam kebijakan luar negerinya untuk menghentikan tindakan Negara China. 
 
Aktivis dan pakar hak asasi manusia PBB mengatakan setidaknya 1 juta Muslim ditahan di kamp-kamp di wilayah barat terpencil Xinjiang. Para aktivis menuduh negara China menggunakan penyiksaan, kerja paksa, dan sterilisasi. 
 
Saya mendorong OTP (bisa di padankan sebagai jaksa atau penuntut) dari ICC untuk melanjutkan penyelidikan dan penyidikan. Dalam konteks Rome Statute of the International Criminal Court (“Statuta Roma”), proprio motu adalah kewenangan yang diberikan oleh Statuta Roma kepada Office of the Prosecutor (“OTP”) di International Criminal Court (“ICC”), untuk memulai investigasi atas kejahatan internasional yang menjadi yurisdiksi ICC, yakni genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi. Kejahatan kemanusiaan adalah pelanggaran Pasal 7 ayat (1) Statuta Roma (The Rome Statute of the International Criminal Court).  
 
LBH PELITA UMAT melalui jejaring lawyers muslim diberbagai negara berkomitmen membela nasib muslim Uyghur, Rohingnya, Palestina, Suriah dll. 
 
Demikian 
IG @chandrapurnairawan

Oleh: Chandra Purna Irawan, S.H., M.H.
Ketua LBH PELITA UMAT/ Presiden of the IM-LC (International Muslim Lawyers Community
 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab