Tinta Media: Motivasi
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 07 September 2024

Bersiap Hadapi Perubahan

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah pada Allah, dan hendaklah setlap diri memperhatikan apa yang telah dipersiapkannya untuk hari esok, dan bertaqwallah pada Allah." (QS Al-Hasyr: 18)

Tinta Media - Perubahan adalah sebuah keniscayaan, sebuah sunatullah. Berbeda dengan Allah yang baqa (kekal), segala ciptaan-Nya bersifat fana (tidak kekal, mengalami perubahan). Kita dan lingkungan di sekitar kita pun mengalami perubahan. Ada perubahan yang bisa kita prediksi, dan ada banyak perubahan yang tidak terduga. Sudahkah kita mempersiapkan diri menghadapi perubahan yang akan terjadi di hari esok?

Perubahan yang tidak diprediksi seringkali mencengangkan, bahkan adakalanya menyakitkan. Seorang ibu yang selalu memandang anaknya sebagal bayi atau balitanya yang harus ditolong dan diatur, dan tidak tidak pernah berpikir bahwa suatu saat anaknya akan besar dan dewasa, akan terhenyak saat anak remajanya berkata, "Selama ini Mamih telah pilihkan untuk aku, telah mengatur hidupku. Nanti saat aku sudah 18 tahun, aku bisa mengatur diriku sendiri. Maaf, jika saat itu datang, Mamih tidak lagi bisa mencampuri hidupku...."

Kita pun kadang terkejut saat berkaca dan melihat betapa kita telah tua, berkerut dan beruban. Dan keterhenyakan ini menjadi menyakitkan saat dibarengi oleh kesadaran betapa waktu begitu cepat berlalu padahal kita belum berbuat banyak untuk hidup kita, apalagi untuk hidup orang lain. Berapa banyak orang yang berucap, "Kok enggak terasa ya, sudah setahun berlalu kayaknya baru kemarin."

Karena itu, nasihatnya adalah, mari kita sadari perubahan yang akan terjadi, persiapkan diri untuk menghadapinya, dan rencanakanlah bentuk perubahan baik yang kita inginkan agar kita tidak terpenjara oleh penyesalan dan kesakitan atas apa yang telah menjadi takdir kita. Bukankah waktu hidup kita dibatasi agar kita bersegera mencapai implan-Impian kita? Bersegeralah memperbaiki kualitas amal kita agar hari esok selalu lebih baik dari hari ini sehingga kita layak disebut sebagai orang yang beruntung orang yang sukses.

Jadi, merencanakan perubahan menuju lebih baik sama artinya dengan merencanakan untuk beruntung, untuk sukses, untuk berhasil. Orang yang tidak merencanakan untuk lebih baik atau orang yang tidak memiliki rencana apa-apa atas hidupnya di hari esok adalah orang yang merencanakan kecelakaan, merencanakan

kesulitan, dan merencanakan hal-hal buruk atas dirinya, "Demi waktu. Sesungguhnya manusia dalam keadaan yang merugi, kecuali

orang-orang yang beriman, beramal shalih dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran." (OS Al Ashr:1-3)

Pada akhirnya, orang-orang yang beriman, beramal shalih dan saling menasihati akan mendapatkan kesuksesan, bukan hanya di hari esoknya di dunia, tapi juga di hari esoknya di akhirat. Mereka berhak mendapatkan piala surga yang indah karena mereka meyakini keberadaan surga, bersiap menghadapi segala hambatan menuju surga dan memang membuat rencana perjalanan menuju surga. Bagaimana dengan rencana perjalanan kita menapaki hari esok?

Oleh : Muhammad Arif Alfaruqi, Mahasiswa STEI SEBI, Prodi Manajemen Bisnis Syariah 2021

Selasa, 03 September 2024

Pahala Tak Terputus, Meski Umur Kita Pupus

Tinta Media - Umur kita sangat terbatas, padahal “bekal” amal baik menuju akhirat masih sedikit dan kurang berkualitas. Apakah ada sebuah aktivitas, yang akan menambah “bekal” akhirat kita, yang mendatangkan pahala tidak terputus, meski umur kita telah pupus? Ya, tentu ada. Menulislah! Menulis sebagai wasilah (sarana) berdakwah Islam.

Oleh: Yasirli Amri
Penulis Dakwah Mabda’i

Selengkapnya, bisa dibaca di Buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah 

Bagi yang mau order silakan isi data berikut ini dan wapri ke nomor +62 812-5243-596 🙏🏻

Order buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata untuk Dakwah :

Nama:
Alamat Lengkap:
Nomor WA:
Jumlah order: ... eksemplar 
Kontributor/bukan:


Dapatkan diskon buat kontributor, alumni API dan Sahabat Tinta Media 

Senin, 26 Agustus 2024

Menulis untuk Keabadian Jalan Dakwah

Tinta Media - Sebagai seorang muslim yang menyadari akan kewajibannya untuk berdakwah, bisa memilih opsi dakwah dengan menulis. Dia perlu memaksimalkan kemampuan menulisnya agar mudah dipahami oleh pembaca. Dengan tulisannya dia bisa menyadarkan siapa saja yang tidak tahu persoalan umat hari ini.

Oleh: La Ode Abdul Salam
Sahabat Tanah Ribath Media

Selengkapnya, bisa dibaca di Buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah 

Bagi yang mau order silakan isi data berikut ini dan wapri ke nomor +62 812-5243-596 🙏🏻

Order buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata untuk Dakwah :

Nama:
Alamat Lengkap:
Nomor WA:
Jumlah order: ... eksemplar 
Kontributor/bukan:


Dapatkan diskon buat kontributor, alumni API dan Sahabat Tinta Media 

Selasa, 06 Agustus 2024

Mengabadikan Jejak Dakwah melalui Tulisan

Tinta Media - Substansi dakwah itu sendiri adalah mengajak dan menyampaikan. Lantas, bagaimana mungkin kita bisa menyampaikan sesuatu sedang kita sendiri tidak mempunyai amunisi kata? Bukankah amunisi kata bisa didapat dan sangat melekat erat di kepala sesudah kita  membaca, kemudian menulisnya terlebih dahulu?

Oleh: Husaini
Aktivis Dakwah Islam

Selengkapnya, bisa dibaca di Buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah 

Bagi yang mau order silakan isi data berikut ini dan wapri ke nomor +62 812-5243-596 🙏🏻

Order buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah :

Nama:
Alamat Lengkap:
Nomor WA:
Jumlah order: ... eksemplar 
Kontributor/bukan:


Dapatkan diskon buat kontributor, alumni API dan Sahabat Tinta Media 


Rabu, 31 Juli 2024

Menulis: 'Mengabadikan' Pahala

Tinta Media - Menulis merupakan penuangan gagasan atau kejadian, yang memiliki dimensi pahala jariah. Di dalam Islam, menulis merupakan sebagai suatu bentuk dakwah yang merupakan ibadah penting. Hasil amalan menulis ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis itu sendiri, namun juga bagi pembaca yang memperoleh manfaat dari konten tulisannya.

Konsep pahala jariah merupakan bentuk 'mengabadikan'  pahala karena pahala terus mengalir bahkan setelah kita meninggalkan dunia. Ini juga memiliki hubungan dengan kegiatan menulis. Ketika seseorang menulis, baik itu dalam bentuk berita, opini, artikel, buku, atau bahkan catatan politik, ini tidak hanya membagikan pengetahuan atau pengalaman, namun juga memberikan peluang kepada pembaca untuk terus memperoleh manfaat dari tulisannya, bahkan setelah penulisnya tiada.

Oleh: Taofik Andi Rachman
Pengemban Dakwah Ideologis 

Selengkapnya, bisa dibaca di Buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah 

Bagi yang mau order silakan isi data berikut ini dan wapri ke nomor +62 812-5243-596 🙏🏻

Order buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah :

Nama:
Alamat Lengkap:
Nomor WA:
Jumlah order: ... eksemplar 
Kontributor/bukan:


Dapatkan diskon buat kontributor, alumni API dan Sahabat Tinta Media 


Senin, 22 Juli 2024

Menulislah untuk Dakwah

Tinta Media - Jika diberi pilihan antara pandai menulis atau tidak, mana yang akan kita pilih? Ya, pandai menulis lebih baik daripada tidak. Jika tidak pandai menulis, maka bahasa lisanlah yang akan kita andalkan dalam berkomunikasi. Padahal, komunikasi melalui tulisan sangatlah dibutuhkan dan memudahkan interaksi manusia dewasa ini, di mana pun mereka bermukim baik di kota maupun desa.

Oleh: Muhammad Syafi’i
Penulis Ideologis Sulawesi Tengah

Selengkapnya, bisa dibaca di Buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah 

Bagi yang mau order silakan isi data berikut ini dan wapri ke nomor +62 812-5243-596 🙏🏻

Order buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah :

Nama:
Alamat Lengkap:
Nomor WA:
Jumlah order: ... eksemplar 
Kontributor/bukan:


Dapatkan diskon buat kontributor, alumni API dan Sahabat Tinta Media 


Kamis, 04 Juli 2024

Bukan Hanya Lisan, Tangan pun Bisa untuk Berdakwah

Tinta Media - Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menciptakan manusia dengan sempurna sebagaimana ciptaan-Nya yang lain, oleh karena itu harus disyukuri dengan menjalankan kewajiban-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Di samping itu perlu diketahui bersama bahwa dakwah adalah kewajiban bagi seluruh kaum muslimin, sebagaimana kewajiban-kewajiban yang lain. 

Oleh: Muhammad
Sahabat Tinta Media 

Selengkapnya, bisa dibaca di buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah 

Bagi yang mau order silakan isi data berikut ini dan wapri ke nomor +62 812-5243-596 🙏🏻

Order buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah :

Nama:
Alamat Lengkap:
Nomor WA:
Jumlah order: ... eksemplar 
Kontributor/bukan:


Dapatkan diskon buat kontributor, alumni API dan Sahabat Tinta Media.

Minggu, 30 Juni 2024

Kekuatan Tulisan dalam Mengubah Peradaban

Tinta Media - Apakah saudara pernah mendengar atau membaca sejarah terkait sebuah tabloid yang dijadikan sarana propaganda untuk menghancurkan sebuah peradaban besar? Peradaban emas yang gemilang pada masa kejayaannya? 

Oleh : Rizal Rosadi
Pengusaha Muslim 

Selengkapnya, bisa dibaca di Buku It Is Time To Be Writer: Merajut Kata Untuk Dakwah 

Bagi yang mau order silakan isi data berikut ini dan wapri ke nomor +62 812-5243-596 🙏🏻

Order buku It Is Time To Be Writer: Merajut Kata Untuk Dakwah :

Nama:
Alamat Lengkap:
Nomor WA:
Jumlah order: ... eksemplar 
Kontributor/bukan:

Dapatkan diskon buat kontributor, alumni API dan Sahabat Tinta Media

Rabu, 14 Februari 2024

Menulis demi Umat, Bukan karena Bakat



Tinta Media - Banyak orang mengira bahwa menulis adalah sebuah bakat alami yang Allah berikan kepada seseorang sejak dalam buaian. Karena itu, tidak sedikit yang minder untuk menulis sebab merasa tidak memiliki bakat dan keterampilan dalam menulis. 

Dugaan ini belum bisa dikatakan benar sebab pada kenyataannya, ada yang tadinya tidak bisa menulis, tetapi ternyata bisa menjadi penulis hebat. Berbagai karya tulis telah dimuat di berbagai media cetak dan elektronik. Juga tak sedikit buku telah mereka terbitkan. 

Sebenarnya permasalahan tentang bakat itu bukan hanya tentang menulis. Contoh lainnya, menjadi seorang atlet sepakbola. Apakah untuk menjadi pesepakbola hebat seperti Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi harus mempunyai bakat atau perlu latihan? 

Jika jawabannya perlu bakat alami, lantas bagaimana mereka yang tak memiliki bakat? Apakah harus mengubur dalam-dalam cita-citanya untuk menjadi pesepakbola hebat? Andai saja benar begitu, di mana keadilan Allah? 

Dulu saya juga merasakan hal yang sama, hidup di bawah bayang-bayang ketidakmampuan dalam segala hal, merasa minder karena tidak memiliki bakat apa pun. 

Perasaan itu terus berlanjut hingga dakwah Islam menyentuh saya. Ketika berada di tengah jamaah dakwah, saya selalu minder, tidak banyak berargumen, hanya menjadi pendengar setia saja. 

Maka, terkadang saya mencurahkan isi hati dan pikiran melalui tulisan, meski menulis pun sebenarnya merasa tidak mampu karena tidak pernah mengenyam pendidikan kepenulisan atau mengikuti pelatihan yang semisal. 

Akan tetapi, karena ingin mengamalkan ilmu dari hasil belajar, sedikit demi sedikit saya mencoba menulis, merangkai kata semampu dan sebisanya. 

Dorongan lain kenapa harus memaksakan menulis adalah kondisi umat yang kian terpuruk, semakin jauh dari syariah Islam dan hidup di tengah kegelapan.
Umat Islam jauh dari identitasnya sebagai seorang muslim, tidak paham syariat, terjerumus pada pergaulan bebas, perjudian merajalela, pembunuhan di mana-mana, bahkan mereka buta akan politik dunia. 

Maka, tidak ada alasan lagi untuk tidak mengamalkan ilmu ketika kita merasa tidak mampu menyampaikan secara lisan. Masih ada tulisan yang bobotnya sama jika kita mau melakukannya. 

Terlebih saat ini, pelatihan kepenulisan sudah membludak, bak jamur di musim penghujan. Dari yang tanpa biaya sampai yang harus mengeluarkan dana, semua ada. 

Namun, masalahnya bukan pada ada bakat atau tidak, tetapi mau atau tidak kita belajar, menjalani proses, melawati setiap tahapan, dan yang paling penting bersabar atas segala tugas dan masukan. 

Ini yang saya temukan kemudian setelah aktif dalam wadah training kepenulisan, bahwa menulis itu bukan karena ada atau tidak ada bakat, tetapi tentang keseriusan dan kepedulian terhadap umat. 

Jika yang menjadi tujuan adalah kepahaman umat terhadap syariat Islam, maka tidak akan ada lagi alasan untuk bermalas-malasan. Bukan hanya dalam belajar menulis, tetapi dalam mempelajari berbagai ilmu yang lain.



Oleh: Cesc Riyansyah,
Graphic Designer 

Senin, 12 Februari 2024

Mewujudkan Generasi Emas

Tinta Media - Generasi Emas istilah yang sering didengar oleh kalangan pendidikan. Sebuah istilah yang dijadikan sebagai sebuah impian bagi bangsa Indonesia menyambut hari kemerdekaannya yang ke seratus tahun. Berbagai macam cara dan upaya untuk mempersiapkan generasi yang memiliki kemampuan  baik pengetahuan, keterampilan maupun karakter terus di lakukan. Bonus demografi yang akan di dapatkan oleh bangsa Indonesia di kisaran tahun 2030 – 2040 di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak di bandingkan penduduk usia tidak produktif bisa menjadi berkah bagi bangsa Indonesia atau justru sebaliknya bisa menjadi musibah. Oleh karenanya penting memiliki suatu pemahaman yang sama terkait karakter generasi emas yang akan dibentuk dan bagaimana cara mewujudkannya. 

Dalam Al Quran ayat 110 Allah SWT berfirman: “Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah”. Ayat ini memberikan suatu pemahaman kepada kita bahwa sejatinya umat Islam itu adalah umat yang terbaik, yang dengan posisinya sebagai umat yang terbaik akan dapat menebarkan kebaikan (kerahmatan) bagi umat-umat yang lain. Ada beberapa karakter yang harus diwujudkan pada generasi Islam agar menjadi umat terbaik yakni menjadi generasi mukminun (beriman), menjadi generasi muttaqun (bertaqwa), menjadi generasi muhsinun (berbuat kebajikan), dan menjadi generasi muslihun (melakukan perbaikan). Empat karakter ini yang harus ada pada diri generasi muslim agar dapat disebut sebagai generasi emas (generasi khoiru ummah). 

Adapun bagaimana cara mewujudkan empat karakter tersebut pada generasi muslim tentunya melalui proses pendidikan yang melibatkan berbagai macam peran. Peran orang tua, sekolah, masyarakat dan negara. Keempat peran ini harus memiliki kesatuan pandang dalam mewujudkan karakter generasi muslim terbaik. Proses pendidikan yang dilakukan untuk membekali pola pikir dan pola sikap generasi dengan cara pandang Islam, dengan suatu pendekatan bahwa apa yang telah di dapatkan dalam proses pendidikan tersebut dalam rangka untuk dipahami, diamalkan dan di sebar luaskan kepada orang lain, bukan semata-mata kepuasan intelektual, akan melahirkan generasi emas, generasi terbaik yang bukan sekedar mengisi lowongan pekerjaan tetapi memimpin peradaban.

Oleh: Rudi Harianto, Praktisi Pendidikan 

Minggu, 11 Februari 2024

Menulis: 'Mengabadikan' Pahala

Tinta Media - Menulis merupakan penuangan gagasan atau kejadian, yang memiliki dimensi pahala jariah. Di dalam Islam, menulis merupakan sebagai suatu bentuk dakwah yang merupakan ibadah penting. Hasil amalan menulis ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis itu sendiri, namun juga bagi pembaca yang memperoleh manfaat dari konten tulisannya. 

Konsep pahala jariah merupakan bentuk 'mengabadikan'  pahala karena pahala terus mengalir bahkan setelah kita meninggalkan dunia. Ini juga memiliki hubungan dengan kegiatan menulis. Ketika seseorang menulis, baik itu dalam bentuk berita, opini, artikel, buku, atau bahkan catatan politik, ini tidak hanya membagikan pengetahuan atau pengalaman, namun juga memberikan peluang kepada pembaca untuk terus memperoleh manfaat dari tulisannya, bahkan setelah penulisnya tiada. 

Menulis bukan hanya sekadar mengungkapkan pemikiran atau pengalaman pribadi, tetapi juga merupakan sebuah amalan dakwah mulia yang memiliki dampak penyebaran Islam ke tempat-tempat yang luas. 

Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Barang siapa menunjukkan jalan kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikuti amal kebaikan tersebut tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun." (HR. Muslim) 

Hadis ini menjelaskan bahwa setiap orang yang menunjukkan kebaikan salah satunya menulis atau memberikan inspirasi kepada orang lain untuk berbuat kebaikan akan terus menerima pahala dari setiap orang yang mengikuti jejak kebaikan tersebut. 

Menulis memungkinkan seseorang untuk mengabadikan seruan kebaikan dalam bentuk tulisan. Tulisan yang disebarkan kepada orang lain memiliki potensi untuk memberikan manfaat yang berkelanjutan, karena dapat diakses dan dibaca oleh banyak orang dari berbagai generasi. 

Dengan menulis, akan memberikan manfaat kepada sesama manusia. Tulisan yang membawa pesan-pesan positif, pengetahuan yang bermanfaat, atau inspirasi yang memotivasi dapat menjadi penggerak bagi pembacanya. Dengan demikian, menulis yang merupakan bagian pendidikan bisa menjadi suatu langkah untuk meningkatkan pemahaman dan kualitas hidup secara kolektif dalam masyarakat. 

Menulis dilihat dari dakwah, juga merupakan upaya dalam menyebarkan ajaran Islam dan nilai-nilai positif kepada masyarakat. Dengan menulis, seseorang dapat mengkomunikasikan risalah (risalah) Islam dan memberikan penjelasan tentang ajaran Islam atas seluruh kehidupan dan masalah yang dihadapi manusia. 

Apalagi suatu artikel atau buku yang ditulis dengan baik dapat menjadi panduan bagi banyak orang dalam bertindak dalam kehidupannya. 

Sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW, penulisan telah digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan agama kepada umat secara efektif. Kita bisa melihat dari penulisan surat dakwah kepada para penguasa di sekitar jazirah Arab. 

Begitu juga hadis dari Rasulullah SAW  untuk menyampaikan walaupun hanya satu ayat. Hadis ini menekankan pentingnya menyampaikan pesan-pesan Islam kepada orang lain, bahkan jika hanya satu ayat saja. Tidak hanya lisan, tulisan juga merupakan salah satu cara yang efektif untuk memenuhi amanah tersebut. 

Tulisan-tulisan yang dibuat sebagai bagian dari dakwah Islam memiliki potensi untuk menciptakan dampak yang berkelanjutan. Risalah yang disampaikan melalui tulisan dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku orang banyak, sehingga membawa perubahan positif yang dapat dirasakan dalam jangka panjang. Dengan demikian, menulis sebagai bagian dari dakwah Islam merupakan investasi amal yang bernilai tinggi di mata Allah SWT. 

Salah satu bentuk menulis yang paling kuat dalam konteks 'mengabadikan' pahala adalah dengan menulis buku. Sebuah buku memiliki daya tahan yang lama dan dapat dibaca oleh banyak orang dari berbagai kalangan dan generasi. Seorang penulis yang mampu menyajikan pengetahuan atau pemikiran yang bermanfaat melalui bukunya memiliki kesempatan untuk terus menerima pahala dari setiap orang yang membacanya, selama buku itu menebar manfaat. 

Menulis buku juga merupakan salah satu bentuk pengabadian ilmu yang penting dalam Islam. Banyak buku-buku Islami telah menjadi sumber pengetahuan dan inspirasi bagi umat selama berabad-abad, membimbing mereka dalam memahami ajaran agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari kiamat tinta (karya tulis) ulama ditimbang bersama tetesan darah syuhada. (Hasilnya lebih berat nilai tetesan tinta ulama sebagaimana riwayat lain),” (HR Ibnu Abdil Barr, Ibnun Najjar, Ibnul Jauzi, As-Syairazi, Al-Marhabi, dan Ad-Dailami). Hadis ini menunjukkan keutamaan ilmu dan penulisan dalam Islam. Meskipun jihad fisik di jalan Allah dianggap mulia, namun pengetahuan yang disampaikan melalui tulisan juga memiliki kedudukan yang tinggi di sisi-Nya. 

Melalui buku-buku, penulis dapat menyebarkan ilmu, pemikiran, ideologi Islam kepada dunia luas. Buku-buku Islami tidak hanya menjadi sumber referensi bagi para pembaca, tetapi juga memotivasi mereka untuk menggali lebih dalam tentang ajaran agama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Buku yang ditulis dengan baik dan berdasarkan prosedur yang benar akan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang. Mereka akan mewarisi pengetahuan dan inspirasi dari para penulis terdahulu, memperkaya pemahaman mereka tentang Islam dan membimbing mereka dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian, menulis buku bukan hanya sebuah tindakan, tetapi juga suatu bentuk ibadah yang berkelanjutan dalam Islam. 

Dalam Islam, setiap amal kebaikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan cara sesuai dengan ajaran Allah SWT akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Menulis yang dilakukan dengan tujuan menyebarkan kebaikan, memberikan pengetahuan yang bermanfaat, atau menginspirasi orang lain merupakan salah satu bentuk amal yang dihargai oleh Allah. Menerima pahala atas menulis bukan hanya tentang jumlah kata atau halaman yang dihasilkan, tetapi lebih tentang keikhlasan hati dalam menyebarkan Islam. 

Meskipun menulis dapat menjadi sarana untuk dakwah dan mengabadikan pahala, sehingga merupakan suatu tanggung jawab besar. Seorang penulis harus bertanggung jawab atas setiap kata yang ia tulis, karena setiap kata memiliki potensi untuk mempengaruhi pemikiran dan perasaan pembaca. Oleh karena itu, menulis dengan penuh kesadaran dan kehati-hatian menjadi suatu keharusan.

Oleh: Taofik Andi Rachman
Sahabat Tinta Media 

Apa Sumbangsihmu untuk Kebangkitan?

Tinta Media - Islam merupakan agama yang paripurna yang mengatur semua hal dalam hidup ini. Islam mengatur hubungan kita dengan sang pencipta, Islam mengatur hubungan kita dengan diri kita sendiri bahkan Islam mengatur hubungan kita dengan orang lain. Oleh karena itu jika kita punya masalah bagaimana cara kita membangun hubungan dengan sang pencipta maka Islam punya jawabannya. 

Bagaimana kita memenuhi kebutuhan kita seperti makan dan minum maka Islam juga punya jawabannya. Begitu pula bagaimana kita berdagang, bergaul, bermasyarakat dan bernegara Islam juga punya solusinya karena Islam adalah agama yang sempurna yang Allah ridhoi. 

Melihat Islam yang begitu sempurna tentu yang terbayang adalah umat Islam adalah umat yang istimewa, penuh dengan keteraturan dan bahkan menjadi umat terbaik. Tapi jika kita melihat fakta justru umat Islam hari ini jauh dari kata umat yang teratur, umat Islam hari ini hidup di bawah tekanan bahkan tidak jarang hidup dalam penjajahan. 

Lantas apa yang mengakibatkan itu semua terjadi? Apakah Islam agama yang salah? Atau Islam tidak cocok lagi digunakan hari ini? Jawabannya adalah tidak mungkin Islam ini agama yang salah. Dilihat dari sisi historis kita bisa lihat dalam catatan sejarah bahwa Islam mampu mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang tinggi, masyarakat yang berpecah belah menjadi masyarakat yang kuat bersatu padu. 

Dari sisi dalil Allah SWT. sendiri yang menyebutkan dalam kitab-Nya bahwa Islam adalah agama yang benar dan bahkan bisa menjadi rahmat untuk semesta alam tidak hanya untuk umat Islam tapi untuk semua umat manusia. Lantas apa yang salah sehingga idealisme Islam begitu jauh ketimpangannya dibandingkan dengan fakta umat Islam sendiri pada hari ini? 

Jawabannya adalah karena Islam tidak digunakan sebagai sebuah tuntunan. Islam tidak digunakan sebagai sebuah patokan dalam kehidupan kaum muslimin hari ini atau bisa juga dikatakan Islam hanya digunakan dalam aspek tertentu saja dalam kehidupan, tidak dalam semua aspeknya. Islam hanya digunakan dalam aspek hubungan dirinya dengan tahannya dan juga bagaimana hubungan umat Islam dengan dirinya sendiri sementara dalam membangun hubungan dengan sesama manusia hari ini Islam tidak digunakan sebagai pedoman. 

Lantas bagaimana kita sebagai kaum muslimin bisa menggunakan Islam sebagai sebuah panduan dalam semua aspek kehidupan? Kuncinya adalah kita harus mengubah pikiran kita bahwa islamlah satu-satunya ideologi, agama yang benar yang akan membawa pada keberkahan dalam kehidupan dan barang tentu kesadaran ini tidak boleh hanya dimiliki oleh kita saja tetapi harus dimiliki oleh kaum muslimin yang lain agar Islam bisa diterapkan dalam semua aspek kehidupan. Menerapkan Islam secara totalitas tidak bisa dilakukan sendiri tapi butuh kebersamaan, butuh persatuan, butuh sebuah masyarakat yang kemudian memiliki pemikiran, perasaan dan aturan yang sama yakni peraturan Islam. 

Dalam upaya mengajak dan memahamkan kaum muslimin tentang pentingnya Islam dijadikan petunjuk dalam semua aspek kehidupan maka media yang bisa kita gunakan salah satunya adalah melalui tulisan. Ya, dengan menulis kita bisa menyampaikan paripurnanya Islam, dengan tulisan kita bisa menjangkau kepada siapa pun dan bahkan tulisan bisa bertahan dan dibaca walaupun yang menulis sudah tiada. 

Coba kita lihat bagaimana kitab Tafsir Ibnu Katsir misalnya, kitab Ahkamu Al shulthaniyyah karya imam Al Mawardi, kitab Fiqih dan banyak lagi buku atau tulisan yang dibuat pada masa lalu tetapi masih ada bahkan menjadi rujukan pada hari ini. Manusia khususnya kaum muslimin tentu ketika pandangannya tentang Islam itu benar pasti akan bergerak dengan sendirinya untuk menjadikan Islam sebagai sebuah tuntunan dalam kehidupan. 

Oleh karena itu, menuliskan bukan hanya sebuah hobi atau aktivitas recehan tetapi adalah aktivitas agung yang akan mampu membangkitkan manusia bahkan sebuah peradaban. Menuliskan bukan hanya menghasilkan sesuatu yang besar di dunia tetapi juga akan menjadi amalan yang tidak akan terputus pahalanya walaupun penulisannya sudah tiada. Jika kita ingin mendapat pahala yang tiada henti-hentinya maka menulis bisa menjadi salah satu pilihannya. Tinggal kita memilih apakah akan berdiam diri saja melihat kondisi umat Islam yang hancur hari ini atau kah kita akan bergerak berusaha mengubahnya menjadi sebenar-benar khairu ummah. Pilihan ada di tangan anda. 

Wallahu a'lam.

Oleh: Ikhsan Hari, Pegiat Pendidikan Agama 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab