Program Moderasi Beragama di Institusi Pendidikan, untuk Apa?
Tinta Media - Sangat disayangkan, Indonesia sebagai negeri berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia (setelah Pakistan, rri.co.id), bukannya kembali kepada kesucian dan solusi Islam agar dapat menuntaskan permasalahan dekadensi moral di kalangan pelajar, pemerintah malah gencar menggaungkan ide asing moderasi beragama yang tidak ada kaitannya dengan solusi permasalahan pelajar yang telah banyak terlibat kasus perundungan, seks bebas, aborsi, narkoba, kriminalitas, pembunuhan dan lainnya.
Oleh karena itu, jika tidak ada kaitannya dengan solusi atas permasalahan di kalangan pelajar, tentu perlu dipertanyakan, untuk apakah sebenarnya program moderasi beragama yang juga terus-menerus digaungkan di institusi pendidikan ini?
Terbaru, yaitu pada Rabu (11/9/2024), menjelang purna tugas, Ibu Negara Iryana Joko Widodo (Istri Presiden) bersama dengan Ibu Wuri Ma'ruf Amin (Istri Wapres) pun diketahui juga turut aktif mempromosikan program moderasi beragama kepada pelajar di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur .
Kegiatan yang juga dihadiri para istri menteri yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) itu, diikuti oleh peserta sebanyak 500 pelajar lintas agama dari sekolah Madrasah Aliyah (MA) dan SMA yang berada di Kota Balikpapan.
Menangkal Ideologi Islam
Padahal, jika dicermati program moderasi beragama yang demikian gencar dipromosikan di institusi pendidikan atau di kalangan pelajar pada dasarnya adalah ditujukan untuk menangkal Islam ideologis yang sering dituduh sebagai Islam radikal.
Hal itu juga sesungguhnya ditujukan agar umat Islam termasuk para pemudanya tidak kembali mengambil Islam sebagai sebuah sistem kehidupan atau ideologi sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Saw., bukan sebatas agama spiritual seperti yang diaruskan oleh Barat.
Menjaga Kapitalisme
Tak terkecuali di negeri ini, ideologi Islam dipandang sebagai musuh oleh sistem kehidupan yang bercokol sekarang ini, yakni ideologi kapitalisme yang berasal dari ide-ide kufur yang hingga kini diadopsi dan terus dipasarkan oleh imperialis Barat.
Seorang mujtahid dari Palestina, Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitabnya "Nizhamul Islam", Bab Qiyadah Fikriyah menjelaskan bahwa kapitalisme adalah ideologi yang dibangun dari dasar pemikiran yang memisahkan aturan agama dari kehidupan (sekularisme).
Manusia berhak membuat hukum sehingga sistem kehidupan ini akan mempertahankan hak kebebasan berakidah, berpendapat, hak milik dan kebebasan pribadi.
Disebut kapitalisme sebab hal yang paling menonjol atas ideologi ini adalah sistem ekonominya yang lahir dari kebebasan kepemilikan, karena itu para pemilik modal atau para kapital merupakan penguasa sesungguhnya.
Mereka melakukan penjajahan ekonomi secara hard approach (tindakan keras bersenjata) seperti di Palestina ataupun soft approach (tindakan halus) melalui undang-undang seperti di negeri mayoritas muslim pada umumnya.
Dengan begitu, mereka (asing/Barat) pada akhirnya bisa menguasai kekayaan sumber daya alam (SDA) yang notabenenya milik rakyat melalui perusahaan Freeport, Exxon Mobil dan sejenisnya.
Karena itu, ideologi kapitalisme pasti memandang ideologi Islam sebagai musuh yang merintangi kepentingan mereka, pasalnya ideologi Islam tidak memberikan hak untuk membuat hukum kepada manusia secara mutlak, hukum hanyalah milik Allah Swt.
Dan manusia juga tidak akan diberi kebebasan tanpa batas, namun akan dibatasi dalam koridor syariat.
Strategi Menjegal Islam
Ideologi kapitalisme akan terus dijaga eksistensinya oleh pengembannya yaitu negara-negara Barat demi kepentingan penjajahan ekonomi, sehingga mereka berusaha untuk menidurkan umat Islam dari ideologi Islam.
Moderasi beragama adalah salah satu strateginya. Itu dilakukan untuk menjegal Islam ideologis sebagaimana yang tertulis dalam dokumen Open Source RAND Corporation yang berjudul "Building Moderate Muslim Networks".
Dengan ide moderasi beragama, Barat sebagai pengemban ideologi kapitalisme hendak membuat umat Islam menjadi tidak ideologis (dengan keislamannya), sehingga hanya memahami Islam sebatas ajaran ritual sesuai dengan kepentingan mereka, yakni menerima ide liberal seperti demokrasi, kesetaraan gender, HAM, pluralisme dan ide-ide Barat lainnya.
Maka, dalam pandangan kapitalisme, moderasi beragama harus dimasifkan agar tercetak generasi Islam yang memiliki profil moderat dalam beragama sesuai keinginan Barat, bahkan 'ikhlas' mengemban ide-ide Barat.
Jadi sangat jelas sekali, moderasi beragama justru menjauhkan profil kepribadian Islam dari diri pelajar Muslim. Kehadirannya tidak ada kaitannya dan juga bukan sebagai solusi atas permasalahan kerusakan dekadensi moral di kalangan pelajar.
Bahkan masifnya ide moderasi beragama yang diaruskan oleh negara menunjukkan masalah yang menjadi kekhawatiran negara, yaitu ancaman akan datangnya kebangkitan ideologi Islam sebagai musuh ideologi kapitalisme.
Hal tersebut juga menunjukkan bahwa penguasa sedang menjalankan peran sebagai penjaga sistem kapitalisme sesuai arahan Barat.
Padahal seharusnya, pelajar Muslim dicetak menjadi duta Islam dengan ideologi Islam yang mengambil Islam seutuhnya yang tidak bercampur dengan pemikiran-pemikiran yang lahir dari pandangan hidup atau ideologi Barat.
Karena Allah Swt. telah menegaskan, bahwa satu-satunya agama yang diridhai-Nya adalah hanyalah Islam, berdasarkan Al-Quran surah Ali Imran ayat 19.
Allah Swt. juga mengancam bagi siapa pun yang mengambil hukum selain hukum yang telah Allah Swt. tetapkan sebagai bagian dari golongan orang-orang kafir, zalim dan fasik, berdasarkan Al-Quran surah Al-Maidah ayat 44, 45 dan 47,
Islam adalah Sistem Kehidupan
Islam adalah agama yang diturunkan Allah Swt. sebagai sistem kehidupan yang menjelaskan segala sesuatu. Hal ini berdasarkan Al-Quran surah An-Nahl ayat 89.
Maka, umat Islam termasuk pelajar Muslim semestinya tidak boleh merendahkan dirinya dengan mengambil ide-ide Barat termasuk terpengaruh dengan ide moderasi beragama yang terus menerus mereka gaungkan bersama para penguasa boneka yang mengikutinya.
Cukuplah ridha dan murka Allah yang dijadikan standar amal perbuatan. Bukan kebebasan sebagaimana yang dipasarkan kapitalisme Barat tanpa batas.
Pelajar Muslim harus hidup untuk kemuliaan Islam dan kaum Muslimin. Mereka harus senantiasa sadar bahwa amal perbuatan di dunia akan dituai di akhirat.
Dengan pemahaman Islam yang benar, yakni sebagai agama sekaligus sistem kehidupan (ideologi), maka akan lahir profil generasi Muslim yang produktif, tangguh dan pembangun peradaban Islam yang mulia.
Oleh: Muhar, Sahabat Tinta Media