Tinta Media: Musibah
Tampilkan postingan dengan label Musibah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Musibah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 Maret 2023

Kepri Berduka, Bagaimana Seharusnya?

Tinta Media - Musibah atau bencana bisa menimpa siapa saja dan kapan saja. Kita tidak bisa memintanya maupun menghindarinya sedikitpun. Sedih dan pilu, pasti dirasakan. Sebagaimana yang dialami oleh saudara kita di Kampung genting, Desa Pangkalan, Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna. 

Bencana tanah longsor yang terjadi telah mengakibatkan 10 orang meninggal, puluhan orang dinyatakan hilang dan sebagian tempat tinggal mereka tertimbun tanah.

Kejadian serupa juga terjadi di Batam, seorang sekuriti dinyatakan meninggal karena tertimbun longsor di daerah Tanjung Sengkuang, Batu Ampar. 

Musibah atau bencana memang bagian dari kuasa dan kehendak Allah SWT yang tidak bisa dihindari. Akan tetapi, sebagai orang beriman kita harus sabar dan ikhlas menerimanya. Karena apapun yang terjadi, musibah sekalipun pasti ada hikmah kebaikannya. Hal tersebut sebagai bukti maha Rahman dan Rahimnya Allah kepada HambaNya. Allah pasti menghendaki segala kebaikan untuk hambaNya. Sebagaimana hadits Nabi yang artinya, “Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan mengujinya dengan musibah”. (HR. Bukhari 5645).

Apabila kita perhatikan, bencana yang terjadi sepertinya bukan karena faktor alam semata. Longsor, seperti yang telah kita sebutkan di atas, tidak semata disebabkan oleh cuaca elstrem dan intensitas curah hujan yang cukup tinggi serta kondisi tanah yang labil. Namun justru lebih erat kaitannya dengan faktor manusia yang tidak ramah terhadap alam termasuk akibat kebijakan pembangunan kapitalistik dan eksploitatif serta tidak memperhatikan aspek daya dukung lingkungan.

Curah hujan tinggi tidak akan menjadi masalah jika hutan-hutan tidak ditebangi. Akan tetapi faktanya atas nama peningkatan pembangunan seperti proyek pelebaran jalan dan pembangunan perumahan, hutan-hutan ditebangi, bukit-bukit diratakan, sehingga lahan resapan semakin berkurang, sehingga banjir dan longsor tidak bisa dihindari. Sebagaimana firman Allah dalam surah Ar-Rum ayat 41, yang artinya, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Begitulah tabiat asli dari sistem kapitalisme. Kebijakan penguasa cenderung berpihak pada kepentingan pemilik modal. Adapun pembangunan yang dilakukanpun hanya berorientasi pada kepentingan segelintir orang. Inilah yang menjadi sumber dari berbagai kerusakan dan mengundang bencana.

Sangat berbeda dengan Islam. Sistem Islam lahir dari keimanan dan ketundukan pada zat yang maha pencipta dan pemelihara alam semesta beserta isinya. Apabila syariat Islam diterapkan secara keseluruhan maka akan terwujud keseimbangan dan keharmonisan antara alam semesta, manusia,dan kehidupan. Kemudian bicara masalah tata kelola hutan pertanian, perairan, pemukiman dan pembangunan akan diselaraskan dengan pola pelestarian alam.

Di samping itu, tidak diperkenankan melakukan perusakan ekosistem yang mengganggu keseimbangan alam. Hal tersebut di dalam Islam dianggap sebagai kemaksiatan.

Penguasa dalam Islam, betul-betul berperan sebagai pelayan umat, mengurusi kepentingan rakyatnya, dengan menerapkan aturan Islam secara totalitas dalam seluruh aspek kehidupan, dan menetapkan sumber daya alam termasuk hutan dan sungai sebagai kepemilikan umum. Sehingga tidak boleh dinikmati oleh swasta dan segelintir orang, tapi di kelola oleh negara untuk kemaslahatan rakyatnya.

Ketika Islam diterapkan selama 13 abad lebih lamanya tidak pernah terjadi bencana yang penyebabnya dari luar faktor alam. Adapun musibah atau bencana yang terjadi pada masa itu statusnya benar-benar sebagai musibah dan ujian bukan dampak dari kerusakan dan ketamakan manusia terhadap lingkungan.

Oleh karena itu, untuk mencegah berbagai musibah tidak ada cara lain kecuali dengan menerapkan aturan Allah secara paripurna dalam institusi sebuah negara yaitu khilafah. Allahu’alam Bisshowab.

Oleh : L. Nur Salamah, S.Pd.
Penulis, Pengasuh Kajian Mutiara Umat

Sabtu, 28 Januari 2023

Pahala atas Musibah

Tinta Media - "Bagaimana kabarnya Alp Arslan?" tanya Mak Wo kepada Bunda Hanania yang sedang berbelanja di warungnya.

"Ya, masih seperti itu, Mak Wo. Aku bingung, apa yang harus aku lakukan? Mulai obat tradisional, diurut, konsultasi ke dokter spesialis, konsumsi obat dan diuap, semua sudah diusahakan. Tapi belum ada tanda-tanda membaik. Bahkan sekarang air kencingnya sangat sedikit dan warnanya kemerahan," celoteh  wanita itu panjang lebar kepada Mak Wo.

Memang, antara Bunda Hanania dan Mak Wo sudah terbiasa saling bercerita dan berbagi pengalaman. Mak Wo adalah warung langganan tempat Bunda Hanania belanja dari tahun 2008, sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di tanah Batam. Karena kedekatannya, mereka berdua seperti saudara. Meskipun keduanya berbeda keyakinan. Dan mereka paham betul batasan sampai di mana mereka boleh berinteraksi.

"Aku tadi juga baru pulang, Bun," Mak Wo melanjutkan ceritanya.

"Darimana, Mak Wo?" Sahutnya spontan.

"Dari Rumah Sakit Embung Fatimah. Ponakanku sudah sepuluh hari koma di ICU," ceritanya dengan guratan penuh kegelisahan.

"Sakit apa? Umur berapa?" Tanya wanita yang kini telah berusia empat puluh tahun itu. Tidak lain adalah Bunda Hanania. Sebagai seorang ibu dengan lima anak, yang keempat anaknya sedang sakit, diselimuti rasa penasaran.

"Awalnya kata mamaknya sering batuk-batuk, sempat mencret, jadi kekurangan cairan. Paru-parunya penuh kuman. Umur 9 bulan," jawab Mak Wo dengan wajah hampa.

Bibirnya seketika mendadak kelu. Aliran darahnya seakan terhenti. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Terbayang wajah mungil calon mujahid yang kini berusia enam bulan, yang bernama Beyazid Alp Arslan Ahmad, dengan panggilan kesayangan Alp Arslan Bey, mengalami gejala serupa. Seribu satu perasaan menggelayut dalam angan. Tersirat perasaan takut akan kehilangan. 

Tanpa basa-basi langsung ia gandeng kedua anaknya yang masih balita (Ning Lubna dan Mas Haris) untuk segera pulang. Tanpa disadari buliran bening itu telah membasahi pipinya yang sudah mulai tampak garis halus. Beberapa pertanyaan dan ocehan bocah-bocah yang ada dalam boncengan nyaris terabaikan. 

Wajar, sebagai sosok yang pernah mengandung dan melahirkan serta membersamai setiap hembusan nafasnya pasti tersayat saat keempat buah hatinya menderita sakit. Terlebih lagi kondisi Alp yang sepertinya membutuhkan penanganan serius.

"Mengapa aku harus menangis? Apa karena aku terlalu mencintai dunia dan anakku dibandingkan dengan Allah SWT? Sehingga aku tak sanggup jika harus ditinggalkan? Bukankah mereka (anak-anak) ini awalnya juga tidak ada? Bukankah kita ini seperti tukang parkir? Anak-anak dan harta yang kita miliki hanyalah titipan. Sewaktu-waktu pasti akan diambil kembali oleh pemiliknya?" hatinya terus bermonolog sepanjang perjalanan menuju pulang.

Keesokan harinya. Sinar mentari mulai menembus celah-celah ruangan. Hati dan pikiran Bunda Hanania masih diselimuti kegalauan. 

"Jadi bagaimana rencana kita hari ini, Bun?" suara lembut dan tenang keluar dari lisan Riyan, yang tidak lain adalah suami Bunda Hanania, Ayah Alp Arslan. Sosok suami yang selalu terlihat tenang dan sabar dalam menghadapi segala cobaan.

"Ayah bisa get pass, kan? Pokoknya hari ini kita bawa Alp Arslan ke Dokter Oscar lagi," suara wanita itu seakan tak sabar untuk segera berjumpa dengan dokter yang biasa menangani anak-anaknya saat sakit.

Bayi mungil itu masih berada di pangkuannya. Batuk yang tak ada henti-hentinya. Sesekali muntah disertai lendir yang begitu pekat. Bunda Hanania mengambil benda berbentuk balok yang tak jauh dari jangkauan tempat duduknya. Diambilnya selembar demi selembar tisu untuk membersihkan lendir yang tersangkut dalam mulut dan hidung Alp Arslan.

Kesibukannya mengurus bayi dan kedua balita itu, tanpa disadari dua jam telah berlalu. Tak lama kemudian sosok lelaki berkulit putih, dengan rambut ikal itu telah tiba kembali di rumah untuk mengantarkan istri dan malaikat kecilnya yang sedang sakit.

Perjalanan dengan mengendarai beat warna hitam, memakan waktu sekitar setengah jam untuk menuju ke tempat praktik dr. Oscar, Sp.A. Selanjutnya diserahkannya kartu warna biru atas nama Beyazid Alp Arslan Ahmad diberikan ke bagian admin. Proses pendaftaran selesai, sambil menunggu antrian, bayi mungil itu ditimbang dan di time terlebih dahulu. Setelah giliran tiba, masuklah Bunda Hanania dalam ruangan ditemani suami tercintanya.

"Ada BPJS?" tanya seorang dokter spesialis anak dalam ruangan pemeriksaan.

Bunda Hanania dan suaminya saling berpandangan. Sepertinya bayi mungil itu membutuhkan penanganan lebih. Lendir yang bertumpuk mengharuskan diuap tiga sampai empat kali dalam sehari. Dan biayanya cukup mahal. 

"Punya alatnya di rumah? Kalau ada, biar saya kasih resep untuk obat uapnya," ucap dr. Oscar menjelaskan.

Tanpa berpikir panjang, Bunda Hanania dan Riyan menyetujui tawaran dokter. Karena jika harus rawat inap, banyak hal yang harus dipertimbangkan. Selain di luar tanggungan BPJS juga harus meninggalkan balita di rumah yang tidak akan mau dengan orang yang tidak mereka kenal dan tidak dekat dengan mereka.

Ia juga teringat Ummu Taqiyyah, kawan satu kantor saat masih menjadi staf pengajar di Hidayatullah Boarding School, pernah menawarkan alat uap jika membutuhkan. 

Kemudian diambilnya gawai yang ada di dalam tas rangsel warna putih itu. Di carinya nama Hasna. 

"Halo, Assalamu'alaikum," jawaban dari seberang yang tidak lain adalah Ummu Taqiyyah. Wanita yang berparas manis dari suku Batak, berkarakter lemah lembut, sosok yang dibina oleh Bunda Hanania sejak kajian umum sekitar 5 atau enam tahun yang lalu. Sampai saat ini tetap menjadi teman, sahabat dan saudara saat suka maupun duka.

"Wa'alaikumussalam, Hasna... Dirimu ada alat uap kan ya? Bolehkah aku meminjamnya? Alp harus diuap tiap hari. Untuk membantu mengencerkan lendir yang bertumpuk," kata Bunda Hanania melalui sambungan telepon WhatsApp.

"Boleh lah Buk. Masak gak boleh. Sini lah!" Sambut Hasna, nama asli Ummu Taqiyyah dengan ramah.

Konsultasi dengan dokter selesai, pengambilan obat juga sudah selesai, kemudian suami istri tersebut menuju rumah Ummu Taqiyyah untuk menjemput alat uap. 

"Andaikan bisa dipindahkan, biarlah Bunda yang merasakan sakit ini, Nak," ucapnya lirih kepada bayi mungil yang ada dalam buaian nya. 

"Yang sabar, Bun! Tidak tega memang. Tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa selain mengusahakan sebatas kemampuan kita," kata Riyan dengan lembut sambil mengendarai motor, sesekali menoleh ke sosok wanita yang dinikahinya 16 tahun yang lalu.

Ucapan suaminya memang tidak menyelesaikan persoalan. Namun sedikit bisa menenangkan. Walaupun berat, dalam diamnya, Bunda Hanania terus meyakinkan diri, menguatkan hati dan meneguhkan jiwanya. Bahwa segala sesuatu yang menimpa buah hatinya, adalah bentuk kasih sayang Allah kepada diri dan keluarganya. Pasti akan ada hikmah kebaikan yang Allah rencanakan untuknya. Karena segala sesuatu yang terjadi, termasuk musibah adalah maha baiknya Allah SWT terhadap hambaNya. Jika mampu melalui dengan sabar dan ikhlas insyaallah ada jaminan dosa-dosa kita diampuni dan diganti dengan pahala yang besar. 

من يردالله به خيرا يصب منه

Artinya: " Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan mengujinya dengan musibah". (HR. Bukhari 5645)

Oleh : L. Nur Salamah
Sahabat Feature News

Selasa, 24 Januari 2023

Tiga Derajat Manusia dalam Menerima Suatu Musibah

Tinta Media - Sobat. Ketika kau bernafas , hiruplah seluruh hentakan cinta Ilahi untuk menebarkan kedamaian dan kebaikan di dunia ini. Hiruplah seluruh cinta yang ditebarkan orang-orang baik pada sesama di mana pun mereka berada. Hiruplah seluruh pikiran positif yang mendambakan hubungan dan jalinan batin. ( DR Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual )

Sobat. Setiap manusia di muka bumi pasti pernah dihadapkan dengan berbagai macam ujian dan cobaan. Semua itu tidak lain adalah agar Allah SWT mengetahui manakah manusia yang bersabar ,merasa ridaha, dan menerima ketetapan Allah SWT dengan baik.

Sobat. Musibah yang menimpa diri kita sangat menyakitkan. Orang yang iri dan dengki kepada kita akan diam serta berbahagia, sedangkan mata kita menangis dan hati kita bersedih. Ketika manusia tertimpa musibah, ia akan merasakan gejolak yang kuat dalam hati dan syok dengan perasaannya. Bertumpuklah kekhawatiran dan kedukaan hingga sampailah pada tahap hilang kesadaran, pembekuan darah, pendarahan dan sebagainya. Bagaimana Solusi untuk permasalahan ini?

Sobat. Ada beberapa solusi untuk menghadapi musibah diantaranya sebagai berikut :

1. Merasa ridha dengan ketentuan dan ketetapan Allah SWT, serta menyerahkan urusan kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Pembalas Jasa. Musibah ini merupakan salah satu penyebab terbesar derajatmu diangkat dalam pandangan Allah SWT, jika kamu ridha dan sabar, sesungguhnya sabar menjadi mahkota, sumber kesuksesan hamba yang bertakwa, dan jalan hidup yang aman bagi para wali Allah SWT yang sholeh.

2. Dalam menerima suatu musibah, ada beberapa keadaan dan derajat pada manusia. Derajat pertama, terkadang menerima musibah dengan ridha dan syukur. Derajat ini adalah derajat paling mulia dan paling tinggi. Derajat kedua, terkadang menerima musibah dengan sabar dan muhasabah. Derajat ini adalah derajat pertengahan. Derajat ketiga, terkadang menerima musibah dengan kecewa dan emosi. Penerimaan seperti ini haram dalam syariát Islam. Usahakanlah dirimu agar senantiasa berada pada derajat pertama yaitu bersyukur dan ridha. Rasulullah SAW bersabda :
“ Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kekhawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya.” (HR Muttafaq álaih ) 

3. Ketika tertimpa musibah, segera kembali kepada pintu keluar yang aman dan tenang, selamat, pasrah, serta menerima agar kamu bahagia dan memenangkan tiga derajat agung dari Allah SWT dengan mengucapkan sebagaimana berikut :
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ 
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". ( QS. Al-baqarah (2) : 156 )
 Dan ketiga derajat agung itu adalah Ampunan, rahmat dan petunjuk dari Allah SWT. 
أُوْلَٰٓئِكَ عَلَيۡهِمۡ صَلَوَٰتٞ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٞۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ  
“Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” ( QS. Al-Baqarah (2) : 157 )

Sobat. Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar memberitahukan ciri-ciri orang-orang yang mendapat kabar gembira yaitu orang yang sabar, apabila mereka ditimpa sesuatu musibah mereka mengucapkan: Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un ) (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).

Kabar gembira itu ialah berita bahwa orang yang sabar itu mendapat berkat, ampunan, rahmat dan pujian dari Allah, dan mereka orang-orang yang mendapat petunjuk kepada jalan yang benar.

4. Selalu menguatkan jiwa, hati, dan akalmu. Sesungguhnya dunia ini adalah sumber musibah dan cobaan. Mengingat bahwa dunia dengan segenap isinya adalah fana dan hilang. Menenangkan pikiran dan meyakini bahwa kamu bukanlah satu-satunya orang yang mendapat musibah. Bersyukurlah kepada Tuhanmu, tunggulah masa kebahagiaan, dan tataplah kemudahan di depanmu. Sesungguhnya, hal demikian telah Allah SWT janjikan dalam firman-Nya :
فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا  
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” ( QS. Al-Insyirah (94) : 5-6 )

Sobat. Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa sesungguhnya di dalam setiap kesempitan, terdapat kelapangan, dan di dalam setiap kekurangan sarana untuk mencapai suatu keinginan, terdapat pula jalan keluar. Namun demikian, dalam usaha untuk meraih sesuatu itu harus tetap berpegang pada kesabaran dan tawakal kepada Allah. Ini adalah sifat Nabi saw, baik sebelum beliau diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya, ketika beliau terdesak menghadapi tantangan kaumnya.

Walaupun demikian, beliau tidak pernah gelisah dan tidak pula mengubah tujuan, tetapi beliau bersabar menghadapi kejahatan kaumnya dan terus menjalankan dakwah sambil berserah diri dengan tawakal kepada Allah dan mengharap pahala daripada-Nya. Begitulah keadaan Nabi saw sejak permulaan dakwahnya. Pada akhirnya, Allah memberikan kepadanya pendukung-pendukung yang mencintai beliau sepenuh hati dan bertekad untuk menjaga diri pribadi beliau dan agama yang dibawanya. 

Mereka yakin bahwa hidup mereka tidak akan sempurna kecuali dengan menghancurleburkan segala sendi kemusyrikan dan kekufuran. Lalu mereka bersedia menebus pahala dan nikmat yang disediakan di sisi Allah bagi orang-orang yang berjihad pada jalan-Nya dengan jiwa, harta, dan semua yang mereka miliki. Dengan demikian, mereka sanggup menghancurkan kubu-kubu pertahanan raja-raja Persi dan Romawi.

Ayat tersebut seakan-akan menyatakan bahwa bila keadaan telah terlalu gawat, maka dengan sendirinya kita ingin keluar dengan selamat dari kesusahan tersebut dengan melalui segala jalan yang dapat ditempuh, sambil bertawakal kepada Allah. Dengan demikian, kemenangan bisa tercapai walau bagaimanapun hebatnya rintangan dan cobaan yang dihadapi.

Dengan ini pula, Allah memberitahukan kepada Nabi Muhammad bahwa keadaannya akan berubah dari miskin menjadi kaya, dari tidak mempunyai teman sampai mempunyai saudara yang banyak dan dari kebencian kaumnya kepada kecintaan yang tidak ada taranya.

5. Jangan sampai kamu kehilangan kesempatan untuk mendapatkan rumah di surga. Jadilah orang yang senantiasa memuji Allah SWT saat tertimpa cobaan. Orang seperti ini adalah orang yang paling besar pahalanya, serta diganjar dengan pahala yang mengukuhkan dan menunjukkan jalan yang lurus. Hadits yang diriwayatkan at-Tirmidzi , bagi orang yang ridha dan bersyukur, Allah SWT berfirman kepada malaikat, “ Bagunlah sebuah rumah untuk hambaku di dalam surga dan namakanlah dengan Baitul Hamdi ( Rumah Pujian ).”

6. Berbahagialah. Sesungguhnya, musibah ini merupakan penghapus kesalahan-kesalahanmu dan penyuci keburukanmu, serta menjadi ampunan di sisi Tuhanmu. Menahan dirimu dari kekhawatiran, lisanmu dari mudah mengadu, dan anggota badanmu dari mengganggu orang lain. Ucapkanlah berulang-ulang, “ Ya Allah, berilah Aku pahala dalam musibahku dan anugerahkanlah pengganti terbaik dari musibah ini.” 

Sobat. Imam Hasan al-Bashri berkata, “ Jangan kalian benci musibah dan ujian yang terjadi. Banyak peristiwa yang kamu benci, justru terdapat keselamatanmu di dalamnya, dan banyak peristiwa yang kamu sukai, justru mengandung musibah bagimu, yakni kehancuran.” 

Perbanyaklah Istighfar . Dalam Hadits telah disebutkan, “Barangsiapa memperbanyak istighfar , niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya, dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”

Sobat. Bertawakal kepada Allah SWT, berpikiran dengan positif, serta berbahagia atas segala kebaikan dan anugerah dari-Nya. Ketahuilah, apa yang menimpamu telah tertulis dalam takdir Allah sebagaimana firman-Nya :
قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوۡلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ  
“Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal".( QS. At-Taubah (9) : 51 )

Sobat. Ayat ini memerintahkan kepada Rasulullah agar menjawab tantangan orang munafik yang merasa senang ketika Rasulullah dan para sahabatnya ditimpa kesulitan dan merasa sesak dada ketika Rasulullah dan para sahabatnya memperoleh kenikmatan dengan ucapan, "Apa yang menimpa diri kami dan apa yang kami peroleh dan kami alami adalah hal-hal yang telah diatur dan ditetapkan oleh Allah, yaitu hal-hal yang telah tercatat di Lauh Mahfudh sesuai dengan sunatullah yang berlaku pada hamba-Nya, baik kenikmatan kemenangan maupun bencana kekalahan, segala sesuatunya terjadi sesuai dengan qadza dan qadar dari Allah dan bukanlah menurut kemauan dan kehendak manusia mana pun. Allah pelindung kami satu-satunya, dan kepada Dialah kami bertawakal dan berserah diri, dengan demikian kami tidak pernah merasa putus asa di kala ditimpa sesuatu yang tidak menggembirakan dan tidak merasa sombong dan angkuh di kala memperoleh nikmat dan hal-hal yang menjadi cita-cita dan idaman."
Firman Allah:

Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu (Ath-thalaq/65: 3) 

Dan firman Allah:

Maka apakah mereka tidak pernah mengadakan perjalanan di bumi sehingga dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Allah telah membinasakan mereka, dan bagi orang-orang kafir akan menerima (nasib) yang serupa itu. Yang demikian itu karena Allah pelindung bagi orang-orang yang beriman; sedang orang-orang kafir tidak ada pelindung bagi mereka. (Muhammad/47: 10 dan 11)

( Dr. Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Selasa, 13 Desember 2022

Musibah Harusnya Mendorong untuk Muhasabah Diri

Tinta Media - Senin, 21 November lalu, kita dikejutkan dengan kabar terjadinya gempa bumi di Cianjur dengan kekuatan 5.6 SR. Gempa itu menimbulkan korban meninggal dunia 331 orang, 14 orang belum ditemukan, ratusan orang terluka, dan ribuan rumah serta bangunan hancur.  Berbagai fasilitas publik, termasuk jalan dan jembatan rusak sehingga banyak tempat terisolasi dan warga tinggal di pengungsian. 

Gempa Cianjur terasa getarannya sampai di Jakarta, Sukabumi,  Bandung, dan sekitarnya, sehingga bantuan banyak berdatangan untuk membantu korban gempa. Hanya sayang, banyak bantuan yang tidak bisa didistribusikan ke seluruh korban karena akses ke posko-posko sulit. 

Secara keilmuan, gempa bumi Cianjur terjadi karena adanya pergeseran lempeng bumi. Negara Indonesia berada di wilayah pertemuan tiga lempeng bumi, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik yang dikenal dengan sebutan Cincin Api Pasifik. Ciri khas wilayah ini adalah banyaknya gunung berapi aktif dan rawan gempa bumi. 

Gempa Cianjur pun tidak selesai hari itu saja. Gempa susulan dengan kekuatan lebih kecil terus terjadi. Bahkan sampai tgl 4 Desember 2022, telah tercatat di BMKG sebanyak 232 kali gempa. 

Selain di Cianjur, di hari yang sama juga terjadi gempa di kepulauan  Aru, Maluku,  Jayapura Papua, Sulawesi Utara,  Sulawesi Selatan, Lampung, dan Tasikmalaya dengan kekuatan di bawah 5.0 SR. Di Garut terdeteksi gempa dengan kekuatan 6.4 SR. 

Secara teologis, kaum mukminin wajib mengimani bahwa tidak ada satu pun musibah terjadi tanpa izin atau kehendak Allah Yang Mahakuasa atas langit dan bumi, termasuk menggeser lempeng bumi.

Seperti firman Allah QS At-Taghabun ayat11, yang artinya:

"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa kecuali dengan izin (kehendak) Allah."

Berarti musibah adalah bagian dari Qadha Allah Swt. (Qs Al Hadid: 22).

Sikap yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. terhadap qadha Allah adalah rida (menerima). 
Menurut para ulama, musibah gempa bumi mempunyai dua arti, yaitu sebagai ujian atau sebagai bentuk peringatan dari Allah Swt. 

Sebagai ujian, maka Allah memberi apresiasi bagi mukmin yang sabar, seperti firman-Nya: 

"Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan,  kelaparan serta kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.  Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (QS. Al-Baqarah: 155).

Jadi, sikap seorang muslim saat ditimpa musibah adalah harus sabar dan tawakal kepada Allah Swt. 

Selain sabar, saat terjadi musibah, seorang muslim juga diperintahkan untuk segera bertobat kepada Allah Swt. dan melakukan muhasabah. Ini karena Allah mengingatkan bahwa musibah terjadi bukan karena Allah kejam, tetapi karena perbuatan dosa manusia seperti yang tercantum dalam QS. Asy-Syura ayat 30, yang artinya:

 "Musibah (bencana)  apa saja yang menimpa kalian adalah akibat perbuatan (dosa) kalian sendiri. Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan - kesalahan kalian). 

Sungguh negeri ini sekarang sedang dilanda musibah yang bertubi-tubi. Sudah seharusnya kita bermuhasabah. Sekarang waktunya kita bertobat kepada Allah Swt. baik secara personal maupun kolektif. Itu karena tidak bisa dimungkiri bahwa negeri ini mayoritas muslim, tetapi banyak terjadi pelanggaran pada hukum- hukum Allah.  Di negeri ini banyak terjadi korupsi (pejabat tidak amanah), LGBT, penistaan agama Islam,  beragam kezaliman, adu domba antar golongan, dll. 

Kaum muslimin Indonesia harus melakukan taubatan nasuha,  kembali kepada Allah Swt. dengan menaati semua aturan-Nya. Kita harus menjadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk, sebab pangkal dari segala musibah adalah berpalingnya manusia dari Al-Qur'an. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Thaha ayat 124, yang artinya: 

"Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (Al Qur'an),  sungguh bagi dia kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dia pada hari Kiamat nanti dalam keadaan buta. 

Kondisi kehidupan yang sulit tidak boleh berlangsung seterusnya. Kaum muslimin harus segera mewujudkan ketaatan penuh kepada Allah Swt. dengan menerapkan syariah Islam secara kaffah. 

Wallahu 'alam bisawab.

Oleh: Wiwin Widaningsih
Sahabat Tinta Media

Kamis, 01 Desember 2022

Gempa adalah Musibah, Harus Diterima dengan Ikhlas

Tinta Media - Berkenaan dengan gempa bumi yang terjadi di Cianjur, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto mengatakan bahwa gempa adalah musibah yang harus diterima dengan ikhlas.
 
“Gempa di Cianjur kemarin jelas itu adalah musibah dan harus diterima dengan ikhlas,” tuturnya di Focus UIY: Gempa, Apa Hikmahnya? Senin (28/11/2022) melalui kanal UIY Official.
 
UIY  menegaskan bahwa setiap bencana yang terjadi di muka bumi sudat tercatat di Lauhul Mahfudz, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Hadid ayat 22, “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah,” ucapnya membacakan terjemahnya.
 
Artinya, sambung UIY, gempa yang terjadi itu sudah merupakan ketentuan dari Allah Swt. Mudah bagi Allah untuk menggerakkan sedikit saja lempeng dan dampaknya sangat dahsyat. Tapi Allah mengingatkan agar tidak terlalu bersedih terhadap apa yang luput dari kamu.
 
Besar Pahalanya
 
Berdasarkan hadis riwayat Imam Tirmizi, jelas UIY besarnya pahala itu beriring dengan besarnya ujian. Makin besar ujian makin besar pahala.
 
“Kalau menggunakan perspektif Islam sebenarnya makin besar musibah itu mestinya senang karena pahalanya besar kalau bisa menghadapi dengan sabar,” tukasnya.
 
Dalam hadis lain lanjutnya, dikatakan musibah itu sesungguhnya adalah bentuk cinta Allah kepada suatu kaum. “Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji,” ucapnya membacakan hadis riwayat Ath-Thabrani.
 
UIY juga mengutip Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 155-157 yang intinya menegaskan bahwa Allah Swt. akan menguji hamba-Nya dengan sedikit rasa takut, kelaparan, berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan.
 
“Nah yang terjadi dengan gempa itu berkurang harta, rumah ambruk, isi rumahnya juga rusak lalu mengakibatkan kematian.Tapi menariknya ayat ini mengatakan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Dalam ayat selanjutnya  disebut bagi orang yang sabar akan mendapatkan tiga hal, salawat (ampunan)  dari Tuhan mereka, mendapat rahmat dan mendapat petunjuk. Jadi perolehannya luar biasa kalau bisa menghadapi musibah dengan  sabar,” bebernya.
 
Sabar, jelas UIY, kalau merujuk pada tafsir Jalalain dikatakan di sana  adalah menahan terhadap apa yang dibenci, tidak disukai. “Inilah yang dikatakan oleh Baginda Rasulullah Saw. dalam hadis riwayat Muslim, menakjubkan sekali urusan orang yang beriman itu karena semua urusan itu baik bagi dia. Jika dia tertimpa sesuatu yang menyenangkan dia bersyukur,  tapi jika sesuatu yang menyulitkan yang tidak menyenangkan dia sabar dan itu baik juga,” ungkapnya.
 
Jadi, tegasnya,  kalau mendapatkan kebaikan dia bersyukur itu baik buat dia tapi kalau mendapatkan yang tidak menyenangkan dia sabar itu baik juga, karena dia dapat pahala. “Makin besar ujiannya makin  besar pahalanya,” tandasnya.  
 
Menghapus Dosa

Dalam hadis shahih Bukhari Muslim, kata UIY, dikatakan tidaklah seorang muslim tertimpa  musibah  atau tertusuk duri atau lebih daripada itu kecuali Allah dengan musibah itu, menghapus sebagian dosanya. “Jadi kalau semakin banyak musibah dosanya makin berkurang. Menjadi senang sebenarnya kan,” lugasnya.
 
Bagi yang meninggal dalam musibah itu, imbuhnya, berdasarkan keterangan dari Nabi Saw. ia syahid akhirat. “Kita prihatin dengan musibah yang terjadi, tapi dengan penjelasan diatas ternyata sangat banyak kebaikan di balik musibah,” yakinnya.
 
UIY mengingatkan bagi yang tidak terkena musibah untuk membantu saudara-saudara yang  terkena musibah.
 
“Mereka jelas memerlukan banyak bantuan, dan kita harus menyadari bahwa tidak ada orang yang tidak butuh bantuan sebagaimana juga kita. Allah akan selalu membantu hamba-Nya sepanjang hamba-Nya itu membantu saudaranya,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 
 
 

Rabu, 23 November 2022

Inilah Penyebab Segala Musibah dan Kesusahan Dunia

Tinta Media - Abu Zaid dari Tabayyun Center menjelaskan penyebab segala musibah dan kesusahan dunia.
 
“Musibah dan kesusahan dunia adalah disebabkan dosa kita dan akibat perbuatan manusia sendiri,” tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (23/11/2022).
 
Ia mengutip firman Allah Ta’ala  surat Ar-Rum ayat 41, Asy-Syuro ayat 30 dan An-Nisa ayat 79  sebagai sandaran dalilnya.
 
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
 
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Rum:41).
 
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
 
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy-Syuro:30).
 
مَّآأَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ وَمَآأَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ
 
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri” (An-Nisa: 79).
 
Abu Zaid juga mengutip sabda Nabi Muhammad Saw. bahwa kerusakan dan musibah yang terjadi pada manusia karena banyaknya maksiat.
 
يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ وَمَا لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا ظَهَرَ فِيهِمُ الأَمْرَاضُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ فِي أَسْلَافِهِمِ وَمَا مَنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَ مَا لَمْ يُطَفِّفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِجَوْرِ السُّلْطَانِ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَالسِّنِينَ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ
 
“Hai orang-orang Muhajirin, lima perkara, jika kamu ditimpa lima perkara ini, aku mohon perlindungan kepada Allah agar kamu tidak mendapatkannya. Tidaklah muncul perbuatan keji (Zina,merampok, minum khamr, judi, dan lainnya) pada suatu masyarakat, sehingga mereka melakukannya dengan terang-terangan, kecuali akan tersebar penyakit-penyakit lainnya yang tidak ada pada orang-orang sebelum mereka. Dan tidaklah mereka menahan (tidak mengeluarkan) zakat hartanya, kecuali hujan dari langit juga akan ditahan dari mereka. Seandainya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan. Tidaklah orang-orang mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan kezhaliman pemerintah, kehidupan yang susah, dan paceklik. Dan selama pemimpin-pemimpin (negara, masyarakat) tidak berhukum dengan kitab Allah, dan memilih-milih sebagian apa yang Allah turunkan, kecuali Allah menjadikan permusuhan yang keras di antara mereka” (HR Ibnu Majah, ash-Shahihah no. 106).
 
Gempa
 
Saat terjadi gempa, ucap Abu Zaid, kaum Muslimin  diperintahkan agar beristigfar. “Istighfar sangat mudah dilakukan dan itulah seharusnya yang dilakukan ketika terjadi gempa, bukan teriak-teriak atau kata-kata yang menunjukkan penyesalan dan murka atas takdir Allah,” harapnya.
 
Ia lalu mendoakan kaum Muslim yang menjadi korban wafat dalam gempa di Cianjur dan sekitarnya mendapat pahala syahid akhirat. Yang luka luka segera Allah sembuhkan, yang selamat dengan beban rusaknya tempat tinggal bisa tetap sehat dan segera mendapatkan ganti yang lebih baik. 
 
“Jangan lupa mari kita bantu suadara saudara kita yang tertimpa musibah dengan apa yang kita bisa berikan. Mungkin dana, bahan pangan, pakaian atau tenaga apapun yang bisa kita lakukan. Apalagi biasanya di tengah musibah ada pihak lain yang berupaya merayu muslimin menukar aqidah,” ajaknya.
 
Di samping itu Abu Zaid juga mengajak agar kaum muslimin taubat nasuha. “Bentuk konkrit taubatan nasuha wajib dilaksanakan secara personal dan sistemik. Secara personal kita wajib meninggalkan segala bentuk maksiat yang pernah kita lakukan dan menutupi dengan amal saleh semaksimal mungkin. Secara sistemik kita wajib menerapkan syariat Islam kafah dalam khilafah yang menjadi sebab terlaksananya Islam kafah pembawa rahmat semesta alam,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 

Kamis, 25 Agustus 2022

Solusi Cerdas Menghadapi Musibah

Tinta Media - Sobat. Setiap manusia di muka bumi pasti pernah dihadapkan dengan berbagai macam ujian dan cobaan. Semua itu tidak lain adalah agar Allah SWT mengetahui manakah manusia yang bersabar, merasa ridha dan menerima ketetapan Allah SWT dengan baik.

Sobat. Dalam menerima suatu musibah, ada beberapa keadaan dan derajat manusia. Derajat pertama, terkadang menerima musibah dengan ridha dan syukur. Derajat ini paling mulia dan paling tinggi. Derajat kedua, terkadang menerima musibahdengan sabar dan muhasabah. Ini adalah derajat pertengahan. Derajat ketiga, terkadang menerima musibah dengan kecewa dan emosi. Penerimaan seperti ini haram dalam syariat Islam. Usahakanlah diri kita  agar senantiasa  berada pada derajat pertama yaitu  bersyukur dan ridha. Baginda Rasulullah SAW bersabda :

“ Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan atau penyakit, atau kekhawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya.” (HR Muttafaq ‘alaih )

Sobat. Tips berikutnya adalah merasa ridha dengan ketentuan dan ketetapan Allah SWT, serta menyerahkan urusan kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Pembalas  jasa. Ketahuilah , musibah ini telah tertulis untukmu dan tidak bisa dielakkan. Musibah ini merupakan salah satu penyebab terbesar derajatmu diangkat dalam pandangan Allah SWT. Jika kamu ridha dan sabar, sesungguhnya sabar menjadi mahkota, sumber kesuksesan hamba yang bertakwa dan  jalan hidup yang aman bagi para wali Allah yang sholeh.

Allah SWT berfirman :

وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ 

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” ( QS. Al-Baqarah (2) : 155 ).

Sobat. Allah akan menguji kaum Muslimin dengan berbagai ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan (bahan makanan). Dengan ujian ini, kaum Muslimin menjadi umat yang kuat mentalnya, kukuh keyakinannya, tabah jiwanya, dan tahan menghadapi ujian dan cobaan. Mereka akan mendapat predikat sabar, dan merekalah orang-orang yang mendapat kabar gembira dari Allah.

Sobat. Selalu menguatkan jiwa, hati dan akalmu. Sesungguhnya, dunia ini adalah sumber musibah dan cobaan. Dan ingatlah bahwa dunia dengan segenap isinya  adalah fana dan hilang. Tidak ada seorang pun yang akan abadi di dalamnya. Yakinlah bahwa tidak ada yang abadi di dunia, hal yang lalu biarlah berlalu, persiapkanlah akal dan hatimu, bisakanlah dan latih dirimu untuk bersabar. Sebagian ahli hikmah berkata, “ Barangsiapa yang mempersiapkan diri, ia tidak akan panik. Barangsiapa yang merasa pengawasan Allah SWT, ia tidak akan merasakan ketakutan. Barangsiapa yang melakukan antisipasi, ia tidak akan menderita kesakitan.”

Sobat. Jadilah orang yang senantiasa  memuji Allah SWT saat  tertimpa cobaan. Orang seperti ini adalah orang yang paling besar pahalanya, serta diganjar dengan pahala yang mengukuhkan dan menunjukkan jalan yang lurus. Pujilah Tuhanmu, musibah ini bukan dalam agamamu, melainkan dalam duniamu.  Dalam Hadits  riwayat at-Tirmidzi, bagi orang yang  ridha dan bersyukur, Allah SWT berfirman kepada malaikat, “ Bangunlah sebuah rumah untuk hambaku di dalam surga dan namakanlah  dengan Baitul Hamdi ( Rumah Pujian ).” (HR at-Tirmidzi )

Sobat. Menahan dirimu dari kekhawatiran, lisanmu dari mudah mengadu, dan anggota badanmu dari mengganggu orang lain dan ucapkanlah doa yang diajarkan rasulullah SAW – Allahumma Ajiznii fii mushiibatii  wa akhlif lii khoiraan minha -  “ Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku dan anugerahkanlah pengganti terbaik dari musibah ini.”

Sobat. Berbahagialah, sesungguhnya musibah ini merupakan penghapus kesalahan-kesalahanmu dan penyuci keburukanmu, serta menjadi ampunan di sisi Tuhanmu. Oleh karena itu, dengan kamu terpilih sebagai penerima musibah, semoga terdapat banyak kebaikan yang kamu tidak ketahui. Ingatlah firman Allah:
كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡقِتَالُ وَهُوَ كُرۡهٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ  

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah (2) : 216).

Sobat. Dengan turunnya ayat ini hukum perang itu menjadi wajib kifayah dalam rangka membela diri dan membebaskan penindasan. Bila musuh telah masuk ke dalam negeri orang-orang Islam, hukumnya menjadi wajib 'ain. Hukum wajib perang ini turun pada tahun kedua Hijri. Ketika masih di Mekah (sebelum Hijrah) Nabi Muhammad saw dilarang berperang, baru pada permulaan tahun Hijrah, Nabi diizinkan perang bilamana perlu.

Sobat. Berperang dirasakan sebagai suatu perintah yang berat bagi orang-orang Islam sebab akan menghabiskan harta dan jiwa. Lebih-lebih pada permulaan Hijrah ke Medinah. Kaum Muslimin masih sedikit, sedang kaum musyrikin mempunyai jumlah yang besar. Berperang ketika itu dirasakan sangat berat, tetapi karena perintah berperang sudah datang untuk membela kesucian agama Islam dan meninggikan kalimatullah, maka Allah menjelaskan bahwa tidak selamanya segala yang dirasakan berat dan sulit itu membawa penderitaan, tetapi mudah-mudahan justru membawa kebaikan. Betapa khawatirnya seorang pasien yang pengobatannya harus dengan mengalami operasi, sedang operasi itu paling dibenci dan ditakuti, tetapi demi untuk kesehatannya dia harus mematuhi nasehat dokter, barulah penyakit hilang dan badan menjadi sehat setelah dioperasi.

Sobat. Allah memerintahkan sesuatu bukan untuk menyusahkan manusia, sebab di balik perintah itu akan banyak ditemui rahasia-rahasia yang membahagiakan manusia. Masalah rahasia itu Allah-lah yang lebih tahu, sedang manusia tidak mengetahuinya.

Sobat. Sebaik-baik cara  memohon pertolongan atas musibah dan cobaan adalah dengan bersabar dan menunaikan sholat. 
Mengadulah dengan sabar dan sholat  yang khusyu’ sehingga melapangkan pikiran, menenagkan hati dan membahagiakan jiwamu. Sesungguhnya, jika turun suatu permasalahan yang penting atau tertimpa suatu kesedihan, Rasulullah bergegas melaksanakan sholat karena pemilik kunci segala permasalahan adalah Allah SWT semata.

Sobat. Menjaga dirimu dari segala keburukan. Berbahagialah dengan nikmat dan anugerah dari Allah SWT dengan berulang-ulang membaca :

ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ جَمَعُواْ لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ إِيمَٰنٗا وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ

“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". ( QS. Ali Imran (3) :173)

Sobat. Wiridlah kalimat yang dipenghujung  ayat ini yakni – Hasbunaallah wani’mal wakiil – “ Cukuplah Allah  menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. “  Perbanyaklah  membaca istighfar. Sebagaimana rasulullah bersabda, “ Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya, dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” ( HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah )

Sobat. Musibah yang menyakitkanmu terkadang sengaja Allah SWT kirimkan kepadamu sebagai penolak dan pencegah agar kamu  tidak melakukan kemaksiatan, kekejian, dan dosa besar yang kamu nyaris terjerumus ke dalamnya.

Artikel ini saya tutup dengan pernyataan Ibnu Qayyim al-Jauziyah : “ Jika Allah SWT menghendaki kebaikan untuk hamba-Nya, niscaya Dia memberikan obat atas musibah yang menimpa sesuai dengan kondisinya, yaitu obat yang bisa menyembuhkannya dari segala macam penyakit. Oleh karena itu, jika Dia membersihkan dan menyucikannya, Dia memasukkannya ke dalam golongan orang-orang yang mulia di dunia. Obat itu adalah ia beribadah kepada-Nya dan mendapat pahala paling tinggi di akherat, yaitu kenikmatan melihat dan dekat dengan-Nya.”

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab