Tinta Media: Motivasi
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 November 2023

Yuk, Menumbuhkan Minat Baca!

Tinta Media - Kawan, tahukah kalian bahwa menurut data dari The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Sayangnya, berbagai sumber yang mengutip data tersebut tidak menyebutkan, kapan data tersebut dirilis, juga apa saja parameter dan bagaimana metode pengukurannya. Penulis juga gagal mendapatkan informasi lebih lanjut di situs web UNESCO. Tidak mengapa, ada data lain yang lebih mudah diakses.


Mengutip dari dataindonesia.id, berdasarkan data dari Perpustakaan Nasional, Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) masyarakat Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2022, skor TGM masyarakat Indonesia sebesar 63,9 poin, meningkat 7,4% dibandingkan setahun sebelumnya yang sebesar 59,52 poin, dan untuk pertama kalinya masuk kategori tinggi dari sebelumnya, sejak tahun 2018, selalu berada pada kategori sedang.

Berdasarkan wilayah, Yogyakarta memiliki TGM tertinggi secara nasional dengan skor 72,29 poin. Posisi lima besar berikutnya secara berturut-turut ditempati Jawa Tengah (TGM 70,96 poin), Jawa Barat (TGM 70,1 poin), DKI Jakarta (TGM 68,71 poin), dan Jawa Timur (TGM 68,54 poin).
Lalu kenapa kalau TGM meningkat? Apa relevansinya buat kita? 

Gaes, kita adalah umat Islam. Kita diperintahkan secara langsung oleh Allah untuk membaca, bahkan sebelum kita diperintahkan untuk salat. Wahyu pertama yang diturunkan kepada baginda Rasulullah saw. adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Surat tersebut berisi perintah untuk membaca. Bisa juga diartikan perintah menuntut ilmu secara luas. 

Ini menunjukkan pentingnya membaca dan menuntut ilmu dalam agama Islam, tanpa kita perlu melihat dalil lain yang jumlahnya pun cukup banyak. Ironis sekali kalau kita di Indonesia yang notabene negara dengan populasi muslim terbesar di dunia sampai memiliki minat baca yang rendah, bukan? 

Alhamdulillah, secara hitung-hitungan TGM, sejak 2022 kita sudah termasuk kategori tinggi. Mudah-mudahan tren positif ini bisa berlanjut pada tahun-tahun selanjutnya dan dampak positifnya bisa segera dirasakan.

Memang dampak positifnya seperti apa? Dilansir dari situs web deepublishstore.com, setidaknya ada tujuh manfaat dari membaca, yaitu: menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, meningkatkan kecerdasan intelektual dan emosional, meningkatkan konsentrasi dan fokus, meningkatkan daya ingat, menambah kosa kata baru, meningkatkan kemampuan analisis, dan meningkatkan kemampuan menulis.

Kembali ke TGM, supaya kita lebih paham apa arti dari angka-angka di atas, mari kita coba bedah sedikit. Kata gemar membaca dalam Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) diartikan sebagai kegiatan membaca atau berinteraksi dengan bahan bacaan secara teratur atau berulang. Parameter yang digunakan untuk mengukur TGM ada lima, yaitu tiga parameter utama yang terdiri dari frekuensi membaca, durasi membaca, dan jumlah bahan bacaan; serta dua parameter tambahan yang terdiri dari frekuensi akses internet dan durasi akses internet. 

Dari kelima parameter tersebut, dapat dilihat bahwa TGM telah mempertimbangkan bahan bacaan digital. Memang, kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari akses internet, baik melalui ponsel, tablet, maupun komputer. Kehadiran internet mengubah banyak hal, khususnya terkait kemudahan akses dan kecepatan penyebaran informasi. 

Dalam hal bacaan, internet telah menyebabkan pergeseran peran media cetak. Koran-koran beralih rupa menjadi portal berita. Penerbit menjual buku dalam format digital. Platform-platform membaca secara daring tumbuh subur bak jamur di musim penghujan. Konten bacaan pun terperbarui jauh lebih cepat.

Apakah ini baik? Ya dan tidak. Baik, karena dengan kemudahan mengakses bacaan, apalagi jika topik atau genrenya sesuai selera, tentunya akan semakin meningkatkan minat baca. Tidak baik, karena bersama kemudahan tersebut, ikut terselip konten-konten negatif. 

Sebut saja misalnya iklan pinjol, iklan judi online, cerita dan visual yang mengundang syahwat, fitnah dan hoaks yang bertebaran, atau paham-paham kebablasan seperti L68T. Melalui internet, semua hal tersebut terlalu mudah untuk ditemui dan terlalu sedikit filter yang efektif. 

Barangkali kita yang sudah dewasa lebih punya kontrol diri dari mengakses konten-konten negatif tersebut, tetapi bagaimana dengan generasi di bawah kita? Bagaimana dengan anak-anak yang berada pada periode most impressionable? Bagaimana dengan remaja-remaja yang katanya sedang masa pencarian jati diri itu? 'Apa nggak bahaya, tuh?'

Oleh karena itu, penulis menyarankan, kenalkan buku fisik pada anak-anak kita. Jangan gantikan peran buku fisik dengan buku digital, khususnya untuk anak-anak di rentang usia hingga sekolah dasar. Setelah memasuki SD, bolehlah bila ingin memperkenalkan mereka dengan bacaan digital secara bertahap, tetapi tetap dengan pengawasan ketat. 

Bukan kita mau menghalangi mereka dari teknologi, tetapi berilah mereka waktu untuk menguatkan pondasi akidah. Cepat atau lambat, kita tetap harus memperkenalkan teknologi pada mereka. Sebagaimana ungkapan yang terkenal dari sayyidina Ali r.a., 

"Ajarkanlah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka, bukan di zamanmu. Sesungguhnya, mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian."

Buku kan mahal? Memang betul, tetapi bukan berarti kita lantas pasrah. Penulis akan spill beberapa metode yang bisa dicoba untuk mendapatkan buku murah, bahkan gratis.

Pertama, manfaatkan diskon di platform marketplace. Sudah rahasia umum harga barang di platform marketplace sering kali lebih miring daripada harga barang yang sama di toko tradisional. Pandai-pandailah memanfaatkan diskon di platform marketplace untuk mendapat harga yang lebih murah lagi, misalnya saat promo kemerdekaan, promo akhir tahun, live sales, dan sebagainya.

Kedua, mengikuti acara giveaway buku. Tidak jarang penerbit atau penulis mengadakan acara bagi-bagi buku gratis sebagai bagian dari promosi, baik daring maupun luring. Manfaatkan media sosialmu supaya tidak ketinggalan informasi!

Ketiga, mendatangi bookfair di kota terdekat. Bookfair adalah tempat buku-buku dari berbagai penerbit dikumpulkan dan dijual dengan harga diskon. Tidak jarang ada juga acara giveaway buku pada bookfair tersebut. Karenanya, manfaatkan media sosial supaya tidak ketinggalan informasi tentang bookfair!

Keempat, mengunjungi perpustakaan. Mari memanfaatkan perpustakaan-perpustakaan nasional dan daerah yang ada di tempat tinggal kita! Perpustakaan milik instansi pemerintah dan swasta lainnya yang terbuka untuk umum juga bisa menjadi alternatif. Bagi anak sekolah, mereka bisa mengunjungi perpustakaan yang ada di sekolah masing-masing.
Jika buku-buku di perpustakaan tersebut hanya sedikit dan tidak lengkap, coba ajukan permintaan bantuan ke dinas perpustakaan dan kearsipan setempat! Terkadang, mereka sudah memiliki program untuk bantuan buku, hanya kita saja yang tidak tahu.

Nah, mudah, bukan? Yuk, kenalkan buku pada anak-anak sejak dini dan luangkan sedikit waktu setiap hari untuk membaca! Kita tingkatkan minat baca mulai dari diri sendiri dan keluarga. Yuk, kita pasti bisa!

Sumber: Tatabu 22-28 Oktober

Oleh: Septi Noer Lailela
Sahabat Tinta Media 

Kamis, 16 November 2023

Dakwah Itu Bareng Bareng


 Renungan bagi para pengemban dakwah bagian 5-habis

Tinta Media - Dakwah merupakan kewajiban yang sangat jelas dalam Islam. Tak perlu dibahas lagi tentang wajibnya.  Hanya perlu didetilkan untuk bisa dilaksanakan dengan baik.

Dakwah dari segi subyeknya dibagi menjadi 3. Dakwah individu, dakwah jama'ah dan dakwah negara. Masing masing punya metode dan targetnya. Dan semua wajib sesuai subyeknya masing masing. Kalo ini kita tidak membahasnya secara detil.

Yang kita bahas kali ini adalah subyek kedua yakni jamaah alias organisasi. 

Surat Ali ‘Imran Ayat 104

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung."

Ayat ini memerintahkan kepada kita agar ada sekelompok orang Islam yang berdakwah secara jamaah. Dalam tafsir Ibnu Katsir disebut sebagai firqoh alias kelompok. Yang tugasnya menyeru orang kafir agar masuk Islam. Dan menyeru orang Islam agar konsisten dalam Islam. Inilah aktifitas jamaah alias firqoh alias kelompok.

Dakwah secara berjamaah sudah dicontohkan secara riil oleh Baginda Nabi Muhammad Saw selama Beliau dakwah di Mekah hingga hijrah ke Madinah. Target dakwah Beliau bersama para sahabat adalah melakukan perubahan sistem dari sistem jahiliyah menuju sistem Islam dengan mendirikan negara Islam Madinah setelah hijrah. Negara yang menerapkan Islam secara kaffah dipimpin oleh Baginda Nabi Muhammad Saw sebagai kepala negara. Setelah itu barulah dakwah Nabi Muhammad Saw berubah menjadi dakwah oleh negara di dakwah dan jihad.

Dakwah masa kini menghadapi kondisi yang sama dengan dakwah Nabi Muhammad Saw dan para sahabat. Yakni sistem kufur jahiliyah yang menguasai dunia setelah runtuhnya khilafah Utsmaniyah pada tahun 1924. Oleh karena itulah kita wajib mencontoh metode dakwah Baginda Nabi Muhammad Saw yakni dakwah Berjamaah untuk merubah sistem kufur menjadi sistem Islam.  Mengembalikan sistem pemerintahan Islam yang diajarkan Islam yakni khilafah.

Dakwah semacam ini wajib dilakukan secara berjamaah karena mengikuti contoh Rasulullah Saw sesuai perintah Allah di atas. Disisi lain memang dakwah ini tidak mungkin bisa dipikul oleh individu. Tapi individu individu tersebut mesti bersatu membentuk jamaah dakwah yang memiliki pemimpin dan aturan organisasi agar bisa dan mampu melakukan aktifitas berjamaah tersebut.

Dalam berjamaah inilah kita harus betul-betul memilih jamaah yang tidak hanya benar namun juga tepat. Benar dari sisi sesuai aqidah dan syariah Islam. Juga tepat yakni jamaah yang berdakwah untuk menyelesaikan problem umat yakni tidak adanya khilafah sebagai sebab utama kehancuran umat ini.

Oleh karena itulah tidak cukup adanya kelompok dzikir dan sholawat saja untuk dakwah masa kini. Atau kelompok sosial kemasyarakatan yang fokus pada pelayanan sosial. Atau fokus pada pendirian sekolah dan kampus untuk melayani pendidikan. Semua itu adalah amal Sholih yang sangat dianjurkan oleh Islam. Namun semua itu bukan solusi bagi kehancuran umat ini saat ini. Bahkan para aktifis jamaah tersebut masih tetap berdosa disisi Allah sebab belum melaksanakan kewajiban untuk mendirikan khilafah sesuai tuntutan syariat.

Sebab solusi problem umat saat ini adalah dengan menegakkan khilafah di sehingga seluruh syariat Islam bisa diterapkan secara kaffah hingga semua problem umat bisa diselesaikan dengan tuntas. Nah hukum bergabung dengan jamaah inilah hukumnya wajib.

Setelah kita bergabung dengan jamaah istimewa ini maka kita harus berjuang sungguh sungguh. Tidak hanya sekedar terdaftar sebagai anggota. Memang benar dengan menjadi anggota telah gugur kewajiban berjamaah. Namun berjuang dan bergerak dalam dakwah juga wajib sehingga tetap berdosa jika hanya menjadi anggota namun tidak berjuang optimal.

Dalam berjamaah maka ketaatan merupakan perkara paling penting. Selama tidak diperintahkan maksiat maka harus tetap taat meskipun tidak sesuai pendapat pribadi kita. Disuruh maju ya harus maju. Disuruh berhenti ya harus berhenti. Ga boleh jalan sendiri yang ga sesuai perintah atau keputusan. Dalam ketaatan inilah ada keberkahan.

Naumun tetap harus memberikan nasehat, usulan bahkan muhasabah jika ada perkara yang menurut pendapat kita salah. Meskipun itu belum tentu juga salah. Bisa jadi ada perbedaan dalam melihat fakta. Atau bisa jadi ada hukum berbeda dari para Mujtahid dalam satu kasus.

Oleh karena itu siapapun yang saat ini diberikan oleh Allah nikmat berjamaah yang shohih ini maka pegang eratlah. Tidak banyak manusia di muka bumi ini yang mendapatkan kenikmatan besar itu. Maka harus kita pegang erat-erat bahkan kita gigit dengan gigi geraham terkuat agar tak terlepas hingga kita mati. 

Tetap lurus sobat. Tetap berusaha Istiqomah diatas jamaah yang Haq. Jamaah yang mengikuti Sunnah Rasulullah Saw. Berjuang berjamaah untuk tegaknya sistem kehidupan Islam warisan Baginda Nabi Muhammad Saw.

Jadi, dakwah itu bareng bareng. Ga sendirian. Ngaji yuk![]

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center

HARTA TERBAIK, HARTA UNTUK MEMBIAYAI DAKWAH


(Renungan Bagi Pengemban Dakwah Bagian 4).

Tinta Media - Tak bisa dipungkiri lagi bahwa dakwah merupakan amal Sholih yang sangat agung dan besar keutamaannya. Dakwah merupakan kunci kemenangan dan kejayaan Islam. Maka segala amal dan aktifitas yang merupakan bagian dari dakwah juga memiliki keutamaan yang sangat besar. Salah satunya adalah membiayai dakwah.

Tidak samar lagi bahwa dakwah butuh biaya
Bahkan biaya yang tak terbatas. Apalagi kalo dakwah berbentuk berbagai kegiatan seperti seminar, diskusi, tabligh Akbar, konferensi, muktamar dll pastilah perlu biaya besar. Oleh karena itulah kita juga harus berperan aktif membiayai dakwah. Disamping harus tetap semangat berdakwah. 

Demikianlah para sahabat Radhiyallahu Anhum pun berdakwah sekaligus membiayai dakwah. Mereka memberikan harta terbaik dalam upaya meraih ridho Allah SWT.

Sangat banyak keutamaan yang Allah dan Rasulullah Saw sebutkan tentang berinfaq dalam kebaikan. 

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39). 

Allah akan mengganti bagi kalian sedekah tersebut segera di dunia. Allah pun akan memberikan balasan dan ganjaran di akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261)”.

Dalam berinfaq ini kita tidak usah takut harta akan berkurang. Apalagi takut miskin. Sebab justru dengan infaq untuk dakwah Allah akan berikan barokah atas harta kita. Dan Allah akan berikan kepada kita anugerah dan kemurahanNya untuk kita.

Dalam salah satu riwayat disebutkan sebagai berikut:

أنفقي أَوِ انْفَحِي ، أَوْ انْضَحِي ، وَلاَ تُحصي فَيُحْصِي اللهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوعي فَيُوعي اللهُ عَلَيْكِ

“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.”[HR Bukhori dan Muslim].

Jadi infaq atau sedekah tidaklah mengurangi harta. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.”[HR Muslim]

Apalagi Allah juga menegaskan:

مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقْرِضُ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَٰعِفَهُۥ لَهُۥٓ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَٱللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۜطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan." (QS Al-Baqarah Ayat 245).

Nah, diberikan Allah untuk bisa berinfaq membiayai dakwah merupakan ni'mat yang sangat besar. Apalagi kalo kita diberikan kesempatan itu rutin tiap bulan untuk membiayai dakwah tentu harus lebih disyukuri dengan memberikan harta terbaik tanpa nunggu diminta. Kita setor dengan semangat karena sejatinya itulah harta terbaik kita yang akan kita nikmati di akhirat insyaallah. Tentu saja dengan pahala berlipat ganda dari Allah sesuai janji Nya. 

Harta yang kita nafkahkan untuk keluarga belum tentu berakhir baik sebab belum tentu dipakai dengan baik oleh istri anak kita. Apalagi harta yang dipakai untuk sekedar memenuhi hobi semisal binatang piaraan yang harganya hingga bisa jutaan rupiah.

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center

Rabu, 15 November 2023

Para Malaikat Mendoakan Siapa Saja yang Bertaubat



Tinta Media - Sobat. Para Malaikat penjaga ‘Arasy dan sekitar ‘Arasy sangat memperhatikan hamba-hamba Allah di muka bumi ini yang patuh dan taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Para malaikat itu selalu bertasbih dan beristighfar untuk orang beriman. Mereka memohon kepada Allah.

ٱلَّذِينَ يَحۡمِلُونَ ٱلۡعَرۡشَ وَمَنۡ حَوۡلَهُۥ يُسَبِّحُونَ بِحَمۡدِ رَبِّهِمۡ وَيُؤۡمِنُونَ بِهِۦ وَيَسۡتَغۡفِرُونَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْۖ رَبَّنَا وَسِعۡتَ كُلَّ شَيۡءٖ رَّحۡمَةٗ وَعِلۡمٗا فَٱغۡفِرۡ لِلَّذِينَ تَابُواْ وَٱتَّبَعُواْ سَبِيلَكَ وَقِهِمۡ عَذَابَ ٱلۡجَحِيمِ  

“(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,” ( QS. Ghafir (40) : 7 )

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa para malaikat yang memikul 'Arasy dan para malaikat yang ada di sekelilingnya senantiasa menyucikan Allah, mengucapkan syukur atas nikmat-Nya beriman, dan mengakui bahwa tiada Tuhan yang disembah selain Dia. Para malaikat itu juga memohonkan ampun bagi orang yang mengakui keesaan dan kesucian Allah dari sembahan selain-Nya. 

Mengenai cara malaikat itu memikul 'Arasy dan berapa jumlah mereka yang memikulnya, cukup kita percaya sebagaimana adanya dan mengembalikannya kepada ilmu Tuhan, karena yang demikian termasuk hal-hal yang tidak didapati perinciannya, baik dalam Al-Qur'an maupun dalam hadis-hadis yang mutawatir. 

Di samping menyucikan dan memuji Allah, para malaikat juga senantiasa mendoakan orang-orang mukmin. Doa-doa tersebut antara lain menggambarkan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, bahwa ilmu Tuhan meliputi segala sesuatu. Rahmat Allah meliputi pengampunan dosa-dosa dan kesalahan mereka dan ilmu Tuhan meliputi perbuatan, ucapan, dan gerak mereka. Mudah bagi Allah mengampuni dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan karena rahmat-Nya lebih luas dan lebih besar dari dosa-dosa dan kesalahan. Tiada suatu perbuatan sekalipun di tempat yang gelap, tiada suatu kata atau ucapan, sekalipun kata hati atau bisikan sukma, tiada suatu tindak-tanduk atau gerak-gerik kecuali diketahui oleh Allah. 

Kedua, memintakan ampun kepada Allah bagi orang-orang yang bertobat, menghentikan perbuatan dosa yang telah dilakukan, mengikuti apa yang diperintahkan kepada mereka, mengamalkan yang baik, dan meninggalkan hal-hal yang mungkar. 

Ketiga, malaikat pun memohon agar orang-orang mukmin itu dilindungi dari siksa neraka Jahanam sesuai dengan janji Allah.
رَبَّنَا وَأَدۡخِلۡهُمۡ جَنَّٰتِ عَدۡنٍ ٱلَّتِي وَعَدتَّهُمۡ وَمَن صَلَحَ مِنۡ ءَابَآئِهِمۡ وَأَزۡوَٰجِهِمۡ وَذُرِّيَّٰتِهِمۡۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ  

“Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,” ( QS. Ghafir (40) :8 )

Sobat. Dalam ayat ini dijelaskan doa malaikat selanjutnya bagi orang-orang yang beriman:

Keempat, para malaikat memohon agar orang-orang mukmin dimasukkan ke dalam surga 'Adn yang telah dijanjikan oleh Allah melalui ucapan rasul-Nya. Para malaikat juga memohon agar bersama mereka itu dimasukkan juga orang-orang saleh di antara bapak-bapak, istri-istri, dan keturunan mereka semua, supaya mereka merasa senang karena berkumpul dengan keluarga di tempat yang dapat memberi kegembiraan dan kesenangan, menimbulkan rasa riang dan suka yang amat berkesan.

Sa'id bin Jubair menjelaskan bahwa ketika seorang laki-laki masuk surga ia berkata, "Ya Tuhan! Di mana ayah, nenek, dan ibuku? Di mana anak dan cucuku? Di mana istriku?" Dijawab bahwa mereka itu tidak beramal seperti amalan yang telah dilakukannya. Ia lalu berkata, "Ya Tuhan! Saya beramal untuk diriku dan mereka." Maka mereka disamakan kedudukannya di surga dan ia lalu membaca ayat ini. Sejalan dengan ayat ini firman Allah:

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱتَّبَعَتۡهُمۡ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلۡحَقۡنَا بِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَمَآ أَلَتۡنَٰهُم مِّنۡ عَمَلِهِم مِّن شَيۡءٖۚ كُلُّ ٱمۡرِيِٕۢ بِمَا كَسَبَ رَهِينٞ  

Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya. (ath-thur/52: 20)

Ayat ini ditutup dengan satu ketegasan bahwa Allah itu Mahaperkasa tiada sesuatu yang dapat menghalangi kehendak-Nya, Mahabijaksana, tiada sesuatu yang dikerjakan-Nya, kecuali sesuai dengan hikmah kebijaksanaan-Nya.

Allah SWT berfirman :

وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِۚ وَمَن تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ 

“Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar". ( QS. Ghafir (40) : 9 )

Sobat. Ayat ini masih menerangkan doa malaikat selanjutnya bagi orang-orang mukmin.

Kelima, para malaikat tidak saja memintakan ampun bagi orang-orang mukmin dari dosa-dosa mereka sesudah tobat, tetapi juga dosa-dosa dan balasan amal jahat yang mereka kerjakan sebelum mereka bertobat supaya dihapuskan dan tidak diazab karenanya. Orang-orang yang dimaafkan, diampuni, dan dihapuskan balasan kejahatannya di dunia ini, berarti mereka telah mendapat karunia dari Allah dan dibebaskan dari azab dan siksa-Nya di hari Kiamat. Hal yang demikian itu merupakan suatu kemenangan yang amat besar karena dengan amal baik yang tidak seberapa itu, ia memperoleh nikmat dan karunia yang berkepanjangan tiada putus-putusnya.

Sobat. Ternyata degup keimanan orang mukmin, perilaku sholeh mereka, walaupun berada di tempat-tempat tersembunyi mendapat perhatian penuh dari penghuni langit ( Malaikat pemikul ‘Arasy dan sekitarnya) dengan panjatan doa setiap waktu untuk mereka. Inilah bentuk lain dari anugerah Allah kepada orang sholeh. Doa para malaikat pasti akan didengar oleh Allah SWT.

Sobat. Mereka yang senantiasa didoakan oleh para malaikat dan mendapatkan cahaya Allah adalah sebagai berikut; Mereka yang selalu bertasbih di setiap waktu, baik waktu pagi dan petang; tekun melaksanakan sholat berjamaah di masjid-masjid. Mereka yang tidak  terlenakan  oleh kesibukan dalam mencari harta benda, dari mengingat Allah. Melaksanakan sholat dan menunaikan zakat. Mereka senantiasa takut Hari Kiamat, hari ketika mata terbelalak, hati bergejolak, menyaksikan peristiwa di alam semesta yang sangat mengerikan.

Allah akan memberi balasan yang melebihi apa yang telah mereka kerjakan. Bahkan, Allah akan memberikan tambahan bonus yang jauh lebih banyak lagi sebagai ganti atas pengorbanan mereka.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Selasa, 14 November 2023

Islam Membenci Pemalas



Tinta Media - Islam merupakan diin yang sempurna. Mengajak manusia untuk memakmurkan dunia. Dan meraih bahagia dunia akhirat. Bukan mengabaikan salah satunya. 

Islam sangat mencela pemalas dan membenci peminta-minta serta mengunci rapat semua bentuk ketergantungan hidup kepada orang lain. Sebaliknya, Al-Qur’an sangat memuji orang yang bersabar dan menahan diri tidak meminta uluran tangan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup, karena tindakan tersebut akan menimbulkan berbagai macam keburukan dan kemunduran dalam kehidupan. 

Allah berfirman :

لِلْفُقَرَاۤءِ الَّذِيْنَ اُحْصِرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ ضَرْبًا فِى الْاَرْضِۖ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ اَغْنِيَاۤءَ مِنَ التَّعَفُّفِۚ تَعْرِفُهُمْ بِسِيْمٰهُمْۚ لَا يَسْـَٔلُوْنَ النَّاسَ اِلْحَافًا ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ

“(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. [Al Baqarah/2: 273].

Imam Ibnul Jauzi berkata: “Tidaklah ada seseorang yang malas bekerja, melainkan berada dalam dua keburukan. Pertama, menelantarkan keluarga dan meninggalkan kewajiban dengan berkedok tawakkal, sehingga hidupnya menjadi batu sandungan buat orang lain dan keluarganya berada dalam kesusahan. Kedua, demikian itu suatu kehinaan yang tidak menimpa, kecuali kepada orang yang hina dan gelandangan. Sebab, orang yang bermartabat tidak akan rela kehilangan harga diri hanya karena kemalasan dengan dalih tawakkal yang sarat dengan hiasan kebodohan. Boleh jadi seseorang tidak memiliki harta, tetapi masih tetap punya peluang dan kesempatan untuk berusaha”[Talbis Iblis, Ibnul Jauzi, hlm. 303].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi jaminan surga bagi orang yang mampu memelihara diri tidak meminta-minta. Dari Tsauban, (ia) berkata bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَكَفَّلَ لِي أَنْ لَا يَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا وَأَتَكَفَّلُ لَهُ بِالْجَنَّةِ َفَقُلْتُ أَنَا فَكَانَ لَا يَسْأَلُ أَحَدًا شَيْئًا

“Barangsiapa yang bisa menjaminku untuk tidak meminta-minta suatu kebutuhan apapun kepada seseorang, maka aku akan menjamin dengan surga. Aku berkata: “Saya. Maka ia selama hidupnya tidak pernah meminta-minta kepada seseorang suatu kebutuhan apapun“[HR Abu Daud].

Jadi, sebagai pengemban dakwah kita mesti berupaya mengatur setiap aktifitas. Antara dakwah dan kerja atau bisnis diatur sehingga tidak saling menegasikan. Jangan sampai terjadi salah satunya menjadi alasan bagi terlalaikannya urusan yang lain. Saat ditanya kenapa ga optimal kerja maka alasannya dakwah. Begitu ditanya kenapa ga optimal dakwah alasannya kerja. Tentu yang demikian bukan sikap seorang pengemban dakwah.

Semangat yuk Sobat. Yassarallaahu umurana.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center

Janji Allah itu Haq dan Allah Takkan Pernah Ingkar janji



Tinta Media - Sobat. Ajaran Islam terdiri dari perintah (awamir) dan larangan (nawahi). Kedua unsur ini  membawa konsekuensi tersendiri bagi pelakunya. Bagi yang menuruti perintah akan mendapatkan janji berupa pahala.  Bagi yang melanggarnya akan mendapatkan sanksi. Al-Qur’an memuat banyak janji dan peringatan.

Sobat. Ini Di antara janji dalam Al-Qur’an dan sekaligus juga hikmah di balik semua perintah :

1. Orang yang beriman dan beramal sholeh : a. Allah limpahkan kehidupan yang baik, layak dan pantas. b. Balasan yang lebih bagus. c. Masuk surga dengan tempat kediaman yang baik dan nyaman. d. Menjadi penguasa di bumi. e. Dimantapkan agamanya. f. Merasakan aman dan sentausa.

Sebagaimana Allah SWT berfirman :

مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ  

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” ( QS. An-Nahl (16) : 97 )

Sobat. Kemudian Allah swt dalam ayat ini berjanji bahwa Allah swt benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Qur'an dan sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.

Rasulullah bersabda:

Dari 'Abdullah bin 'Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan menerima dengan senang hati atas pemberian Allah. (Riwayat Ahmad)

Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah, tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya.

Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah swt. Adapun di akhirat dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari Allah karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya serta iman yang bersih yang mengisi jiwanya.

Allah SWT berfirman :

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِي ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنٗاۚ يَعۡبُدُونَنِي لَا يُشۡرِكُونَ بِي شَيۡٔٗاۚ وَمَن كَفَرَ بَعۡدَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ  

 “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” ( QS. An-Nur (24) : 55)

Sobat. Rabi` bin Anas pernah berkata mengenai ayat ini, "Nabi Muhammad saw berada di Mekah selama sepuluh tahun menyeru orang-orang kafir Mekah kepada agama tauhid, menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya sedang orang-orang yang beriman selalu berada dalam ketakutan dan kekhawatiran. Mereka belum diperintah untuk berperang. Kemudian mereka diperintah hijrah ke Medinah. Setelah perintah itu dilaksanakan turunlah perintah untuk berperang. Mereka selalu dalam ketakutan dan kekuatiran, tetap menyandang senjata pagi dan petang, dan mereka tetap tabah dan sabar. Kemudian datanglah seorang sahabat menemui Nabi dan berkata, "Ya Rasulullah apakah untuk selama-lamanya kita harus berada dalam kekhawatiran dan kewaspadaan ini? Kapanlah akan datang waktunya kita dapat merasa aman dan bebas dari memanggul senjata?" Maka Rasulullah saw menjawab, "Kamu tidak akan lama menunggu keadaan itu. Tidak lama lagi akan tiba waktunya di mana seseorang dapat duduk di suatu pertemuan besar yang tidak ada sepucuk senjata pun terdapat dalam pertemuan itu. Lalu turunlah ayat ini.

Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi. Akan menjadikan agama mereka agama yang kokoh dan kuat, dan akan memberikan kepada mereka nikmat keamanan dan kesejahteraan. Itulah janji Allah dan janji itu adalah janji yang pasti terlaksana karena mustahil Allah memungkiri janji-Nya selama mereka berpegang teguh kepada perintah dan ajaran-Nya. Memang janji itu telah terlaksana dengan kemenangan beruntun yang dicapai kaum Muslimin di masa Nabi saw dan di masa Khulafa`urrasyidin dan sesudahnya. Di masa Nabi Muhammad, kaum Muslimin telah dapat menaklukkan kota Mekah, Khaibar, Bahrain dan seluruh Jazirah Arab.

Sesudah Nabi saw wafat dan pemerintahan dikendalikan oleh para sahabat (Khulafaurrasyidin) mereka selalu mengikuti jejak Rasulullah saw dalam segala urusan. Dengan demikian kekuasaan mereka meluas baik ke timur, ke barat, ke utara, maupun ke selatan, maka tersebarlah agama Islam dengan pesatnya sehingga dianut oleh penduduk negeri-negeri yang berhasil dikuasai tanpa paksaan dan ancaman. Mereka benar-benar menikmati keamanan dan kesejahteraan. Pemerintahan Islam benar-benar telah menjadi kuat, disegani oleh kawan dan lawan.

Allah telah mengingatkan kaum Muslimin yang telah sukses mencapai kemenangan, keamanan dan kesejahteraan itu dengan firman-Nya:

Dan ingatlah ketika kamu (para Muhajirin) masih (berjumlah) sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), dan kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Dia memberi kamu tempat menetap (Medinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki yang baik agar kamu bersyukur. (al-Anfal/8: 26)

Demikianlah kaum Muslimin menjadi kuat dan disegani, menikmati keamanan dan kesejahteraan pada masa Khalifah Abu Bakar, Umar, Usman, sampai timbul pertentangan yang hebat antara kaum Muslimin pada masa pemerintahan Ali bin Abi thalib sehingga terjadi perang saudara antara sesama mereka padahal perang sesama Muslim itu sangat bertentangan dengan firman Allah:

Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ali 'Imran/3: 103)

Dan firman-Nya:

Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat. (Ali 'Imran/3: 105)

Semenjak itu terjadilah pasang surut dalam pemerintahan Islam. Pada satu waktu mereka jaya dan mulia dan pada waktu yang lain mereka lemah tak berdaya bahkan menjadi mangsa bagi kaum yang lain sesuai dengan keadaan dan kondisi mereka dalam mempraktekkan ajaran Islam, menaati perintah Allah dan Rasul-Nya, menegakkan keadilan dan kebenaran serta menjaga kesatuan umat agar jangan terpecah belah.

2. Orang yang Beriman dan bertakwa : a. Kesalahannya diampuni. b. Dimasukkan Surga. C. Turunnya keberkahan dari langit dan bumi. 

Allah SWT berfirman :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ  

“Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan.” ( QS. Al-Maidah (5) : 65 )

Sobat. Ayat ini menerangkan andaikata Ahli Kitab itu beriman kepada Allah dan beriman kepada Muhammad saw selaku Nabi akhir zaman, dan mereka bertakwa dengan menjauhi pekerjaan-pekerjaan dosa, niscaya Allah mengampuni segala dosa dan kejahatan yang telah mereka perbuat. Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga yang penuh dengan segala macam nikmat. Pengampunan Allah dan surga yang dijanjikan itu tergantung kepada iman, takwa dan taat. Iman tanpa takwa adalah suatu kemunafikan yang hanya dipergunakan untuk mencari keuntungan duniawi belaka. Menurut ayat ini Allah Maha Pengampun dan mengampuni dosa-dosa orang yang beriman dan bertakwa.

Allah SWT Berfirman :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ  

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” ( QS. Al-A’raf (7) : 96 )

Sobat. Demikianlah siksa yang dijatuhkan Allah atas mereka yang durhaka, dan sekiranya penduduk negeri yang Kami kisahkan keadaan mereka atau selain mereka beriman kepada apa yang dibawa oleh Rasul dan bertakwa, yakni melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah, yaitu pintu-pintu kebaikan dari segala penjuru; langit dan bumi, berupa hujan, tanaman, buahbuahan, binatang ternak, rezeki, rasa aman, dan keselamatan dari segala macam bencana, serta kesejahteraan lahir dan batin lainnya, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat dan rasul-rasul Kami, maka Kami siksa mereka disebabkan kekufuran dan kemaksiatan yang terus menerus mereka kerjakan. 

Sobat. Ketaatan akan membawa nikmat dan keberkahan, sebaliknya, kekufuran mendatangkan laknat dan kesengsaraan. Karena kedurhakaan dan kebejatan mereka yang sedemikian parah, sampai-sampai mereka merasa tidak mungkin terkena sanksi Allah, maka kepada mereka diajukan pertanyaan yang mengandung kecaman, Apakah penduduk negeri-negeri itu mengira bahwa mereka merasa aman sehingga tidak khawatir dari kedatangan siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur lelap?

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Al-Qur’an adalah Cahaya - Kitab Suci yang Penuh Energi



Tinta Media - Sobat. Al-Qur’an adalah Nur (Cahaya). Surat-suratnya cahaya. Ayat-ayatnya cahaya. Kata-katanya cahaya. Huruf-hurufnya cahaya. Isi kandungannya cahaya. Aqidah, syariah dan nilai-nilai akhlak yang dikandung Al-Qur’an adalah cahaya kehidupan, karena semuanya adalah kalamullah, dari Dzat – Sumber seluruh cahaya yang menerangi alam semesta (nuurus samaawaati wal ardh)

يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ قَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمۡ كَثِيرٗا مِّمَّا كُنتُمۡ تُخۡفُونَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖۚ قَدۡ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُورٞ وَكِتَٰبٞ مُّبِينٞ  

“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan.” (QS. Al-Maidah (5) : 15)

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa Nabi Muhammad telah datang menerangkan sebagian dari apa yang mereka sembunyikan tentang syariat Allah yang tersebut dalam Taurat. Di antaranya apa yang diterangkan oleh Nabi seperti perhitungan amal dan balasannya di hari akhirat dan hukum rajam, tetapi banyak pula yang dibiarkan karena dianggapnya tidak begitu penting, seperti yang berkenaan dengan datangnya Muhammad saw sebagai Nabi yang terakhir dan sifat-sifatnya.

Yang mendorong mereka untuk menyembunyikan apa yang mereka ketahui dari Taurat ialah disebabkan takut akan kehilangan kedudukan, pengaruh dan lain-lain yang berhubungan dengan keduniaan, termasuk perasaan yang tidak pernah lepas dari mereka, yaitu bahwa mereka adalah keturunan atau umat dari Nabi yang terbaik yakni keturunan dari Nabi Ishak, sedang Nabi Muhammad saw adalah keturunan Nabi Ismail.

Keadaan Nabi Muhammad yang ummi (tidak pandai menulis dan membaca) menambah keberanian mereka untuk menyembunyikan apa yang ingin mereka sembunyikan, karena mereka mengira Nabi Muhammad tidak akan mengetahuinya, tetapi persangkaan mereka meleset dengan turunnya wahyu (Al-Qur'an) kepada Nabi yang mengungkapkan sebagian dari yang mereka sembunyikan itu yang menyebabkan banyak pendeta Yahudi masuk Islam. 

Hukum rajam yang disembunyikan oleh Yahudi kepada Nabi Muhammad saw masih terdapat sekarang dalam kitab Ulangan xxii.22-24: Perempuan bersuami atau laki-laki beristri kedapatan tidur bersama, "haruslah keduanya dibunuh mati." Dan jika yang melakukan itu "seorang gadis yang masih perawan, maka haruslah mereka keduanya kamu bawa keluar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati." 

Selanjutnya diterangkan arti telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menjelaskan. Yang dimaksud dengan cahaya di sini ialah Nabi Muhammad saw karena ia telah menerangi umat manusia dari alam kejahilan ke alam keimanan dan pengetahuan. Sedang yang dimaksud dengan "Kitab yang menjelaskan" di sini ialah Al-Qur'an yang menjelaskan syariat Allah yang diturunkan kepada Muhammad dan menjelaskan pula rahasia Ahli Kitab yang suka mengubah dan menyembunyikan sebagian isi Taurat dan Injil.

Sobat. Wahyu Qur’ani adalah cahaya bagi manusia. Tanpa wahyu manusia dalam kegelapan. Mereka yang hidup bersama Al-Qur’an adalah mereka yang menaburi dirinya dengan cahaya dan menyinari orang lain dengan cahayanya. Ambillah cahaya dari  Al-Qur’an sebanyak-banyaknya, dengan membacanya, menghayati, dan mengamalkan, engkau akan bertaburan cahaya.

وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمُهَيۡمِنًا عَلَيۡهِۖ فَٱحۡكُم بَيۡنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ لِكُلّٖ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةٗ وَمِنۡهَاجٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَلَٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيعٗا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ  

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, ( QS. Al-Maidah (5) :48 )

Sobat. Setelah menerangkan bahwa Taurat telah diturunkan kepada Nabi Musa, dan kitab Injil telah diturunkan pula kepada Nabi Isa dan agar kedua kitab tersebut ditaati dan diamalkan oleh para penganutnya masing-masing. Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad saw. Al-Qur'an adalah Kitab Samawi terakhir yang membawa kebenaran, mencakup isi dan membenarkan Kitab suci sebelumnya seperti Taurat dan Injil. Al-Qur'an adalah kitab yang terpelihara dengan baik, sehingga ia tidak akan mengalami perubahan dan pemalsuan. Firman Allah menegaskan:

(yang) tidak akan didatangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari belakang (pada masa lalu dan yang akan datang), yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana, Maha Terpuji. (Fussilat/41:42).

Sobat. Al-Qur'an adalah kitab suci yang menjamin syariat yang murni sebelumnya, dan kitab suci yang berlaku sejak diturunkannya sampai hari kemudian. Oleh karena itu, wajib menghukumkan dan memutuskan perkara anak manusia sesuai dengan hukum yang telah diturunkan Allah, yang telah terdapat di dalam Al-Qur'an. Bukanlah pada tempatnya menuruti keinginan dan kemauan hawa nafsu mereka yang bertentangan dengan kebenaran yang dibawa oleh junjungan kita Nabi Muhammad saw.

Tiap-tiap umat diberi syariat (peraturan-peraturan khusus), dan diwajibkan kepada mereka melaksanakannya, dan juga mereka telah diberi jalan dan petunjuk yang harus dilaksanakan untuk membersihkan diri dan menyucikan batin mereka. Syariat setiap umat dan jalan yang harus ditempuh boleh saja berubah--ubah dan bermacam-macam, tetapi dasar dan landasan agama samawi hanyalah satu, yaitu tauhid.

Taurat, Injil, dan Al-Qur'an, masing-masing mempunyai syariat tersendiri, yang berisi ketentuan-ketentuan hukum halal dan haram, sesuai dengan kehendak-Nya untuk mengetahui siapa yang taat dan siapa yang tidak. Firman Allah:

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku. (al-Anbiya'/21:25).

"Dan sungguh, Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk menyerukan)," Sembahlah Allah, dan jauhilah thagut." (an-Nahl/16:36).

Sobat. Sekiranya Allah menghendaki, tentulah Dia dapat menjadikan semua manusia hanya dengan satu syariat dan satu macam jalan yang akan ditempuh dan diamalkan mereka sehingga dari zaman ke zaman tidak ada peningkatan dan kemajuan, seperti halnya burung atau lebah, kehendak Allah tentu akan terlaksana dan tidak ada kesulitan sedikit pun, karena Allah kuasa atas segala sesuatu. Tetapi yang demikian itu tidak dikehendaki oleh-Nya. Allah menghendaki manusia itu sebagai makhluk yang dapat mempergunakan akal dan pikirannya, dapat maju dan berkembang dari zaman ke zaman. Dari masa kanak-kanak ke masa remaja meningkat jadi dewasa dan seterusnya.

Sobat. Demikianlah Allah menghendaki dan memberikan kepada tiap-tiap umat syariat tersendiri, untuk menguji sampai di mana manusia itu dapat dan mampu melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya, sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam kitab samawi-Nya, untuk diberi pahala atau disiksa. Oleh karena itu seharusnyalah manusia berlomba-lomba berbuat kebaikan dan amal saleh, sesuai dengan syariat yang dibawa oleh nabi penutup rasul terakhir Muhammad saw. Syariat yang menggantikan syariat sebelumnya, untuk kepentingan dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak.

Pada suatu waktu nanti, mau tak mau manusia akan kembali kepada Allah memenuhi panggilan-Nya ke alam baka. Di sanalah nanti Allah akan memberitahukan segala sesuatu tentang hakikat yang diperselisihkan mereka. Orang yang benar-benar beriman akan diberi pahala, sedang orang-orang yang ingkar dan menolak kebenaran, serta menyeleweng tanpa alasan dan bukti, akan diazab dan dimasukkan ke dalam neraka.

Sobat. Al-Qur’an adalah kitab suci yang penuh energi. Inilah kitab suci yang masih asli. Tidak ada manusia mana pun bahkan jin yang bisa menandingi. Baik dari segi bahasa maupun isi. Bahasanya sangat sastrawi namun bukan puisi. Setiap kalimatnya penuh arti. Tingkat sastranya demikian tinggi. Al-Qur’an adalah kitab untuk lintas generasi. Bisa dikonsumsi oleh anak-anak, orang tua, dan muda-mudi.

Sobat. Al-Qur’an punya visi dan misi yaitu mengajak manusia untuk mengabdi kepada Allah, Tuhan yang Mahasuci. Inilah Aqidah yang fitri. Aqidah para Rasul dan Nabi. 

Sobat. Al-Qur’an mengadung keberkahan sejati yaitu banyaknya kebaikan dari berbagai sisi. Siapa yang ikhlas berinteraksi dengan kitab suci ini, dia  akan meresapi nilai-nilai ilahi. Dia akan disenangi dan dihargai. Baik oleh insan di bumi maupun makhluk samawi.

Sobat. Al-Qur’an kelihatan diam, tapi jika diteliti, dipelajari, dikaji dengan seksama, di dalamnya penuh kekuatan sangat dahsyat yang bisa menciptakan revolusi kemanusiaan dari semua sudutnya.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku Psikologi Dakwah. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Senin, 13 November 2023

Masihkah Kita Ga Semangat Datang Ngaji?


(Renungan bagi Pengemban Dakwah Bagian 1)

Tinta Media - Kadang kadang kita ini lupa bersyukur. Khususnya mensyukuri kesempatan punya majelis ilmu yang rutin pekanan. Majelis ngaji mingguan. Yang diasuh seorang guru yang luar biasa nampak ikhlas dan tidak punya pamrih kecuali kemenangan dakwah dan ridho Allah. Tak pernah minta imbalan apapun meski sekedar uang bensin. Tidak ada pamrih kecuali kebaikan untuk kita para muridnya hingga selamat dunia akhirat. 

Betapa besar nikmat Allah untuk kita. Namun kadang kita lupa dengan kekayaan luar biasa itu. Kekayaan yang tak bisa dibandingkan dengan harta seluruh dunia ini. Sehingga kadang kita malas malasan ngaji. Dengan berbagai alasan kita ga hadir. Hanya dikit flu kita ga hadir. Hanya karena nyari tambahan uang kita ga hadir ngaji. Ini merupakan sikap sembrono dan kerugian yang besar. Rugi dunia akhirat. Mengapa? Karena beberapa kemuliaan berikut:

1. Memenuhi perintah kewajiban menuntut ilmu.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani)

Kita tentu saja bahagia dan gembira hadir ngaji karena sedang memenuhi perintah Allah SWT.

2. Belajar dalam majelis ilmu apalagi ngaji pekanan untuk berjuang menegakkan Islam merupakan jalan ke surga.

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَن سلَك طريقًا يطلُبُ فيه عِلْمًا، سلَك اللهُ به طريقًا مِن طُرُقِ الجَنَّةِ

“Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju surga” (HR. At Tirmidzi no. 2682, Abu Daud no. 3641, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

3. Tanda bahwasanya malaikat ridha dan suka pada orang-orang yang berada dalam majelis ilmu.

وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ

“Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridha pada penuntut ilmu.” (HR. Abu Daud, no. 3641; Ibnu Majah, no. 223; At-Tirmidzi, no. 2682. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if. Sedangkan Syaikh Al-Albani menshahihkan hadits ini). Maksudnya, para malaikat benar-benar menghormati para penuntut ilmu. Atau maksudnya pula malaikat turun dan ikut dalam majelis ilmu. (Tuhfah Al-Ahwadzi, 7: 493)

4. Mendapatkan perlindungan Allah.

وَعَنْ أَبِي وَاقِدٍ الحَارِثِ بْنِ عَوْفٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – بَيْنَمَا هُوَ جَالِسٌ في المَسْجِدِ ، والنَّاسُ مَعَهُ ، إذْ أقْبَلَ ثَلاثَةُ نَفَرٍ ، فأقْبَلَ اثْنَانِ إِلَى رسُولِ اللهِ- صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، وَذَهَبَ واحِدٌ ؛ فَوَقَفَا عَلَى رسولِ الله – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – . فأمَّا أحَدُهُما فَرَأَى فُرْجةً في الحَلْقَةِ فَجَلَسَ فِيهَا ، وَأمَّا الآخرُ فَجَلَسَ خَلْفَهُمْ ، وأمَّا الثَّالثُ فأدْبَرَ ذاهِباً . فَلَمَّا فَرَغَ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ : (( ألاَ أُخْبِرُكُمْ عَنِ النَّفَرِ الثَّلاَثَةِ : أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأوَى إِلَى اللهِ فآوَاهُ اللهُ إِلَيْهِ . وَأمَّا الآخَرُ فاسْتَحْيَى فَاسْتَحْيَى اللهُ مِنْهُ ، وأمّا الآخَرُ ، فَأعْرَضَ ، فَأَعْرَضَ اللهُ عَنْهُ )) . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Waqid Al-Harits bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhubahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sedang duduk di masjid dan orang-orang sedang bersamanya, tiba-tiba datanglah tiga orang. Maka dua orang menghampiri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan yang satu pergi. Lalu kedua orang tua itu berdiri di depan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satunya melihat tempat yang kosong di perkumpulan tersebut, maka ia duduk di sana. Sedangkan yang satu lagi, duduk di belakang mereka. Adapun orang yang ketiga pergi. Maka ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai, beliau berkata, “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang tiga orang? Yang pertama, ia berlindung kepada Allah, maka Allah pun melindunginya. Yang kedua, ia malu, maka Allah pun malu terhadapnya. Sedangkan yang ketiga, ia berpaling maka Allah pun berpaling darinya.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no.66 dan Muslim, no. 2176)

5. Abdullah bin Mubarak menunjukkan keheranan, bagaimana mungkin seseorang jiwanya baik jika tidak mau menuntut ilmu dan menghadiri majelis ilmu. Beliau berkata,

عجبت لمن لم يطلب العلم, كيف تدعو نفسه إلى مكرمة

“Aku heran dengan mereka yang tidak menuntut ilmu, bagaimana mungkin jiwanya bisa mengajak kepada kebaikan.”? [Siyar A’lam AN-Nubala 8/398]

6.  Berjumpa dengan Guru dan Kawan kawan seperjuangan adalah nikmat yang sangat besar. Berjumpa dengan para pejuang yang Mukhlis adalah keberkahan hidup kita. 

7. Dengan istiqomah dalam ngaji pekanan insyaallah kita akan terjaga dan istiqomah dalam perjuangan. Maka nikmat apa lagi yang lebih besar dari istiqomah dijalan Allah?

Maka dari itu sobat, masih adakah diantara kita yang rela melewatkan nikmat hadir pada ngaji ilmu pekanan? Sungguh kerugian lahir batin dunia akhirat sedang kita derita jika kita sampai melupakan nikmat ini. Apalagi yang dikaji bukan sekedar ilmu untuk kebutuhan pribadi namun ilmu untuk berjuang menyelamatkan umat dengan islam kaffah. Baarakallahu Fikum. Ngaji yuk![]

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center

Serius Bekerja, Semangat Berdakwah



Tinta Media - Sebagian orang bilang harta kan tak dibawa mati, sebagai alasan malas bekerja. Seorang muslim harus semangat berkerja dan serius berdakwah. Tidak boleh mempertentangkan dua kewajiban mulia ini. 

Hidup membutuhkan harta. Menafkahi diri dan keluarga membutuhkan harta. Bahkan dakwah pun membutuhkan harta. Maka sudah selayaknya seorang pengemban dakwah juga semangat bekerja selain harus serius berdakwah. Dakwah dan perjuangan tetap fokus hidup. Sementara bekerja merupakan bagian dari penyokong kehidupan yang sangat penting.

Islam mengajarkan agar kita semangat bekerja mencari rezeki. Meskipun rezeki sudah ditentukan Allah. Namun bekerja mencari rezeki mendapatkan pahala besar. Harta kekayaan yang banyak ditangan hamba yang sholih akan sangat berguna untuk perjuangan dan kejayaan Islam wal muslimin. Bukan untuk menumpuk kekayaan yang berakhir pada kesombongan ala qorun.

Harta yang bersih dan halal sangat berpengaruh positif pada gaya hidup dan perilaku manusia, bahkan menentukan diterimanya ibadah dan terkabulnya doa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya) : “Wahai, manusia! Sesungguhnya Allah Maha Bersih, tidak menerima kecuali yang bersih. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman seperti memerintahkan kepada para utusanNya, maka Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik, yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah“. [Al Baqarah/2 : 172].

Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan kisah seseorang yang sedang bepergian sangat jauh, berpakaian compang-camping, berambut kusut, mengangkat tangan ke atas langit tinggi-tinggi dan berdoa: “Ya, Rabbi! Ya, Rabbi!” sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan darah dagingnya tumbuh dari yang haram; maka bagaimana terkabul doanya?[HR Muslim dalam Kitab Zakat]

Berlomba secara sehat dalam mengais rezeki tidak tercela, asalkan dengan menempuh cara yang benar dan usaha yang halal. Bahkan beribadah sambil berusaha pun diperbolehkan, Allah berfirman :

لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَبْتَغُوْا فَضْلًا مِّنْ رَّبِّكُمْ ۗ فَاِذَآ اَفَضْتُمْ مِّنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ ۖ وَاذْكُرُوْهُ كَمَا هَدٰىكُمْ ۚ وَاِنْ كُنْتُمْ مِّنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الضَّاۤلِّيْنَ

“Tidak ada dosa bagimu mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Rabb-mu. Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril Haram. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkanNya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang -orang yang sesat“. [Al Baqarah/2 : 198].

Abu Umar Ibnu Abdul Bar berkata: “Setiap harta yang tidak menopang ibadah kepada Allah, dan dikonsumsi untuk kepentingan maksiat serta mendatangkan murka Allah, tidak dimanfaatkan untuk menunaikan hak Allah dan kewajiban agama, maka harta tersebut tercela. Adapun harta yang diperoleh lewat usaha yang benar sementara hak-hak harta ditunaikan secara sempurna, dibelanjakan di jalan kebaikan untuk meraih ridha Allah, maka harta tersebut sangat terpuji”[Jami’ul Bayanul Ilmi wa Fadhlih, Ibnu Abdul Bar, Juz 2, hlm. 26].

Allah berfirman :

وَلَقَدْ مَكَّنّٰكُمْ فِى الْاَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيْهَا مَعَايِشَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. ” [Al A’raaf/7:10].

Ibnu Katsir berkata: “Allah mengingatkan kepada seluruh umat manusia tentang karuniaNya (yang) berupa kehidupan yang mapan di muka bumi, dilengkapi dengan gunung-gunung yang terpancang kokoh, sungai-sungai yang mengalir indah, dan tanah yang siap didirikan tempat tinggal dan rumah hunian, serta Allah menurunkan air hujan berasal dari awan.

Dan Allah juga memudahkan kepada mereka untuk mengais rezeki dan membuka peluang maisyah (penghidupan) dengan berbagai macam usaha, bisnis dan niaga; namun sedikit sekali mereka yang mau bersyukur”[Tafsir Ibnu Katsir, Juz 3, hlm. 282].

Allah berfirman:

فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” [Al Jumu’ah/62 : 10].

Tentang makna firman Allah “maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah” Imam Al Qurthubi menjelaskan : “Apabila kalian telah menunaikan shalat Jum’at, maka bertebaranlah kamu di muka bumi untuk berdagang, berusaha dan memenuhi berbagai kebutuhan hidupmu”[Tafsir Al Qurthubi, Juz 9, hlm. 71].

Nabi juga pernah mengatakan kepada Sa’ad bin Abi Waqqas: “Sesungguhnya bila kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan, (itu) lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam kekurangan menjadi beban orang lain”[HR Bukhari (2742), Muslim (1628)]

Dari Ayyub, bahwa Abu Qilabah berkata: “Dunia tidak akan merusakmu selagi kamu masih tetap bersyukur kepada Allah,” maka Ayyub berkata bahwa Abu Qilabah berkata kepadaku: “Wahai, Ayyub! Perhatikan urusan pasarmu dengan baik, karena hidup berkecukupan termasuk bagian dari sehat wal afiat”[Diriwayatkan Abu Nuaim dalam Al Hilyah (2/286)]

Yusuf bin Asbath berkata, bahwa Sufyan Ats Tsauri berkata kepadaku: “Aku meninggalkan harta kekayaan sepuluh ribu dirham yang nanti dihisab oleh Allah, lebih aku cintai daripada aku hidup meminta-minta dan menjadi beban orang lain.[Jami’ul Bayanul Ilmi wa Fadhlih, Ibnu Abdil Barr, Juz 2, hlm. 33]

Beberapa atsar (riwayat) dari para ulama mulia di atas, menepis anggapan bahwa mencari nafkah dengan cara yang benar agar hidup mandiri dan tidak menjadi beban orang lain merupakan cinta dunia yang menodai sikap kezuhudan. Padahal tidaklah demikian. Abu Darda’ berkata: “Termasuk tanda kefahaman seseorang terhadap agamanya, adanya kemauan untuk mengurusi nafkah rumah tangganya”[Diriwayatkan Ibnu Abid Dunya dalam Ishlahul Mal, hlm. 223]

Jadi ga ada ajaran Islam itu berupa malas bekerja dengan alasan qonaah padahal di sisi lain dia minta-minta pada manusia. Hidup sederhana memang pilihan. Tapi tetap berupaya mencari maisyah dengan tujuan menegakkan Islam. Apalagi berjuang itu dituntut oleh Allah dengan harta dan jiwa. 

Demikianlah bekerja dan dakwah dua kewajiban mulia. Bekerja dan dakwah dua duanya merupakan faktor kemuliaan Islam wal muslimin. Namun jangan sampai sibuk bekerja jadi alasan untuk tidak optimal berdakwah. Atau sebaliknya nya sibuk dakwah jadi alasan malas bekerja. Tetap semangat bekerja dan serius berdakwah.

Jadi, selamat bekerja Sobat, moga Allah tegakkan agama ini dengan harta dan jiwa kita. Allaahu Akbar![]

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center

Senin, 30 Oktober 2023

Menjadi Muslimah Produktif Sepanjang Masa

Tinta Media - Bagi sebagian muslimah, menjadi ibu mungkin adalah peran baru yang dilakoninya, terutama muslimah muda. Tak sedikit yang kelimpungan, bahkan 'kerempongan' dalam menjalani peran barunya. Banyak juga yang sulit beradaptasi karena semua berubah, baik dalam aktivitas, perhatian, kejiwaan, dan sebagainya.

Banyak di antara muslimah yang sebelum menikah dan melakoni peran baru sebagai ibu bersemangat mengkaji Islam, mengisi kajian, hadir di agenda dakwah, menerima amanah dakwah, tetapi setelah hadirnya bayi mungil dalam kehidupannya, gairah produktivitas, optimisme, dan militansi dakwah kian hari semakin menghilang. Kontribusi dakwah semakin melemah, bahkan kehadirannya pun sering alpa dalam agenda-agenda dakwah.

Menurut Komara dan Wahidah, dua tokoh intelektual muslimah, terjadinya kondisi ini dipengaruhi oleh dua hal mendasar, yaitu:

Pertama, adanya mental yang lemah (yang notabene diturunkan dari lemahnya visi dalam menjalani kehidupan rumah tangga). Ini dipengaruhi model of thinking-nya yang lemah. Hal ini sangat berpengaruh pada kemampuan dalam mengurai dan menyelesaikan masalah.

Kedua, signal belum terwujudnya komunikasi efektif dengan pasangan, sehingga suasana untuk saling menguatkan dan memperbaiki diri dalam kehidupan rumah tangga menjadi lemah.

Menjadi ibu dan muslimah pejuang memang bukan hal yang mudah. Beradaptasi dengan peran baru menjadi ibu baru juga secara alamiah tidak mudah. Namun, di sinilah kita dilatih untuk terus membangun kapasitas diri, menata waktu, mengelola keuangan, mengasah kepekaan, melatih kecepatan berpikir dan bergerak. 

Karena itu, dibutuhkan proses rekayasa agar dirinya mampu terberdayakan secara optimal atas kewajiban yang ditetapkan Allah padanya, baik di ranah domestik (sebagai rabbatul bait dan ummu ajyal) ataupun di ranah publik (berdakwah).

Para muslimah harus memahami dua kewajiban yang telah Allah Swt. bebankan padanya.

Pertama, dalam ranah domestik, muslimah harus menjalankan tugasnya sebagai ibu generasi yang memberikan pengasuhan terbaik kepada anak-anaknya, mengenalkan mereka pada akidah Islam, mengarahkan mereka untuk beramal dengan akidah yang diyakininya, hingga mereka tumbuh menjadi generasi terbaik untuk mengisi peradaban Islam. Selain itu, ia juga harus mampu menjadi pengelola rumah tangga. 

Kedua, dalam ranah publik, muslimah punya kewajiban berdakwah, menyadarkan umat tentang badai kerusakan yang terjadi sebagai efek tidak diterapkannya Islam dalam seluruh aspek kehidupan, menyampaikan bagaimana Islam mengatur seluruh urusan umat, agar umat mengenal Islam sebagai ideologi, dan mengambil Islam sebagai solusi kehidupan mereka.

Maka, untuk kita yang sedang berjuang menjadi ibu terbaik dan muslimah pejuang yang senantiasa produktif dalam melakoni peran sebagai pengemban dakwah, teruslah berdo'a kepada Allah Swt. agar dikuatkan pundak dalam memikul amanah dengan optimal, baik di ranah domestik maupun di ranah publik. Sehingga menjadi amal saleh yang mengantarkan pada surga tertinggi. 

Allah Swt. berfirman dalam surat Muhammad ayat 7,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Artinya: "Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."

Wallahu'alam bisshawab.

Oleh: Aisyah Ummu Azra (Aktivis Dakwah)

Selasa, 24 Oktober 2023

Jangan Berhenti Berbuat Kebaikan

Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Umat Batam, Ustazah L. Nur Salamah, S.Pd. mengingatkan sebuah nasihat dari ulama agar jangan berhenti berbuat kebaikan.

"Ada sebuah nasihat dari seorang ulama, bahwa kita jangan pernah berhenti untuk berbuat baik," ungkapnya saat membuka kajian rutin Kitab Adab Ta'limu Al-Muta'alim Thoriqotu Ta'lum, Selasa (3/10/2023) di Batam. 

Ia menerangkan ungkapan seorang Syekh Al-Imam Abu Nashr As-Shaffari Al-Anshariy yang berkata: Wahai jiwaku, wahai jiwaku, jangan kau berhenti beramal dalam kebaikan dan keadilan serta berbuat baik kepada orang lain, walaupun dilakukan secara pelan-pelan.

Menurutnya, berbuat baik bukan untuk mengharapkan balasan dari manusia. Sama halnya dengan beramal, biar perlahan asal tetap istikamah, karena sesungguhnya Allah mencintai amalan yang sedikit tapi dilakukan secara terus-menerus. 

Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “... Dan sungguh, amalan yang paling dicintai oleh Allah yaitu yang di kerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit.” (HR Bukhari dan Muslim).

Selanjutnya ia memberikan penjelasan bahwa futur atau jenuh dalam beramal merupakan hal yang wajar atau manusiawi. "Futur adalah kondisi yang manusiawi. Namun, kita harus ingat bahwa berbuat baik bukan mengharapkan balasan dari manusia melainkan balasan dari Allah yang tiada batasnya. Jadi harus tetap dipaksakan untuk berbuat kebaikan," terangnya.

Setiap orang yang hendak beramal dalam kebaikan, ucapnya yang dikutip dari sebuah syair, pasti diireni (orang lain merasa iri terhadapnya, dan orang itu dalam musibah dan keburukan setiap orang yang punya kemalasan.

"Syair tersebut menjelaskan bahwa berbuat baik tentu ada halangan dan kendalanya. Misalnya ada orang yang tidak menyukai atau cemburu kepada kebaikan kita. Maka dalam hal berbuat kebaikan pun butuh ilmunya agar kita tetap melanjutkan berbuat kebaikan. Salah satu cara memperoleh ilmu yakni dengan mengkaji Islam," tukasnya.

Orang yang berbuat baik, sambungnya, akan disenangi banyak orang. Namun orang yang mengajak kepada kebaikan belum tentu disenangi orang lain. Tetaplah berbuat baik, jangan malas, karena malas akan berbuah malapetaka.

Sebagai pengasuh kajian rutin, Ustazah Nur juga menyampaikan apa yang dikatakan oleh penulis kitab yakni Imam Az-Zurnuji Rahimahullah. "Sungguh telah menepati makna dalam sebuah syair ini," ucapnya. 

Makna kalimat tersebut, terangnya, bahwa syair selanjutnya memiliki makna yang serupa dengan yang sebelumnya.

Kemudian ia membacakan sebuah syair tentang anjuran meninggalkan sikap malas. "Wahai jiwaku, tinggalkan sikap bermalas-malasan dan sikap menunda, karena kalau tidak demikian, maka tinggallah kamu dengan orang-orang yang hina," jelasnya.

Bunda, sapaan akrabnya memberikan semangat kepada peserta kajian bahwa syair ini adalah sebagai pengingat diri yang menohok. 

"Syair di atas mengingatkan kita untuk tidak bermalas-malasan dan menunda amal kebaikan. Karena sesungguhnya umur dan jatah hidup begitu singkat. Tidak ada kebaikan dari sikap bermalas-malasan selain penyesalan. Maka tugas kita adalah melawan rasa malas," ucapnya dengan penuh semangat.

Betapa banyak rasa malu, lanjutnya mengutip dari syair yang lain, betapa banyak kelemahan, dan penyesalan yang besar, semuanya lahir bagi manusia dari rasa malas.

Masih dalam bahasan yang sama, ia membacakan syair serupa. "Ketahuilah olehmu dari sikap malas dalam mencari hal-hal yang belum jelas dari apa yang kamu ketahui," ungkapnya. 

Terakhir ia memberikan penjelasan dan contoh maksud dari syair yang dibaca sebelumnya.

"Kalimat ini bermakna untuk menghindari sikap malas. Sebagai contoh, jika hadir ke kajian, maka usahakan untuk senantiasa membaca jangan tergesa-gesa bertanya untuk hal-hal yang belum jelas kepada guru. Carilah referensi terlebih dahulu, jangan biasakan malas membaca dan terburu-buru bertanya," pungkasnya. [] Nai

Kamis, 19 Oktober 2023

Taatilah Allah dan Rasul supaya Kamu Diberi Rahmat

Tinta Media - Sobat. Janji Allah itu haq dan Allah tidak akan pernah ingkar janji. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra secara marfu’ bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang yang tidak mau.” Mereka bertanya, “ Wahai Rasulullah, siapa gerangan yang tidak mau?” Beliau menjawab, “ Barangsiapa taat kepadaku, ia masuk surga. Dan, barangsiapa durhaka terhadapku, berarti ia tidak mau ( masuk surga ).”

Allah SWT berfirman :

إِنَّمَا كَانَ قَوۡلَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذَا دُعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَهُمۡ أَن يَقُولُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخۡشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقۡهِ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ  

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. “ ( QS. An-nur (24): 51-52 )

Sobat. Orang-orang yang benar-benar beriman apabila diajak bertahkim kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka tunduk dan patuh menerima putusan, baik putusan itu menguntungkan atau merugikan mereka. Mereka yakin dengan sepenuh hati tidak merasa ragu sedikit pun bahwa putusan itulah yang benar, karena putusan itu adalah putusan Allah dan Rasul-Nya. Tentu putusan siapa lagi yang patut diterima dan dipercayai kebenaran dan keadilannya selain putusan Allah dan Rasul-Nya? Demikianlah sifat-sifat orang-orang yang beriman benar-benar percaya kepada Allah dan Rasul-Nya dan yakin sepenuhnya bahwa Allah Yang Mahabenar dan Mahaadil.

Sobat. Siapa yang menaati semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya karena meyakini bahwa mengerjakan perintah Allah itulah yang akan membawa kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, meninggalkan semua larangan-Nya, akan menjauhkan mereka dari bahaya dan malapetaka di dunia dan di akhirat dan selalu bertakwa kepada-Nya, dan berbuat baik terhadap sesama manusia, maka mereka itu termasuk golongan orang-orang yang mencapai keridaan Ilahi dan bebas dari segala siksaan-Nya di akhirat.

Allah SWT berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ إِنَّآ أَرۡسَلۡنَٰكَ شَٰهِدٗا وَمُبَشِّرٗا وَنَذِيرٗا وَدَاعِيًا إِلَى ٱللَّهِ بِإِذۡنِهِۦ وَسِرَاجٗا مُّنِيرٗا  

“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” ( QS. Al-Ahzab (33) : 45-46 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad bahwa ia diutus untuk menjadi saksi terhadap orang-orang (umat) yang pernah mendapat risalahnya. Allah mengutusnya sebagai pembawa kabar gembira bagi orang-orang yang membenarkan risalahnya dan mengamalkan petunjuk-petunjuk yang dibawanya bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam surga. Ia juga sebagai pemberi peringatan kepada mereka yang mengingkari risalahnya, bahwa mereka akan diazab dengan siksa api neraka. 
Sehubungan dengan fungsi Nabi sebagai saksi (syahid), dalam ayat lain Allah berfirman:

Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka. (an-Nisa'/4: 41).

Sobat. Nabi juga berperan sebagai juru dakwah agama Allah untuk seluruh umat manusia agar mereka mengakui keesaan dan segala sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Juga bertujuan agar manusia beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas; memberi penerangan laksana sebuah lampu yang terang benderang yang dapat mengeluarkan mereka dari kegelapan kekafiran kepada cahaya keimanan, dan menyinari jalan yang akan ditempuh oleh orang-orang yang beriman agar mereka berbahagia di dunia dan akhirat. Semua tugas Nabi saw itu dilaksanakannya dengan dan perintah izin Allah.

Allah SWT berfirman :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ  

“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” ( QS. Al-Anfal (8) : 29 )

Sobat. Allah menyeru orang-orang yang beriman bahwa apabila mereka bertakwa kepada Allah yaitu memelihara diri mereka dengan melaksanakan apa yang mereka tetapkan berdasar hukum-hukum Allah serta menjauhi segala macam larangan-Nya seperti tidak mau berkhianat, lebih mengutamakan hukum-hukum-Nya, Allah akan memberikan kepada mereka petunjuk yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil, dan petunjuk itu merupakan penolong bagi mereka dikala kesusahan dan sebagai pelita dikala kegelapan.

Allah berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (al-Hadid/57: 28)

Allah menjanjikan kepada mereka itu akan menghapus segala kesalahan mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka lantaran mereka itu bertakwa, dan diberi pula furqan, sehingga mereka dapat mengetahui mana perbuatan yang harus dijauhi, karena dilarang Allah, serta dapat pula memelihara dirinya dari hal-hal yang membawa kepada kerusakan. Orang-orang yang mendapat pengampunan Allah berarti ia hidup bahagia. Hal yang demikian ini dapat mereka capai karena karunia Allah semata.

Allah menegaskan bahwa Allah mempunyai karunia yang besar karena Dialah yang dapat memberikan keutamaan kepada makhluk-Nya, baik keutamaan kepada hamba-Nya di dunia ataupun maghfirah dan surga-Nya yang diberikan kepada hamba-Nya yang dikasihi di akhirat.

Sobat. Maksud dari Furqan dalam ayat di atas adalah kemuliaan, kehormatan, keselamatan, dan cahaya yang membedakan antara yang hak dan yang batil.

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًاۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ  

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” ( QS. Thaha (20) : 132 )

Sobat. Ayat ini menjelaskan amanat berikutnya yang tidak kurang pen-tingnya dari perintah sebelumnya ialah perintah Allah kepada Nabi saw menyuruh untuk keluarganya mengerjakan salat dan sabar dalam melaksanakan salat dengan menjaga waktu dan kesinambungannya. Perintah itu diiringi dengan perintah yang kedua yaitu dengan peringatan bahwa Allah tidak minta rezeki kepada Nabi, sebaliknya Allah yang akan memberi rezeki kepadanya, sehingga Nabi tidak perlu memikirkan soal rezeki keluarganya. 

Oleh sebab itu keluarganya agar jangan terpengaruh atau menjadi silau matanya melihat kekayaan dan kenikmatan yang dimiliki oleh istri-istri orang kafir itu. Demikianlah amanat Allah kepada Rasul-Nya sebagai bekal untuk menghadapi perjuangan berat, yang patut menjadi contoh teladan bagi setiap pejuang yang ingin menegakkan kebenaran di muka bumi. 

Mereka harus lebih dahulu menjalin hubungan yang erat dengan Khaliknya yaitu dengan tetap mengerjakan sholat dan memperkokoh batinnya dengan sifat tabah dan sabar. Di samping itu haruslah seisi rumah tangganya mempunyai sifat seperti yang dimilikinya. Dengan demikian ia akan tabah berjuang tidak diombangambingkan oleh perhiasan kehidupan dunia seperti kekayaan, pangkat dan kedudukan. 

Amanat-amanat inilah yang dipraktekkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya sehingga mereka benar-benar sukses dalam perjuangan mereka sehingga dalam masa kurang lebih 23 tahun saja Islam telah berkembang dengan pesatnya di seluruh jazirah Arab dan jadilah kalimah Allah kalimah yang paling tinggi dan mulia.

Jika Rasul dan keluarganya menghadapi berbagai kesuliltan, beliau mengajak keluarganya untuk sholat, sebagaimana diriwayatkan dari sabit, ia berkata : 

Apabila keluarga Nabi ditimpa kesusahan, beliau memerintahkan mereka, "Ayo shalatlah, shalatlah," sabit berkata, "Para nabi jika tertimpa kesusahan mereka segera menunaikan shalat." (Riwayat Ibnu Abi hatim)
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ  
“Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.” ( QS. Ali Imran (3) : 132 )

Sobat. Kemudian perintah tersebut diiringi dengan perintah agar kaum Muslimin selalu taat dan patuh kepada perintah Allah dan Rasul-Nya karena dengan menaati Allah dan Rasul-Nya itulah mereka akan dapat limpahan rahmat-Nya dan dapat hidup berbahagia di dunia dan di akhirat.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )

Tidak Ada Kata Tua untuk Belajar dan Memulai

Tinta Media - Sobat. Seseorang akan tetap menjadi alim selama ia mau belajar bila ia sudah tidak mau belajar dan merasa cukup dengan ilmu yang ia miliki. Maka pada hakikatnya ia adalah orang bodoh. Saya teringat teman kuliah saat menempuh S-3 Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, seorang Kyai Desa dari Magetan yang usianya sudah 65 tahun masih semangat belajar dan kuliah bersama kami menempuh pendidikan Doktor. Pada ujian kualifikasi Doktor beliau kebingungan menggunakan lap top barunya padahal harus menyelesaikan tulisan di kasih waktu hanya 4 jam di kelas dengan menuliskan sekitar 300 buku rujukan. Semangat beliau menjadi inspirasi bagi kami bahwa usia tua bukan alasan atau penghalang untuk belajar bahkan bisa menyelesaikan pendidikan S-3 nya.

Sobat. Tidak ada kata terlambat dalam mencari ilmu pengetahuan. Setua apapun Anda, Anda masih berhak untuk memulai dan menimba ilmu. Di dunia ini terlalu banyak contoh keberhasilan orang yang mencari ilmu di usia tua. Dan salah satunya adalah Rasulullah dan para sahabat. Bukankah ayat yang pertama kali turun saja, diterima Rasulullah SAW saat usia beliau 40 tahun. Setua itu, beliau menerima pelajaran berupa Al-Quran untuk pertama kalinya dari Allah melalui perantara malaikat Jibril. Banyak pula para sahabat yang memulai pelajaran pertama kali dalam usia yang lebih tua dari Rasulullah SAW ada yang mungkin berusia 43 tahun, ada yang 50 tahun mungkin juga ada yang sudah 60 tahun usianya.

Sobat. Hasan al-Bashri pernah ditanya seseorang yang telah berusia 80 tahun, “Apakah ia masih layak untuk menuntut ilmu.” Ia menjawab ia layak menuntut ilmu, selagi ia masih layak untuk hidup. Dari Ahmad bin Hanbal, ia berkata, “Aku akan senantiasa mencari ilmu hingga masuk ke liang kubur.”

Allah SWT berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ  

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. “( QS. Al-Mujadilah (58) : 11 )

Sobat. Ayat ini memberikan penjelasan bahwa jika di antara kaum Muslimin ada yang diperintahkan Rasulullah saw berdiri untuk memberikan kesempatan kepada orang tertentu untuk duduk, atau mereka diperintahkan pergi dahulu, hendaklah mereka berdiri atau pergi, karena beliau ingin memberikan penghormatan kepada orang-orang itu, ingin menyendiri untuk memikirkan urusan-urusan agama, atau melaksanakan tugas-tugas yang perlu diselesaikan dengan segera.

Dari ayat ini dapat dipahami hal-hal sebagai berikut:

1. Para sahabat berlomba-lomba mencari tempat dekat Rasulullah saw agar mudah mendengar perkataan yang beliau sampaikan kepada mereka.

2. Perintah memberikan tempat kepada orang yang baru datang merupakan anjuran, jika memungkinkan dilakukan, untuk menimbulkan rasa persahabatan antara sesama yang hadir.

3. Sesungguhnya tiap-tiap orang yang memberikan kelapangan kepada hamba Allah dalam melakukan perbuatan-perbuatan baik, maka Allah akan memberi kelapangan pula kepadanya di dunia dan di akhirat.

Memberi kelapangan kepada sesama Muslim dalam pergaulan dan usaha mencari kebajikan dan kebaikan, berusaha menyenangkan hati saudara-saudaranya, memberi pertolongan, dan sebagainya termasuk yang dianjurkan Rasulullah saw. Beliau bersabda:

Allah selalu menolong hamba selama hamba itu menolong saudaranya. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)

Berdasarkan ayat ini para ulama berpendapat bahwa orang-orang yang hadir dalam suatu majelis hendaklah mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam majelis itu atau mematuhi perintah orang-orang yang mengatur majelis itu.

Jika dipelajari maksud ayat di atas, ada suatu ketetapan yang ditentukan ayat ini, yaitu agar orang-orang menghadiri suatu majelis baik yang datang pada waktunya atau yang terlambat, selalu menjaga suasana yang baik, penuh persaudaraan dan saling bertenggang rasa. Bagi yang lebih dahulu datang, hendaklah memenuhi tempat di muka, sehingga orang yang datang kemudian tidak perlu melangkahi atau mengganggu orang yang telah lebih dahulu hadir. Bagi orang yang terlambat datang, hendaklah rela dengan keadaan yang ditemuinya, seperti tidak mendapat tempat duduk. Inilah yang dimaksud dengan sabda Nabi saw:

Janganlah seseorang menyuruh temannya berdiri dari tempat duduknya, lalu ia duduk di tempat tersebut, tetapi hendaklah mereka bergeser dan berlapang-lapang." (Riwayat Muslim dari Ibnu 'Umar)

Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram dalam masyarakat, demikian pula orang-orang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah. 

Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman dan berilmu. Ilmunya itu diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya.

Kemudian Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui semua yang dilakukan manusia, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Dia akan memberi balasan yang adil sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan surga dan perbuatan jahat dan terlarang akan dibalas dengan azab neraka.

Sobat. Sekali lagi tidak ada kata terlambat untuk memulai dan belajar. Jangan pernah merasa tua untuk belajar dan memulai. Dalam kitab kesuksesan, tak mengenal kata terlambat yang ada hanyalah bergerak, bergerak dan berani memulai, tak peduli di usia berapa saat Anda bergerak!

Sobat. Imam Ali bin Abi Thalib pernah mengingatkan, “ Jika seseorang sudah sampai pada kematangan ilmu pengetahuan, ia akan merendah. Jika ilmu pengetahuannya masih dangkal, maka ia akan meninggikan hati.” Maka aturan emas Islam agar Anda bisa meraih puncak kesuksesan dan kejayaan adalah kosongkan cangkir pikiranmu, agar ilmu baru bisa kau tamping dan tak tumpah.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
( Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku Psikologi Dakwah. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab