Tinta Media: Mindset
Tampilkan postingan dengan label Mindset. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mindset. Tampilkan semua postingan

Rabu, 17 Januari 2024

IJM: Pemberantasan Judi Online Harus Diawali dari Perubahan Mindset



Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menyatakan, pemberantasan judi online harus diawali dari perubahan mindset (pola pikir).

"Pemberantasan judi online harus diawali dari perubahan mindset," ujarnya dalam program Aspirasi: Gawat! 3 Juta Lebih Warga Main Judi Online, Perputaran Uang Rp327 T, di kanal Youtube Justice Monitor, Sabtu (13/1/2024).

Agung menjelaskan, perubahan mindset yang dimaksud adalah bahwa judi online terlarang bukan karena mafsadatnya, melainkan karena hal itu merupakan larangan dari Allah Swt.

"Dengan begitu, orang mukmin (orang yang beriman) akan meninggalkan aktivits tersebut. Aparat pun akan menjadi garda terdepan dalam memberantas kemaksiatan yang merusak masyarakat, termasuk judi online," paparnya.

Selain itu, kata Agung, pemerintah harus melakukan penindakan hukum yang tegas kepada para aktor, bandar, pengiklan, promotor dan pihak lain yang terkait dengan aktivitas judi online. 

"Pemberantasan judi online oleh pemerintah jangan sampai setengah hati. Jangan sampai oknum aparat terlibat dalam pengamanan judi online, tetapi nihil penanganan dan pengusutan kasus judi online," tuturnya.

Agung  juga mengingatkan, agar masyarakat turut sinergi berpartisipasi memerangi aktivitas judi online di lingkungan masing-masing.

"Baik dalam keluarga, tempat kerja, institusi pendidikan, maupun lingkungan sekitar lainnya," imbuhnya.

Sebelumnya, Agung turut  mengabarkan bahwa Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) telah mencatat perputaran dana terkait aktivitas judi online di Indonesia yang mencapai Rp327 triliun sepanjang 2023.

"Kepala PPATK Ivan Yustiavandana menjelaskan ada 3,9 juta warga yang bermain judi online," ungkapnya memungkasi.[] Muhar

Sabtu, 02 Desember 2023

MMC: Mindset Kapitalisme Membuat Manusia Gelap Mata


 
 Tinta Media -- Mindset kapitalisme yang menganggap bahwa kehidupan ini untuk mendapatkan kepuasan materi sebanyak-banyaknya, dinilai Narator MMC membuat manusia  gelap mata dan tega menganiaya anak sendiri.
 
"Mindset kapitalisme ini bikin seseorang gelap mata dan tega menganiaya anak sendiri hanya karena terusik saat main game," ujarnya dalam tayangan MMC Milenials: Gegara Main Game Ayah Bunuh Bayinya,  melalui kanal Muslimah Media Center, Senin (20/11/2023).
 
 
Narator menyebutkan faktor lingkungan ikut  menentukan bagaimana mindset seseorang dalam memandang kehidupan. Naasnya, Ia melanjutkan, lingkungan tempat hidup telah didominasi oleh paham kapitalisme sekularisme.
 
"Di dalam masyarakat sekuler aturan Islam memang bukan sesuatu yang dianggap penting. Sebaliknya kepuasan materi diagungkan sehingga kemaksiatan menjadi kebiasaan dan seseorang enggak ada takut-takutnya untuk melakukan kemaksiatan," ungkapnya.
 
Menurutnya, ini membuktikan bahwa negara gagal membentuk generasi berkepribadian Islam melalui sistem pendidikannya yang sekuler.
 
 “Mana mungkin bisa membentuk kepribadian Islam?Jika Islam hanya diajarkan sebagai ibadah ritual, sedangkan untuk mengatur kehidupan  manusia boleh membuat aturannya sendiri. Ketika ada orang yang ingin mendalami Islam secara mendalam malah dikatakan radikal dan ditakut-takuti dengan isu terorisme," sesalnya.
 
Ia lalu menegaskan, hanya dengan penerapan Islam secara kafah kasus-kasus semacam itu bisa dicegah.
 
"Masyarakat Islam memberikan suasana kondusif untuk ketakwaan seseorang. Masyarakat terbiasa dengan aktivitas amar ma'ruf nahi mungkar dan berlomba-lomba dalam kebaikan," ujarnya.
 
Menurutnya, jika semua aturan Islam sudah diterapkan tapi masih ada yang melakukan kemaksiatan maka Khilafah akan mengambil sanksi tegas yang telah ditetapkan oleh Allah.
 
 “Bagi pembunuh hukumannya adalah kisas sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 178. Kecuali jika keluarga korban memaafkan maka sanksi kisas diganti dengan diyat senilai 100 ekor unta yang 40 diantaranya lagi bunting,” jelasnya.
 
Ia memaparkan, sistem sanksi yang asalnya dari Allah ini memiliki fungsi jawazir dan jawabir. “Fungsi jawajir membuat seseorang tidak berani melakukan kejahatan yang serupa, sedangkan fungsi jawabir membuat pelakunya terbebas dari sanksi di akhirat kelak berkaitan dengan pembunuhan itu," tutupnya.[] Muhammad Nur.
 
 
 

Minggu, 16 Oktober 2022

Hidup Tertekan karena Mindset Kapitalis

Tinta Media - Kalian pernah, tidak, merasa tertekan karena dituntut ini dan itu? Masalahnya, ini dan itu yang dimaksud adalah segala sesuatu yang kita tidak punya kuasa untuk memilihnya. Misalnya, kita dituntut menikah dengan orang kaya, punya wajah yang cantik, atau berambut lurus. 

Ya Allah ... Memang ya, tuntutan seperti itu bisa bikin pusing. Ini karena tuntutan seperti itu sudah masuk perkara qadha' yang kita tidak punya kuasa untuk memilihnya. Kenapa, ya?

Orang zaman sekarang, tuntutannya memang fokus pada perkara duniawi semata. Ini karena mereka bermindset kapitalis. What?

Kapitalisme adalah pandangan hidup yang menyatakan bahwa hidup di dunia ini hanya untuk mendapatkan keuntungan materi sebanyak-banyaknya, seperti nilai, pekerjaan, pasangan, bahkan kekayaan. Mereka tidak paham, bagaimana memandang kehidupan ini dengan kaca mata yang benar. 

Ini karena mereka tidak pernah mengkaji Islam secara kaffah. Jadinya ya, mereka tidak paham tentang hakekat hidup ini. Apalagi, mereka hidup di tengah masyarakat kapitalis yang apa-apa dinilai secara materi. Astagfirullah ....

Sob, seseorang akan dipandang keren, ketika bagus nilainya, keren pekerjaannya, banyak uangnya, bisa cepat bertemu jodoh, dan mendapat momongan. Kalau tidak memenuhi standar itu, seseorang bakal dipandang sebelah mata. Ini karena kapitalisme menilai bahwa segala sesuatu diukur dari segi materi. 

Jadi, maklum saja kalau sekarang banyak yang menuntut kita seperti itu. Masyarakat yang begini terbentuk karena negaranya juga kapitalis. Negara kapitalis membiarkan media menyebarkan standar kebahagiaan yang salah. 

Digambarkan bahwa kehidupan yang sempurna itu ketika banyak prestasinya, banyak uangnya, punya pasangan hidup ideal, juga momongan yang lucu-lucu.
Coba deh, amati tontonan di TV dan medsos kita, benar kan ?

Selain itu, negara juga mengabaikan perannya untuk membentuk pola pikir dan pola sikap yang islami pada diri generasi. Makanya, generasinya banyak yang menjadi budak duniawi. 

Sebenarnya, masyarakat bisa diedukasi melalu sistem pendidikan yang diterapkan oleh negara, Sob. Akan tetapi, berhubung negaranya kapitalis sekuler, maka sistem pendidikannya juga berbasis sekuler kurikulumnya. Negara telah memisahkan agama dari kehidupan. Jadilah generasi ini makin jauh dari identitas keislamannya. Wajar jika tuntutan yang diajukan hanya sebatas duniawi.

Makanya, ngaji Islam secara kaffah itu penting sekali, supaya generasi itu tidak salah fokus. Jadi, kalau mempunya tuntutan itu, yang benar. Misalnya, tuntutan untuk menjadi saleh atau salihah, tuntutan berdakwah, tuntutan biruwalidain. Nah, kalau seperti itu, tuntutannya kan enak.

Ini karena kita berada di wilayah yang kita kuasai, area yang bisa kita pilih. Kalau kita berusaha, pasti bisa mendapatkannya. Karena itu, dalam rana pilihan, kita akan dimintai pertanggungjawaban. 

Tidak seperti tuntutan tadi, yang sebenarnya pemberian Allah dan karena sifatnya hanya pemberian, maka kita tidak akan dimintai pertanggungjawaban.

Ketika mengaji Islam secara kaffah, kita akan mempunyai kerangka berpikir yang benar. Kita juga akan benar dalam menjalani hidup, sehingga tidak salah fokus seperti orang kapitalis. Ini karena kita benar-benar paham bahwa hidup di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah, tidak ada tujuan lain. Kita juga akan paham tentang apa saja yang harus kita lakukan di dunia ini dengan posisi sebagai hamba.

Oh ya, jangan hanya mengkaji Islam saja, kita juga harus menjalankan kewajiabn yang lain, yaitu mendakwakannya. Kita mendakwahkan Islam agar masyarakat paham tentang standar kebahagaian yang benar, Sob. Karena kita hidup untuk berdakwah, maka standar kebahagiaan yang benar adalah rida Allah.

Oleh: Azizah Sukma 
Aktivis Remaja


Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab