Gelombang Pengungsi Rohingya di Aceh, Pengamat: Potret Umat Islam yang Menyedihkan
Tinta Media - Masih banyaknya gelombang pengungsi Rohingya di Aceh, menurut Pengamat Hubungan Internasional Farid Wadjdi, menunjukkan potret dari kondisi umat Islam yang menyedihkan.
"Ini sebenarnya potret dari kondisi umat Islam yang
menyedihkan," ujarnya dalam Tanya Ahlinya No More Refugee Life? Di kanal
Youtube Khilafah News, Senin (15/4/2024).
"Sama seperti mengalirnya pengungsi-pengungsi Suriah ke
Eropa. Demikian juga banyaknya pengungsi-pengungsi dari Afrika ke Eropa,"
tukasnya.
Menurutnya, itu tidak bisa dilepaskan dari faktor
penjajahan. Mereka dijajah bahkan diusir dari negeri mereka sendiri.
Sebenarnya, ucap Farid, Muslim Rohingya ini memiliki tanah
air. "Tanah air mereka itu adalah Arakan. Itulah tanah air mereka,"
tegasnya.
Jadi, bebernya, Islam itu sudah masuk pada tahun 877 Masehi.
Artinya sudah abad ke-7 di masa Khalifah Harun ar-Rasyid. "Di Arakan
sendiri itu pernah berdiri Kesultanan Islam itu lebih kurang 3,5 abad. Itu
artinya cukup lama dari tahun 1430 hingga 1784M," ungkapnya.
"Kemudian terjadilah beberapa gejolak-gejolak perang,
saat itu berhadapan dengan kerajaan Buddha ulasnya. Nah kondisinya
kemudian menjadi lebih parah lagi setelah Inggris menguasai wilayah itu pada
tahun 1937," terangnya.
Ia menguraikan bahwa kolonial Inggris itu menduduki wilayah
Arakan. Di situ penindasan terhadap umat Islam semakin menjadi, semakin
bertambah. Perlawanan para ulama itu kemudian dihadapi oleh Inggris dengan
kekejaman dan politik adu domba.
"Jadi Inggris menggunakan orang-orang Buddha,
mempersenjatai orang-orang Buddha pada waktu itu, untuk memerangi kaum Muslimin
di Arakan," imbuhnya.
Dan yang menarik, ujarnya, pada tahun 1947 Inggris itu
mengadakan konferensi untuk mempersiapkan kemerdekaan terhadap Myanmar
atau Burma. Pada waktu itu namanya tahun 1947 dalam Konferensi itu semua
ras semua kelompok itu diajak kecuali muslim Rohingya.
Jadi, menurutnya, ini sebenarnya bagian dari kejahatan
kolonialisme Inggris untuk kemudian menciptakan konflik di tempat-tempat
yang mereka jajah. Sehingga konflik itu suatu saat nanti akan digunakan oleh
Inggris untuk melakukan intervensi.
"Inggris itu meskipun dia memberikan kemerdekaan,
karena kondisi yang memaksa Inggris untuk memberikan kemerdekaan, sebenarnya
pada waktu itu Inggris berhadapan dengan Amerika," terangnya.
Ia menilai, solusi dari persoalan Rohingya adalah
membebaskan kaum Muslimin dari penjajahan ini dan mengembalikan wilayah kaum
muslimin kembali kepada negeri Islam. [] Muhammad Nur