Tinta Media: Motivasi
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Februari 2024

Tulisan Membawa Perubahan


Tinta Media - Sebagai seorang muslim, dakwah adalah kewajiban sebagaimana kewajiban lainnya. Maka, sudah tentu dalam berdakwah harus bisa memaksimalkan diri dan bersungguh-sungguh dengan segala potensi yang dimiliki tanpa kenal lelah apalagi gampang pasrah dan menyerah dalam menghadapi tantangan dakwah. Kita ingatkan kembali diri ini bagaimana Rasul SAW dan para sahabat juga para khalifah berjuang demi dakwah Islam  dengan sungguh-sungguh bahkan rela mengorbankan segalanya dari mulai harta sampai nyawa demi tersampaikannya pesan dakwah kepada seluruh umat manusia. Sampai dakwah Islam diterima dunia dan memimpinnya selama lebih 1300 tahun dengan segala kemajuan dan perkembangannya. 

Seperti halnya para ulama terdahulu yang menulis berbagai kitab dan bahkan menjadi pakar di bidang masing-masing. Semisal Ibnu Sina yang ahli di bidang pengobatan, dengan kitabnya Al-qanun fi al-Tibb. Al-Khawarizmi penemu algoritma yang menjadi dasar pengembangan komputer modern juga ditemukannya angka nol yang mempermudah penghitungan. Jabir ibnu Hayyan ahli kimia yang karya karyanya sampai diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Ibnu Al Haytam ahli matematika, astronomi, dan fisika. Terkenal dengan karyanya Al-Manazir, kitab yang membahas tentang optik yang bahkan dijadikan rujukan ilmuwan barat Roger Bacon dan Kepler dalam menciptakan mikroskop dan teleskop. Al-Jazary yang bergelar bapak robot karna karyanya sebagai pembuat robot pertama. Al-Zahrawi seorang dokter dan ahli bedah dengan karyanya At-Tasrif yaitu ensiklopedia medis yang jadi rujukan di dunia kedokteran. Dan masih banyak lagi. 

Mereka dengan penuh kesungguhan sampai rela berjalan puluhan atau bahkan ribuan km jauhnya untuk mempelajari suatu keilmuan untuk kemudian dibukukan agar bisa dipelajari umat serta generasi setelahnya, sekaligus menjadi ilmu pengetahuan bagi yang mempelajari dan pahala jariah bagi mereka yang menuliskannya. 

Ini dari sisi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi perubahan peradaban. Sementara, dari sisi kemunduran tatkala umat dilemahkan dengan  gencarnya serangan misionaris terhadap dunia Islam sekitar abad ke 16 hingga 19 Masehi yang membuat Daulah Islam berhasil diruntuhkan tahun 1924 Masehi. Kala itu, salah satu senjata yang digunakan para misionaris adalah melalui  pencetakan buku-buku dan penerbitan buletin-buletin yang kemudian disebarluaskan kepada kaum muslim dengan tujuan untuk melemahkan kaum muslim. hingga mereka (kaum muslim) ragu dengan agamanya dan perlahan tapi pasti kaum muslim kehilangan jati diri dan bahkan kehilangan negaranya yaitu runtuhnya kekhilafahan islam tahun 1924 masehi melalui antek penjajah inggris mustafa kemal at-taturk. 

Oleh karenanya, menulislah sampaikanlah pesan dakwah kepada umat. agar umat terlepas dari belenggu kejumudan, kekufuran serta mengembalikan manusia kepada fitrahnya dan besar harapan bisa mengembalikan kembali cahaya kejayaan Islam yang telah lama padam dengan tegaknya syari’ah Islam  dalam bingkai khilafah ‘ala minhajin nubuwwah sebagaimana yang di sabdakan baginda Rasullullah SAW. Yang akan membawa kemajuan serta perubahan bagi peradaban Islam dan dunia. 

Oleh: Dede Dahyat
Aktivis Komunitas Karyawan Hijrah Purwakarta

Menulis sebagai Uslub Dakwah Islam Ideologis, Panggilan Jiwa yang Mendalam



Tinta Media - Dalam era informasi ini, peran menulis memiliki dimensi yang lebih luas, terutama ketika digunakan sebagai uslub dakwah Islam ideologis. Di tengah kompleksitas tantangan zaman, kemauan yang kuat dari penulis menjadi landasan utama dalam menjadikan setiap tulisan sebagai panggilan jiwa yang mendalam. Keinginan yang tulus untuk menyebarkan nilai-nilai Islam melalui medium tulisan bukan hanya menjadi tugas, melainkan juga tanggung jawab spiritual yang memerlukan keautentikan dan kecemerlangan.

Pertama, tanggung jawab spiritual penulis mencuat sebagai esensi dari kemauan kuat dalam menulis sebagai uslub dakwah Islam ideologis. Menulis bukan hanya keterampilan teknis, melainkan amanah yang memerlukan kesungguhan dan ketulusan dalam menyampaikan pesan Islam. Penulis yang memiliki kesadaran akan tanggung jawab spiritual ini akan menjadikan setiap kata yang tercipta sebagai refleksi dari keimanan dan kecintaan kepada ajaran Islam.

Kemauan yang mendalam juga mendorong penulis untuk mengeksplorasi kreativitas dalam penyampaian dakwah. Menulis sebagai uslub memungkinkan penciptaan narasi yang tidak hanya menggugah, tetapi juga memudahkan pemahaman. Dengan kreativitas, penulis dapat membentuk kata-kata menjadi instrumen yang membangun jembatan antara ajaran Islam dengan realitas kehidupan sehari-hari. Inilah jalan untuk membuat dakwah tidak hanya bermakna, tetapi juga relevan dalam konteks masa kini.

Adaptasi dengan konteks kontemporer menjadi langkah selanjutnya yang diambil oleh penulis yang memiliki kemauan kuat. Mampu memahami isu-isu zaman dan menyampaikan pesan Islam dengan cara yang relevan memerlukan kepekaan terhadap perubahan sosial dan budaya. Dengan kemampuan beradaptasi, tulisan menjadi alat yang efektif untuk merespons tuntutan masa kini, sehingga pesan Islam dapat diterima dengan lebih luas dan mendalam.

Tidak hanya sekadar menyampaikan pesan, penulis dengan kemauan kuat untuk menjadikan menulis sebagai uslub dakwah Islam ideologis juga mencerminkan keteladanan dalam tulisan. Melalui kata-kata, penulis tidak hanya menjadi penyampai informasi, melainkan juga contoh yang menginspirasi dan memotivasi pembaca. Keteladanan ini memberikan dimensi lebih dalam pada tulisan, menjadikannya lebih dari sekadar rangkaian kalimat, tetapi sebagai cerminan dari nilai-nilai yang diadvokasi.

Kontinuitas dan konsistensi adalah aspek penting yang tercermin dari kemauan yang terus menerus. Menjadikan menulis sebagai uslub dakwah Islam ideologis bukanlah proyek sesaat, melainkan perjalanan panjang untuk membangun kesadaran dan pemahaman umat terhadap nilai-nilai Islam. Dengan mempertahankan kontinuitas, tulisan menjadi alat yang mampu secara berkesinambungan memengaruhi dan membentuk pola pikir umat dalam mendekatkan diri kepada ajaran Islam.

Dengan demikian, menjadikan menulis sebagai uslub dakwah Islam ideologis bukan hanya menciptakan tulisan-tulisan berkualitas, tetapi juga merintis jalan untuk memperkaya spiritualitas dan pemahaman umat terhadap ajaran Islam. Kemauan yang kuat dari penulis menjadi pendorong utama dalam membangun jembatan antara dunia tulisan dan nilai-nilai Islam, membawa pesan agung dengan penuh keikhlasan dan kecintaan.[]


Oleh: Zamrudin
Sahabat Tinta Media 

Menulislah untuk Mengabadikan Sejarah Perjuangan Kebenaran Islam



Tinta Media - Maukah kalian seperti ulama-ulama pejuang terdahulu yang tulisannya bisa sampai kepada generasi kita hari ini? Bahkan, kita semua masih bisa membayangkan karya ulama-ulama ini akan tetap dikaji sampai akhir zaman. Nama-nama mereka abadi dalam karya-karya tulisannya dengan kitab yang berjilid-jilid. Kita bisa mengikuti jejak-jejak mereka yang menghabiskan banyak waktu untuk berkarya dengan menulis. Mengabadikan nama mereka meskipun hari ini mereka telah meninggal dunia. 

Meskipun kita tahu bahwa kita tidak akan bisa menyamai derajat para ulama terdahulu, tapi minimal kita mengarahkan segala kemampuan kita untuk perjuangan kebenaran Islam. Kebenaran Islam di era modern ini mulai meredup, banyak umat Islam meninggalkan ajaran Islam karena dianggap tidak sesuai dengan zaman. Fenomena ini dibuktikan dengan banyaknya kaum muslim yang disibukkan dengan gadgetnya dibanding dengan Al-Qur’an. Lebih suka nongkrong lama-lama di kafe daripada di majelis ilmu. Sibuk membicarakan aib seseorang dan luput membicarakan persoalan umat. 

Fenomena dan kejadian seperti itu bisa memberikan keresahan dalam hati, jikalau kalian merasakan dan menyadari bahwa hal inilah yang membuat umat islam itu kelihatan lemah, sibuk dengan dunia. Pikiran mereka hanya sebatas memuaskan perasaan, mengenyangkan perut, menghilangkan dahaga dan membasahinya dengan minuman yang mahal. Pikiran itu tidak dikerahkan untuk memikirkan umat, memberi makan rakyat yang sengsara, menyantuni umat yang tidak mampu sekedar untuk merasakan yang namanya kekenyangan. Ini sangat miris! 

Tidak Peduli

Sejujurnya kita memasuki tahun-tahun yang penuh dengan kesedihan. Kaum muslim yang begitu banyak namun kekuatan mereka tak ubahnya seperti buih di lautan. Pembantaian manusia yang terjadi untuk ke sekian kalinya. Mereka adalah makhluk yang memiliki kemerdekaan untuk hidup, hak untuk hidup sebagai manusia normal. Sama seperti kita yang hidup dalam ketenangan dan ketenteraman tanpa ancaman senjata yang mematikan. Yang lebih menyedihkan lagi mereka adalah saudara seiman kita yang dibombardir hampir setiap saat, di mana kita hari ini? Tidak ada yang menolong mereka, meskipun teriakan mereka begitu jelas kita dengar, dunia juga mendengar mereka tapi tidak ada sampai saat ini yang mau menolong mereka. 

Sampai saat ini mereka hanya bertahan, meskipun kita tahu mereka juga punya titik kesabaran dan kelemahan layaknya manusia normal. Tidak tersentuhkah hati kita melihat mereka untuk sekedar makan saja sangat sulit, kekurangan air minum, penyakit yang bisa mudah menyerang mereka, peralatan kesehatan yang tidak tersedia. Kematian begitu dekat dengan mereka. 

Saat ini tidak ada lagi alasan untuk tidak melakukan apa-apa. Saudara-saudara seiman kita di Gaza mengorbankan nyawa mereka untuk menjaga kemuliaan Baitul Maqdis. Mereka rela sengsara untuk itu semua, atas dasar keyakinan yang kokoh segalanya mereka korbankan. Predikat khairuh ummah diupayakan oleh umat Islam di Gaza. 

Tak terhitung jumlah anak-anak, lansia, wanita yang meninggal dunia dengan cara dibombardir oleh Zionis Yahudi la’natullah‘alaih. Kelakuan mereka bukan lagi sekedar membunuh tetapi telah melakukan genosida terhadap bangsa Palestina. Kelakuan yang sungguh sangat biadab dan mereka tidak pantas lagi untuk disebut sebagai manusia. 

Sampai kapan pun kemunduran umat Islam akan terus berlanjut, jika kita mengabaikan dan memilih tidak peduli. Perjuangan kebenaran Islam harus dilakukan jika ingin mengakhiri penderitaan ini. Agar tragedi di Gaza bisa dimenangkan oleh umat Islam, kita tidak boleh hanya berdiam diri. 

Memang benar, kita tidak mungkin berjuang mengangkat senjata untuk menolong mereka di sana. Bangsa muslim yang dekat dengan mereka pun tidak bisa berbuat demikian, apalagi kita yang di timur jauh. Di sisi lain, tidak adanya seorang pemimpin umat Islam yang bisa didengarkan ucapannya yang menjadi pemimpin umat Islam seluruh dunia untuk memerintahkan jihad. Namun ada satu hal yang bisa kita lakukan, yaitu menulis untuk mengabadikan perjuangan kebenaran Islam hingga meraih kemenangan. Dan Allah SWT. menurunkan pertolongan atas upaya kita yang sungguh-sungguh memperjuangkan syariat Islam. 

Ayo Menulis!

Seorang muslim yang menyadari akan kewajibannya untuk berdakwah, bisa memilih cara dakwah dengan menulis. Dia perlu memaksimalkan kemampuan menulisnya agar mudah dipahami oleh pembaca. Menyadarkan mereka yang tidak tahu persoalan umat hari ini. Mengupayakan semaksimal mungkin pembaca tidak salah paham dengan berita-berita keliru yang dipublikasikan. 

Insyaallah tulisan itu akan menjadi amal jariyah yang akan menyelamatkan kita di akhirat kelak. Yakinlah tulisan itu akan tetap hidup meskipun penulisnya telah meninggal dunia. Apalagi tulisannya mengajak pada kemuliaan dan kemenangan Islam, yang mengajak manusia untuk menggapai rida Tuhan seluruh alam (Allah SWT). 

Jika kita menggunakan jalan ini untuk berdakwah, Insyaallah nama kita akan tetap abadi di dunia karena dakwah tulisan yang sudah tersebar luas. Sekalipun nantinya kita telah meninggalkan dunia tulisan itu akan tetap ada dan menjadi kebaikan yang terus mengalir. Kita berdoa kepada Allah SWT semoga ini menjadi amal jariyah, siapa pun yang mengambil jalan ini khususnya untuk menyadarkan umat dan membangunkan mereka dari tidur yang lama. 

Ulama-ulama terdahulu yang namanya kita kenal hingga hari ini, bukankah kita mengenal mereka lewat tulisan-tulisan dan kitab-kitab mereka yang terkenal? Yang memberikan manfaat yang luar biasa sehingga dirasakan seluruh kaum muslim di seluruh dunia. Tulisan mereka itulah yang telah menerangi jalan kegelapan manusia dengan cahaya peradaban yang mulia nan agung, khususnya untuk kaum muslimin. Lanjutkan perjuangan Islam untuk meraih kemenangan. 

Oleh: La Ode Abdul Salam 
Sahabat Tinta Media

Memenangkan Perang Pemikiran lewat Tulisan



Tinta Media - Memenangkan perang pemikiran adalah sebuah kewajiban yang harus dipenuhi oleh kaum muslimin dewasa ini. Karna memang, kondisi kaum muslimin saat ini yang jauh dari nilai ajaran-ajaran agamanya adalah bukti dari berhasilnya musuh-musuh Islam dalam mempengaruhi pemikiran mereka, dan salah satu cara efektif untuk melakukan perlawanan terhadap pemikiran kufur adalah melalui media tulisan. 

Perang pemikiran telah berhasil membuat kaum muslimin tidak lagi perduli terhadap apa yang menimpa diri mereka dan apa yang mereka perbuat terhadap diri mereka. Misalnya dalam hal pekerjaan, kaum muslimin tidak lagi mempertimbangkan aspek halal-haram dalam melakukan pekerjaan mereka. Dalam hal pakaian juga begitu, mereka tidak lagi perduli apakah pakaian mereka memperlihatkan aurat mereka dimuka umum atau tidak. Lebih-lebih lagi dalam hal pergaulan, campur baur pria wanita  hingga pacaran yang berujung zina adalah sebuah trend yang melekat erat pada diri mereka. 

Semua yang terjadi pada kaum muslimin itu sudah dirancang sedini mungkin melalui buku-buku dan bacaan anak yang berisikan paham-paham sekuler dari tingkat sekolah yang paling dasar hingga yang paling tinggi. Maka dari itu, untuk mengimbangi serangan pemikiran sekuler tersebut tulisan-tulisan yang memuat pemahaman ideologi Islam menjadi sangat penting untuk terus dibuat oleh para cendekiawan muslim agar menjadi benteng yang mampu melindungi pemikiran umat dari bahayanya pemikiran kufur tersebut. 

Tulisan-tulisan yang dibuat hendaknya mampu menjelaskan kebenaran ajaran Islam secara komprehensif dan menjelaskan keburukan pemikiran kufur secara nyata. Mampu memberikan arahan dan petunjuk yang menghantarkan kualitas hidup yang lebih baik kepada kaum muslimin sehingga melakukan aktivitas kehidupan dengan standar halal-haram adalah prioritas utama bagi mereka. 

Memang benar, rendahnya minat baca kaum muslimin juga menjadi salah satu faktor penyebab mudahnya mereka terpapar pada pemikiran yang bertentangan dengan ajaran islam. Untuk itu dibutuhkan kemampuan yang ekstra bagi para penulis untuk bisa membuat tulisan yang mampu membangkitkan  𝙨𝙥𝙞𝙧𝙞𝙩 beragama bagi kaum muslimin, tulisan yang menggugah ketaatan mereka agar konsisten pada ketaatan, serta tulisan yang mampu menunjukkan jalan yang benar dari kesesatan yang mereka perbuat. 

Para penulis juga hendaknya sadar bahwa tulisan-tulisan mereka adalah satu roda penggerak agar kaum muslimin itu semakin cepat memenangkan perang pemikiran dan terbebas dari penderitaan mereka yang hidup jauh dari aturan islam, banyaknya tulisan tentang Islam yang sebenarnya akan mampu membuat tulisan propaganda dari musuh Islam semakin terlihat kesesatannya yang diharapkan berimbas pada berkurangnya minat baca kaum muslimin terhadap tulisan yang berisikan propaganda tersebut. Seperti kata pepatah 'jika dirimu tidak disibukkan oleh ketaatan maka dirimu akan disibukkan oleh kemaksiatan'. 

Begitu juga dengan kaum muslimin, apabila tidak ada tulisan dari cendekiawan muslim yang bisa mereka baca untuk menambah pemahaman mereka terhadap Islam, maka mereka akan membaca tulisan yang mendiskreditkan agama mereka. Sehingga tidak salah jika dikatakan, tulisan cendekiawan muslim adalah modal awal kebangkitan kaum muslimin dan cara paling ampuh untuk memenangkan perang pemikiran. 

Wallahu a'lam

Oleh: Rudi Lazuardi
Komunitas Medan Beriman

Rabu, 07 Februari 2024

Kata-Kata adalah Senjata



Tinta Media - Tahukah Anda bahwa banyak perubahan besar di dunia dimulai dari sebuah tulisan atau kata-kata? Karena tulisan adalah salah satu senjata yang luar biasa dalam menggugah dan mengubah masyarakat. Jose Rizal menggemparkan pemerintahan kolonial Spanyol dengan tulisannya yang sekadar sebuah cerita fiksi (novel). Begitu juga novel Max Havelar karya Multatuli yang membuka mata masyarakat Eropa akan buruknya penjajahan Belanda pada Indonesia. Belum lagi Hitler dengan Mein Kampf-nya atau Karl Marx dengan Das Kapital. Ada juga Sayyid Quthb, Taqiyuddin An-Nabhani, dan sederet penulis hebat lainnya yang menggegerkan pembaca serta menyentak masyarakatnya. 

Sebagaimana senjata pada umumnya, ia bisa digunakan untuk hal yang baik ataupun jahat. Begitu juga tulisan, ia bisa digunakan untuk menyebarkan ide yang menyesatkan, dusta yang merusak, atau ideologi yang menjauhkan manusia dari kebenaran. Sebaliknya, ia juga bisa digunakan untuk menyebarkan kebaikan, dakwah pada kebenaran, menyebarkan ideologi Islam, dan banyak hal lainnya. 

Maka dari itu, kita mestilah berusaha dan bertekad untuk menggunakan senjata ini untuk menebar kebaikan, menjadikannya wasilah dakwah, dan untuk mengasah pikiran atau pengetahuan. Karna melalui tulisan, sebuah ide menjadi abadi. Bisa terus bergulir ke sana kemari. Apalagi di era pesatnya penyebaran informasi melalui media sosial hari ini. Sebagaimana kata seorang aktivis Islam yang terkenal Sayyid Quthb bahwa satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala. 

Umur manusia itu terbatas. Kita pun tidak tahu kapan ajal menyapa. Dan di hari berbangkit kelak, sebagai muslim yang percaya akan hari pembalasan, tentu saja kita sangat ingin agar banyak pahala yang bisa kita tuai. Salah satu jalan agar semakin banyak pahala serta bisa mendapatkan ganjaran surga adalah dengan melakukan kebaikan yang balasannya terus mengalir meskipun kita sudah berhenti mengerjakannya. Apalagi kalau bukan amal jariyah. Dan salah satu nya adalah melalui tulisan. Melalui tulisan, meskipun kelak kita sudah tiada, apabila tulisan tersebut masih dibaca dan memberikan manfaat, ia akan terus mendatangkan pahala yang tiada hentinya. 

Tulisan apa saja  tentu akan memberikan kebaikan apabila diniatkan untuk ibadah dan dakwah. Serta isinya juga tak melanggar syariat Allah. Namun akan lebih relevan rasanya jika kita fokus menulis tentang tema sosial, politik, dan pemikiran karna berhubung saya sendiri punya minat yang besar soal tiga topik tadi. Apalagi permasalahan umat muslim hari ini juga berkutat soal tiga tema besar tadi. Penulis harap dengan tulisan singkat ini membuat kita semakin yakin, kuat, serta istikamah kelak dalam meniti jalan dunia kepenulisan. Menjadikan tulisan sebagai sebuah wasilah kebaikan. Dakwah menuju kebenaran. 

Apabila kelak semangat menulis kita luntur dan bahkan hilang, mudah-mudahan tulisan ini menjadi pendongkrak semangat kita kembali. Dan memaksa diri kita untuk menulis lagi setelah tulisan ini kita baca lagi. 

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama dia tidak menulis, dia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah kerja untuk keabadian” tulis Pramodeya Ananta Toer. 

Begitu juga kata Imam Al-Ghazali: 

“Jika kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka menulislah”. 

Jadi sekian banyak manfaat dari menulis. Selain ia sebagai senjata dakwah, ladang pahala, dan banyak kebaikan lainnya. Ia juga bisa untuk menguatkan ilmu kita serta mengikat ilmu-ilmu yang kita miliki. Karna ilmu adalah kuda liar, maka pena adalah tali kekangnya.

Oleh: Muri Andiko
Sahabat Tinta Media 

Pahala Tak Terputus, Meski Umur Kita Pupus



Tinta Media - Umur kita sangat terbatas, padahal “bekal” amal baik menuju akhirat masih sedikit dan kurang berkualitas. Apakah ada sebuah aktivitas, yang akan menambah “bekal” akhirat kita, yang mendatangkan pahala tidak terputus, meski umur kita telah pupus? Ya, tentu ada. Menulislah! Menulis sebagai wasilah (sarana) berdakwah Islam. 

Aktivitas menulis kita jadikan sebagai sarana dakwah Islam, tidak kalah penting dengan aktivitas dakwah secara lisan. Salah satu kelebihan dakwah melalui tulisan adalah dakwahnya dapat dibaca dan diamalkan jutaan orang, baik pada zamannya atau zaman setelahnya, yang artinya berpeluang mendapatkan pahala kebaikan yang banyak dan tidak terputus. 

Bagi sebagian banyak orang, aktivitas menulis bukan perkara mudah. Memerlukan energi yang besar untuk menulis satu paragraf sekalipun. Karenanya perlu sering latihan  dan uji coba serta tidak mudah putus asa ketika deadline tiba. Selain itu penulis harus memperbanyak bahan bacaan agar wawasannya semakin luas. Dan tak kalah penting adalah seorang penulis memiliki seorang mentor atau pembimbing yang dapat membimbing dirinya agar kualitas dan isi tulisannya semakin baik, berbobot dan menggugah pembaca mengamalkan isi tulisannya. 

Nah pertanyaannya sekarang bagaimana jika penulis terhinggap rasa malas atau mungkin stres karena deadline yang begitu ketat. Ya benar, hal ini dialami para penulis, meski penulis senior sekalipun. Maka inilah beberapa kalimat yang mudah-mudahan akan membuat kita kembali bersemangat dalam menulis yakni ketika membaca kalimat-kalimat di bawah ini, di antaranya : 

Pertama, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa mengajak kepada petunjuk maka dia mendapat pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, namun tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun. Barang siapa mengajak tersesat, maka dia mendapat dosa seperti dosa orang yang ikutilah dia, namun tanpa mengurangi sedikit pun dosanya” (HR Muslim) 

Kedua, Nabi SAW bersabda, “Lindungi ilmumu dengan menulis” (Shahih al-Jami’) 

Ketiga, Sesungguhnya bila menulis dengan tujuan melestarikan ilmu, tentu mendapatkan pahala; pahalanya juga akan bertambah bila dimaksudkan untuk dijadikan pelajaran dakwah; pahalanya akan terus bertambah dari setiap orang yang membacanya dan mendapat pencerahan dan mengamalkan tulisannya tadi meskipun penulis sudah meninggal dunia. 

"Ilmu itu bukan yang dihafal tetapi yang memberi manfaat" (Imam Syafi'i). Mudah-mudahan perkataan Imam Syafi’i ini dapat memberikan semangat saya membagi ilmu bermanfaat lewat tulisan. 

Dakwah adalah kewajiban para Nabi dan Rasul, Rasulullah SAW berdakwah hingga Islam tersebarluas di muka bumi. Sebagai orang yang mengaku taat, cinta dan meneladan Rasulullah SAW, maka saya juga berdakwah dengan cara melalui tulisan saya. Semoga tulisan saya bermanfaat bagi umat. 

Satu hal penting lain yakni kita sebagai penulis dapat memilih tema tulisan tertentu atau tema tulisan yang beragam. Tema beragam di antaranya pendidikan, ekonomi, politik, parenting, remaja, hubungan internasional, pemerintahan, teknologi, lapangan kerja, kepribadian Islam. Saya sendiri secara pribadi berupaya menulis dengan tema beragam dikarenakan Islam membahas dan memberikan solusi terhadap tema-tema tersebut dan saya ingin terus menambah wawasan saya dengan menulis dalam beragam tema seperti di atas. 

Semoga tulisan ini bermanfaat. Yuk, mari ikut menulis sebagai bagian dari sarana dakwah Islam, mudah-mudahan kita mendapatkan pahala tak terputus dari tulisan kita, meski umur kita telah pupus. Aamiin.

Oleh: Yasirli Amri
Penulis Dakwah Mabda’i


Selasa, 06 Februari 2024

Menulislah, Agar Orang Tua dan Gurumu Dapat Pahalanya



Tinta Media - Bayangkan jika hari ini kita tidak bisa membaca dan menulis. Sulit bukan? Saya sendiri sulit membayangkannya. Kenyataannya hari ini, komunikasi dengan sesama bergantung pada apa yang dibaca dan yang ditulis. Sulit pula dibayangkan lingkungan tempat bermukim jika kita tidak bisa membaca dan menulis. 

Maka kemampuan membaca dan menulis patut disyukuri. Cukup dengan membaca tulisan, kita jadi tahu arah dan tempat yang dicari. Banyak informasi dan ilmu yang didapat dengan membaca tulisan yang termuat dalam lembaran-lembaran buku ataupun yang tersebar melalui internet. 

Kemampuan menulis tidak kalah pentingnya. Bahkan membaca membutuhkan tulisan. Tidak akan ada yang membaca, jika tidak ada yang menulis. Dengan menulis kita bisa menyampaikan pesan kepada orang lain meskipun tidak bertemu langsung. Melalui tulisan, pesan kita masih bisa sampai kepada orang lain bahkan berbagai generasi meskipun kita telah tiada. 

Sebelum diberikan contoh, seorang anak bakal kesulitan untuk membuat tulisan. Namun sejak diberi alat tulis dan diajari caranya menulis, membuat tulisan terlihat mudah dan sangat dinikmati oleh si anak. Dimulai dari belajar meniru tulisan yang dilihat sehingga menghasilkan coretan atau gambar, lalu menulis apa yang didengar sehingga menghasilkan catatan-catatan, menulis apa yang diingat sehingga menghasilkan cerita, sampai menulis apa yang dipikirkan sehingga menghasilkan tulisan opini. Terciptalah tulisan yang menerangkan nama, cita-cita, perasaan, hingga hasil pemikiran yang ditulis di lembaran kertas, monitor komputer sampai di layar handphone. Maka menulis harusnya mudah karena merupakan aktivitas harian yang telah diajarkan pada kita sejak kecil. 

Menulis Kembali terasa sulit ketika tulisan yang dibuat harus sesuai dengan kaidah jurnalistik, mudah dipahami, enak dibaca dan menggugah, serta tidak melanggar hukum terutama hukum (syariat) Islam. Tapi saya yakin, dengan terus belajar, membaca dan menulis serta menerima koreksi, maka kesulitan itu akan menjadi mudah. 

Terlebih jika tulisan-tulisan yang dibuat dalam rangka untuk mengajak manusia agar taat kepada Allah dan rasul-Nya dengan menerapkan seluruh syariat Islam, maka kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam membuat tulisan tidak sepatutnya menjadi penghalang. Karena pahala yang didapatkan dari tulisan yang menggugah para pembaca sehingga menjadi taat kepada Allah dan rasul-Nya sangat besar nilai pahalanya. 

Diantara pahala yang diperoleh mereka yang berdakwah melalui tulisan adalah pertama, mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an: 

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (TQS. Fussilat ayat 33). 

Kedua, penulis yang menyampaikan dakwah akan memperoleh pahala jariyah yaitu pahala yang terus mengalir meskipun penulisnya telah meninggal dunia. Sebab, jika dengan membaca tulisan si penulis seseorang menjadi sadar untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya lalu dia memperoleh pahala dari ketaatannya, maka pahalanya juga akan mengalir ke penulis. Karena apa yang ditulis termasuk ilmu yang bermanfaat, sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah: 

“Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang selalu mendoakannya,” (HR. Muslim). 

Bayangkan jika tulisan itu memberikan perubahan tidak hanya satu orang tapi ribuan bahkan jutaan orang, dikarenakan tulisan kita berisi tentang ajakan untuk mengubah sistem tata Kelola pemerintahan dari sistem buatan manusia menuju sistem yang diwahyukan Allah kepada Rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. 

Bukan hanya pemerintahan skala negara bangsa, tapi pemerintahan yang berskala dunia yang visi misi dan tata kelolanya mencakup seluruh dunia, maka betapa melimpahnya pahala yang akan mengalir kepada kita jika tulisan kitalah yang banyak menginspirasi banyak orang untuk mewujudkan perubahan yang mulia itu. 

Tentunya, ketika kita mendapatkan pahala melalui tulisan, maka guru-guru kita yang mengajarkan membaca dan menulis serta kedua orang tua kita juga akan mendapatkan kiriman pahalanya. Karena dengan terlahirnya kita menjadi penulis ideologis yang saleh telah menjadi amal jariyah bagi guru-guru dan kedua orang tua kita. 

Penulis Ideologis tinggal di Buol, Sulawesi Tengah.


Oleh: Muhammad Syafi’i
Penulis Ideologis Sulawesi Tengah 

Bukan Hanya Lisan, Tangan pun Bisa untuk Berdakwah




Tinta Media - Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menciptakan manusia dengan sempurna sebagaimana ciptaan-Nya yang lain, oleh karena itu harus disyukuri dengan menjalankan kewajiban-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Di samping itu perlu diketahui bersama bahwa dakwah adalah kewajiban bagi seluruh kaum muslimin, sebagaimana kewajiban-kewajiban yang lain. 

Berdakwah itu tidak harus selalu dengan lisan di atas mimbar-mimbar, tapi juga bisa dengan tangan yaitu melalui tulisan. Demikian pula aktivitas ini sesuai dengan era sekarang ketika setiap insan dapat mengakses informasi melalui gawai. Dengan ini dakwah akan menyentuh lapisan masyarakat lebih luas. Maka dakwah dengan tangan juga harus dilakukan dengan sungguh-sungguh sebagaimana dakwah dengan lisan, tidak boleh dilakukan dengan ala kadarnya. 

Untuk itu sebelum menulis perlu kiranya untuk belajar dengan baik, memahami syariat Islam secara menyeluruh dan tema yang akan ditulis, dan juga harus mengerti segmen yang akan jadi sasaran agar dakwah dengan tangan ini dapat dipahami oleh pembaca dengan baik dan benar sesuai dengan Islam. 

Selain itu tidak kalah pentingnya adalah niat dalam melakukannya juga harus ditata dengan benar yaitu lilLah (karena/tujuannya untuk Allah semata) bukan yang lain, agar amal ini tidak pernah melenceng dari ketetapan yang Allah dan Rasul-Nya gariskan. 

Perlu diketahui dakwah ini adalah salah satu aktivitas politik yang harus diketahui bersama oleh seluruh kaum muslimin. Demikian juga aktivitas ini, dilakukan untuk mengedukasi umat agar paham terkait persoalan yang terjadi pada negara, masyarakat dan lebih-lebih pada diri individu umat. 

Dengan dakwah inilah umat akan sadar persoalan yang menimpanya, seberapa bahaya persoalan tersebut, apa akar masalah munculnya persoalan tersebut? Langkah atau solusi apa untuk menangkal maupun menghilangkan persoalan tersebut? 

Politik dalam Islam adalah mengatur urusan, untuk itu seruan dakwah harus menyentuh persoalan pengaturan dan kebijakan khususnya yang ditetapkan oleh penguasa suatu negara yang disebut UU atau semacamnya, ini sesuai dengan ketetapan Allah dan rasul-Nya atau kah tidak. 

Keseriusan dalam memperhatikan kebijakan dan aturan, dampak darinya, dan juga isu-isu yang digunakan dalam mendukung kebijakan dan aturan harus senantiasa diperhatikan. Agar dalam menyadarkan umat bisa memberikan gambaran yang menyeluruh dan membuka pikiran umat yang lama tertidur. 

Untuk itu fokus perhatian yang utama harus ditetapkan dulu siapakah yang memberlakukan kebijakan dan aturan tersebut, apakah yang diberlakukan oleh individu di tengah - tengah masyarakat atau yang diberlakukan oleh penguasa?dengan timbangan yang jelas yaitu dampaknya dan kedudukan yang memberlakukannya. 

Maka kita akan menetapkan kebijakan dan aturan yang diberlakukan atau ditetapkan penguasalah yang sangat penting untuk diperhatikan dan apa-apa yang berkaitan dengannya, demikian juga dengan dampaknya. Karena kebijakan dan aturan yang ditetapkan oleh penguasa suatu negara itu mengikat penduduk atau individu, dengan kata lain aturan itu memiliki dampak yang lebih menyeluruh terhadap kehidupan masyarakat atau individunya. Maka pasti aturan yang dibuat oleh individu-individu di tengah tengah masyarakat tidak akan melenceng dari kebijakan dan aturan yang ditetapkan oleh penguasa. 

Dakwah dengan tangan yaitu tulisan bisa ikut andil dalam melakukan penyadaran terhadap umat, yang memiliki dampak tidak kalah dengan dakwah menggunakan lisan. Krena bisa jadi dakwah dengan lisan membutuhkan rujukan untuk disampaikan membaca tulisan dulu untuk memahami apa yang akan disampaikan. Oleh karena itu dakwah dengan tangan harus terus semangat dan Ikhlas karena Allah untuk menyadarkan Ummat. 

Semoga tulisan ini memberikan gambaran yang jelas, dakwah itu tidak selalu dengan lisan tapi bisa juga dengan tangan melalui tulisan. Jadi jangan pernah mengatakan ini itu hanya untuk alasan tidak melakukan dakwah, padahal dakwah itu kewajiban setiap insan muslim tanpa memandang derajat dan kedudukan, selama muslim maka kewajiban itu ada di pundaknya. WalLaahu a’_lam bi ash_shawaab. []



Oleh: Muhammad
Sahabat Tinta Media 

Senin, 05 Februari 2024

Kekuatan Tulisan dalam Mengubah Peradaban



Tinta Media - Apakah saudara pernah mendengar atau membaca sejarah terkait sebuah tabloid yang dijadikan sarana propaganda untuk menghancurkan sebuah peradaban besar? Peradaban emas yang gemilang pada masa kejayaannya? 

Ya, Tabloid bernama Al Jinan, menggempur pemikiran umat muslimin di era kekhalifahan Utsmaniyah. Para penulis tabloid ini begitu gigih dan pantang menyerah terus menulis propaganda yang melemahkan Islam. Propaganda yang mereka buat begitu halus bahkan sampai yang membacanya tidak menyadari bahwa mereka tengah digiring kepada pemahaman tertentu. 

Melalui tulisan pula, kebenaran Islam dan cara pandang Islam terkait suatu permasalahan yang terjadi dapat disampaikan kepada umat. Umat saat ini banyak disuguhi tulisan-tulisan yang berasal dari luar Islam. Sudah barang tentu lama kelamaan umat menjadi terbiasa dengan cara pandang di luar Islam tersebut. 

Tulisan mampu menjadi sarana tabungan amal jariyah yang tidak terputus walau penulisnya sudah wafat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : 

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ 

“Barang siapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya” (HR. Muslim). 

Di era modern seperti saat ini, tulisan mampu menjangkau pembaca yang sangat luas, dibantu oleh peran media sosial yang makin meningkat penggunaannya dari tahun ke tahun. Dilansir dari databoks.katadata.co.id tanggal 09/26/2023 Facebook masih menjuarai posisi media sosial terpopuler di dunia saat ini. Menurut data We Are sosial, platform besutan Mark Zuckerberg ini memiliki 2,96 miliar pengguna aktif hingga April 2023. Kemudian, YouTube berada di urutan kedua dengan jumlah pengguna aktif sebesar 2,52 miliar pengguna. 

Melihat potensi di atas, tentu sebagai umat Muslim penting kiranya bagi kita untuk senantiasa aktif memberikan opini terhadap suatu kondisi yang tengah terjadi. Baik dari sisi pendidikan, ekonomi, politik, dunia remaja, parenting, sampai hubungan internasional agar umat mendapatkan tambahan informasi dari sisi pandangan Islam terhadap permasalahan di atas. 

Dari persoalan di atas, kita akan berfokus pada aspek ekonomi. Walaupun kita tidak bisa pungkiri bahwa permasalahan di atas saling berkaitan satu sama lain. 

Permasalahan ekonomi sudah barang tentu selalu menjadi topik yang populer di masyarakat serta sangat menarik untuk dibahas. Bagaimana Islam mengatur sistem ekonomi dalam skala mikro? Bagaimana Islam mengatur sistem ekonomi dalam skala makro? Bagaimana Sistem Ekonomi Islam mengatasi Inflasi? Pertanyaan-pertanyaan di atas hanya sebagian kecil dari banyak pertanyaan bagaimana Sistem Ekonomi Islam dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi yang ada saat ini. 

Semoga penulis diberikan keistiqomahan dalam memberikan tulisan opini terkait ekonomi yang terjadi, serta semoga tulisan penulis ke depan mampu memberikan tambahan informasi bagaimana Islam memandang fenomena ekonomi yang terjadi saat ini.

Oleh : Rizal Rosadi
Pengusaha Muslim 

Minggu, 21 Januari 2024

20 Kata dalam Bahasa Indonesia yang Penulisannya Sering Salah


Tinta Media - Terkadang kita merasa, kata-kata yang sudah kita tulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar. Namun setelah dicek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ternyata ada kesalahan dalam penulisan kata. Penulis ideologis seharusnya melakukan pengecekan kembali tulisannya di KBBI, sebelum dikirim ke media. Karena bisa jadi ada kata-kata yang tidak baku pada tulisan kita.

Sebagai penulis ideologis yang menjadikan tulisan sebagai sarana untuk berdakwah selayaknya menulis tanpa kesalahan. Kita dituntut untuk melakukan pekerjaan secara profesional, termasuk dalam berdakwah melalui tulisan. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional” (HR Imam Thabrani dan Imam Baihaqi).

Berikut ini 20 kata yang penulisannya sering salah, disertai dengan kata yang baku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):

1. apapun --) apa pun

2. barangsiapa --) barang siapa

3. detil --) detail 

4. dikanal --) di kanal

5. dimana --) di mana

6. ekstrim --) ekstrem

7. elit --) elite

8. hakekat --) hakikat

9. karir --) karier

10. kerjasama --) kerja sama

11. merubah --) mengubah

12. nampak --) tampak

13. pertanggung jawaban --) pertanggungjawaban

14. praktek --) praktik

15. realita --) realitas

16. respon --) respons

17. sekulerisme --) sekularisme

18. sirup --) sirop

19. stress --) stres

20. triliyun --) triliun

Oleh: Muhammad Al Akrom Billah
Editor Tinta Media

Sabtu, 13 Januari 2024

10 Kata dalam Bahasa Indonesia yang Penulisannya Sering Salah


Tinta Media - Seorang penulis, terlebih lagi penulis ideologis sangat penting untuk memperhatikan setiap kata yang ditulis agar tidak menyalahi aturan baku yang sudah ditetapkan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Hal ini bertujuan agar pesan yang ingin disampaikan oleh penulis, tidak bias dan dapat diterima secara utuh oleh pembaca. Selain itu juga meringankan beban editor dari portal web yang menjadi tujuan penulis untuk menayangkan tulisannya.

Dari Abu Hurairah ra. berkata, "Nabi SAW bersabda, "Barang siapa yang melepaskan seorang mukmin dari kesusahan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari kesusahan di hari kiamat. Barang siapa yang memudahkan orang yang sedang mengalami kesulitan, maka Allah akan memudahkan kepadanya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya.

Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk memperoleh ilmu, maka Allah akan memudahkannya jalan menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu rumah Allah (masjid), membaca kitab Allah, dan mempelajarinya bersama-sama, melainkan akan turun kepada mereka ketenteraman, rahmat Allah akan menyelimuti mereka, para malaikat berkerumun di sekelilingnya, dan Allah akan memuji mereka di depan (para malaikat) yang berada di sisi-Nya. Barang siapa amalnya lambat (kurang), maka nasabnya tidak akan dapat menyempurnakannya." (HR. Muslim)

Berikut ini 10 kata yang penulisannya sering salah, disertai dengan kata yang baku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):

1. apapun --) apa pun

2. barangsiapa --) barang siapa

3. detil --) detail

4. dikanal --) di kanal

5. dimana --) di mana

6. elit --) elite 

7. karir --) karier

8. pertanggung jawaban --) pertanggungjawaban

9. realita --) realitas

10. respon --) respons


Oleh: Muhammad Al Akrom Billah
Editor Tinta Media

Senin, 08 Januari 2024

SESAL DI AKHIRAT TAK BERMANFAAT

Tinta Media - ALLAH SWT. berfirman (yang artinya): Pada hari itu diperlihatkan Neraka Jahanam. Pada hari itu sadarlah manusia, tetapi kesadarannya itu tidaklah berguna lagi bagi dirinya. Manusia berkata, “Alangkah baiknya seandainya dulu aku melakukan kebajikan untuk hidupku.” (QS al-Fajr [89]: 23-24). 

Terkait ayat di atas, Hatim al-Asham berkata, “Ada empat perkara yang tidak diketahui nilainya kecuali dalam empat keadaan: Masa muda tidak akan diketahui nilainya kecuali saat menjadi tua. Kelapangan tidak akan diketahui nilainya kecuali saat ditimpa bencana (kesempitan). Nikmat sehat tidak akan diketahui nilainya kecuali saat sakit. Hidup tidak akan diketahui nilainya kecuali saat mati.” (An-Nawawi, Nasha’ih al-‘Ibad, hlm. 28). 

Terkait masa muda, tentu kita banyak menemukan, lebih banyak orang muda yang menghabiskan masa mudanya dengan bersenang-senang dan berleha-leha, bahkan tak sedikit yang doyan berpesta-pora serta melakukan hal yang sia-sia dan dilarang agama. Saat tiba waktunya mereka menjadi tua, sering mereka baru menyadari betapa berharganya masa muda itu jika saja diisi dengan hal-hal yang berguna. Tak sedikit yang bahkan berandai-andai untuk kembali ke masa muda. 

Lalu terkait kelapangan—baik kelapangan harta, waktu atau yang lain—sering hal itu terabaikan dan tersia-siakan, tak banyak disyukuri sebagai sebuah kenikmatan sehingga sedikit dimanfaatkan untuk kebaikan. Saat tiba ditimpa kesempitan atau kesulitan hidup, barulah banyak orang tersadarkan betapa bernilainya kelapangan itu. 

Kemudian terkait nikmat sehat, kebanyakan orang memang seolah tidak memandang berharga nikmat sehat itu. Karena itu mereka pun jarang bersyukur atas nikmat sehat tersebut. Saat sehat mereka bukan melakukan ketaatan kepada Allah SWT, tetapi malah banyak bermaksiat. Saat tiba masa sakit, barulah mereka menyadari betapa berharganya nikmat sehat itu. Sayangnya, saat kembali sehat, kembali pula mereka kufur nikmat; kembali bermaksiat dan tetap enggan taat. 

Terakhir adalah nikmat hidup. Banyak manusia yang hidup hari ini melupakan hakikat nikmat kehidupan dunia yang bersifat sementara. Karena itu banyak manusia yang dalam kehidupannya di dunia lalai dan terlena. Mereka lupa bahwa akhiratlah kehidupan yang abadi dan kehidupan yang sebenarnya. Di sanalah ujung nasib manusia, apakah masuk surga atau menjadi penghuni neraka. Yang masuk surga tentu bakal bahagia. Yang menjadi penghuni neraka tentu akan sengsara. Pada saat itulah manusia yang mengalami kesengsaraan di akhirat akan menyesal dengan penyesalan yang dalam (Lihat: QS an-Naba’ [78]: 40). 

Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb. [] 

Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor

Rabu, 03 Januari 2024

Mengingat Allah Menenteramkan Hati

Tinta Media - Sobat. Alhamdulillah diberi sakit selama tiga hari demam dan harus opname dan dibawa ke IGD RS hanya bisa istirahat dan dzikir kepada Allah dengan memperbanyak istighfar. Semoga ini bisa menjadi penghapus dosa dan membuat hati jadi tenang. 

Kangen untuk menulis artikel yang tiap pekan ada 4 atau 5 artikel yang seperti menjadi kebiasaan sebagai ikut andil dalam mencerdaskan umat dan bekal untuk kehidupan setelah mati. Alhamdulillah pas hari Jumat sudah bisa pegang lap top kembali dan muncullah artikel ini. Semoga bermanfaat. 

Sobat. Rasulullah SAW  bersabda, “ Pada malam Isra’, aku melewati seorang laki-laki yang tertutup dalam cahaya Arasy. Aku bertanya, Siapa ini? Apakah dia malaikat? Lalu dijawab, “Bukan. Aku bertanya lagi, ”Apakah dia seorang Nabi? Di jawab lagi, “ Bukan. Aku bertanya,” Siapa dia? Maka dia adalah seseorang yang ketika di dunia, lidahnya basah sebab berdzikir kepada Allah dan hatinya bertaut dengan masjid-masjid.” 

Dari Mu’adz bin Anas, Nabi bersabda, Allah berfirman,” Tiada seorang hamba yang mengingat-Ku dalam hatinya kecuali Aku mengingat dia di hadapan para malaikat-Ku. Tiada seorang hamba yang mengingat-Ku di depan publik, kecuali aku mengingat dia di ar-Rafiq al-A’la .” 

Allah SWT  berfirman : 

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ  

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” ( QS. Ar-Ra’du (13) : 28) 

Sobat. Dalam ayat ini, Allah menjelaskan orang-orang yang mendapat tuntunan-Nya, yaitu orang-orang beriman dan hatinya menjadi tenteram karena selalu mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram dan jiwa menjadi tenang, tidak merasa gelisah, takut, ataupun khawatir. Mereka melakukan hal-hal yang baik, dan merasa bahagia dengan kebajikan yang dilakukannya. 

Allah SWT berfirman : 

ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحۡسَنَ ٱلۡحَدِيثِ كِتَٰبٗا مُّتَشَٰبِهٗا مَّثَانِيَ تَقۡشَعِرُّ مِنۡهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمۡ وَقُلُوبُهُمۡ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهۡدِي بِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنۡ هَادٍ 

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpin pun.” ( QS. Az-Zumar (39) : 23 ) 

Sobat. Allah menerangkan bahwa Dia menurunkan perkataan yang paling baik, yaitu Al-Qur'an yang mulia, sebahagian ayat-ayatnya mempunyai kemiripan baik dalam menjelaskan hukum-hukum, kebenaran, pelajaran, mengemukakan hujah, hikmah-hikmah, dan sebagainya, sebagaimana beberapa bagian air menyerupai beberapa bagian udara, beberapa bagian suatu negeri menyerupai beberapa bagian negeri yang lain. 

Karena ada suatu kisah diulang-ulang menyebutnya di beberapa tempat, demikian pula perintah-perintah, larangan-larangan, dan sebagainya. Orang-orang yang beriman, bila mereka mendengar bacaan Al-Qur'an meremang bulu romanya, dan berguncang hatinya karena takut kepada Allah. 

Hal itu mendorong hati mereka mengikuti semua perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Jiwa mereka menjadi hidup, semangat mereka bertambah untuk melaksanakan amal-amal yang saleh dan berjihad di jalan-Nya. 

Dengan Al-Qur'an, Allah memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, membimbing orang-orang yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus serta mempertebal iman di dalam hatinya. Tetapi orang yang disesatkan hatinya, mereka hampa dan kosong, mereka tidak akan memperoleh manfaat sedikit pun dari Al-Qur'an itu. 

Sobat. Utsman bin Affan ra berkata,” Empat perkara yang secara lahir tampak sebagai keutamaan , tetapi hakikatnya adalah kewajiban : 

1. Bergaul dengan orang-orang sholeh adalah keutamaan, namun mengikuti kesalehan mereka merupakan kewajiban. 

2. Membaca Al-Qurán adalah keutamaan, namun mengamalkan kandungannya merupakan kewajiban. 

3. Ziarah kubur adalah keutamaan, namun menyiapkan bekal untuk kehidupan sesudah mati merupakan kewajiban. 

4. Menjenguk orang sakit adalah keutamaan, namun berwasiat di akhir hayat merupakan kewajiban. 

Allah SWT berfirman : 

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتۡلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ سِرّٗا وَعَلَانِيَةٗ يَرۡجُونَ تِجَٰرَةٗ لَّن تَبُورَ لِيُوَفِّيَهُمۡ أُجُورَهُمۡ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضۡلِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ غَفُورٞ شَكُورٞ 

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. ( QS. Fathir (35): 29-30) 

Sobat. Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang yang selalu membaca Al-Qur'an, meyakini berita, mempelajari kata dan maknanya lalu diamalkan, mengikuti perintah, menjauhi larangan, mengerjakan salat pada waktunya sesuai dengan cara yang telah ditetapkan dan dengan penuh ikhlas dan khusyuk, menafkahkan harta bendanya tanpa berlebih-lebihan dengan ikhlas tanpa ria, baik secara diam-diam atau terang-terangan, mereka adalah orang yang mengamalkan ilmunya dan berbuat baik dengan Tuhan mereka. Mereka itu ibarat pedagang yang tidak merugi, tetapi memperoleh pahala yang berlipat ganda sebagai karunia Allah, berdasarkan amal baktinya. Firman Allah: 

Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Allah akan menyempurnakan pahala bagi mereka dan menambah sebagian dari karunia-Nya. (an-Nisa'/4: 173) 

Selain dari itu, mereka juga akan memperoleh ampunan atas kesalahan dan kejahatan yang telah dilakukan, karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri hamba-hamba-Nya, memberikan pahala yang sempurna terhadap amal-amal mereka, memaafkan kesalahannya dan menambah nikmat-Nya. Sejalan dengan ini firman Allah: 

Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri. (asy-Syura/42: 23) 

Sobat. Sebagai kalam-Nya, Allah senang jika Al-Qurán dibaca. Sebagai pesan-Nya, Allah senang jika kandungan Al-Qur’an diperhatikan dan diamalkan. Dengan itu, niscaya Allah akan menyenangkan Anda dengan cara Allah sendiri. Baik berupa materi maupun non materi, baik di dunia maupun di akhirat, baik sekarang atau waktu mendatang. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Lima Syarat Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Tinta Media - Sobat. Diriwayatkan , Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat,” Siapa saja yang ingin masuk surga?” Mereka menjawab,” Kami semua , wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “ Pendekkanlah angan-angan kalian, pancangkanlah ajal kalian di depan penglihatan kalian, dan malulah kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu.” 

Mereka menjawab, “ Kami selalu malu terhadap Allah.” Beliau menanggapi,” Bukan malu seperti itu.” Tetapi barang siapa yang malu kepada Allah dengan sebenar-benar malu, maka hendaklah dia menjaga kepala dan isinya, perut dan isinya, serta selalu mengingat kematian dan cobaan. Barang siapa  yang menginginkan akhirat, dia tidak akan ragu meninggalkan dunia. Jadi, barang siapa yang mampu berbuat demikian, berarti dia telah malu kepada Allah dengan sebenar-benar malu. 

Allah SWT berfirman : 

۞أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ 

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” ( QS. Al-Hadid (57) : 16 ) 

Sobat. Pada ayat ini Allah menegur dan memperingatkan orang-orang Mukmin tentang keadaan mereka yang berlalai-lalai. Belum datangkah waktunya bagi orang-orang Mukmin untuk mempunyai hati yang lembut, senantiasa mengingat Allah, suka mendengar dan memahami ajaran-ajaran agama mereka, taat dan patuh mengikuti petunjuk-petunjuk kebenaran yang telah diturunkan, yang terbentang di dalam Al-Qur'an. Selanjutnya orang-orang Mukmin diperingatkan agar jangan sekali-kali meniru-niru orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah diberikan Kitab Taurat dan Injil. 

Sekalipun telah lama dan memakan waktu agak panjang, mereka belum juga mengikuti dan memahami ajaran mereka dan nabi-nabi mereka, sehingga hati mereka menjadi keras dan susah membantu, tidak lagi dapat menerima nasihat, tidak membekas pada diri mereka ancaman-ancaman yang ditujukan kepada mereka. Mereka mengubah Kitab yang ada di tangan mereka dan ajaran-ajaran Kitab mereka dilempar jauh-jauh. Pendeta dan pastur mereka jadikan tuhan selain Allah, membikin agama tanpa alasan. Kebanyakan mereka menjadi fasik, meninggalkan ajaran-ajaran mereka yang asli. 

Sejalan dengan ayat ini firman Allah: 
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. 

Engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (al-Ma'idah/5: 13) 

Sobat. Abdullah bin Amru bin al-Ash berkata, “ Lima perkara yang apabila orang memilikinya, dia  akan  bahagia  di dunia  maupun di akhirat. Lima perkara itu adalah : 

1. Berdzikir  kepada Allah dengan lafadz syahadat ( Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah ) dari waktu ke waktu. 

2. Mengucapkan kalimat istirja’ ( Innaa lillaahi wainna ilaihi raajiuun wa laa haula wa la quwwata illa billaahil aliyyil ‘adziim ) setiap ditimpa musibah. 

3. Mengucapkan hamdalah (Alhamdulillahi rabbil ‘aalamin)  setiap mendapatkan nikmat sebagai rasa syukur kepada Allah SWT. 

4. Mengucapkan basmalah ( bismillaahirrahmaanirrahiim ) setiap memulai sesuatu. 

5. Mengucapkan istighfar ( astahgfirullaahal ‘adziim wa atuubu ilaih ) apabila melakukan dosa. 

Sobat. Baginda Rasulullah SAW bersabda,” Hendaklah kalian memperbanyak dzikir kepada Allah dalam keadaan apa pun karena sesungguhnya tidak ada amal yang lebih dicintai oleh Allah dan lebih menyelamatkan seorang hamba dari setiap kejahatan di dunia maupun di akhirat selain dzikir kepada Allah.” ( HR.Ibnu Sharshari). 

Rasulullah SAW bersabda, “ Setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan menyebut nama Allah SWT maka ia akan terputus (keberkahannya dari Allah).” (HR.Ibnu Hibban). 

Sobat. Sesungguhnya tafakur itu ada lima macam yaitu : Tafakur tentang ayat-ayat Allah, melahirkan tauhid dan yakin kepada Allah. Tafakur tentang nikmat-nikmat Allah, melahirkan rasa cinta dan syukur kepada Allah. Tafakur tentang janji-janji Allah, melahirkan rasa cinta kepada akhirat. Tafakur tentang ancaman Allah, melahirkan sikap waspada terhadap perbuatan dosa. Tafakur tentang kekurangan diri dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah, melahirkan rasa malu kepada Allah. 

Sobat. Memilih teman dan komunitas adalah memilih masa depan, maka bergaullah dengan orang-orang sholeh yakni dengan menghadiri majelis-majelis nasihat dan mempelajari kehidupan orang-orang sholeh. Beramar  makruf nahi munkar dan menjauh dari orang-orang yang selalu menjalankan kebatilan. Terkait dengan perihal sedikit makan, Rasulullah SAW bersabda dalam hadits marfu’, “ Ada tiga hal yang dapat menyebabkan kerasnya hati, yaitu suka makan, suka tidur, dan suka bersantai-santai.” ( HR. ad-Dailami ) 

Sobat. Tafakur itu merupakan pelita hati. Jika tafakur hilang maka hilang pula pelita hati. Tafakur tidak akan terwujud tanpa lisan yang terbiasa berzikir kepada Allah dengan kekhusyukan hati. 

أَوَعَجِبۡتُمۡ أَن جَآءَكُمۡ ذِكۡرٞ مِّن رَّبِّكُمۡ عَلَىٰ رَجُلٖ مِّنكُمۡ لِيُنذِرَكُمۡۚ وَٱذۡكُرُوٓاْ إِذۡ جَعَلَكُمۡ خُلَفَآءَ مِنۢ بَعۡدِ قَوۡمِ نُوحٖ وَزَادَكُمۡ فِي ٱلۡخَلۡقِ بَصۜۡطَةٗۖ فَٱذۡكُرُوٓاْ ءَالَآءَ ٱللَّهِ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ 

“Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” ( QS. Al-A’raf (7) : 69) 

Sobat. Dalam ayat ini, Allah menerangkan kecaman Nabi Hud kepada pemuka-pemuka kaumnya, bahwa tidak patut mereka merasa heran dan ragu-ragu terhadap kedatangan peringatan dan pengajaran dari Tuhan yang dibawa oleh seorang laki-laki di antara mereka. Pengajaran Allah itu datang kepada mereka justru pada saat mereka berada dalam kesesatan. Semestinya mereka tidak perlu ragu kepada pribadi orang yang membawa seruan. 

Hendaknya mereka mempergunakan akal pikiran untuk memperhatikan seruan yang dibawa kepada mereka itu yaitu seruan yang benar, seruan yang menyelamatkan diri mereka dari azab Allah. Ia juga mengingatkan mereka akan nikmat dan rahmat Allah, bahwa mereka bukan saja sebagai ahli waris kaum Nuh yang diselamatkan Allah dari topan karena keimanan mereka kepada-Nya, tetapi juga Allah melebihkan mereka dengan kekuatan fisik serta tubuh yang besar. 

Oleh sebab itu hendaklah mereka bersyukur kepada Allah dengan bertakwa kepada-Nya. Kalau mereka tidak bersyukur, Allah akan menjatuhkan azab-Nya sebagaimana Allah menjatuhkan azab kepada kaum Nuh yang ingkar dan menggantikan kedudukannya dengan bangsa lain. Mereka diingatkan kepada nikmat Allah itu agar mereka bersyukur dengan menyembah-Nya seikhlas-ikhlasnya sehingga mereka menjauhi kemusyrikan dengan meninggalkan penyembahan berhala. 

Dengan demikian mereka harus meninggalkan penyembahan berhala untuk mencapai kebahagiaan pada hari kemudian dan mendapat tempat pada sisi Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya yang bersyukur kepada nikmat-Nya. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Selasa, 19 Desember 2023

Kita, Memiliki atau Dimiliki Dunia?

Tinta Media - Sobat, sering kali manusia merasa memiliki segala sesuatu. Merasa memiliki harta. Memiliki tanah, mobil, uang, emas dll. Merasa memiliki jabatan. Merasa memiliki kursi presiden, menteri, anggota DPR, gubernur, bupati, komisaris. Merasa memiliki ilmu. Jadi ulama, Profesor, ahli ini ahli itu dll. Pendek kata manusia merasa memiliki dunia ini.

Benarkah demikian?
Bisa benar bisa tidak! Lho kok bisa? Iya bisa lah!

Begini, jika manusia itu dikendalikan oleh apa yang dia miliki maka sebenarnya dialah yang dimiliki. Bukan dia yang memiliki.

Bagaimana itu bisa terjadi? Simpel saja, jika semua yang kita miliki itu yang menguasai kita maka hakikatnya dunia memiliki kita. Yakni jika semua yang kita miliki menjadikan kita sombong, rakus, pelit dan cinta dunia. Maka sesungguhnya kita inilah yang dimiliki dunia. Kita lah budak dunia. Kitalah hamba dunia.

Jika harta berlimpah menjadikan kita makin cinta harta maka kita inilah budak dunia. Jika motor dan mobil tak mempermudah kita datang ngaji. Berarti bukan kita yang menunggangi motor dan mobil namun motor dan mobil itulah yang menunggangi kita. 

Hingga wajar jika makin sulit hadir ngaji.
Pendek kata, jika semua yang kita miliki, harta, ilmu, jabatan, gelar, nama besar, dll, malah menjadikan kita hamba yang maksiat. Maka kita lah budak dunia. Kita lah milik dunia.

Sebaliknya jika harta, ilmu dan jabatan menjadikan kita manusia yang taat. Menjadikan semua itu untuk memperjuangkan agama Allah kita korbankan demi tegaknya Islam. Maka benar kita lah pemilik dunia.

Jika motor dan mobil mempermudah kita hadir ngaji. Benarlah jika kita yang memiliki kendaraan itu. Benarkah kita yang menunggangi kendaraan. Bukan mobil dan motor yang menunggangi kita. Hingga ga bisa lagi bergerak untuk ngaji karena tergencet diinjak di bawah mobil dan motor.

Allah berfirman dalam surat Ali ‘Imran Ayat 14


زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."

Jika ilmu kita menjadikan kita takut kepada Allah. Menjadikan kita pemimpin manusia bertaqwa. Menjadikan kita pejuang Islam maka benarlah kita memiliki ilmu. Namun jika kita malah menjual agama maka kita lah yang dimiliki dan diperbudak ilmu. 

Budak ilmu adalah manusia yang karena merasa berilmu menjadikan dia malah tak mau berjuang menegakkan Islam kaffah dalam sistem khilafah. Bisa jadi dia merasa mereka, para pengemban dakwah, tak selevel ilmunya. Inilah budak ilmu. Na'udzubillah min dzalik.

Jadi Sobat, kita ini memiliki atau dimiliki dunia?[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center

Jumat, 08 Desember 2023

UIY: Gagal Itu Bukan Akhir dari Kehidupan

 
Tinta Media -- Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto menegaskan bahwa kegagalan bukan akhir dari kehidupan.
 
“Gagal itu bukan akhir dari kehidupan, ada hikmah di balik itu, bahkan bisa jadi menjadi pintu dari keberhasilan,” ungkapnya di Fokus To The Point: Orang Tua Khawatir, Bunuh Diri Marak! Melalui kanal UIY Official, Senin (4/12/2023).
 
Menurutnya, cara berpikir seperti ini penting, namun hari ini banyak orang berpikir pendek, begitu gagal seolah-olah dunia kiamat, habis masa depan.  
 
“Oleh karena itu penting  menanamkan keimanan kepada takdir baik dan buruknya berasal dari Allah Swt.,” imbuhnya.
 
Ia mencontohkan, jika seseorang ditanya apakah mau dimasukkan ke sumur pasti jawabannya tidak mau.
 
“Tapi mau enggak dimasukkan ke dalam sumur kalau tahu  akhir ceritanya seperti Nabi Yusuf? Pasti dia bilang mau. Ini menunjukkan bahwa apa yang terjadi pada diri kita yang disebut buruk atau susah atau celaka atau apa pun itu sebenarnya kan perspektif kita.Sementara apa yang terjadi di balik itu atau setelah itu kita tidak tahu,” bebernya.
 
UIY juga menegaskan pentingnya mempersepsi semua peristiwa yang terjadi dalam kerangka akhirat, yaitu adanya pahala dan dosa, kebaikan dan keburukan di mata Allah Swt.
 
“Dengan kerangka itu orang tidak akan mungkin melakukan sesuatu yang justru menjauhkan dari pahala atau bahkan menimbulkan dosa yang sangat besar seperti bunuh diri,” yakinnya.
 
Karena itu menurutnya, penting anak-anak dibina dengan tauhid agar bisa membaca semuanya dalam kerangka akhirat.
 
“Materi tauhid ini penting sekali karena akan membawa seseorang mempunyai ketahanan dalam menghadapi banyak persoalan hidup,” yakinnya.

Dengan memahami tauhid, lanjutnya, seseorang akan memahami makna ma’iyyatullah bahwa Allah bersama hamba-Nya.
 
“Orang yang sabar akan mendapat ma’iyyatullah khashah. Kalau kita punya kualifikasi sabar, muhsin, muttaqin, itu akan mendapatkan nashrullah dan taqyidullah. Pertolongan dan dukungan Allah berupa kemudahan dalam berbagai urusan, jalan keluar atas berbagai persoalan. Ini akan membangun optimisme dalam hidup bahwa hidup itu selalu ada harapan,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun.
 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab