Tinta Media: Muslim
Tampilkan postingan dengan label Muslim. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Muslim. Tampilkan semua postingan

Rabu, 19 Oktober 2022

Ajengan YRT: Tak Boleh Minta Bantuan LSM Non Muslim Jika...

Tinta Media - Mudir Ma’had Khodimus Sunnah Ajengan Yuana Ryan Tresna (YRT) menegaskan, tidak boleh meminta bantuan kepada LSM yang didirikan oleh non muslim, dengan syarat tertentu, yang dapat menguasai diri seorang muslim.

"Permintaan bantuan yang ada syarat-syarat tertentu, yang dapat menguasai diri muslim tersebut atau ada ketentuan yang memang memadharatkan dia sebagai Muslim atau memberikan jalan kepada orang-orang non muslim untuk menguasai seorang muslim maka tidak boleh," tuturnya kepada Tinta Media, Ahad (16/10/2022).

Selanjutnya, ia menyampaikan dalil ketidakbolehan tersebut. 

وَلَن يَجْعَلَ ٱللَّهُ لِلْكَٰفِرِينَ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا

"Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman," terangnya.

Berdasarkan ayat di atas, Ustaz Yuana, sapaan akrabnya kembali menegaskan bahwa tidak boleh memberikan kesempatan bagi kafir untuk menguasai kaum muslimin. "Ayat tersebut jelas, tidak boleh memberikan kesempatan bagi orang-orang kafir untuk menguasai kaum muslimin," ujarnya.

Jika bentuknya adalah akad ijarah, kata Ajengan Yuana, misalnya kerjasama usaha ataukah dalam bentuk syirkah. Seperti ajir misalnya, maka selama itu pekerjaannya halal kemudian juga tidak berdampak pada sesuatu yang dapat memudaratkan kaum muslimin maka boleh-boleh saja jadi bekerja sebagai sebagai Ajir dalam sebuah pekerjaan yang halal.

Namun, menurutnya, jika LSM itu bertujuan memata-matai kaum muslimin dan mengambil manfaat dan mengantarkan pada kemadaratan maka tidak boleh.

"Tetapi kalau memang LSM tersebut Tujuannya adalah untuk memata-matai muslim, kemudian mengambil banyak kemanfaatan atau keuntungan dari kaum muslimin maka harus ditinjau ulang. Dan jika itu adalah bentuk kemudaratan maka tidak boleh," tandasnya.

Kemudian ia juga menjelaskan mengenai fenomena bantuan atau kerjasama dengan non muslim pada masa kekhilafahan dilihat dari dua sisi.

"Fenomena semacam itu, dalam masa kekhilafahan dulu, kerjasama apapun itu termasuk juga jual beli atau ijarah dengan orang-orang asing harus ditinjau dari dua sisi," katanya.

Pertama, adalah status kewarganegaraan. Kalau status negaranya adalah negara yang muhariban fi'lan, maka tidak boleh. "Yaitu negara yang secara nyata memerangi kaum muslimin. Kalau negaranya adalah negara yang muhariban hukman atau yang terikat perjanjian, dengan kata lain kafir muahid, maka melakukan hubungan dagang dan lain sebagainya maka dibolehkan," tutur Ajengan. 

Kedua, bentuk kerjasamanya. "Kalau misalnya kerjasamanya sesuatu yang dapat memberikan dharar (bahaya) pada kaum muslimin, sebagaimana poin yang tadi di awal itu, juga enggak boleh. Meskipun misalnya negaranya bukan negara muhariban fi'lan," pungkasnya. [] Nur Salamah

Selasa, 18 Oktober 2022

Indonesia Tolak Bahas Uighur, UIY: Tidak Cocok dengan Prinsip Politik Luar Negeri

Tinta Media - Penolakan Indonesia membahas pelanggaran HAM terkait Uighur dinilai oleh Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY)  tidak sesuai dengan prinsip politik luar negeri.
 
“Penolakan Indonesia untuk pembahasan Uighur ini, menurut saya, tidak cocok. Yang pertama, dengan prinsip politik luar negeri kita yang disebut dengan istilah bebas dan aktif itu,” tuturnya  di acara Perspektif PKAD: Tolak HAM Berat Uighur,Di Bawah Cengkeraman RRC Komuniskah??!! Selasa (11/10/2022) melalui kanal Youtube PKAD.
 
UIY lalu menjelaskan bebas artinya politik luar negeri tidak boleh tergantung dan tidak boleh digantung dengan kepentingan-kepentingan luar. Artinya mesti berbasis kepentingan nasional.
 
“Aktif artinya dia mengambil inisiatif. Ketika ada inisiatif mestinya inisiatif itu diterima bukan ditolak . Bagaimana kita akan menyelesaikan masalah, jangan lagi menyelesaikan masalah, mengetahui masalah saja mungkin tidak akan bisa kita dapatkan jika pembahasan saja kita sudah tolak. Seharusnya pembahasan itu diterima sehingga tahu apa masalahnya,” sesal UIY.
 
Jadi, sambungnya, sudah tidak ada lagi yang namanya bebas dan aktif. “Ini menunjukkan kita ini sudah demikian takut. Ibarat kata  seperti Bapak ke anak. Bapak melotok ke anaknya agar tidak ngomong macam-macam. Bahkan mungkin sudah diinjak kakinya ,kalau kamu ngomong begini akan begini.  Ancaman itu ada di depan mata,” ucap UIY memberikan permisalan.
 
Yang kedua, lanjut UIY,  solidaritas keumatan. Indonesia dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia mestinya mengambil peran signifikan terkait penderitaan, kezaliman, diskriminasi yang dialami umat Islam dimanapun berada.
 
“Mestinya ditunjukkan peran itu, tapi ini tidak dilakukan. Jangan lagi mengambil peran aktif, sekedar usulan pembahasan saja sudah menolak,” sesalnya.
 
Artinya, tegas  UIY, Indonesia berada pada level yang sangat rendah dalam ikut serta mengatasi persoalan yang dihadapi umat Islam.
 
“Tidak salah kalau publik menilai bahwa negara kita sudah demikian terkooptasi oleh berbagai kepentingan bilateral maupun multilateral,” cetusnya.
 
Kepentingan Indonesia terhadap Cina, lanjut UIY, ada kepentingan investasi baik kereta cepat maupun IKN. “Apalagi kalau dikaitkan dengan semacam rasa bahagia yang disampaikan Megawati saat ulang tahun 100 tahun Partai Komunis Cina. Ini bukan hanya dimensi politik tapi juga dimensi ideologi,” tandasnya.
 
Kekhawatiran publik bahwa Indonesia itu makin hari makin dekat ke poros Cina, kata UIY, sementara Cina ini hari itu Cina komunis sangat beralasan.
 
Menolong Diri Sendiri
 
Dengan realitas diatas UIY menyimpulkan bahwa umat  Islam harus bisa menolong dirinya sendiri. “Saya kira ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa memang umat ini tidak mungkin berharap kepada pihak lain, umat  memang harus kuat, dia harus menjadi dirinya sendiri, dia harus bisa menolong dirinya sendiri,” ungkapnya.
 
Menurut UIY sudah terlalu banyak catatan baik di Rohingya, Afrika Timur, Bangladesh  yang menunjukkan bahwa umat  tidak mungkin berharap pada kekuatan lain.
 
“Kita harus menjadi muslim yang khoiru ummah yang memiliki kekuatan sendiri yang bisa menjaga harkat dan martabat umat Islam. Dan itu bisa diwujudkan ketika ada pemimpin dan institusi yang menyatukan,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 

Sabtu, 15 Oktober 2022

FIWS Sayangkan Sikap Politik Indonesia atas Penindasan Muslim Uighur

Tinta Media - Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menyayangkan sikap politik Indonesia terhadap penindasan Muslim Uighur. 

"Menyayangkan sikap politik Indonesia terkait dengan Muslim Uighur ini, sangat irit berbicara tentang penindasan yang dialami Muslim Uighur," ujarnya dalam kabar Petang: Pemerintah RI Cuek terhadap Derita Muslim Uighur? Melalui kanal YouTube Khilafah News, Selasa (11/10/2022).

Menurut Farid, hal ini seharusnya tidak terjadi. Karena negara Indonesia adalah negara yang mayoritasnya Muslim. Sehingga wajar jika memberikan perhatian. 

"Indonesia sebagai negara yang mayoritas beragama Islam adalah sangat wajar memberikan perhatian sangat besar terhadap kondisi umat Islam di tempat-tempat yang lain," ujarnya. 

Farid juga menegaskan bahwa umat Islam adalah umat yang satu. "Umat Islam sesungguhnya merupakan umat yang satu umatun wahidatun," ungkapnya.

Ia menilai bahwa tindakan Cina kepada Muslim Uighur adalah tindakan pelanggaran kemanusiaan. "Apa yang terjadi pada kaum muslimin, muslim Uighur di cina jelas jelas merupakan bentuk pelanggaran terhadap kemanusiaan," pungkasnya.[] Teti Rostika

Kamis, 13 Oktober 2022

LBH PELITA UMAT KECAM SIKAP PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP DERITA MUSLIM UYGHUR

Tinta Media - Menanggapi sikap Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI yang menolak usulan penyelenggaraan debat tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) kepada Muslim Uighur di Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ketua LBH PelitaUmat dan President of the IM-LC (International Muslim Lawyers Community) Chandra Purna Irawan, S.H., M.H. mengecam sikap pemerintah tersebut.

“LBH Pelita Umat mengecam sikap Pemerintah Indonesia yang menyatakan tak ikut campur terhadap masalah dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) etnis Muslim Uighur di Xinjiang, China,” ujarnya kepada Tinta Media, Rabu (12/10/2022).
 
“Kalau Pemerintah Indonesia mengatakan tidak ikut campur yaitu berarti Pemerintah tidak paham terhadap mukadimah Undang-Undang Dasar 1945,” tegasnya menambahkan. 
 
Mestinya menurut Chandra, Pemerintah malu kepada Parlemen Perancis yang telah berani mengeluarkan resolusi pada hari Kamis (20/1/2022). “Yang mengecam genosida oleh pemerintah Cina terhadap penduduk Uyghur, kelompok minoritas Muslim di wilayah Xinjiang,” tuturnya.
 
France's parliament the led motion asking the government to condemn China for "crimes against humanity and genocide" against its Uyghur Muslim minority and to take foreign policy measures to make this stop.
 
Chandra menjelaskan bunyi resolusi tersebut bahwa Majelis Nasional secara resmi mengakui kekerasan yang dilakukan oleh Negara Cina terhadap Uighur sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida. “Resolusi ini juga menyerukan kepada Pemerintah Prancis melakukan langkah-langkah yang diperlukan dalam komunitas internasional dan dalam kebijakan luar negerinya untuk menghentikan tindakan Negara Cina,” jelasnya. 
 
Ia mengungkap pernyataan dari aktivis dan pakar hak asasi manusia PBB yang mengatakan setidaknya 1 juta Muslim ditahan di kamp-kamp di wilayah barat terpencil Xinjiang. “Para aktivis menuduh negara Cina menggunakan penyiksaan, kerja paksa, dan sterilisasi,” ungkapnya. 
 
Chandra mendorong OTP (bisa dipadankan sebagai jaksa atau penuntut) dari ICC untuk melanjutkan penyelidikan dan penyidikan. “Dalam konteks Rome Statute of the International Criminal Court (‘Statuta Roma’), proprio motu adalah kewenangan yang diberikan oleh Statuta Roma kepada Office of the Prosecutor (‘OTP’) di International Criminal Court (‘ICC’), untuk memulai investigasi atas kejahatan internasional yang menjadi yurisdiksi ICC, yakni genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi. Kejahatan kemanusiaan adalah pelanggaran Pasal 7 ayat (1) Statuta Roma (The Rome Statute of the International Criminal Court),” tegasnya.  
 
“LBH PELITA UMAT melalui jejaring lawyers muslim diberbagai negara berkomitmen membela nasib muslim Uighur, Rohingnya, Palestina, Suriah dll,” tandasnya.[] Raras

Selasa, 27 September 2022

Harga Nyawa Seorang Muslim

Tinta Media - Nyawa seorang muslim amatlah mahal. Bahkan jauh lebih mahal daripada dunia ini. Terbayang kan mahalnya. Makanya terbayang betapa besar dosa yang ditanggung para pembunuh. Manusia super zholim haus darah pasti akan menanggung akibatnya di dunia dan akhirat. 

Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Sangat disayangkan, nyawa seorang muslim dihilangkan begitu saja. Apalagi disertai fitnah keji yang mengiringinya. 

Semua bisa memberikan keterangan apapun mengenai kejadian yang sedang ramai di masyarakat, namun kita perlu menyadari, semua disaksikan oleh Allah. Kami tidak bisa memberikan nasehat apapun selain ingin kami sampaikan, “Allah tidak pernah melupakan tindakan orang dzalim.”

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ

“Jangan sekali-kali kamu mengira, Allah akan melupakan tindakan yang dilakukan orang dzalim. Sesungguhnya Allah menunda hukuman mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak (karena melihat adzab).” (QS. Ibrahim: 42).

Begitulah tanpa khilafah nyawa muslim bahkan jutaaan muslim ditumpahkan dengan zholim. Tanpa pelindung maka semua itu terjadi dibawah tatapan manusia sedunia tanpa pembelaan sama sekali.[]

Ustaz Abu Zaid
Tabayyun Center 

Minggu, 28 Agustus 2022

Menyadari Identitas Keislaman

Tinta Media - Suatu Identitas pada dasarnya merujuk pada refleksi dari diri kita sendiri maupun persepsi orang lain terhadap diri kita. Identitas Anda menceritakan siapa diri Anda, bagaimana cara Anda berpikir tentang diri Anda sendiri, bagaimana Anda dilihat oleh dunia, serta segala karakteristik yang mendefinisikan kepribadian Anda. Anda tidak rela bila ada yang berusaha mengancam identitas tersebut. Anda akan berusaha keras untuk menjaga agar identitas Anda tidak hilang.

Sebagai seorang muslim, tentu saja Anda ingin nilai-nilai keislaman tercermin pada diri Anda, bahkan Anda juga ingin orang lain mengenali dan mendefinisikan Anda sebagai seorang muslim. Anda tentu tidak akan mengadopsi sesuatu yang tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman yang akan mencemari identitas Anda sebagai seorang muslim.

Sementara itu, Islam didefinisikan sebagai agama samawi yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Rasulullah Muhammad saw. untuk mengatur segala aspek kehidupan, baik berupa keyakinan, peribadatan, makanan, pakaian, pergaulan, maupun penerapan hukum.

Oleh karena itu, seseorang akan diidentifikasi sebagai seorang muslim yang baik bila kesehariannya mencerminkan nilai-nilai keislaman. Dia bisa disebut kafir bila tidak meyakini rukun iman. Identitas keislamannya juga bisa tercemar ketika dia tidak melakukan salat wajib, misalnya.

Namun, tidak semua identitas disadari oleh orang yang bersangkutan. Hal ini karena kesadaran berkaitan dengan kepekaan dan kesiagaan seseorang terhadap eksistensi atau keberadaan sesuatu dan peristiwa dengan segala perubahannya. Sebagai contoh, seseorang disebut sadar ketika mengetahui adanya bahaya yang mengancam, serta meresponnya dengan benar.

Dalam konteks keislaman, tidak semua muslim menyadari eksistensinya sebagai seorang muslim. Apabila seorang muslim tidak menyadari identitasnya, maka dia bisa dengan mudah melakukan sesuatu yang menodai keislamannya. Di sisi lain, ketika ada ancaman terhadap agamanya, sangat mungkin baginya untuk tidak merespon perubahan tersebut dengan benar.

Ketika kesadaran akan identitas keislaman tidak disadari oleh banyak orang, maka keberadaan masyarakat muslim menjadi terancam dan hilang dari peredaran. Segala bentuk gangguan tidak akan direspon dengan benar karena anggota masyarakat tidak memiliki kesadaran untuk menjaganya.

Agar umat Islam menyadari Identitas keislamannya, maka perlu disegarkan kembali pemahamannya terhadap dirinya sendiri, dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan akan ke mana setelah kehidupan ini berakhir. Segala konsekuensi dari pemahaman itu baik berupa hubungan penciptaan, hubungan peribadahan, maupun hubungan penghisaban harus disadari secara benar.

Ketika seorang muslim tidak menyadari bahwa dirinya adalah mahluk Allah yang hidup di dunia ini sebagai hamba, dan kelak dimintai pertanggungjawaban terhadap segala perbuatannya, maka dia tidak akan menyadari identitasnya sebagai seorang muslim.

Karena itu, harus ada upaya penyadaran di tengah masyarakat. Peran orang tua untuk memberikan pendidikan agama yang layak terhadap anak-anak sangatlah menentukan. Di samping itu, harus ada upaya amar makruf nahi mungkar yang dilakukan oleh anggota masyarakat lainnya terhadap kemaksiatan yang dilakukan oleh seseorang. Negara juga harus menjaga dengan penerapan hukum atas segala bentuk pelanggaran.

Namun, ketika berada dalam kehidupan sekuler yang tidak menerapkan Syari'at Islam secara formal, maka kita harus menjaga keluarga dan masyarakat dengan amar makruf nahi mungkar. Ketika umat secara umum memiliki kesadaran akan identitas keislamannya, maka mereka akan berusaha agar Islam diterapkan dalam kehidupan bernegara.

Di sinilah peran penting dari jama'ah dakwah ideologis yang akan menyatukan pemikiran dan perasaan umat Islam dalam bentuk pembinaan dan kajian. Dengan pembinaan, umat bisa mendapatkan edukasi, artikulasi, dan agregasi terkait kemaslahatan hidupnya secara keseluruhan.

Kita tentu saja tidak ingin ada pihak-pihak yang melakukan politisasi Islam, serta menjadikan umat Islam sebagai batu loncatan untuk mendapatkan keuntungan pribadi maupun golongan. Oleh karena itu, dengan merevitalisasi pemahaman umat terhadap Identitas keislaman, kita akan menemukan momentum yang tepat dalam kehidupan politik
yang penuh pencitraan saat ini. Wallahu a'lam bishshowwab. [dsh]

Oleh: Trisyuono Donapaste
Sahabat Tinta Media



Rabu, 24 Agustus 2022

MMC: Ilmuwan Muslim Abul Wafa, Penemu Rumus Trigonometri

Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) mengungkap penemu rumus trigonometri, sin, cos dan tan dalam ilmu matematika ternyata adalah ilmuwan Muslim.

 “Ternyata ilmuwan muslim yang menemukan rumus tersebut. Sosok Abul Wafa’ dengan nama lengkap Abu Al Wafa’ Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Yahya Ibnu Ismail Busjani merupakan seorang astronom dan matematikawan asal Persia,” tutur Narator rubrik History Insight, Abul Wafa’ : Penemu Rumus Trigonometri, di kanal YouTube Muslimah Media Center (MMC), Minggu (21/8/2022).

Ia menceritakan, sejak kecil Abul Wafa’ sudah dipandang memiliki kecerdasan di atas rata-rata anak seumurannya. "Pada usia 19 tahun Abul Wafa’ pindah ke Baghdad yang merupakan ibukota Khilafah Abbasiyah pada saat itu dan terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Kemahirannya pada ilmu matematika menjadikan Abdul Wafa menghasilkan jasa terpenting pada bidang trigonometri,” kisahnya.

“Ia berhasil mengembangkan fungsi tangen dan menemukan metode perhitungan trigonometri,” lanjutnya. 

Ia menyampaikan bahwa Abul Wafa’ dianggap sebagai orang yang pertama memperkenalkan sinus dan cosinus. “Rumus-rumus dasar trigonometri yang dihasilkan oleh Abul Wafa’ hingga kini masih bertahan,” tuturnya.

Menurutnya, rumus trigonometri sendiri memiliki peran sangat vital di era matematika modern saat ini. “Salah satunya di bidang arsitektur dalam pembangunan gedung pencakar langit. Selain itu hasil perhitungan yang akurat dan analisis Abul Wafa’ diakui para ilmuwan terutama analisis terkait penentuan waktu tertutup matahari, perkiraan panjang musim dan derajat kemiringan bumi dari garis ekliptikanya,” jelasnya. 

“Karena itulah semasa hidupnya Abul Wafa' pernah dipercaya oleh khalifah untuk menjadi pemimpin observatorium astronomi,” jelasnya lebih lanjut.

Narator mengungkap fakta bahwa banyak ilmuwan muslim yang memberikan sumbangsih di bidang ilmu pengetahuan di masa peradaban Islam. "Diakui atau tidak, peradaban Islam dan cendekiawan hebat, bukan hanya menghasilkan lulusan sarjana dalam jumlah yang besar, namun minim kontribusi tetapi mereka menjadi penemu-penemu yang karyanya sangat dibutuhkan hari ini," ujarnya. 

“Bahkan ilmuwan-ilmuan Islam pada masa lalu berhasil membuat Eropa merasa berhutang besar pada peradaban Islam. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Montgomery Watt seorang orientalis dan sejarawan Eropa asal Skotlandia bahwa cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri,” paparnya 

Menurut Narator, tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi dinamonya barat bukanlah apa-apa. “Kehebatan Abul wafa’ dan ilmuwan-ilmuwan lainnya yang diakui oleh peradaban barat seharusnya tidak hanya membangkitkan romantisme sejarah Islam yang gemilang bagi umat Islam saat ini,” ucapnya.

Menurutnya, umat Islam hari ini harusnya menjadikannya sebagai retrospeksi sekaligus introspeksi yang tentu amati oleh mereka. Dengan itu kaum muslimin secara sadar dan jujur akan mampu melihat kembali kebesaran peradaban Islam di masa lalu sekaligus potensinya untuk kembali hadir pada masa depan untuk yang kedua kalinya. “Sebab harus diakui bahwa ilmuwan-ilmuwan Muslim hari ini masih dalam kungkungan sistem kapitalisme,” ungkapnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa pendidikan di bawah sistem kapitalisme hanya mencetak lulusan tukang yang menjadi pekerja di bawah industri korporasi kapitalisme golbal. “Bukan seorang ilmuwan yang mendedikasikan ilmunya agar memberi kemaslahatan bagi masyarakat, tetapi seorang ilmuwan yang diharapkan mampu menjadi perintis dalam segala bidang,” ungkapnya.
 
Menurutnya, selain meretrospeksi keagungan peradaban Islam masa lalu, harus ada upaya dari umat Islam hari ini untuk membangun kembali masa depan peradaban Islam di tengah-tengah hegemoni peradaban barat sekuler saat ini, yang sesungguhnya mulai tampak jompo dan makin kelihatan tanda-tanda kemundurannya. 

“Sementara Fajar kemenangan Islam dengan tegaknya kembali hukum-hukum Allah di dunia Islam mulai terlihat hilalnya,” pungkasnya. [] Raras

Rabu, 17 Agustus 2022

Jadilah Muslim Sewajarnya!


Tinta Media - Islam itu hanya satu. Tak ada islam garis keras tak ada juga harus lembek. Tak ada islam radikal, moderat apalagi liberal. Tak ada juga islam teroris. Demikian pula tak ada muslim moderat, Radikal apalagi liberal. Semua julukan itu berasal dari penjajah kafir untuk memecahkan belah umat Islam.

 Bahwa islam dan muslim moderat lah yang diterima dan disukai penjajah. Yakni muslim yang ramah dan toleran kepada penjajah dan penjajahan. Inilah model yang dijajakan oleh penjajah melalui penguasa agen dan para pendukungnya dengan proyek proyek besar tilyunan rupiah. 

Sementara muslim yang dicap radikal yakni muslim yang anti penjajah dan penjajahan. Yang ingin Islam kaffah ditetapkan dalam sistem negara islam yaitu khilafah paling di benci oleh penjajah. Mereka adalah muslim yang harus dijinakkan kalo perlu dibinasakan. 

Maka umat Islam terpecah belah dalam berbagai kelompok organisasi yang terbelah menjadi dua besar yakni muslim moderat dan radikal. Itulah kemauan penjajah. 

Mestinya seorang muslim itu menjadi muslim yang wajar. Yakni muslim yang sama dengan muslim pada jaman Nabi Muhammad SAW. Muslim yang beraqidah tauhid laa ilaaha illaLlaah Muhammadur Rasulullah. Muslim yang hanya taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Muslim yang tunduk kepada syariat Islam kaffah dalam sistem khilafah. Itulah muslim yang sewajarnya. Muslim yang mengikuti contoh hidup riil Baginda Rasulullah SAW. 

Surat Al-Baqarah Ayat 208

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ 

 Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Muslim yang bergaya hidup barat. Muslim yang sekuler. Muslim yang menganggap semua agama sama. Muslim yang menolak sistem khilafah. Itu semua adalah muslim yang tidak wajar. mengapa? Karena tidak sesuai contoh baginda Rasulullah SAW. 

Sudah anda menjadi muslim yang sewajarnya?

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Senin, 15 Agustus 2022

Menjadi Muslim Sejati, Tak Pakai Tapi

Tinta Media - Miris, banyak orang mengaku muslim, tetapi menjadikan selain Islam sebagai harga mati. Mereka alergi dengan penerapan Islam secara kaffah dalam sistem khilafah, malu mengaku dan menunjukkan identitasnya sebagai muslim sejati, tidak suka dengan simbol-simbol keislaman, seperti bendera rasullulah. Dengan dalih toleransi dan kebhinekaan, mereka meninggalkan ajaran Islam yang lurus dan mulia. Mereka takut dilabeli radikal, sehingga lebih memilih moderasi dan sekularisme sebagai pandangan hidupnya.

Padahal, menjadi muslim sejati tanpa tetapi adalah pilihan hidup yang tepat. Hidup mulia di dunia dan selamat di akhirat tentunya harapan kita semua. Namun, karena terpapar virus sekularisme, banyak muslim yang hakekatnya menolak diatur dengan Islam.  

Kata tetapi sering diucapkan hanya untuk menolak diatur dengan Islam dalam kehidupan. Padahal, perlu kita sadari bahwa Islam diturunkan ke dunia ini adalah untuk memperbaiki kondisi umat manusia yang rusak. Penerapan Islam secara kaffah akan membawa kebaikan pada semua orang. 

Mereka yang menolak diatur dengan Islam, satu persatu akan berakhir dengan kehinaan. Kekuasaan dan jabatan akan begitu mudahnya dicabut jika Allah menghendaki. Hanya dengan satu teriakan saja, penduduk suatu negeri bisa hancur dan mereka tidak akan kembali ke dunia. Tidak ada satu pun di dunia ini yang bisa menolong, kecuali Pencipta Manusia Yang Maha Pengasih dan Penyayang. 

Tidakkah kita berpikir bahwa setiap jiwa pasti berakhir dengan kematian. Satu persatu dari kita akan kembali kepada-Nya, dan sesungguhnya mereka tidak akan dikembalikan kepada keluarga mereka di dunia.

Karena itu, jangan sampai nanti kita menyesal seperti yang dilakukan oleh penghuni neraka karena sudah mengabaikan peringatan-Nya, dan menyia-nyiakan kesempatan bertaubat dalam hidup. Muslim sejati harus rela diatur dengan Islam secara kaffah, tidak perlu ada kata tetapi untuk mencari dalih pembenar agar bisa meninggalkan ajaran Islam yang benar. 

Kata tetapi hanya melemahkan kita untuk berpegang teguh pada ajaran yang benar. Apa yang dikatakan kebanyakan orang tidak selalu benar dan tidak bisa dijadikan dalil kebenaran. Apa yang diyakini banyak orang adalah fakta yang harus diubah dengan Islam. 

Kesepakatan tidak bisa dijadikan sebagai dalil, apalagi menjadi harga mati. Karena itu, mari kita kembalikan semua pada ajaran yang benar, yaitu syariat Islam yang lurus dan mulia agar kita termasuk orang-orang yang beruntung, bukan orang yang merugi, bahkan celaka karena menolak diatur dengan hukum Syara'. Islam adalah agama sempurna karena berasal dari Pencipta manusia sehingga aturan-Nya juga sempurna.

Kita sudah memilih Islam sebagai agama, karena itu tidak boleh ragu dan setengah-setengah dalam menjalankannya. Ini merupakan konsekuensi dari syahadat kita bahwa Rasullulah, Muhammad saw. adalah utusan yang membawa risalah dari Allah. Jadi, apa pun yang dibawa Rasullulah harus kita ambil semua, tidak boleh dipilih yang sesuai dengan keinginan dan kepentingan. 

Berislam tidak seperti makan di tempat prasmanan yang boleh mengambil apa saja yang disuka, tetapi meninggalkan yang tidak sesuai keinginan hati. Padahal, jelas kita diingatkan dalam Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 216, yang artinya; 

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."


“Apakah kamu beriman kepada sebagian al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian di antaramu melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (al-Baqarah: 85). 

Kita juga tidak boleh mengambil sebagian, tetapi meninggalkan sebagian yang lain. 

Allah menegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 208 bahwa dalam berislam, kita harus kaffah. 

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (al-Baqarah ayat 208)

Ingatlah bahwa apa yang bersumber dari pemahaman manusia bersifat lemah dan bisa salah. Hanya Allah yang Maha sempurna. Karena itu, hukum yang ditetapkan tidak akan pernah salah dan pasti membawa pada kebaikan.

Karena itu, belajar dan mengaji tentang Islam harus dilakukan secara istikamah sehingga kita tercerahkan dan tertunjuki dengan pemahaman yang benar sesuai Islam. Jika sudah tercerahkan, petunjuk tersebut harus diambil tanpa kata tetapi. 

Mari kita saling menasihati dengan kebenaran Islam dan penuh kesabaran agar bisa menemukan kebenaran hakiki. Seorang muslim sejati akan menjadikan Islam sebagai landasan berpikir, bukan sekularisme yang ingin menghilangkan Islam dalam kehidupan. Mari kita berislam tanpa tetapi, sehingga menjadi muslim sejati.

Oleh: Mochamad Efendi
Sahabat Tinta Media

Kamis, 04 Agustus 2022

Aktivis Muslimah: Inilah Penyebab Remaja Muslim Kehilangan Identitas

Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustazah Dedeh Wahidah mengungkap penyebab para remaja kehilangan identitas sebagai seorang muslim dan muslimah.

"Kalau saya melihat, kenapa mereka kehilangan identitas sebagai muslim dan muslimah?" tuturnya dalam acara Tsaqafah Islam : Melindungi keluarga dari Tasyabuh Bil Kuffar, di kanal YouTube Muslimah Media Center, Sabtu (30/7/2022).

Menurutnya, hal ini karena mereka tidak tahu sebagai seorang Muslim itu harusnya seperti apa. "Sekarang itu banyak yang hanya sekedar merasa bangga ketika di KTP-nya dituliskan agama Islam, tetapi agama Islam itu tidak diikuti. Bagaimana seharusnya sebagai seorang muslim?," tanyanya.

"Yang pertama, karena memang dari internal, pribadi muslim, keluarga muslim juga hanya mencukupkan diri bahwa Islam itu hanya sebagai keyakinan semata, minim keterikatan kepada syari'at islam," ungkapnya.

Ia menambahkan, kemudian yang kedua, terlihat juga adanya skenario, adanya sesuatu yang diaruskan secara masif, tersistem. Bagaimana menggerus identitas karakter generasi muslim itu. "Ini ada upaya-upaya Ghazwul Fikri, perang pemikiran, perang kebudayaan dimana budaya muslim, pemikiran muslim, ingin diganti dengan budaya sekuler tanpa agama, budaya liberal tanpa aturan, budaya kapitalis. Yaitu yang penting saya suka, yang penting saya enak, saya senang," tambahnya.

"Nah, ini yang sekarang terjadi, sahabat. Karena itu, ini tidak boleh kita biarkan. Kita harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan masa depan umat. Jangan sampai mereka mengaku muslim, tapi tidak mencerminkan sebagai karakter muslim," ujarnya.

Ia pun menceritakan, mencermati fenomena sekarang. "Masya Allah luar biasa banyak sekali kejadian-kejadian yang yang sangat mengiris hati kita sebagai orang tua, sebagai keluarga muslim. Bagaimana tidak, kejadian-kejadian yang menurut kita itu tidak mencerminkan identitas sebagai seorang muslim, namun ternyata menjadi panutan, bahkan menjadi idola dan menjadi viral khalayak umum," ungkapnya.

"Contoh yang akan saya angkat misalkan fenomena kemarin viral itu adalah Citayam Fashion Week . Kalau kita lihat disitu mereka melakukan sesuatu yang diluar dari identitas seorang muslim. Mereka berpakaian mengumbar aurat, sekalipun ada yang memakai kerudung mungkin, tapi kebanyakan mereka bergaya seperti artis-artis. Terbuka auratnya, kemudian mereka laki-laki dan perempuan bercampur baur," jelasnya.

Disitu tidak ada lagi batas-batas mahram, atau kemudian mungkin makanan mereka ada yang halal dan haram. Kemudian pergaulan berikutnya, mereka campur sampai tidur di jalanan, mereka mengganggu, dan lain sebagainya. "Bahkan akhir-akhir ini kita mendapatkan berita tidak sedikit disitu diramaikan oleh para pelaku LGBT. Bahkan mereka eksis, memiliki keberanian memviralkan pilihan dari gaya hidupnya. Kalau dulu LGBT dianggap sesuatu yang namanya menakutkan, membahayakan, tapi sekarang itu sesuatu yang biasa," bebernya.

Inilah yang Rasulullah Saw wanti-wanti kepada kita. Banyak haditsnya, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, yang artinya, "Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka." (HR. abu Daud)

"Kalau yang diikuti gaya kafir, maka mereka termasuk orang kafir. Kalau yang diikuti gaya orang liberal, maka termasuk orang liberal. Na'udzubillah himindzalik," jelasnya. 

Ia pun menambahkan, bahkan di dalam riwayat Imam Tirmidhi, dikatakan Rasullullah, "Barangsiapa yang mengikuti bukan dari kami, maka bukan dari golongan kami." Berarti dicoret dari kaum muslimin. Na'udzubillah himindzalik. 

"Karena itu sahabat, karena kita fokus pada faktor yang kedua tadi, mereka kehilangan identitas karena tidak paham bagaimana identitas muslim. Berarti yang harus kita lakukan, bagaimana mendidik mengajarkan anak kita, keluarga kita. Mereka harus paham bagaimana identitas sebagai seorang muslim itu. Syakhsiyah Islamiyah itu seperti apa, berkepribadian Islam itu seperti apa. Bukan hanya sebagai agama, tapi Islam itu harus menjadi standar ketika berfikir, ketika berperilaku, nafsiyahnya. Maka standar untuk melakukan atau tidak melakukan itu, adalah standar hukum syara," bebernya.

Ia menyimpulkan, berarti bagaimana menghadirkan Syakhsiyah Islamiyah (kepribadian Islam) ini pada anak-anak kita, pada generasi kita, menghadirkan idolanya. Yang menjadi rujukan sosoknya itu bukan sosok K-Pop, sosok artis, sosok siapapun yang sedang viral. Tapi sosok siapa? Yaitu Rasulullah Saw, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya, "Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (Rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (Al-Ahzab :21).

"Nah ini yang harus kita pahami bagi diri kita, juga anak-anak kita, keluarga kita, generasi muslim kita, bahwa contoh ideal panutan yang akan membahagiakan di dunia juga menyelamatkan nanti di akhirat, siapa Uswatun Hasanah kita? Rasulullah Saw," tegasnya.

Ia pun menegaskan, karena itu berarti kita juga harus mengenalkan kepada mereka, siapa Rasulullah itu? Jangan sampai hanya kenal namanya, tapi harus tahu karakter Rasulullah seperti apa, kehidupan Rasulullah itu seperti apa. Bahwa beliau itu hari-harinya penuh dengan ibadah, penuh dengan perjuangan. Rasulullah itu bukan hanya fokus ibadah untuk dirinya sendiri. Tapi dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali, Rasulullah memikirkan umat Islam. Rasulullah melakukan dakwah, bagaimana menyebarkan Islam ke tengah-tengah masyarakat yang pada saat itu sedang didominasi oleh jahiliyah. Rasulullah melakukan perubahan di masyarakat. 

"Nah anak-anak kita harus kenal bahwa rakyat Rasulullah itu bukan hanya rajin shalat, rajin ngaji, rajin shaum saja. Tapi Rasulullah melakukan ibadah mahdhoh, juga aktif berdakwah. Hari-harinya tidak lepas dari belajar Islam. Mengajarkan Islam, memperjuangkan Islam. Nantinya akan menjadikan karakter anak-anak kita itu secara pribadi rajin beribadah, secara sosial mereka pun berani, tangguh untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar, melanjutkan perjuangan Rasulullah. Meninggikan ajaran Allah, meninggikan kalimat Allah," jelasnya.

"Dari mana tahu karakter Rasulullah? Tentu saja kita juga harus tahu Sirah Rasulullah Saw," tambahnya.

Ia bersyukur, Alhamdulillah sekarang sudah banyak sekalian bertebaran kitab-kitab, dan ini sudah diterjemahkan, baik secara tertulis dalam kitab-kitab fisik, maupun di Maktabah syamilah dan lain sebagainya. Kita banyak mendapatkan asupan bacaan yang berkualitas untuk lebih mengenal karakter dan kepribadian Rasulullah Saw. 

"Nah kemudian, tadi Allah SWT menyebutkan bahwa bisa mengikuti Rasulullah sebagai Uswatun Hasanah (idola) itu syaratnya apa?," tanyanya lagi.

"Bagi mereka yang berharap kepada ridho Allah, ini juga masalah akidah. Nah Bagi mereka yang tidak mengharap ridho Allah, bagi mereka yang tidak percaya kepada Allah, tentu akan sulit. Karena itu memang kita harus menghadirkan bagaimana keimanan yang kuat pada generasi kita. Bahwa ketika kita mengatakan, "Allah tujuan kami, Al-Qur'an pedoman kami." Harus menjadi realita sesuai dengan wujudnya. Dibuktikan bahwa kita berharap Ridha Allah sehingga semua amal kita itu memang semata-mata ikhlas karena Allah," tegasnya.

"Sesungguhnya shalatku, ibadahku, matiku, hidupku, semata karena Allah. Inilah yang harus kita ajarkan kepada keluarga kita, juga generasi umat. Yang kemudian, akan bisa menjadikan Rasulullah sebagai idola," pungkasnya.*[]Willy Waliah*

Selasa, 28 Juni 2022

Seorang Muslim Beramal Sesuai dengan Prioritas Hukum Syariat


Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustazah Noval Tawang menuturkan, seorang Muslim adalah orang yang beramal sesuai dengan prioritas hukum syariat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

"Seorang Muslim adalah orang yang beramal sesuai dengan prioritas hukum syariat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT," ungkapnya dalam One Minute Booster Exstra: Pengemban Dakwah Harus Memprioritaskan Amal, Jumat (17/6/2022) melalui kanal Youtube Muslimah Media Center.

"Ia akan senantiasa mendahulukan ibadah yang wajib ketimbang ibadah yang sunah. Ia akan mendahulukan kewajiban yang manfaatnya menyentuh masyarakat banyak dari pada kewajiban yang hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri. Islam mengajarkan umatnya untuk beramal sesuai dengan prioritas," lanjutnya.

Nu'man bin Basyir, katanya, pernah menuturkan, "Suatu ketika aku bersama sekelompok para sahabat, dekat mimbar Rasulullah SAW, pada saat itu ada seorang lelaki berkata: 'Setelah Islam ini aku tidak akan peduli apapun kecuali berbuat karena Allah, yaitu memberi minum kepada jamaah haji'. Kemudian yang lain mengatakan, 'Kalau menurutku, amal yang harus dipedulikan adalah memakmurkan Masjidil Haram'. Sementara orang yang lain mengatakan, 'Kalau menurutku amal yang harus dipedulikan itu adalah berjihad di jalan Allah', lanjut yang lain."

Nu'man melanjutkan, melihat para sahabat berdebat di dekat mimbar Nabi SAW, Umar bin Khattab RA menghampiri dan menegur mereka, "Jangan meninggikan suara didekat mimbar Nabi SAW. Nanti setelah salat Jumat aku akan menanyakan perkara yang kalian perselisihkan ini kepada Rasulullah SAW."

Setelah Umar mengadukan permasalahan tadi kepada Rasulullah, maka turunlah Firman Allah SWT didalam Quran Surat At-taubah ayat 19 yang artinya : "Apakah orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram kamu samakan dengan orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad dijalan Allah? Mereka tidak sama disisi Allah. Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. At-taubah : 19).

"Inti dari ayat-ayat tersebut adalah menjelaskan tentang segala prioritas amal. Mana diantara 3 amal tadi yang harus didahulukan? Allah menegaskan bahwa tidak sama kedudukan ketiga amal itu dihadapan Allah. Orang yang beriman, berhijrah dan berjihad, lebih tinggi derajatnya disisi Allah dari pada orang yang memberi minum kepada jamaah haji dan memakmurkan Masjidil Haram," jelasnya.

Ia berharap, para pengemban dakwah lebih mendahulukan hal yang harus didahulukan dan mengakhirkan apa yang harus diakhirkan. "Sudahkah kita para pengemban dakwah lebih mendahulukan kewajiban dari pada amal sunnah? Sudahkah kita sebagai pengemban dakwah sibuk mengerjakan amal dakwah yang merupakan kewajiban paling agung? Sudahkah kita mendahulukan dakwah dari pada yang lainnya? Sudahkah kita mendahulukan kewajiban dakwah, melanjutkan kehidupan Islam dari pada amalan-amalan yang prioritasnya lebih bawah dari pada dakwah itu?" pungkasnya.[] Yupi UN





Kamis, 07 April 2022

Predikat Khaira Ummah akan Melekat ketika Kaum Muslimin Jalankan Perintah Allah

https://drive.google.com/uc?export=view&id=19_scR7TqY9Nwy8l5XNz2v-8HFkd7Uk1H

Tinta Media - Pemerhati Dunia Islam, Ustadzah Iffah Ainur Rochmah, menyampaikan bahwa status Khaira Ummah senantiasa melekat pada diri kaum muslimin ketika menjalankan perintah Allah.

"Status Khaira Ummah tersebut senantiasa melekat pada diri kaum muslimin ketika apa yang diperintahkan Allah dijalankannya," tuturnya dalam program Kuntum Khaira Ummah: Empat Pesan Penting Syeikh Atha Abu ar Rasytah, di Kanal You Tube MMC, Sabtu (02/04/2022).

Namun menurutnya,  hari ini  kondisi Khaira Ummah itu tidak benar-benar terwujud, karena peradaban kapitalisme mendominasi kehidupan kaum muslimin. Dan kaum muslimin sendiri tak lagi menyadari kedudukannya sebagai Khaira Ummah.

"Saya mengajak sahabat untuk melihat ada empat catatan yang disampaikan oleh seorang Pemikir Kontemporer, seorang Pelaku Perubahan Peradaban di abad ke-21, Al 'Aliim Al Jaliil As-Syeikh  Atha' Bin Khalil Abu Ar-Rasytah," ajaknya.

"Beliau menyebutkan di dalam risalahnya terhadap kaum muslimah yang hendak terus mengikhtiarkan perubahan umat, beliau menggunakan salah satu hadits Rasul saw untuk menyebutkan kita kaum muslimah, bahwa kaum muslimah adalah syaqooiqurrijaal, kita adalah saudara kandung kaum laki-laki," kutipnya.

Tidak ada beda antara kewajiban yang Allah bebankan kepada laki-laki maupun perempuan dalam urusan menegakkan ketaqwaan.

"As-Syeikh Atha' Bin Khalil Abu Ar-Rasytah juga menyebut bahwa kaum perempuan sesungguhnya adalah umahaatul abthol (ibunya para pahlawan), ibunya generasi yang akan kembali melanjutkan peradaban ini, peradaban Islam yang menjadi mercusuar peradaban dunia," tandasnya.

Ustadzah Iffah juga mengungkapkan bahwa Syeikh Atha' Abu Ar-Rasytah menyebut kaum perempuan, kaum muslimah adalah murobbiyaatul ajyal (pendidik generasi). "Yang in syaa Allah ini tidak mengenal batas usia. Apakah kita kaum muslimah yang sudah menjadi para ibu yang melahirkan anak-anak kita, atau anda semua para muslimah yang masih sedang mempersiapkan diri untuk menjadi ibu," pungkasnya.
[] 'Aziimatul Azka

Rabu, 23 Maret 2022

MAHALNYA HARGA NYAWA SEORANG MUSLIM

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1rtt_l0K-UNyAK7yixS3OgHab5U16psGy

Tinta Media - KEMBALI darah tertumpah. Satu lagi nyawa melayang. Di tangan Densus 88. Kali ini menimpa Dr. Sunardi di Sukoharjo. Ia seorang dokter Muslim yang dikenal berjiwa sosial. Ia konon membuka kliniknya tanpa memungut biaya dari pasien-pasiennya. Ia dibunuh hanya karena sebelumnya telah dicap oleh aparat sebagai "terduga teroris".

Demikianlah. Di negeri ini, siapapun, asal sudah distempel "terduga teroris" oleh aparat berwenang, ia seolah halal untuk diburu dan dihabisi. Seolah tak perlu ada bukti kuat bahwa ia benar-benar terlibat tindak terorisme. Juga seolah tak penting ia untuk ditangkap secara baik-baik, lalu diadili di ruang pengadilan, agar ia bisa membela diri.

*****

Islam adalah satu-satunya agama yang memberikan penghargaan amat tinggi pada darah dan jiwa manusia.

Allah SWT menetapkan pembunuhan satu nyawa tak berdosa sama dengan menghilangkan nyawa seluruh umat manusia:

*مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي اْلأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا*
_Siapa saja yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia_ *(TQS al-Maidah [5]: 32).*

Allah SWT pun mengancam orang yang menghilangkan nyawa seorang Mukmin dengan ancaman yang sangat keras:

*وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا*
_Siapa saja yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, balasannya ialah Neraka Jahanam. Dia kekal di dalamnya. Allah murka kepada dia, mengutuk dia dan menyediakan bagi dia azab yang besar_ *(TQS an-Nisa`[4]: 93).*

Begitu cintanya pada jiwa seorang Mukmin, Allah SWT mengancam akan mengazab semua penghuni dan langit seandainya bersekutu dalam membunuh seorang Muslim. Rasul saw bersabda:

*لَوْ أَنَّ أَهْلَ السَّمَاءِ وَأَهْلَ الأَرْضِ اجْتَمَعُوا عَلَى قَتْلِ مُسْلِمٍ لَكَبَّهُمُ اللهُ جَمِيعًا عَلَى وُجُوهِهِمْ فِي النَّارِ*
_Andai penduduk langit dan penduduk bumi berkumpul membunuh seorang Muslim, sungguh Allah akan membanting wajah mereka dan melemparkan mereka ke dalam neraka_ *(HR ath-Thabrani).*

Nabi saw. juga bersabda:

*لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ*
_Kehancuran dunia ini lebih ringan di sisi Allah dibandingkan dengan pembunuhan seorang Muslim_ *(HR an-Nasa’i).*

Dalam riwayat lain, kata Ibnu Abbas ra., saat memandang Ka’bah, Nabi saw pun bersabda, _“Selamat datang, wahai Ka’bah. Betapa agungnya engkau dan betapa agung kehormatanmu. Akan tetapi, serang Mukmin lebih agung di sisi Allah daripada engkau.”_ *(HR al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman).*

Adakah agama yang begitu memuliakan dan menjaga nyawa seorang hamba melebihi ajaran Islam? Tidak ada!

Karena itulah, sepanjang sejarah penerapan syariah Islam, tak ada darah seorang Muslim pun ditumpahkan, melainkan akan diberikan pembelaan yang besar dari umat dan Daulah Islam. Ibnu Hisyam dalam Sirah-nya menceritakan, ketika ada seorang pedagang Muslim yang dibunuh beramai-ramai oleh kaum Yahudi Bani Qainuqa, karena membela kehormatan seorang Muslimah yang disingkap pakaiannya oleh pedagang Yahudi, Rasulullah saw. segera mengirim para Sahabat untuk memerangi mereka dan mengusir mereka dari Madinah setelah mengepung perkampungan mereka selama 15 malam *_(Sirah Ibnu Hisyam,_ 3/9-11).*

Rasulullah saw, selaku imam kaum Muslim, semasa menjadi kepala Negara Islam Madinah, telah melindungi setiap tetes darah kaum Muslim. Demikian pula Khulafaur-Rasyidun dan para khalifah setelah mereka. Mereka terus melindungi umat dari setiap ancaman dan gangguan. Dengan begitu umat dapat hidup tenang dimana pun mereka berada karena ada yang menjadi pelindung bagi mereka.

Bagaimanakah dengan penguasa sekarang? Jangankan melindungi rakyatnya dari ancaman, gangguan dan pembunuhan pihak lain. Penguasa hari ini justru acap menebar ancaman, gangguan bahkan melakukan pembunuhan kepada rakyatnya sendiri. Kasus yang menimpa HRS dan para pengawalnya adalah salah satu contohnya.

Semoga Allah SWT melaknat di dunia dan akhirat siapapun yang telah menzalimi dan meneteskan darah kaum Muslim tanpa alasan yang haq. Amiin. []

Oleh: Arief B. Iskandar
Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab