Sebut Khilafah a-Historis dan Mengancam, Ulama Aswaja: Perkataan yang Tidak Tahu Berterima Kasih
Tinta Media – Merespons ungkapan bahwa Khilafah a-historis dan mengancam, Ulama Aswaja Jawa Barat Ajengan Agus Al Fatih menilai, sebagai perkataan yang tidak tahu berterima kasih.
“Orang-orang yang mengatakan Khilafah a-historis dan menyebutnya sebagai ancaman adalah orang-orang yang tidak tahu berterima kasih kepada jasa ulama terdahulu yang menyebarkan Islam hingga ke bumi Nusantara,” tuturnya di acara multaqo ulama dengan tema, Menyongsong Indonesia Baru: Saatnya Tampil Pemimpin yang Amanah dan Buang Komunisme serta Tinggalkan Demokrasi, Selasa (5/11/2024).
Di acara tersebut, Ajengan Wahid, Ulama Aswaja Kabupaten Bandung, juga menegaskan bahwa penerapan sistem kapitalisme menyebabkan umat Islam hidup tidak pada habitatnya.
“Para ulama harus mengingatkan masyarakat agar kembali kepada syariat Islam” tukasnya.
Menurutnya, sistem yang buruk menyebabkan para pemimpin berperilaku buruk dalam menjalankan amanah kepemimpinan. “Bahkan mendapatkannya dengan cara yang batil serta menolak syariah Islam,” ujarnya.
Kiai Fahmi Anjantani, Ulama Aswaja asal Cirebon mengingatkan kepada para pemimpin dengan mengutip sabda Rasulullah Saw. Bahwa kepemimpinan di Yaumil Qiyamah kelak adalah kehinaan, kecuali orang-orang yang mendapatkannya dengan cara yang benar dan digunakan sebaik-baiknya.
Habib Umar al-Faruq, juga menuturkan bahwa tidak adanya penerapan syariat Islam menimbulkan dampak berupa ketidakterjagaan atas nyawa, harta, kemuliaan, dan jiwa.
Ajengan Asep Suwendi, Ulama Aswaja Bandung Barat, juga turut mendoakan para pemimpin agar Allah SWT memberikan hidayah kepada mereka sehingga dapat membukakan mata hatinya dan terdorong untuk menerapkan syariah-Nya.
“Kalaulah kita tidak bisa menyamai kualifikasi Rasul dan para sahabat setidaknya ikutilah jalan Rasulullah Saw. Mudah-mudahan para pemimpin diberikan hidayah untuk menerapkan Islam dan terwujud seorang Khalifah,” harapnya.
Ia memastikan bahwa selama sistem kapitalisme masih diterapkan pemerintahan baru tidak dapat diharapkan untuk menjalankan amanah kepemimpinan. “Sungguh kepemimpinan itu amanah!” pungkasnya.[] Ajira