Yuk, Menumbuhkan Minat Baca!
Tinta Media - Kawan, tahukah kalian bahwa menurut data dari The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Sayangnya, berbagai sumber yang mengutip data tersebut tidak menyebutkan, kapan data tersebut dirilis, juga apa saja parameter dan bagaimana metode pengukurannya. Penulis juga gagal mendapatkan informasi lebih lanjut di situs web UNESCO. Tidak mengapa, ada data lain yang lebih mudah diakses.
Mengutip dari dataindonesia.id, berdasarkan data dari Perpustakaan Nasional, Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) masyarakat Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2022, skor TGM masyarakat Indonesia sebesar 63,9 poin, meningkat 7,4% dibandingkan setahun sebelumnya yang sebesar 59,52 poin, dan untuk pertama kalinya masuk kategori tinggi dari sebelumnya, sejak tahun 2018, selalu berada pada kategori sedang.
Berdasarkan wilayah, Yogyakarta memiliki TGM tertinggi secara nasional dengan skor 72,29 poin. Posisi lima besar berikutnya secara berturut-turut ditempati Jawa Tengah (TGM 70,96 poin), Jawa Barat (TGM 70,1 poin), DKI Jakarta (TGM 68,71 poin), dan Jawa Timur (TGM 68,54 poin).
Lalu kenapa kalau TGM meningkat? Apa relevansinya buat kita?
Gaes, kita adalah umat Islam. Kita diperintahkan secara langsung oleh Allah untuk membaca, bahkan sebelum kita diperintahkan untuk salat. Wahyu pertama yang diturunkan kepada baginda Rasulullah saw. adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Surat tersebut berisi perintah untuk membaca. Bisa juga diartikan perintah menuntut ilmu secara luas.
Ini menunjukkan pentingnya membaca dan menuntut ilmu dalam agama Islam, tanpa kita perlu melihat dalil lain yang jumlahnya pun cukup banyak. Ironis sekali kalau kita di Indonesia yang notabene negara dengan populasi muslim terbesar di dunia sampai memiliki minat baca yang rendah, bukan?
Alhamdulillah, secara hitung-hitungan TGM, sejak 2022 kita sudah termasuk kategori tinggi. Mudah-mudahan tren positif ini bisa berlanjut pada tahun-tahun selanjutnya dan dampak positifnya bisa segera dirasakan.
Memang dampak positifnya seperti apa? Dilansir dari situs web deepublishstore.com, setidaknya ada tujuh manfaat dari membaca, yaitu: menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, meningkatkan kecerdasan intelektual dan emosional, meningkatkan konsentrasi dan fokus, meningkatkan daya ingat, menambah kosa kata baru, meningkatkan kemampuan analisis, dan meningkatkan kemampuan menulis.
Kembali ke TGM, supaya kita lebih paham apa arti dari angka-angka di atas, mari kita coba bedah sedikit. Kata gemar membaca dalam Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) diartikan sebagai kegiatan membaca atau berinteraksi dengan bahan bacaan secara teratur atau berulang. Parameter yang digunakan untuk mengukur TGM ada lima, yaitu tiga parameter utama yang terdiri dari frekuensi membaca, durasi membaca, dan jumlah bahan bacaan; serta dua parameter tambahan yang terdiri dari frekuensi akses internet dan durasi akses internet.
Dari kelima parameter tersebut, dapat dilihat bahwa TGM telah mempertimbangkan bahan bacaan digital. Memang, kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari akses internet, baik melalui ponsel, tablet, maupun komputer. Kehadiran internet mengubah banyak hal, khususnya terkait kemudahan akses dan kecepatan penyebaran informasi.
Dalam hal bacaan, internet telah menyebabkan pergeseran peran media cetak. Koran-koran beralih rupa menjadi portal berita. Penerbit menjual buku dalam format digital. Platform-platform membaca secara daring tumbuh subur bak jamur di musim penghujan. Konten bacaan pun terperbarui jauh lebih cepat.
Apakah ini baik? Ya dan tidak. Baik, karena dengan kemudahan mengakses bacaan, apalagi jika topik atau genrenya sesuai selera, tentunya akan semakin meningkatkan minat baca. Tidak baik, karena bersama kemudahan tersebut, ikut terselip konten-konten negatif.
Sebut saja misalnya iklan pinjol, iklan judi online, cerita dan visual yang mengundang syahwat, fitnah dan hoaks yang bertebaran, atau paham-paham kebablasan seperti L68T. Melalui internet, semua hal tersebut terlalu mudah untuk ditemui dan terlalu sedikit filter yang efektif.
Barangkali kita yang sudah dewasa lebih punya kontrol diri dari mengakses konten-konten negatif tersebut, tetapi bagaimana dengan generasi di bawah kita? Bagaimana dengan anak-anak yang berada pada periode most impressionable? Bagaimana dengan remaja-remaja yang katanya sedang masa pencarian jati diri itu? 'Apa nggak bahaya, tuh?'
Oleh karena itu, penulis menyarankan, kenalkan buku fisik pada anak-anak kita. Jangan gantikan peran buku fisik dengan buku digital, khususnya untuk anak-anak di rentang usia hingga sekolah dasar. Setelah memasuki SD, bolehlah bila ingin memperkenalkan mereka dengan bacaan digital secara bertahap, tetapi tetap dengan pengawasan ketat.
Bukan kita mau menghalangi mereka dari teknologi, tetapi berilah mereka waktu untuk menguatkan pondasi akidah. Cepat atau lambat, kita tetap harus memperkenalkan teknologi pada mereka. Sebagaimana ungkapan yang terkenal dari sayyidina Ali r.a.,
"Ajarkanlah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka, bukan di zamanmu. Sesungguhnya, mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian."
Buku kan mahal? Memang betul, tetapi bukan berarti kita lantas pasrah. Penulis akan spill beberapa metode yang bisa dicoba untuk mendapatkan buku murah, bahkan gratis.
Pertama, manfaatkan diskon di platform marketplace. Sudah rahasia umum harga barang di platform marketplace sering kali lebih miring daripada harga barang yang sama di toko tradisional. Pandai-pandailah memanfaatkan diskon di platform marketplace untuk mendapat harga yang lebih murah lagi, misalnya saat promo kemerdekaan, promo akhir tahun, live sales, dan sebagainya.
Kedua, mengikuti acara giveaway buku. Tidak jarang penerbit atau penulis mengadakan acara bagi-bagi buku gratis sebagai bagian dari promosi, baik daring maupun luring. Manfaatkan media sosialmu supaya tidak ketinggalan informasi!
Ketiga, mendatangi bookfair di kota terdekat. Bookfair adalah tempat buku-buku dari berbagai penerbit dikumpulkan dan dijual dengan harga diskon. Tidak jarang ada juga acara giveaway buku pada bookfair tersebut. Karenanya, manfaatkan media sosial supaya tidak ketinggalan informasi tentang bookfair!
Keempat, mengunjungi perpustakaan. Mari memanfaatkan perpustakaan-perpustakaan nasional dan daerah yang ada di tempat tinggal kita! Perpustakaan milik instansi pemerintah dan swasta lainnya yang terbuka untuk umum juga bisa menjadi alternatif. Bagi anak sekolah, mereka bisa mengunjungi perpustakaan yang ada di sekolah masing-masing.
Jika buku-buku di perpustakaan tersebut hanya sedikit dan tidak lengkap, coba ajukan permintaan bantuan ke dinas perpustakaan dan kearsipan setempat! Terkadang, mereka sudah memiliki program untuk bantuan buku, hanya kita saja yang tidak tahu.
Nah, mudah, bukan? Yuk, kenalkan buku pada anak-anak sejak dini dan luangkan sedikit waktu setiap hari untuk membaca! Kita tingkatkan minat baca mulai dari diri sendiri dan keluarga. Yuk, kita pasti bisa!
Sumber: Tatabu 22-28 Oktober
Oleh: Septi Noer Lailela
Sahabat Tinta Media