Tinta Media: Motivasi
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 19 Oktober 2023

Jagalah Lisan, Sebab Akan Berpengaruh Terhadap Amal Kita

Tinta Media - Sering tanpa sadar kita banyak bercanda dan main main dengan lisan atau tulisan kita. Misalnya membuat status yang secara ga sadar jatuh pada mempermainkan syariat. Dengan status: Islam melarang laki laki menikah dengan perempuan sekampung. Atau candaan lain yang tak nampak secara jelas.

Sesungguhnya perkataan seseorang akan berpengaruh pada baik atau buruknya perilaku atau amal orang tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا 

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 70-71)

Dari ayat di atas, dapat diketahui bahwa bukti ketakwaan adalah dengan mengucapkan perkataan yang benar. Dan jika perkataan seseorang itu baik dan benar, niscaya Allah akan memperbaiki amalannya dan mengampuni dosa-dosanya. Jika di antara kita masih merasa berat dalam melakukan amal ketaatan, seperti ngaji, ngontak, hadir kajian, sholat jamaah, salat tahajud, salat duha, membaca Al-Qur’an, sedekah, dan semisalnya, maka kemungkinan ada kalimat-kalimat yang buruk dan tidak semestinya keluar dari lisan atau tulisan kita.

Bahkan, dalam suatu hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengabarkan bahwa setiap pagi anggota tubuh akan mewanti-wanti lisan.

إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الْأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ : اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ ؛ فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا ، وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا

“Jika manusia berada di waktu pagi, maka semua anggota badannya tunduk pada lisan. Mereka berkata, ‘Wahai lisan, bertakwalah kepada Allah dalam urusan kami. Karena sesungguhnya kami tergantung pada dirimu. Jika kamu bersikap lurus, maka kami pun akan lurus. Namun, jika engkau menyimpang, maka kami pun akan menyimpang.’“ (HR. Tirmidzi)

Seorang salaf bernama Yahya bin Abi Katsir rahimahullah mengatakan bahwa ada dua sifat, yang apabila Anda melihat keduanya ada pada diri seseorang, ketahuilah apa yang di belakang keduanya (amalannya) pasti lebih baik lagi: 

1) Bila dia mampu mengendalikan lisannya; dan 2) Dia selalu menjaga salatnya. (Ash-Shamt, Ibnu Abid Dunya, hal. 264)

Jadi sobat jangan remehkan lisan kita. Sebab lisan akan berpengaruh terhadap amal kita. Berlisan dan bertulisan yang baik, yakni benar dan jujur, akan membuat amal kita lebih mudah menjadi baik. 

Semoga Allah mudahkan urusan kita. Ngaji yuk![]

Oleh: Ustadz Abu Zaid (Tabayyun Center)

Rabu, 18 Oktober 2023

Nafsu adalah Musuh Terburuk Manusia

Tinta Media - Sobat. Syetan adalah musuh yang memikat bagi manusia. Demikian juga dunia. Karenanya keduanya disatukan dalam satu firman Allah SWT :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ 

“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” ( QS. Fathir (35) : 5 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah menerangkan kebenaran janji-Nya, yaitu terjadinya hari Kebangkitan dan hari Pembalasan. Apabila seseorang taat kepada perintah-Nya akan diberi pahala, dan orang yang mendurhakai-Nya akan disiksa. Janji Allah pada waktunya akan menjadi kenyataan. Dia itu tidak akan pernah menyalahi janji-Nya, sebagaimana firman Allah:

Sungguh, Allah tidak menyalahi janji. (ali 'Imran/3: 9) 

Oleh karena itu, tidaklah pada tempatnya bila seseorang teperdaya dengan kehidupan dunia yang mewah, sehingga ia "lupa daratan", bahkan melupakan Tuhan. Semua waktunya dipergunakan untuk menumpuk harta tanpa mengingat Allah sedikit pun. Hal demikian itu dilarang oleh Allah sebagaimana firman-Nya:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta benda dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. (al-Munafiqun/63: 9)
 
Begitu pula janganlah seseorang dapat tertipu dan teperdaya dengan bujukan dan godaan setan, dengan mudah menuruti bisikan dan ajakannya karena setan tidak hanya mengajak kepada hal-hal yang keji dan mungkar, tetapi kadangkala ia menyuruh orang untuk berbuat baik dengan tujuan ria. Allah berfirman :

۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ وَمَن يَتَّبِعۡ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِ فَإِنَّهُۥ يَأۡمُرُ بِٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۚ وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنۡ أَحَدٍ أَبَدٗا وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يُزَكِّي مَن يَشَآءُۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٞ  

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. an-Nur/24: 21).

Sobat. Pada ayat ini Allah memperingatkan kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, agar mereka itu jangan menuruti ajakan setan, mengikuti jejak dan langkahnya, seperti suka dan senang menyebarluaskan aib dan perbuatan keji di antara orang-orang yang beriman.

Barangsiapa yang senang mengikuti langkah-langkah setan, pasti ia akan terjerumus ke lembah kehinaan, berbuat yang keji dan mungkar, karena setan itu memang suka berbuat yang demikian. 

Oleh karena itu jangan sekali-kali mau mencoba-coba mengikuti jejak dan langkahnya. Sekiranya Allah tidak memberikan karunia dan rahmat kepada hamba-Nya dan yang selalu membukakan kesempatan sebesar-besarnya untuk bertobat dari maksiat yang telah diperbuat mereka, tentunya mereka tidak akan bersih dari dosa-dosa mereka yang mengakibatkan kekecewaan dan kesengsaraan, bahkan akan disegerakan azab yang menyiksa mereka itu di dunia ini, sebagaimana firman Allah:

Dan Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya Dia tidak akan ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. (an- Nahl/16: 61)

Allah Yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi, bagaimana pun juga, Dia tetap akan membersihkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dari hamba-Nya, dengan menerima tobat mereka seperti halnya Hassan, Mistah bin Utsatsah dan lainnya. Mereka itu telah dibersihkan dari penyakit nifak, sekalipun mereka itu telah berperan secara aktif di dalam penyebaran berita bohong yang dikenal dengan "haditsul-ifki", Allah Maha Mendengar segala apa yang diucapkan yang sifatnya menuduh dan ketentuan kebersihan yang dituduh, Maha Mengetahui apa yang terkandung dan tersembunyi di dalam hati mereka yang senang menyebarkan berita-berita keji yang memalukan orang lain.

Sobat. Demikian juga setiap syetan berwujud manusia yang mengajakmu untuk bermaksiat kepada Allah. Syetan terburukmu adalah nafsumu yang ada di kedua sisimu. Sebab, dunia dan syetan mengajakmu dengan tipu daya. Demikianlah juga syetan manusia. Ajakan mereka kepada kemaksiatan tidak membahayakanmu, yang membahayakanmu di dunia dan di akherat, adalah menerima ajakan mereka. Mereka adalah perantara, sementara nafsu adalah pelaku.

Karena itu, pada hari kiamat kelak syetan berkata;

وَقَالَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لَمَّا قُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ إِنَّ ٱللَّهَ وَعَدَكُمۡ وَعۡدَ ٱلۡحَقِّ وَوَعَدتُّكُمۡ فَأَخۡلَفۡتُكُمۡۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيۡكُم مِّن سُلۡطَٰنٍ إِلَّآ أَن دَعَوۡتُكُمۡ فَٱسۡتَجَبۡتُمۡ لِيۖ فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوٓاْ أَنفُسَكُمۖ مَّآ أَنَا۠ بِمُصۡرِخِكُمۡ وَمَآ أَنتُم بِمُصۡرِخِيَّ إِنِّي كَفَرۡتُ بِمَآ أَشۡرَكۡتُمُونِ مِن قَبۡلُۗ إِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ  

“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.” ( QS. Ibrahim (14) : 22 )

Sobat. Dalam ayat ini, Allah menyebutkan pengakuan setan di hadapan Allah, setelah urusan hisab selesai di Padang Mahsyar. Setan senantiasa menggoda dan menyesatkan manusia dari jalan yang benar, dengan memberikan gambaran sedemikian rupa, sehingga manusia yang terkena godaannya memandang kejahatan sebagai perbuatan yang baik dan terpuji. Dan di samping itu, setan juga memberikan janji-janji kepada orang-orang yang kena godaannya, yaitu keuntungan yang akan mereka peroleh jika mereka memenuhi ajakannya. Akan tetapi, ia tidak mampu memenuhi janji tersebut.

Pengakuan setan setelah urusan hisab di Padang Mahsyar selesai ditujukan kepada orang-orang yang telah disesatkannya di dunia ini, baik golongan lemah yang telah memperhambakan diri kepada selain Allah, maupun golongan kuat dan sombong yang telah menganggap diri mereka sebagai Tuhan. Dalam pengakuannya itu, setan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada mereka janji yang benar, Dia kuasa untuk memenuhi janji-Nya itu. Setan pun telah memberikan janji kepada mereka, tetapi dia tidak kuasa untuk menepatinya. Setan sama sekali tidak mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap mereka, dia hanya sekedar menyeru manusia kepada sesuatu yang tidak benar, lalu mereka mematuhi saja seruannya itu tanpa menggunakan akal. Oleh sebab itu, manusia yang bersalah. Janganlah mereka mencercanya, melainkan cercalah diri sendiri. Setan sekali-kali tidak dapat menolong mereka dari azab dan siksa Allah, dan mereka pun tidak dapat menolongnya. Sesungguhnya setan sejak dahulu tidak membenarkan perbuatan manusia mempersekutukannya dengan Allah."

Demikianlah keadaan di akhirat kelak. Kaum yang kuat dan bersikap sombong di dunia ini, yang telah menyesatkan kaum yang lemah, berlepas tangan dari orang-orang yang lemah yang telah menjadi korban kesesatan mereka. Selanjutnya, setan yang telah menggoda dan menyesatkan kedua golongan itupun berlepas tangan pula dari nasib orang-orang yang telah menjadi korban godaan palsunya. Semuanya tidak berdaya menghadapi keputusan Allah atas diri mereka.

Pada akhir ayat ini, Allah kembali menegaskan bahwa orang-orang yang zalim, baik terhadap diri mereka ataupun terhadap orang lain, pasti akan mendapatkan azab yang pedih, sebagai balasan atas kezaliman mereka.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
( Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )

Selasa, 17 Oktober 2023

Ngaji Yuk!


Tinta Media - Ngaji itu solusi. Solusi menerangi jalan hidup. Solusi bagi kegelapan kebodohan. Hanya dengan ngaji kita akan faham siapa Rabb kita. Akan faham siapa kita. Akan faham siapa Nabi kita. Dan akan faham apa hak dan kewajiban kita kepada Rabb dan Nabi kita.

Tanpa ngaji pasti bodoh. Meski usia bertambah tapi ilmu tak ada. Hanya tua umurnya. Tua badannya. Tapi tak ada ilmunya. Akhirnya menjalani hidup dalam kebodohan. Bagaikan orang buta berjalan di tebing jurang dalam keadaan gelap tanpa tongkat. Hampir tak ada peluang selamat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Makna Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga, ada empat makna sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali:

Pertama: Dengan menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan memudahkannya masuk surga.

Kedua: Menuntut ilmu adalah sebab seseorang mendapatkan hidayah. Hidayah inilah yang mengantarkan seseorang pada surga.

Ketiga: Menuntut suatu ilmu akan mengantarkan pada ilmu lainnya yang dengan ilmu tersebut akan mengantarkan pada surga.

Sebagaimana kata sebagian ulama kala suatu ilmu diamalkan,

مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ أَوْرَثَهُ اللهُ عِلْمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

“Siapa yang mengamalkan suatu ilmu yang telah ia ilmui, maka Allah akan mewarisinya ilmu yang tidak ia ketahui.”

Sebagaimana kata ulama lainnya,

ثَوَابُ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا

“Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.”

Begitu juga dalam ayat disebutkan,

وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى

“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.” (QS. Maryam: 76)

Juga pada firman Allah,

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآَتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ

“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya.” (QS. Muhammad: 17)

Keempat: Dengan ilmu, Allah akan memudahkan jalan yang nyata menuju surga yaitu saat melewati shirath (sesuatu yang terbentang di atas neraka menuju surga.

Sampai-sampai Ibnu Rajab simpulkan, menuntut ilmu adalah jalan paling ringkas menuju surga. (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2: 297-298)

Semoga dengan ilmu agama, kita dimudahkan untuk masuk surga.

Masih kurang semangat ngaji kah?
Coba bagaimana kita ini bisa ga bersyukur? Berapa manusia yang punya ngaji pekanan di dunia ini? Berapa banyak orang yang punya guru khusus ngaji tiap pekan? Berapa banyak orang yang punya guru khusus yang mengontrol kita tiap pekan? Berapa banyak orang yang punya guru yang begitu ikhlas tanpa imbalan apapun? Berapa banyak orang yang punya guru yang akan mencari kita kalo kita ga hadir ngaji? Sangat sedikit bukan? Dan kita adalah salah satunya!

Lalu, atas alasan apa kita berani ga hadir ngaji? Atas hak apa kita ga mau hadir dengan berbagai alasan yang kita tahu itu ga layak? Lalu dengan rasa tak tahu malu setebal apa yang menutupi hati sehingga kita ga hadir begitu saja? Sungguh jika ini terjadi akan menjadi bentuk kufur nikmat yang terang terangan.

Ngaji yuk![]

Oleh: Ustadz Abu Zaid (Tabayyun Center)

Allah Maha Mengetahui, Al-‘Alim, Al-Khabir

Tinta Media - Sobat. Allah Maha Mengetahui yang ilmunya meliputi segala sesuatu; hal-hal wajib, mustahil, serta yang mungkin. Allah mengetahui diri-Nya yang mulia, sifat-Nya yang suci dan agung. Allah juga mengetahui segala yang mungkin; hal-hal yang bisa ada dan tidak ada, sesuatu yang diwujudkan dan yang tidak diwujudkan. Dia Maha Mengetahui yang ilmunya meliputi alam atas dan alam bawah, tidak ada satu pun yang terlepas dari pantauan ilmu-Nya, baik yang dzahir maupun yang batin, yang tampak maupun yang samar.

وَهُوَ ٱلۡقَاهِرُ فَوۡقَ عِبَادِهِۦۚ وَهُوَ ٱلۡحَكِيمُ ٱلۡخَبِيرُ 
“Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” ( QS. Al-An’am (6) : 18 )

Sobat. Ayat ini menegaskan kesempurnaan kedaulatan Allah yang mutlak atas hamba-hamba-Nya. Dialah Penguasa yang tertinggi di atas hamba-hamba-Nya dan menyelenggarakan serta mengatur segala masalah dan urusan mereka menurut kehendak-Nya. Tidak seorang pun yang dapat memohon untuk dapat keluar dari daerah kekuasaan-Nya.

Sobat. Kesempurnaan kekuasaan dan kedaulatan Allah atas hamba-hamba-Nya itu disertai dengan kesempurnaan hikmah-Nya dalam mengatur kebutuhan hamba-hamba-Nya dan keluasan ilmu-Nya terhadap segala perkara yang kecil dan tersembunyi. Dialah Yang Maha Mengetahui apa yang bermanfaat dan yang mudarat bagi hamba-hamba-Nya. Tak ada suatu perkarapun, melainkan diketahui-Nya akhir dari perkara itu. Pengaturan-Nya atas hamba-hamba-Nya ini diarahkan kepada suatu tujuan yakni kesempurnaan kemanusiaan.

 Dialah Allah Yang Mahakuasa dan Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Karena itu, tidaklah patut menyembah kepada selain-Nya.

Firman Allah:
Maka janganlah kamu menyembah apa pun di dalamnya selain Allah. (al-Jinn/72: 18) 
لَوۡ كَانَ فِيهِمَآ ءَالِهَةٌ إِلَّا ٱللَّهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ رَبِّ ٱلۡعَرۡشِ عَمَّا يَصِفُونَ  
“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” ( QS. Al-Anbiya’ (21) : 22 )

Sobat. Pada ayat ini Allah memberikan bukti yang rasional berdasarkan kepada benarnya kepercayaan tauhid dan keimanan kepada Allah Yang Maha Esa, yaitu seandainya di langit dan di bumi ada dua tuhan, niscaya rusaklah keduanya, dan binasalah semua makhluk yang ada di antara keduanya. Sebab, jika seandainya ada dua tuhan, maka ada dua kemungkinan yang terjadi:

Pertama, Bahwa kedua tuhan itu mungkin tidak sama pendapat dan keinginan mereka dalam mengelola dan mengendalikan alam ini, lalu keinginan mereka yang berbeda itu semuanya terlaksana, di mana yang satu ingin menciptakan, sedang yang lain tidak ingin menciptakan, sehingga alam ini terkatung-katung antara ada dan tidak. Atau hanya keinginan pihak yang satu saja yang terlaksana, maka tuhan yang satu lagi tentunya menganggur dan berpangku tangan. Keadaan semacam ini tidak pantas bagi tuhan.

Kedua, Bahwa tuhan-tuhan tersebut selalu sepakat dalam menciptakan sesuatu, sehingga setiap makhluk diciptakan oleh dua pencipta. Ini menunjukkan ketidak mampuan masing-masing tuhan itu untuk menciptakan sendiri makhluk-makhluknya. Ini juga tidak patut bagi tuhan. Oleh sebab itu, kepercayaan yang benar adalah mengimani tauhid yang murni kepada Allah, tidak ada sesuatu yang berserikat dengan-Nya dalam mencipta dan memelihara alam ini. Kepercayaan inilah yang paling sesuai dengan akal yang sehat.

Dengan demikian, keyakinan dalam Islam bertentangan baik dengan ajaran atheisme maupun ajaran polytheisme.
Setelah mengemukakan dalil yang rasional, maka Allah menegaskan bahwa Dia Mahasuci dari semua sifat-sifat yang tidak layak yang dihubungkan kepada-Nya oleh kaum musyrikin, misalnya bahwa Dia mempunyai anak, atau sekutu dalam menciptakan, mengatur, mengelola dan memelihara makhluk-Nya.
مَا ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ مِن وَلَدٖ وَمَا كَانَ مَعَهُۥ مِنۡ إِلَٰهٍۚ إِذٗا لَّذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهِۢ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعۡضُهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖۚ سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ  
“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,” ( QS. Al-Mukminun (23) : 91 )

Sobat. Ayat ini menolak dakwaan kaum musyrik bahwa para malaikat itu adalah putri-putri Allah dengan menerangkan bahwa Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, karena Dia Mahakaya, Mahakuasa dan Mahakekal, tidak memerlukan keturunan seperti halnya manusia. Manusia memang banyak memerlukan anak yang akan melanjutkan keturunannya, dan bila dia sudah tua dan tidak berdaya lagi maka anak-anaknya itulah yang akan membantu dan menolongnya. Dan bila dia mati maka anak-anaknya pulalah yang akan melanjutkan usaha dan profesinya dan mengangkat namanya di kalangan masyarakatnya. Allah Yang Mahakuasa, Mahakaya dan Mahakekal tidak memerlukan semua itu.

Sobat. Allah tidak ditimpa kelelahan karena Dia Mahakuat, tidak akan ditimpa kematian karena Dia Mahakekal, Dia tidak akan ditimpa kemiskinan karena Dia Mahakaya, milik-Nyalah semua yang ada di langit dan di bumi. Alangkah bodohnya kaum musyrikin yang menyamakan Allah dengan manusia yang amat lemah dan miskin, atau kalau mereka tidak bodoh maka mereka adalah pendusta besar karena yang diucapkannya itu bertentangan sama sekali dengan pikiran orang-orang berakal.

Sungguh amat lemah pikiran orang yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak atau mempunyai sekutu. Mahasuci Allah dari segala anggapan dan tuduhan yang tidak masuk akal itu.

Allah SWT berfirman :
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنۢ بَعۡدُ وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ مَعَكُمۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ مِنكُمۡۚ وَأُوْلُواْ ٱلۡأَرۡحَامِ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلَىٰ بِبَعۡضٖ فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمُۢ  
“Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” ( QS. Al-Anfal (8) : 75 )

Sobat. Pada ayat ini disebutkan golongan keempat yaitu orang-orang yang terlambat masuk Islam, terlambat beriman dan terlambat pula hijrah. Tetapi meskipun demikian mereka dapat ikut berjuang dengan ikhlas bersama kaum Muslimin. Mereka bersedia pula berkorban dengan harta dan jiwa seperti kawannya yang lebih dahulu masuk Islam. Karena itu mereka bukanlah tergolong "pahlawan kesiangan," sebaliknya mereka dapat digolongkan ke dalam golongan Muhajirin dan Anshar meskipun derajat mereka di sisi Allah tidak setinggi derajat golongan pertama dan kedua ini. 

Untuk menjelaskan ketinggian derajat kaum Muhajirin dan Anshar itu Allah berfirman:
Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya) di jalan Allah di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu. Dan Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (al-hadid/57: 10)

Dan firman-Nya lagi:
Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah rida kepada mereka dan merekapun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung. (at-Taubah/9: 100)

Sebagai penutup ayat ini, Allah menerangkan kedudukan ulul arham (karib kerabat) dibandingkan dengan kedudukan kaum Muslimin umumnya. Ulul arham yang mukmin lebih dekat kepada seseorang dari kaum Muslimin lainnya, baik dari kaum Muhajirin maupun Anshar. Oleh sebab itu, merekalah yang lebih berhak menerima pertolongan, kesetiakawanan, dan mengurus berbagai urusan. Karena itu pula, wajib dibina hubungan antara mereka dengan saling menolong, waris mewarisi, dan mengangkat mereka menjadi wali dalam pernikahan dan sebagainya. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:

Mulailah (berbuat baik) kepada dirimu sendiri, maka beri nafkahlah dirimu lebih dahulu. Bila masih ada yang akan engkau nafkahkan berikanlah kepada keluargamu. Bila masih ada lagi sesudah memberi keluargamu berikanlah kepada karib kerabatmu. Dan bila masih ada lagi sesudah memberi karib kerabatmu, maka bertindaklah seperti itu, yakni ada yang lebih berhak daripada yang lain, dan demikianlah seterusnya. (Riwayat an-Nasa'i dari Jabir)

Dalam Al-Qur'an banyak pula terdapat firman Allah yang mendahulukan kedudukan karib kerabat yang terdekat yaitu ayah ibu dengan menyebutkan mereka pertama-tama kemudian baru diiringi dengan yang terdekat yakni ulul arham dan seterusnya, firman Allah:

Dan berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia. (al-Baqarah/2: 83)

Mendahulukan orang tua dan karib kerabat dalam berbuat baik tidak berarti agama Islam mengajarkan atau mengizinkan nepotisme. Nepotisme sangat mengutamakan saudara dan karib kerabat serta teman-teman dekatnya dengan mengorbankan hak orang lain, baik dalam pengangkatan jabatan-jabatan tertentu dan dalam pemberian beberapa fasilitas (kemudahan) dengan menyisihkan orang lain yang juga berhak mendapatkannya. Nepotisme justru dilarang agama karena bertentangan dengan prinsip keadilan, sebab agama memerintahkan pemeluknya untuk selalu menegakkannya. Keadilan harus ditegakkan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, dan karib kerabat. 

Firman Allah dalam 
Surah an-Nisa/4: 135 menegaskan sebagai berikut:
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan. (an-Nisa/4: 135)

Demikianlah seterusnya hubungan di antara orang-orang mukmin dan demikianlah tingkat dan derajat mereka di sisi Allah. Hendaklah hal ini diperhatikan sebaik-baiknya agar kaum Muslimin dapat hidup tenteram dan bahagia, karena yang menetapkan tata tertib ini adalah Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.

( DR Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )

Rasulullah SAW, Manusia yang Terbaik dan Pembawa Kitab yang Mulia

Tinta Media - Sobat. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya melainkan Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya dan bahwasanya Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.

Sobat. Pilihan Allah kepada orang yang terbaik untuk menerima wahyu-Nya, yang terpilih untuk menyampaikan misi-Nya, yang termulia dari seluruh ciptaan-Nya untuk membuka pintu rahmat-Nya, menjadi pamungkas bagi para Nabi-Nya, dan menjadikannya sebagai utusan yang mendunia dibandingkan para utusan-Nya sebelumnya, yang selalu diingat di dunia dan memberikan syafaat di akherat kelak, yang akhlaknya membentuk keindahan jiwa, yang merupakan makhluk yang paling diridhoi-Nya di dunia dan akherat, dan yang terbaik nasab dan kedudukannya jatuh kepada Muhammad sebagai hamba dan utusan-Nya.

Sobat. Kita mengetahui bahwa kemuliaan akhlaknya yang merupakan kenikmatan khusus dari-Nya memberikan manfaat yang menyeluruh kepada seluruh umat manusia, baik masyarakat umum maupun khusus, baik di dunia maupun di akherat.

Allah SWT berfirman :

لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ  

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” ( QS. At-Taubah (9) : 128 )

Sobat. Ayat ini sekalipun khusus ditujukan kepada bangsa Arab di masa Nabi, tetapi juga ditujukan kepada seluruh umat manusia. Semula ditujukan kepada orang Arab di masa Nabi, karena kepada merekalah Al-Qur'an pertama kali disampaikan, karena Al-Qur'an itu dalam bahasa Arab, tentulah orang Arab yang paling dapat memahami dan merasakan ketinggian sastra Al-Qur'an. Dengan demikian mereka mudah pula menyampaikan kepada orang-orang selain bangsa Arab. Jika orang-orang Arab sendiri tidak mempercayai Muhammad dan Al-Qur'an, tentu orang-orang selain Arab lebih sukar mempercayainya.

Ayat ini seakan-akan mengingatkan orang-orang Arab, sebagaimana isinya yang berbunyi, "Hai orang-orang Arab, telah diutus seorang Rasul dari bangsamu sendiri yang kamu ketahui sepenuhnya asal-usul dan kepribadian-nya, serta kamu lebih mengetahuinya dari orang-orang lain."
Sebagian mufassir menafsirkan perkataan "Rasulun min anfusikum" dengan hadis:

Bersabda Rasulullah saw, "Sesungguhnya Allah telah memilih Bani Kinanah dari keturunan Ismail, dan memilih suku Quraisy dari Bani Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari suku Quraisy, dan Allah telah memilihku dari Bani Hasyim." (Riwayat Muslim dan at-Tirmidzi dari Wasilah bin Asqa)

Dari ayat dan hadis di atas dapat dipahami tentang kesucian keturunan Nabi Muhammad saw, yang berasal dari suku-suku pilihan dari bangsa Arab. Dan orang-orang Arab mengetahui benar tentang hal ini.

Nabi Muhammad saw yang berasal dari keturunan yang baik dan terhormat mempunyai sifat-sifat yang mulia dan agung, yaitu:

1. Nabi merasa tidak senang jika umatnya ditimpa sesuatu yang tidak diinginkan, seperti dihinakan karena dijajah dan diperhamba oleh musuh-musuh kaum Muslimin, sebagaimana ia tidak senang pula melihat umatnya ditimpa azab yang pedih di akhirat nanti.

2. Nabi sangat menginginkan agar umatnya mendapat taufik dari Allah, bertambah kuat imannya, dan bertambah baik keadaannya. Keinginan beliau ini dilukiskan oleh Allah dalam firman-Nya:

Jika engkau (Muhammad) sangat mengharapkan agar mereka mendapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan mereka tidak mempunyai penolong. (an-Nahl/16: 37)

Dan Allah berfirman:

Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya. (Yusuf/12: 103)

3. Nabi selalu belas kasihan dan amat penyayang kepada kaum Muslimin. Keinginannya ini tampak pada tujuan risalah yang disampaikannya, yaitu agar manusia hidup berbahagia di dunia dan akhirat nanti.
 Dalam ayat ini Allah memberikan dua macam sifat kepada Nabi Muhammad, kedua sifat itu juga merupakan sifat Allah sendiri, yang termasuk di antara "asmaul husna", yaitu sifat "rauf" (amat belas kasihan) dan sifat "rahim" (penyayang) sebagai tersebut dalam firman-Nya:

...Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. (al-Baqarah/2: 143)

 Pemberian kedua sifat itu kepada Muhammad menunjukkan bahwa Allah menjadikan Muhammad sebagai Rasul yang dimuliakan-Nya.

Allah SWT berfirman :

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِٱلذِّكۡرِ لَمَّا جَآءَهُمۡۖ وَإِنَّهُۥ لَكِتَٰبٌ عَزِيزٞ لَّا يَأۡتِيهِ ٱلۡبَٰطِلُ مِنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَلَا مِنۡ خَلۡفِهِۦۖ تَنزِيلٞ مِّنۡ حَكِيمٍ حَمِيدٖ  

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Quran ketika Al Quran itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” ( QS. Fushshilat (41) : 41-42 ).

Sobat. Pada ayat ini diterangkan tanda-tanda orang-orang yang ingkar itu ialah mengingkari ayat-ayat Allah, dan mengingkari Al-Qur'an ketika disampaikan kepada mereka. Mereka akan memperoleh ganjaran yang setimpal dengan kekafiran mereka itu.
Kemudian Allah menerangkan bahwa Al-Qur'an itu adalah sebuah kitab yang mulia, yang tidak dapat dibatalkan isinya, dan tidak dapat diubah-ubah sedikit pun.

Sobat. Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang membatalkan ayat-ayat Al-Qur'an, walaupun itu kitab-kitab Allah yang terdahulu, seperti Taurat, Zabur, dan Injil, dan tidak satu pun kitab Allah yang datang setelah Al-Qur'an. Arti ini sesuai dengan pendapat Sa'id bin Jubair dan al-Kalbi.

Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa seluruh Al-Qur'an itu benar, tidak ada yang salah sedikit pun, karena Al-Qur'an berasal dari Allah, Tuhan semesta alam. Semua yang berasal dari Allah adalah benar belaka, tidak ada satu pun yang kurang, yang salah, atau tidak sempurna. Dia Mahabijaksana dan Maha Terpuji.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Rabu, 11 Oktober 2023

Dr. Nasrul: Al-Qur’an Petunjuk Bagi Manusia

Tinta Media - Intelektual Muslim sekaligus Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN Dr. Nasrul Syarif M.Si. menegaskan bahwa Al-Qur’an memberikan petunjuk bagi umat manusia, yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan.

“Sungguh, Al-Qur'an ini memberikan petunjuk bagi umat manusia ke jalan yang paling lurus yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan mereka,” tegasnya kepada Tinta Media, Ahad (9/10/2023).

Ia menambahkan bahwa Al-Qur’an memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan sebagai bukti dari keimanannya itu bahwa bagi mereka ada pahala yang besar sebagai imbalan dari iman dan apa yang diamalkannya itu. 

“Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad agar menjadi petunjuk bagi umat manusia guna meraih keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat,” jelasnya.

Namun, ia juga menyampaikan bahwa Al-Qur’an memberi kabar buruk serta ancaman bahwa sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat. “Kami sediakan bagi mereka kelak di hari kiamat azab yang pedih yaitu neraka,” terangnya kemudian.

Hal ini diambilnya dari firman Allah dalam QS. Al-Isra'/17: 9)

“Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”

Dr. Nasrul juga memaparkan di antara tugas Rasulullah adalah menjelaskan Al-Qur'an kepada manusia tentang masalah-masalah agama, karena ayat-ayat Al-Qur'an ada yang terperinci dan ada pula yang umum isinya. “Rasulullah menjelaskan ayat-ayat Allah yang masih bersifat umum itu,” paparnya dengan menyampaikan Firman Allah Q.S. An-Nahl/16: 44.

“Dan Kami turunkan Adz-dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan,” (QS. An-Nahl/16: 44).

Selain menjelaskan ayat-ayat yang masih bersifat umum, ia menambahkan bahwa Rasulullah menetapkan pula petunjuk-petunjuk dan hukum-hukum yang bertalian dengan urusan agama dan akhlak. Sebagaimana Allah SWT berfirman :“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syura /42 : 52)

Dijelaskannya, Allah menerangkan bahwa sebagaimana Dia menurunkan wahyu kepada rasul-rasul terdahulu Dia juga menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad saw berupa Al-Qur'an sebagai rahmat-Nya. “Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Muhammad saw sebelum mencapai umur empat puluh tahun dan berada di tengah-tengah kaumnya, belum tahu apa Al-Qur'an itu dan apa iman itu, dan begitu juga belum tahu apa syariat itu secara terperinci dan pengertian tentang hal-hal yang mengenai wahyu yang diturunkannya, tetapi Allah menjadikan Al-Qur'an itu cahaya terang benderang yang dengannya Allah memberi petunjuk kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya dan membandingkan kepada agama yang benar yaitu agama Islam,” jelasnya dengan menyebut suatu ayat.

“Dan engkau (Muhammad) tidak pernah mengharap agar Kitab (Al-Qur'an) itu diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) sebagai rahmat dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali engkau menjadi penolong bagi orang-orang kafir,” (QS. Al-Qasas/28: 86).

Ia juga menyampaikan ayat lain, yaitu: “Dan jikalau Kami jadikan Al-Qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al-Qur’an) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh",” (QS. Fussilat/41: 44).

Dr. Nasrul berdoa. “Kami memohon kepada Allah yang senantiasa melimpahkan nimat-nikmat-Nya kepada kita sebelum berhak menerimanya dan melanggengkannya kepada kita karena kelalaian kita bersyukur kepada-Nya serta menjadikan kita sebagai umat terbaik yang dipersaksikan untuk umat-umat yang lain agar memberikan pemahaman kepada kita mengenai kitab suci-Nya dan juga sunnah Nabi-Nya, baik ucapan maupun perbuatan sehingga memenuhi haknya atas kita dan membuat kita terdorong untuk lebih meningkatkan ibadah kepada-Nya,” doanya seraya menyampaikan firman Allah.
“Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” ( QS. Ibrahim (14) : 1)

“Sobat. Surah ini dimulai dengan "Alif Lam Ra". (Lihat tafsirnya pada jilid pertama pada judul "mafatihus suwar".) Dalam firman Allah swt sesudah Alif Lam Ra menjelaskan maksud dan tujuan diturunkannya Al-Quran kepada Nabi Muhammad. Allah menurunkan Al-Quran kepada Rasulullah agar petunjuk dan peraturan-peraturan yang dibawa Al-Quran itu dapat menjadi tuntunan dan bimbingan kepada umatnya,” lanjutnya menjelaskan.

Dengan petunjuk itu, disampaikannya mereka dapat dikeluarkan dari kegelapan ke cahaya yang terang-benderang, atau dari kesesatan dan kejahilan ke jalan yang benar dan mempunyai ilmu pengetahuan serta peradaban yang tinggi. “Sehingga mereka memperoleh rida dan kasih sayang Allah Swt di dunia dan di akhirat,” terangnya.

Menurutnya, penegasan tentang fungsi Al-Qur’an ini sangat penting sekali. “Apalagi jika dihubungkan dengan ayat-ayat yang lalu, di mana Allah swt telah menyebut-kan adanya orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an, baik sebagian, maupun keseluruhannya,” ucapnya.

Selanjutnya dalam ayat ini diterangkan bahwa Rasulullah hanya dapat menjalankan tugas tersebut di atas dengan izin dan bantuan dari Allah Swt, dengan cara memberi kemudahan dan menguatkan tekad beliau dalam menghadapi segala rintangan. “Al-Qur’an merupakan jalan yang dibentangkan Allah Yang Mahakuasa dan Maha Terpuji bagi Nabi Muhammad dan umatnya.

Disampaikannya firman Allah Swt: “Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,” ( QS. An-Nahl (16) : 44 )

“Sobat. Sesudah itu Allah Swt menjelaskan bahwa para Rasul itu diutus dengan membawa bukti-bukti nyata tentang kebenaran mereka. Yang dimaksud dengan bukti-bukti yang nyata dalam ayat ini ialah mukjizat-mukjizat yang membuktikan kebenaran kerasulan mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan az-zubur ialah kitab yang mengandung tuntunan hidup dan tata hukum yang diberikan oleh Allah kepada manusia,” paparnya.

Ia manambahkan, ayat ini juga menerangkan bahwa Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad saw supaya beliau menjelaskan kepada manusia mengenai ajaran, perintah, larangan, dan aturan hidup yang harus mereka perhatikan dan amalkan. Al-Qur'an juga mengandung kisah umat-umat terdahulu agar dijadikan suri teladan dalam menempuh kehidupan di dunia. “Nabi Muhammad juga diperintahkan untuk menjelaskan hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur'an dan merinci ayat-ayat yang bersifat global mengkhususkan yang bersifat umum, membatasi yang mutlak dan lain-lain agar mudah dicerna dan sesuai dengan kemampuan berpikir mereka,” jelasnya.

“Di akhir ayat, Allah Swt menegaskan agar mereka memikirkan kandungan isi Al-Qur'an dengan pemikiran yang jernih untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat, terlepas dari berbagai macam azab dan bencana seperti yang menimpa umat-umat sebelumnya,” lanjutnya.
  
Disampaikannya pula sebuat ayat. “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl (16) : 89)

“Sobat, dalam ayat ini, Allah Swt menjelaskan kembali apa yang akan terjadi pada hari kiamat atas setiap umat, yakni kehadiran seorang nabi dari kalangan mereka sendiri, yang akan menjadi saksi atas perbuatan mereka,” terangnya.

Nabi Muhammad saw menjadi saksi pula atas umatnya. Pada hari akhir itu, dia menjelaskan sikap kaumnya terhadap risalah yang dibawanya, apakah mereka beriman dan taat kepada seruannya, ataukah mereka melawan dan mendustakannya. “Para Nabi itulah yang paling patut untuk menjawab segala alasan dari kaumnya,” tegasnya.

“Ketika memberikan kesaksian, para Rasul tentu berdasarkan penghayatan mereka sendiri atau dari keterangan Allah Swt, sebab mereka tidak lagi mengetahui apa yang terjadi atas umatnya sesudah mereka wafat,” sambungnya.

Kemudian ia menyampaikan, Rasulullah mencucurkan air mata sewaktu sahabatnya, 'Abdullah bin Mas'ud, membaca ayat yang serupa maknanya dengan ayat di atas:
“Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka,” (QS. An-Nisa'/4: 41)

Ia menceritakan 'Abdullah bin Mas'ud berhenti membaca ketika sampai ayat ini, karena Rasul saw berkata kepadanya, "Cukup." 'Abdullah bin Mas'ud kemudian menoleh kepada Rasul saw, dan melihatnya mencucurkan air mata.
“Sobat, menjadi saksi pada hari kiamat adalah kedudukan yang mulia, tetapi berat. Rasul saw akan menjelaskan kepada Allah pada hari kiamat keadaan umatnya sampai sejauh mana mereka mengamalkan petunjuk Al-Qur'an yang diwahyukan kepadanya,” tuturnya.

Pada hari itu, Dr. Nasrul mengatakan tak ada alasan lagi bagi umat untuk tidak mempertanggungjawabkan amal perbuatan mereka di dunia, sebab Al-Qur'an telah menjelaskan kepada mereka segala sesuatu, yang baik ataupun yang buruk, yang halal dan yang haram, serta yang benar dan yang salah. “Al-Qur'an memberikan pedoman bagi manusia jalan mana yang lurus dan yang sesat, serta arah mana yang membawa bahagia dan mana yang membawa kesengsaraan,” tegasnya.

Ia mengingatkan, barang siapa membenarkan Al-Qur'an dan mengamalkan segala petunjuk yang terdapat di dalamnya, tentulah ia memperoleh rahmat dalam kehidupan dunia dan akhirat. “Al-Qur'an memberi kabar yang menyenangkan kepada orang yang taat dan bertobat kepada Allah dengan pahala yang besar di akhirat dan kemuliaan yang tinggi bagi mereka,” ucapnya.

Rasul saw yang diberi tugas untuk menyampaikan Al-Qur'an, kelak akan dimintai pertanggungjawaban tentang tugas dan kewajibannya itu pada hari kiamat, sebagaimana firman Allah:
“Maka pasti akan Kami tanyakan kepada umat yang telah mendapat seruan (dari rasul-rasul) dan Kami akan tanyai (pula) para Rasul,” (QS. Al-A'raf/7: 6).

“Dengan cahaya Al-Qur'an itulah, Allah memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus yaitu agama yang benar,” tandasnya. []Raras

Rabu, 04 Oktober 2023

Jadilah Orang yang Terasing

Tinta Media - Saat ini Islam mulai terasa asing dari umatnya sendiri. Berbagai upaya dilakukan oleh penjajah kafir untuk mendistorsi kan ajaran Islam di kalangan Islam sendiri. Melalui para intelektual bahkan 'ulama' anak anak asuh penjajah maka upaya ini banyak memperoleh keberhasilan. Umat minimal menjadi bingung sebab yang menyerang Islam justru orang yang disebut ulama. Salah satunya adalah penolakan mereka terhadap ajaran Islam khususnya khilafah.

Islam awalnya terasing dan akan kembali terasing. Beruntung lah orang yang terasing. Maka sekarang para pejuang Islam yang lurus yang berdakwah untuk kembali kepada Islam kaffah seolah terasing di tengah mayoritas umat.

Hal ini sesuai dengan hadits dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntunglah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).

Al Qadhi ‘Iyadh menyebutkan makna hadits di atas sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi,

أَنَّ الإِسْلام بَدَأَ فِي آحَاد مِنْ النَّاس وَقِلَّة ، ثُمَّ اِنْتَشَرَ وَظَهَرَ ، ثُمَّ سَيَلْحَقُهُ النَّقْص وَالإِخْلال ، حَتَّى لا يَبْقَى إِلا فِي آحَاد وَقِلَّة أَيْضًا كَمَا بَدَأَ

“Islam dimulai dari segelintir orang dari sedikitnya manusia. Lalu Islam menyebar dan menampakkan kebesarannya. Kemudian keadaannya akan surut. Sampai Islam berada di tengah keterasingan kembali, berada pada segelintir orang dari sedikitnya manusia pula sebagaimana awalnya. ” (Syarh Shahih Muslim, 2: 143)

Sebagaimana kata As Sindi dalam Hasyiyah-nya terhadap kitab Sunan Ibnu Majah,
غَرِيبًا أَيْ لِقِلَّةِ أَهْله وَأَصْل الْغَرِيب الْبَعِيد مِنْ الْوَطَن
Disebut ‘gharib’ jika pengikutnya sedikit dan maksud asal dari kata ‘gharib’ adalah jauh dari negeri.

( وَسَيَعُودُ غَرِيبًا ) بِقِلَّةِ مَنْ يَقُوم بِهِ وَيُعِين عَلَيْهِ وَإِنْ كَانَ أَهْله كَثِيرً

Kembali dalam keadaan asing karena sedikitnya yang mau menjalankan dan saling menyokong dalam menjalankan syari’at Islam padahal umatnya banyak.

(فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ) الْقَائِمِينَ بِأَمْرِهِ

Beruntunglah orang yang asing, yaitu yang menjalankan ajaran Islam tersebut.

و”طُوبَى” تُفَسَّر بِالْجَنَّةِ وَبِشَجَرَةٍ عَظِيمَة فِيهَا

Thuba sendiri ditafsirkan dengan surga dan pohon besar yang berada di surga.

وَفِيهِ تَنْبِيه عَلَى أَنَّ نُصْرَة الإِسْلام وَالْقِيَام بِأَمْرِهِ يَصِير مُحْتَاجًا إِلَى التَّغَرُّب عَنْ الأَوْطَان وَالصَّبْر عَلَى مَشَاقّ الْغُرْبَة كَمَا كَانَ فِي أَوَّل الأَمْر

Ini menunjukkan bahwa memperjuangkan dan menjalankan ajaran Islam memang butuh akan keterasingan dari negeri. Ketika itu butuh ada kesabaran ekstra dalam menghadapi keterasingan sebagaimana keadaan Islam di awal-awal. Demikian penjelasan As Sindi.

Imam Nawawi rahimahullah menyebutkan berbagai makna dari kata ‘thuba’ sehingga makna ‘thuba lil ghuroba’ adalah "Kegembiraan dan penyejuk mata, yaitu mereka adalah yang paling bergembira dan jadi penyejuk mata, sebagaimana riwayat dari Ibnu ‘Abbas." [Syarah Shohih Muslim 2:153].

Meski demikian tidak ada sikap yang paling baik bagi seorang pejuang kecuali berupaya Istiqomah. Sedikit orang tak masalah. Tak didukung tak masalah. Bahkan andaipun tinggal seorang diri maka harus terus berupaya maju tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri. Meski kita juga yakin bahwa kemenangan pasti datang. Bahwa Islam pasti akan berkuasa kembali di muka bumi sebelum kiamat datang.

Sesungguhnya makna firman Allah Ta’ala,

{وَلَيَنصُرَنَّ الله مَن يَنصُرُهُ إِنَّ الله لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ}

“Sesungguhnya Allah pasti akan menolong orang yang menolong-Nya, sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (QS Al Hajj:40).

Selamat berjuang Sobat.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Selasa, 03 Oktober 2023

Jangan Berhenti Berharap hingga Nafas Terakhir


Tinta Media- Sobat, kita tak tahu apa yang akan terjadi esok. Apalagi apa yang akan terjadi di akhirat. 

Kita tak tahu apa yang kan terjadi esok pada diri kita, anak-anak kita, istri kita dan semua orang yang kita cintai. Bisa saja sekarang kondisi mereka belum sesuai harapan. Namun jangan berhenti berharap. Bahwa esok mereka dengan ijin Allah akan menjadi lebih baik. Menjadi hamba Allah yang beruntung.

Demikian pula tentang segala urusan lainnya. Kerjaan, bisnis juga dakwah. Semua masih terus berproses untuk merealisasikan apa yang menjadi kehendak Allah. 

Kita yakin seyakin-yakinnya bahwa jika kita penuhi syaratnya maka Allah pasti akan menolong kita. 

Surat Muhammad Ayat 7

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."

Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah menyatakan dalam kitab tafsirnya:

"Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, jika kalian menolong agama Allah dan rasul-Nya dengan mendukung dan mengikuti syariatnya, maka Allah akan menolong kalian dari musuh kalian. Allah akan menetapkan langkah dan jalan kalian selama peperarngan dengan musuh kalian"

Asal kita beriman dan beramal Sholih. Dan berjuang dengan berdakwah untuk menegakkan Islam kaffah maka insyaallah kita pasti ditolong oleh Allah. Artinya kita tak perlu takut akan masa depan selama kita Istiqomah. Allah pasti tak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang Sholih. 

Kita memang tak tahu apa yang akan terjadi esok. Namun kita yakin pada janji Allah. Bahwa akan yang akan menjamin kehidupan kita dan orang-orang yang bersama kita yang kita cintai termasuk anak-anak kita.

Allah SWT sudah mendeklarasikan janji-Nya dalam surat Thaha Ayat 123

قَالَ ٱهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًۢا ۖ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّى هُدًى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَاىَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ

" Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka."

Kita yakin bahwa janji Allah pasti benar. Kita yakin bahwa urusan kita dunia akhirat akan dijamin oleh Allah selama kita beriman dan taat kepada-Nya. Kita pasti menang. menang untuk urusan pribadi, keluarga dan dakwah. Aamiin.

Oleh karena itu, semua masih berproses. Insyaallah semua akan menuju kebaikan dengan ijin Allah. Karenanya jangan berhenti berharap kepada Allah hingga tarikan nafas terakhir. 

Moga kita Istiqomah.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid Tabayyun Center

Sabtu, 23 September 2023

Gaspoll Yuk! Capekmu Menghapus Dosa!

Tinta Media - Salah satu sunnatullah bahwa manusia akan merasa capek jika beraktivitas. Baik kerja maupun dakwah. Capek bukan perkara yang bisa kita hindari. Oleh karena itu kita ga usah takut capek. Setiap beramal bahkan amal buruk pun bisa capek.

Nah, asal kita beramal Sholih baik kerja nyari maisyah ataupun dakwah maka semua capek itu menjadi penggugur dosa. 

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu KELELAHAN, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573)

Imam Al-‘Aini rahimahullah Menjelaskan,

قوله ” من نصب ” أي من تعب وزنه ومعناه .

“Makna “Nashab” adalah rasa lelah (capek),(‘Umdatul Qari’ 21/209)

Ayo Sob, ga usah takut capek dalam amal Sholih. Apalagi dalam dakwah. Makin capek malah makin bagus kan?

Makin jauh tempat ngaji asal terjangkau dengan waktu dan tenaga ga masalah. Tiap hari selain kerja juga ada agenda dakwah seharian maka makin bagus. Pokoknya gasspoll yuuuk![]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Rahasia Membuka Pintu Langit

Tinta Media - Subhaanallah, Maha suci Dzat yang menjadikan berhina pada-Nya sebagai kemuliaan, berfaqir pada-Nya sebagai kekayaan, tunduk pada-Nya sebagai keluhuran dan bersandar pada-Nya sebagai kecukupan.

Sobat, Allah memberikan hak yang sama kepada kita semua untuk beruntung dan sukses. Tuhan menginginkan kita berhasil, Dia tidak membedakan, apakah seorang itu kaya atau miskin. Ingatlah selalu bahwa keberuntungan dan kesuksesan akan tercapai bagi mereka yang bersungguh-sungguh menggunakan potensi dahsyat yang diberikan oleh Tuhan dan sesuai dengan manual book yang dikeluarkan-Nya untuk hamba-Nya. 

Mereka mengerahkan segala kemampuan yang dia miliki. Meskipun kemampuan terbatas, tapi yakin bahwa ada Yang Maha memampukan. Hingga akhirnya bisa mencapai keberuntungan dan kesuksesan dalam hidupnya.

Sobat, usaha yang harus kita lakukan agar mencapai keberuntungan dan kesuksesan yaitu meningkatkan upaya untuk membuka pintu langit. Iringilah segala perubahan yang kita lakukan dengan meningkatkan upaya langit. Upaya langit itulah yang akan menjadi pelumas dalam melejitkan potensi diri, karier, dan bisnis anda.

Sobat, upaya langit itu bersumber pada janji yang telah kita ucapkan kepada-Nya ketika masih dalam kandungan ibu. Janji bahwa Dialah satu-satu-Nya Tuhan yang akan kita sembah. Janji tersebut harus kita buktikan. Masih ingat janji kita kepada-Nya sobat?

Sobat, Iman dan amal shalih adalah bentuk upaya langit yang akan mengundang pertolongan Allah dan mampu melejitkan potensi diri, karier, dan bisnis. Iman dan amal shalih penyebab satu-satunya untuk mencapai keberuntungan dan kesuksesan dunia –akherat.

Sobat, orang yang membeli barang saja dapat jaminan atau garansi. Apalagi dekat dengan-Nya. Garansi-Nya meliputi dunia-akherat. Apa saja diantara garansi Yang Maha Kuasa berikan? Keberuntungan, petunjuk, pertolongan, kemuliaan/kekuatan, keteguhan, pembelaan, rasa aman, keselamatan, kehidupan yang baik, mendapat berkah, kebersamaan, dan lain-lain.

Sobat, upaya langit itu keharusan yang kita lakukan sebagai seorang hamba dan wujud syukur kepada-Nya diantaranya ; Melakukan kewajiban apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya, Bangun di sepertiga malam tahajud, tahu-tahu hajat kita terwujud, Sholat sunnah dua rokaat sebelum subuh. Shubuh berjamaah, berpuasa, dhuha, tilawah, sedekah, berkurban, menebar kebaikan dan manfaat, dan sebagainya.

Boleh saja modal tidak ada, tapi iman dan amal shalih harus ada dalam diri kita. Sekali lagi saya tegaskan bahwa iman dan amal shalih itulah yang akan mengundang pertolongan-Nya dan mampu melejitkan potensi diri, karier, dan bisnis. Mari kita lihat faktanya; mereka-mereka yang sukses dalam bidang apa pun dan menjadi orang terkaya di dunia semisal ; Bill Gates, Warren Buffet,dll karena ternyata punya kebiasaan menebar kebaikan, mendermakan hartanya, dan percaya dengan the power of giving.

Rasulullah Muhammad SAW mampu menyebarkan dan menegakkan panji-panji Islam yang dilanjutkan oleh Khulafaurrasyidin dan penerusnya hingga ke seluruh dunia karena Iman dan amal shalih. Muhammad Al-Fatih dan pasukannya bisa menaklukkan Konstantinopel karena iman dan amal shalihnya. Umar bin Abdul Azis hanya memimpin 30 bulan mampu menyejahterahkan masyarakatnya dan menjadi pemimpin yang hebat juga karena Iman dan amal shalih.

Sobat, di penghujung artikel ini penulis akan sampaikan rahasia terkabulnya doa nabi yunus. Termaktublah kisah Nabi Yunus ‘alaihissalam. Di perut ikan Nun, dalam gelap kelam yang mencekik hingga ke hati, dia menangisi kelemahannya, menekuri hari-harinya, dan mengaku telah berbuat aniaya.
“Laa ilaaha illaa Anta, SubhaanaKa, innii kuntu minadhdhaalimiin. “ Tidak ada Tuhan sesembahan haq selain Engkau. Maha sici Engkau; sungguh aku termasuk orang yang berbuat aniaya.” ( QS Al-Anbiyaa’ (21) : 87).

Coba anda perhatikan doa Yunus , tak ada di sana pinta untuk mengeluarkannya dari perut ikan, apalagi desakan agar segera atau kalimat perintah yang pongah. Doa Yunus yang amat sederhana, dia hanya mengakui ketidakberdayaan dan laku aniayanya pada diri sendiri. Maka Allah Yang Maha Kuat, Maha Gagah, Maha Perkasa, mengulurkan pertolongan-Nya, pembelaan-Nya dan bantuan-Nya. Allah jawab dengan limpahan karunia yang membawa kejayaan. Di antar oleh sang ikan sampai tepian tanpa berpayah-payah berenang di lautan. Tempat dia berbaring di hamparan tanah kemudian ditumbuhi tanaman jenis labu yang dapat dimakannya dan memberi kekuatan tubuhnya. Sehingga dia bisa kembali berdakwah kepada kaumnya, apa pun yang akan terjadi di hadapannya. Subhaanallah hampir 100.000 orang kaumnya telah beriman kepada Allah SWT. 

Subhaanallah, Maha suci Dzat yang menjadikan berhina pada-Nya sebagai kemuliaan, berfaqir pada-Nya sebagai kekayaan, tunduk pada-Nya sebagai keluhuran, Dan bersandar pada-Nya sebagai kecukupan.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa !  

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku The Power of Spirituality – Meraih Sukses Tanpa Batas

Kamis, 21 September 2023

Allah Senantiasa Terjaga untuk Menjaga Kita

Tinta Media - Sobat. Bila kita beriman, Allah-lah yang akan menjaga dan melindungi kita. Namun, hendaknya kita mengetahui bahwa beriman tidaklah sekedar percaya. Beriman itu adalah mempercayakan, yakni mempercayakan hidup, rezeki, masa depan anak-anak kita, dan hasil semua usaha kita kepada Allah SWT. Saat itulah Dia akan menjadi pelindung kita. Bahkan menjadi mata, telinga, kulit, kaki, dan tangan bagi kita. Luar biasa bukan?

Allah SWT berfirman :

ٱللَّهُ وَلِيُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَوۡلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخۡرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِۗ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ 

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah (2) : 257)

Sobat. Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman. Dialah yang mengeluarkan mereka dari kekafiran kepada cahaya iman dan petunjuk. Sedang orang-orang kafir itu, pelindung-pelindungnya adalah setan yang mengeluarkan mereka dari cahaya iman kepada kegelapan kekafiran. Mereka adalah penghuni-penghuni neraka pada hari kemudian, dan mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.

Apabila orang kafir itu pada suatu ketika mendapatkan sedikit cahaya petunjuk dan iman, maka setan segera berusaha untuk melenyapkannya, sehingga iman yang mulai bersemi itu menjadi sirna, dan mereka kembali kepada kegelapan.

Oleh sebab itu, iman yang telah tertanam dalam hati harus selalu dipelihara, dirawat dan dipupuk dengan baik sehingga ia terus berkembang dan bertambah kuat, dan setan-setan tidak akan dapat merusaknya lagi. 

Pupuk keimanan adalah ibadah, amal saleh dan memperdalam ilmu pengetahuan dan ajaran-ajaran agama Islam.

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُاْ ٱلزَّكَوٰةَ لَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ 

 "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah (2) : 277)

Sobat. Ayat ini menegaskan tentang perbuatan yang baik yang dapat menghindarkan diri dari perbuatan yang dimurkai Allah.

Allah menyebutkan bahwasanya orang yang mempunyai empat macam sifat, yang tersebut dalam ayat ini, tidak ada kekhawatiran atas diri mereka, dan mereka tidak bersedih hati terhadap segala cobaan yang ditimpakan Allah kepadanya. Empat macam sifat tersebut ialah:
1. Beriman kepada Allah
2. Mengerjakan amal saleh
3. Menunaikan salat
4. Menunaikan zakat

Keempat macam sifat itu dapat menjadi obat untuk menyembuhkan penyakit akibat praktek riba. Bila seseorang telah beriman kepada Allah, dengan iman yang sebenarnya, sekalipun dia sebelumnya adalah pemakan riba, maka iman itu akan mendorongnya ke arah perbuatan yang baik. Imannya itu akan mendorongnya mengerjakan salat dan menunaikan zakat yang merupakan hak orang lain yang ada pada hartanya.

Ayat ini memberi pelajaran kepada pemakan riba yang tidak dapat menguasai dirinya menghentikan perbuatan itu. Seakan-akan Allah berkata, "Hai pemakan riba, berhentilah dari makan riba. Jika kamu telah berniat menghentikannya, sedang kamu sendiri tidak dapat menguasai diri untuk menghentikannya, lakukanlah yang empat macam ini. Jika kamu melakukannya dengan benar pasti dapat menghentikan riba itu."

Orang-orang yang mempunyai keempat sifat itu tenteram jiwanya, rela terhadap cobaan yang ditimpakan Allah kepadanya. Hal yang demikian tidak akan diperoleh pemakan riba, yang mereka peroleh hanyalah kegelisahan hati, kecemasan, kebimbangan, seperti orang kemasukan setan.

Allah SWT berfirman :

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُم بِٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ سِرّٗا وَعَلَانِيَةٗ فَلَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ  

“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” ( QS. Al-Baqarah (2) : 274 )

Sobat. Ayat ini merupakan ayat yang terakhir dalam rangkaian ayat yang membicarakan masalah infak dalam surah al-Baqarah. Dalam ayat ini, Allah menegaskan keuntungan yang akan didapat orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, baik pada siang hari maupun pada waktu malam, yang diberikan secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Mereka pasti akan memperoleh pahala di sisi Tuhan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Karena di dunia mereka dikasihi oleh masyarakat, terutama oleh fakir miskin dan siapa saja yang pernah menerima sedekah darinya, sedang di akhirat kelak mereka akan menerima pahala yang berlipat ganda dari sisi Allah.

Mereka pun tidak merasa sedih atas harta yang dinafkahkannya, karena mereka yakin akan memperoleh ganti yang lebih besar dari Allah, baik berupa tambahan rezeki dan kelapangan hidup di dunia, maupun berupa rida Allah dan karunia-Nya.

Sobat. Saat kita dapat melepaskan diri dari perbudakan harta maka saat itulah merdeka dari penjajahan yang selama ini merusak hidup. Kemerdekaan itu akan membawa ketenangan bagi hidup. Kita tidak lagi takut miskin karena yakin bahwa Allah SWT akan menjamin kehidupan kita.Dia tidak pernah dan tidak akan melupakan kita walau sekejap pun.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Selasa, 12 September 2023

Ampunilah Aku dan Terimalah Taubatku

Tinta Media - Sobat. Doa ini yang setiap hari kita mintakan kepada Allah SWT. Rabbighfirlii watub’alayya innaka antattawwabul ghafur – Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat dan Maha Pengampun.

Sobat. Selama hayat masih dikandung badan dan jantung masih berdetak, janganlah menunda waktu untuk bersimpuh dan memohon ampunan-Nya. Jangan sampai seperti Fir’aun, Abrahah, Qarun, dan orang-orang sejenis mereka yang mati dalam keadaan penuh dosa dan lumpur kedurhakaan. Tidak ada lagi ampunan setelah maut menjemput.

وَأَنِ ٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِ يُمَتِّعۡكُم مَّتَٰعًا حَسَنًا إِلَىٰٓ أَجَلٖ مُّسَمّٗى وَيُؤۡتِ كُلَّ ذِي فَضۡلٖ فَضۡلَهُۥۖ وَإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنِّيٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٖ كَبِيرٍ

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” ( QS. Hud (11) : 3 )

Sobat. Nabi Muhammad Saw menyeru kaum musyrikin untuk memohon ampun kepada Tuhan terhadap dosa perbuatan-perbuatan syirik, kekafiran, dan kejahatan yang telah mereka lakukan. Sesudah itu hendaklah mereka kembali kepada Allah, dengan taat melakukan perintah-Nya dan beribadah kepada Allah sepenuh hati tidak menyembah selain Allah, seperti patung-patung dan berhala-berhala dan lain sebagainya. Jika mereka pernah berbuat demikian, hendaklah mereka minta ampun dan bertobat dengan teguh dan terus menerus. Allah niscaya akan mengampuni mereka dan memberi rezeki yang melimpah, kemakmuran, kesehatan, dan kesejahteraan sampai akhir hayat mereka.

Demikianlah, keimanan yang tulus kepada Allah dan Rasul dari setiap individu, merupakan faktor utama yang menyebabkan kemakmuran dan kebahagiaan hidup.

Firman Allah:

مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS an-Nahl/16: 97)

Selain memberikan kenikmatan hidup di dunia bagi orang-orang yang beriman, Allah juga memberikan kepada orang yang mempunyai keutamaan, seperti orang yang memiliki ilmu pengetahuan atau karya besar, ganjaran di dunia dan pahala di akhirat. Tetapi bilamana manusia berpaling dari keimanan dan tidak bertobat bahkan terus menerus dalam kemusyrikan, kemaksiatan, dan kerusakan akhlak, mereka akan mengalami kehancuran atau kemelaratan hidup sesuai dengan Sunatullah pada umat manusia dan azab Allah di hari akhirat.

Sobat. Kemudian Allah swt dalam ayat ini berjanji bahwa Allah swt benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Qur'an dan sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.

Rasulullah bersabda:
Dari 'Abdullah bin 'Umar bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan menerima dengan senang hati atas pemberian Allah. (Riwayat Ahmad)
Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah, tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya.

Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah swt. Adapun di akhirat dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari Allah karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya serta iman yang bersih yang mengisi jiwanya.

Sobat. Manusia adalah makhluk yang tidak pernah lepas dari dosa. Sejak awal penciptaan Nabi Adam di muka bumi, citra manusia sebagai biang kesalahan telah terbukti. Manusia yang suci dari dosa tidak akan hadir di muka bumi ini. Yang suci hanyalah Allah Rabbul’alamin.
Sobat. Andai dosa kita dihitung, baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak, sehari saja, sudah berapa berat dosa tersebut jika ditimbang? Beragam perbuatan dosa tersebut kita anggap biasa-biasa saja karena begitu sering melakukannya.

Sobat. Rasulullah SAW adalah manusia yang memiliki hati paling suci dan akhlak paling bagus. Namun beliau tidak pernah lupa memohon ampun kepada-Nya. Setiap hari beliau beristighfar sedikitnya 70 kali. (HR.Bukhari).

Sobat. Bagaimana dengan kita, manusia biasa yang tidak pernah lepas dari alpa dan salah? Seharusnya kita lebih banyak memohon ampun kepada-Nya. Mungkin kita terlalu sibuk dengan dunia sehingga melupakan kewajiban sebagai umat Rasulullah Muhammad SAW. Kita lupa sholat, berpuasa, dan menunaikan zakat. Kita tidak berani beramar ma’ruf dan nahi munkar. Kita tidak peduli halal haram hingga berkubang dalam lumpur kemaksiatan.

Sobat. Bagi orang-orang yang hidup di zaman Rasulullah SAW, melakukan dosa kecil saja sudah khawatir dan menganggapnya sebagai dosa besar. Ini berbeda dengan kita yang terbiasa melakukan dosa besar tapi menganggapnya kecil.

Sobat. Anas Bin Malik Ra menuturkan, “ Sesungguhnya kalian mengerjakan dosa di hadapan mata kalian seperti rambut yang tipis. Namun kami (para sahabat) yang hidup di masa Rasulullah menganggap dosa semacam itu seperti dosa besar.”

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN)

Sabtu, 26 Agustus 2023

Jalinan Takdir

Tinta Media -
Di bawah lautan bintang menawan
Aku teringat sebuah kenangan
Tersusun rapi dalam sukma
Tak akan lekang oleh masa

Sebuah kisah perjalanan
Dari kegelapan menuju cahaya
Masa lalu yang tak akan terlupa 
Hingga belasan tahun lamanya

Sendiri menjadi masih diri
Sepi adalah santapan sehari-hari
Melupakan Sang Maha Kuasa
Terjerat dalam perbuatan dosa

Namun, jalinan takdir-Nya tak dapat diubah
Walau seberapa keras kita mencoba
Maka bertobat dan berhijrah lah
Sebagai bekal di alam sana

Jangan menyesali apa yang telah terjadi
Karena ia tak akan kembali
Kita tak akan bisa melupakan
Namun kita bisa merajut masa depan

Tapal Batas, 08 Agustus 2023

Oleh : Naila Ahmad

Kamu Merdeka, Kamu Mulia

Tinta Media - Sebenarnya yang kita rasakan saat ini belum merdeka, ada tiga pokok masalah yang masih menjadi problem atau yang sedang menjajah kita.

Masalah yang pertama yaitu dijajah oleh teman sendiri. Yaitu sering dibuli, sering dihina, sering diajak dalam hal yang buruk-buruk.

Kita saat itu harus bisa memilih teman. Kenapa? Karena teman juga bisa mempengaruhi kita. Kita juga harus bisa mengukur diri kita. Kalau kita mampu bergaul dengan mereka yang agak nakal, maka kita boleh bergaul dengan mereka. 

Niat atau mindset kita harus diubah yaitu dengan tujuan, gimana caranya mereka bisa berubah? Tetapi jika kita merasa diri kita tidak mampu atau mudah terbawa arus, sebaiknya kita menjaga diri dan menguatkan diri.

Untuk masalah yang kedua yaitu mulai masuknya budaya Barat. Ini sangat berbahaya untuk umat muslim dan seluruh manusia. Kita tahu budaya Barat yang sangat buruk. Banyaknya L68T, pacaran, hamil di luar nikah, cara berpakaian, dan lain-lain. Hal itu bisa menurunkan kualitas muslim yang akan menimbulkan menurunnya tingkat orang yang menerapkan syariat Allah.

Oleh karena itu, kita harus bisa membentengi atau memperkuat diri dan iman untuk terhindar dari hal buruk itu.

Ketiga, dijajah oleh hawa nafsu. Kita tahu musuh kita sebagai manusia adalah nafsu kita sendiri. Kalau kita tidak bisa mengendalikan nafsu itu, maka nafsu yang akan mengendalikan kita. Dan kalau nafsu mengendalikan kita, maka apa yang akan terjadi, pasti sangat buruk.

Oleh karena itu, kita harus bisa membentengi diri kita dengan agama kita. Dekatkan diri kepada Allah, maka hidupmu akan selamat!

Jadi, sebagai muslim yang baik maka dekatkan diri kepada agama, dan kuncinya cuma satu "cintai Allah". Jika kamu mencintai Allah, maka kamu akan menjalankan apa yang diperintahkan Allah.

Jadi, merdeka yang sebenarnya yaitu kita bebas atau tanpa ada gangguan dalam beribadah dan menjalankan Islam dengan baik.

Oleh: Falih
Pelajar 

Resume materi pada Ahad, 20 Agustus 2023 yang diambil dari buletin Teman Surga, dengan tema MERDEKA.

Selasa, 22 Agustus 2023

Secercah Cahaya

Tinta Media - 
Masa lalu itu terus menghantui
Terkunci rapat dalam memori
Penuh alpa dan salah
Hidup seolah tak tentu arah

Tenggelam, dan semakin dalam
Terlena dengan kenikmatan
Lupa bahwa dunia hanya persinggahan
Akan ada alam penuh keabadian

Perlahan, cahaya itu terbit
Seperti matahari dalam orbit
Membawa secercah harapan
Keselamatan di hari perhitungan

Teruntuk para sahabat surga
Yang telah membawa secercah cahaya
Hanya untaian doa yang mampu ku persembahkan
Kepadamu wahai pembawa kebenaran

Semoga apa yang telah kau beri
Diridhai oleh Sang Ilahi
Menjadi wasilah kebaikan 
Di akhirat yang penuh dengan perhitungan

Tapal Batas, 07 Agustus 2023

Oleh : Naila Ahmad

Sabtu, 19 Agustus 2023

Membangun Kesadaran Jiwa

Tinta Media - Sobat. Allah SWT berfirman :
يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ ٱرۡجِعِيٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةٗ مَّرۡضِيَّةٗ فَٱدۡخُلِي فِي عِبَٰدِي وَٱدۡخُلِي جَنَّتِي  

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.” ( QS. Al-Fajr (89) : 27-30 )

Sobat. Dalam ayat-ayat ini, Allah memanggil jiwa yang tenang dan damai ketika diwafatkan, yaitu jiwa yang suci karena iman dan amal saleh yang dikerjakannya, sehingga memperoleh apa yang dijanjikan Allah kepadanya. Jiwa itu diminta Allah untuk pulang memenuhi panggilan-Nya dengan menghadap kepada-Nya kembali dengan perasaan puas dan senang karena telah memenuhi perintah-perintah-Nya waktu hidup di dunia. Allah juga puas dan senang kepadanya karena sudah menjalankan perintah-perintah-Nya. Setelah datang kepada-Nya, jiwa itu dipersilakan Allah masuk ke dalam kelompok hamba-hamba-Nya, yaitu ke dalam surga-Nya.

Sobat. Bagaimana membangun kesadaran jiwa ? sehingga kita menjadi orang-orang yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas.

1. Kenali kekuatan jiwa Anda. Sobat, seringkali kita lebih mengenal orang lain dibandingkan mengenali diri kita sendiri. Kesibukan kita membahas orang lain, membuat kita lupa membahas kekuatan dan kekurangan diri kita sendiri. Jiwa yang pada hakikatnya adalah mulia, karena kelemahan diri kita akhirnya terkotori. Dalam hadits disebutkan, “Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.”

2. Kuasai diri anda secara penuh. Dalam setiap diri manusia terdapat pikiran, hati, dan jiwa. Ketiganya menjadi kekuatan seorang manusia di atas rata-rata. Ketiganya memiliki makanan (gizi) masing-masing yang berbeda. Pikiran membutuhkan suplemen belajar dan senantiasa berpikir positif, jika kita tidak mau belajar dan selalu negative, kita akan mengalami ketidakseimbangan. Selain pikiran diri juga memiliki hati. Gizi untuk hati adalah cinta dan kasih sayang, semakin kita kering dari cinta semakin kita kurang seimbang. Sebaliknya, semakin kita penuh dengan cinta, kita akan memiliki kesimbangan penuh. Inti kasih sayang adalah memberi tanpa berharap kembali.

3. Kasihi diri Anda. Memberikan kasih bukan berarti kasihan. Memberikan kasih artinya Anda memberikan sisi terbaik dengan cinta kepada orang lain. Banyak orang bisa memaafkan kesalahan orang lain, namun tidak bisa memaafkan kesalahannya sendiri. Tidak ada manusia yang tidak pernah luput dari salah dan khilaf, namun yang terpenting adalah jangan mengulangi kesalahan Anda. Bayangkan diri anda sendiri, lihatlah dengan jelas, lalu maafkanlah diri anda, dan biarkan beban-beban itu pelan-pelan luntur menjadi sebuah catatan indah masa lalu.

4. Kumpullah bersama orang-orang ikhlas. Sobat. Jangan lengah di tengah carut marutnya kondisi saat ini, luangkan waktu untuk berkumpul dengan orang-orang ikhlas – para perindu kebenaran, pencari keberkahan, dan pemilik hati yang ikhlas. Mengapa ini penting? Berkumpul bersama mereka melatih Anda menjadi pribadi yang pandai bersyukur dan ikhlas, karena makanan jiwa adalah keikhlasan itu sendiri.

5. Kembalikanlah kepada Allah. Sobat. Tak penting  seberapa jauh Anda sudah melangkah menggapai kesuksesan, jika jalan Anda selalu sulit dan buntu,kembalilah kepada Allah. Terkadang, kita menyebutnya  sebagai masalah, padahal mungkin saja itu hanya berupa ujian dari-Nya agar kita naik ke tempat yang lebih mulia dan hebat. Kesucian jiwa dipelihara dengan jalan senantiasa ingat dan kembali kepada-Nya, itulah yang menyebabkan jiwa senantiasa tertawa bahagia dengan kesenangan sejati.

6. Kejarlah kejernihan, tinggalkan kebusukan. Sobat. Menjadi pribadi yang jernih tidaklah mudah. Kejernihan dibentuk oleh latihan-latihan kita yang terus-menerus dengan keyakinan sejati. Melatih kejernihan dengan dengan cara berpikir positif, berperasaan positif, dan berperilaku positif.  Kejernihan kita lama kelamaan akan tertekan jika kita membiasakan kebusukan-kebusukan. Sepertinya kebusukan dibangun oleh kebohongan kecil kita, terus kita tutupi, dan membentuk kebohongan besar yang akhirnya menjadi kebusukan terencana. Membuang kebusukan merupakan pintu menuju kejernihan.

7. Kikis kebencian Anda dengan memaafkan. Sobat. Kebencian ibarat kopi yang membuat air satu gelas besar menjadi hitam,  apa yang kita bangun bertahun-tahun terkadang hancur oleh kebencian kita. Kebencian terkadang selalu muncul setiap kali kita memiliki niat mulia. Kebencian membuat kolam hati kita keruh dan ikan-ikan keindahan menjadi mati olehnya. Meski sulit, cobalah memaafkan, kalau anda gagal, cobalah anda latih terus menerus. Pada saat anda berhasil memaafkan, maka kasih sayang-Nya akan datang kepada anda tanpa anda duga sama sekali.

Allah SWT berfirman :
۞وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةً أَوۡ ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ ذَكَرُواْ ٱللَّهَ فَٱسۡتَغۡفَرُواْ لِذُنُوبِهِمۡ وَمَن يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمۡ يُصِرُّواْ عَلَىٰ مَا فَعَلُواْ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ أُوْلَٰٓئِكَ جَزَآؤُهُم مَّغۡفِرَةٞ مِّن رَّبِّهِمۡ وَجَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ وَنِعۡمَ أَجۡرُ ٱلۡعَٰمِلِينَ 

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” ( QS. Ali Imran (3) : 133-136 )

Sobat. Allah menyuruh agar kaum Muslimin bersegera meminta ampun kepada-Nya bila sewaktu-waktu berbuat dosa dan maksiat, karena manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Seorang Muslim tidak akan mau mengerjakan perbuatan yang dilarang, tetapi kadang-kadang karena kuatnya godaan dan tipu daya setan dia terjerumus ke dalam jurang maksiat, kemudian ketika sadar akan kesalahannya dan menyesal atas perbuatan itu dia lalu bertobat dan mohon ampun kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosanya. Allah adalah Maha Penerima tobat dan Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Bila seorang Muslim selalu menaati perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan segera bertobat bila jatuh ke jurang dosa dan maksiat, maka Allah akan mengampuni dosanya dan akan memasukkannya nanti di akhirat ke dalam surga yang amat luas sebagai balasan atas amal yang telah dikerjakannya di dunia yaitu surga yang disediakan-Nya untuk orang yang bertakwa.

Sobat. Ayat ini langsung menjelaskan sifat-sifat orang yang bertakwa, yaitu: Pertama: Orang yang selalu menafkahkan hartanya baik dalam keadaan berkecukupan maupun dalam keadaan kesempitan (miskin), sesuai dengan kesanggupannya. Menafkahkan harta itu tidak diharuskan dalam jumlah yang ditentukan sehingga ada kesempatan bagi si miskin untuk memberi nafkah. Bersedekah boleh saja dengan barang atau uang yang sedikit nilainya, karena itulah apa yang dapat diberikan tetap akan memperoleh pahala dari Allah swt.

 yang bersedekah dengan sebiji bawang.
Diriwayatkan oleh Aisyah Ummul Mukminin bahwa dia bersedekah dengan sebiji anggur, dan di antara sahabat-sahabat Nabi ada Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

"Peliharalah dirimu dari api neraka meskipun dengan menyedekahkan sepotong kurma, dan perkenankalah permintaan seorang peminta walaupun dengan memberikan sepotong kuku hewan yang dibakar." (Riwayat Ahmad dalam Musnad-nya). )

Bagi orang kaya dan berkelapangan tentulah sedekah dan dermanya harus disesuaikan dengan kesanggupan. Sungguh amat janggal bahkan memalukan bila seorang yang berlimpah-limpah kekayaannya hanya memberikan derma dan sedekah sama banyaknya dengan pemberian orang miskin. Ini menunjukkan bahwa kesadaran bernafkah belum tertanam di dalam hatinya. 

Allah berfirman:

Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan. (ath-thalaq/65:7).

Sifat kikir yang tertanam dalam hati manusia hendaklah diberantas dengan segala macam cara dan usaha, karena sifat ini adalah musuh masyarakat nomor satu. Tak ada satu umat pun yang dapat maju dan hidup berbahagia kalau sifat kikir ini merajalela pada umat itu. Sifat kikir bertentangan dengan perikemanusiaan.

Oleh sebab itu Allah memerintahkan untuk menafkahkan dan menjelaskan bahwa harta yang ditunaikan zakatnya dan didermakan sebagiannya, tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Firman Allah:

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.¦ (al-Baqarah/2:276).

Imam Gazali menjelaskan bahwa memerangi suatu sifat yang buruk haruslah dengan membiasakan diri melawan sifat itu. Jadi kalau orang akan memberantas sifat kikir dalam dirinya hendaklah dia membiasakan berderma dan memberi pertolongan kepada orang lain. Dengan membiasakan diri akan hilanglah sifat kikirnya dengan berangsur-angsur.

Kedua: Orang yang menahan amarahnya. Biasanya orang yang memperturutkan rasa amarahnya tidak dapat mengendalikan akal pikirannya dan ia akan melakukan tindakan-tindakan kejam dan jahat sehingga apabila dia sadar pasti menyesali tindakan yang dilakukannya itu dan dia akan merasa heran mengapa ia bertindak sejauh itu. Oleh karenanya bila seseorang dalam keadaan marah hendaklah ia berusaha sekuat tenaga menahan rasa amarahnya lebih dahulu. Apabila ia telah menguasai dirinya kembali dan amarahnya sudah mulai reda, barulah ia melakukan tindakan yang adil sebagai balasan atas perlakuan orang terhadap dirinya.

Apabila seseorang telah melatih diri seperti itu maka dia tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang melampaui batas, bahkan dia akan menganggap bahwa perlakuan yang tidak adil terhadap dirinya itu mungkin karena khilaf dan tidak disengaja dan ia akan memaafkannya. Allah menjelaskan bahwa menahan amarah itu suatu jalan ke arah takwa. Orang yang benar-benar bertakwa pasti akan dapat menguasai dirinya pada waktu sedang marah.

Siti Aisyah pernah menjadi marah karena tindakan pembantunya, tetapi beliau dapat menguasai diri, karena sifat takwa yang ada padanya. Beliau berkata, "Alangkah baiknya sifat takwa itu, ia bisa menjadi obat bagi segala kemarahan." Nabi Muhammad saw bersabda, "Orang yang kuat itu bukanlah yang dapat membanting lawannya tetapi orang yang benar-benar kuat ialah orang yang dapat menahan amarahnya." Allah berfirman:
... Dan apabila mereka marah segera memberi maaf. (asy-Syura/42:37).

Ketiga: Orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan kesalahan orang lain sedang kita sanggup membalasnya dengan balasan yang setimpal, adalah suatu sifat yang baik yang harus dimiliki oleh setiap Muslim. Mungkin hal ini sulit dipraktekkan karena sudah menjadi kebiasaan bagi manusia membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi bagi manusia yang sudah tinggi akhlak dan kuat imannya serta telah dipenuhi jiwanya dengan ketakwaan, maka memaafkan kesalahan itu mudah saja baginya.

Mungkin membalas kejahatan dengan kejahatan masih dalam rangka keadilan tetapi harus disadari bahwa membalas kejahatan dengan kejahatan pula tidak dapat membasmi atau melenyapkan kejahatan itu. Mungkin dengan adanya balas membalas itu kejahatan akan meluas dan berkembang.

Bila kejahatan dibalas dengan maaf dan sesudah itu diiringi dengan perbuatan yang baik, maka yang melakukan kejahatan itu akan sadar bahwa dia telah melakukan perbuatan yang sangat buruk dan tidak adil terhadap orang yang bersih hatinya dan suka berbuat baik. Dengan demikian dia tidak akan melakukannya lagi dan tertutuplah pintu kejahatan.

Keempat: Orang yang berbuat baik. Berbuat baik termasuk sifat orang yang bertakwa maka di samping memaafkan kesalahan orang lain hendaklah memaafkan itu diiringi dengan berbuat baik kepada orang yang melakukan kesalahan.

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi, ada seorang jariah (budak perempuan) milik Ali bin Husain menolong tuannya menuangkan air dari kendi untuk mengambil wudu. Kemudian kendi itu jatuh dari tangannya dan pecah berserakan. Lalu Ali bin Husain menatap mukanya seakan-akan dia marah. Budak itu berkata, "Allah berfirman:
... Dan orang-orang yang menahan amarahnya ... (Ali 'Imran/3:134)."

Ali bin Husain menjawab, "Aku telah menahan amarah itu." Kemudian budak itu berkata pula, "Allah berfirman:
Dan memaafkan (kesalahan) orang lain ... (Ali 'Imran/3:134)."
Dijawab oleh Ali bin Husain, "Aku telah memaafkanmu." Akhirnya budak, itu berkata lagi, "Allah berfirman:
Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. (Ali 'Imran/3:134)."
Ali bin Husain menjawab, "Pergilah kamu aku telah memerdekakanmu," demi mencapai keridaan Allah.

Demikianlah tindakan salah seorang cucu Nabi Muhammad saw terhadap kesalahan seorang budak karena memang dia orang yang mukmin yang bertakwa, tidak saja dia memaafkan kesalahan budaknya bahkan pemberian maaf itu diiringinya dengan berbuat baik kepadanya dengan memerdekakannya.

Sobat. Setelah Allah menjelaskan sikap penghuni surga ketika menghadapi orang lain, maka Dia menjelaskan sikap mereka terhadap diri sendiri. Mereka adalah orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji, yaitu dosa besar yang akibatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, pembunuhan, dan riba, atau menzalimi diri sendiri dalam bentuk pelanggaran apa pun yang akibatnya hanya pada pelaku saja, baik dosa tersebut dilakukan dengan sengaja atau tidak, maka segera mengingat Allah dan bertobat, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. 

Sobat. Sungguh Allah Maha Pengampun, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan setelah bertobat mereka tidak meneruskan atau mengulangi perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui dan menyadari akibat buruk dari perbuatan dosa dan menyadarkan mereka untuk segera bertobatBalasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surgasurga dengan penuh kenikmatan, keindahan dan kedamaian. Salah satu gambaran keindahan surga ialah di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal saleh.

Sobat. Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surgasurga dengan penuh kenikmatan, keindahan dan kedamaian. Salah satu gambaran keindahan surga ialah di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal saleh.

Sobat.  Setelah Allah meminta manusia tidak mengulangi dan larut dalam dosa, ayat ini meminta mereka memerhatikan keadaan umat terdahulu dan kesudahan mereka. Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah Allah, yaitu hukum-hukum kemasyarakatan yang tidak mengalami perubahan, yaitu barang siapa melanggar perintah Allah dan RasulNya akan merugi, dan yang menegakkannya akan sukses.  Karena itu berjalanlah kamu ke segenap penjuru bumi dan perhatikanlah bukti-bukti sejarah yang ada, untuk dijadikan pelajaran bagaimana kesudahan dan akibat buruk yang dialami orang yang mendustakan para rasul. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana Universitas Islam Tribakti Lirboyo.
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab