Tinta Media: Mimpi
Tampilkan postingan dengan label Mimpi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mimpi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 03 Agustus 2024

Mimpi Keadilan Sistem Demokrasi

Tinta Media - Mengharapkan kesejahteraan  pada sistem demokrasi merupakan mimpi. Karena sesungguhnya secara fakta,  sejak berdirinya demokrasi tidak pernah ada negara satu pun yang menerapkan demokrasi itu rakyatnya Makmur.

Lihat saja negara adidaya dunia yang menerapkan demokrasi saat ini, mereka  memiliki salah satu tingkat kemiskinan tertinggi di dunia maju, meskipun kekayaan kolektifnya, dan bebannya jatuh secara tidak proporsional pada komunitas kulit berwarna.

Fakta tersebut menjadi bukti bahwa sistem demokrasi hingga hari ini belum membawa kemaslahatan bagi rakyatnya.  Kemiskinan terjadi dinegara yang menjadi penguasa dunia.  Maka logikanya jika sistem tersebut diterapkan oleh yang berkuasa saja gagal menyejahterakan rakyatnya, lantas bagaimana negara yang mengikutinya pasti juga akan gagal.

Lantas bagaimana rakyat ini bisa bertahan dengan sistem yang rusak dan menyengsarakan mereka hari ini. Itu dikarenakan rakyat hari ini selalu ditipu oleh janji manis para pemimpin negara. Karena pada setiap pemilu yang ada, rakyat selalu berharap perubahan  dengan bergantinya para pemimpin. Padahal jika ditelisik maka pilihan rakyat tidak akan berpengaruh pada hasil pemilihan. Karena sesungguhnya yang menang adalah hanya boneka bukan tuannya.

Buktinya Ketika kita melihat mereka yang telah jadi, berapa banyak janji mereka yang tertepati dan menguntungkan rakyat. Malah justru yang kita lihat adalah penindasan terhadap rakyat. Seperti Papua contohnya, disana terdapat gunung yang berisi emas (Freeport), akan tetapi Ketika melihat warga Papua justru yang kita lihat adalah kemiskinan. Gunung tersebut seakan akan tak berdampak pada kehidupan warganya. Oleh karena itu berharap kesejahteraan pada sistem demokrasi  merupakan sebuah angan-angan belaka yang sulit terwujud.

Fakta ini berbanding terbalik dengan kehidupan dimasa lalu, Ketika Islam menjadi dasar negara. Seluruh rakyat yang ada menjadi Sejahtera, bahkan sekelas hewan pun menjadi Makmur pada zaman tersebut, terutama Ketika Umar bin Abdul Aziz berkuasa menjadi khalifah.

Ini menunjukkan bahwa kita harus kembali pada sistem yang diterapkan pada zaman tersebut, yakni zaman ketika syariat Islam diterapkan secara sempurna. Karena salah satu faktor rusaknya demokrasi adalah saat hukum Allah diletakkan di bawah kaki pejabat negara. Sehingga muncullah segala permasalahan.

Oleh karena itu, segala permasalahan yang hadir hari ini bisa diatasi dengan peraturan terbaik dari tuhan yang maha baik. Seperti masalah kemiskinan, Islam mengatur tentang hak milik umum dan negara. Jadi Ketika ada gunung emas seperti Freeport maka itu akan dikelola oleh negara dan hasilnya akan dibagikan kepada rakyat sehingga rakyatnya menjadi makmur.

Maka, kebutuhan umat dan rakyat hari ini adalah sebuah sistem yang berhasil menjadikan mereka Sejahtera selayaknya zaman Umar bin Abdul Aziz.  Itu semua bisa terjadi ketika sistem ini dikembalikan pada sistem khilafah yakni aturannya berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah karena keduanya berasal dari pencipta yang lebih mengetahui apa yang dibutuhkan makhluknya.

Jadi, tidak ada kata lain untuk menolak system yang bersumber dari pencipta. Karena system buatan manusia ini telah bobrok maka dari itu waktunya kita kembalikan semua kepada sang pencipta yang maha tau.[]

Oleh: Muhammad Amrulah Azzaky Ali, Santri kelas XI IBS Al AMRI

Selasa, 02 Januari 2024

Mimpi Investasi Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat


Tinta Media - Saat ini narasi investasi sebagai jalan mewujudkan kesejahteraan terus digaungkan. Hal ini dilakukan karena investasi dianggap sebagai jalan untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Dengan adanya lapangan pekerjaan yang mencukupi, diharapkan kesejahteraan masyarakat dapat diwujudkan. Di sisi lain, pemerintah juga optimis bahwa investasi di tahun 2023 akan mencapai target sehingga bisa lebih baik dari tahun sebelumnya. 

Investasi untuk tahun 2023 sebagaimana yang ditargetkan oleh Kementerian adalah sebesar Rp1.400 triliun, naik dari investasi tahun lalu yang hanya Rp1.200 triliun. 

Untuk mencapai target tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Ini seperti yang telah dilakukan oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia yang menandatangani nota kesepahaman dengan Menteri Investasi Inggris Lord Dominic Johnson. Dengan pertemuan tersebut, Bahlil mengatakan bahwa Inggris akan menjadi hubungan (pusat)  bagi Indonesia dalam menjajaki pasar di negara-negara persemakmuran, Eropa, hingga Amerika. (antaranews.com/18/10/2022) 

Selain itu, pemerintah juga telah mempersiapkan ekosistem investasi dengan percepatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk menggaet minat investor. Hingga akhir tahun 2023, tercatat di Indonesia ada 20 (KEK) yang difokuskan pada manufaktur dan pariwisata. Ada sekitar 10 KEK yang fokus pada pariwisata dan 10 KEK yang fokus pada manufaktur. Laporan dari Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Usaha BUMN, Riset dan Inovasi Elen Setiadi menyatakan bahwa investasi di KEK manufaktur tercatat lebih tinggi, yakni Rp133 triliun sepanjang 2023. Kemudian, KEK pariwisata mencapai Rp9 triliun. (cnbc.com, 13/12/2023) 

KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) adalah salah satu program nasional yang dianggap akan bisa meningkatkan investasi dan lapangan kerja untuk rakyat. Maka, saat ini pemerintah begitu gencar untuk merealisasikannya. Bahkan, jargon-jargon semisal jangan alergi dengan investasi terus digembar-gemborkan oleh para pejabat ataupun ekonom agar rakyat mau menerima investasi dari para investor, baik asing maupun swasta, walaupun kita mengetahui bahwa narasi ini datang dari sistem kapitalis yang menjadikan investasi sebagai penentu meningkatnya perekonomian suatu negara. 

Sebagaimana juga diketahui bahwa dalam sistem kapitalis saat ini, negara hanya berperan sebagai regulator, yang mengatur agar terjadi keselarasan antara kepentingan rakyat dan kepentingan para pengusaha, baik swasta lokal maupun asing. Negara hanya berperan mencegah agar tidak terjadi konflik antara rakyat, pengusaha swasta, dan asing tersebut.  

Maka, bisa dipastikan bahwa swasta, baik lokal maupun asing adalah pelaku utama, sehingga baik negara maupun masyarakat akan bergantung dengan pihak swasta, terutama asing. Hal inilah yang akan menjadikan pihak swasta lokal dan asing sebagai penguasa yang sesungguhnya. Hal itu dijadikan sebagai alat tawar swasta, baik lokal maupun asing untuk menekan negara tersebut. 

Maka, tidak dimungkiri bahwa investasi justru menjadi jalan bagi asing untuk menjajah negeri ini. Dengan adanya investasi, maka para investor, baik swasta lokal maupun asing bebas melakukan apa pun sebagaimana yang dijamin oleh sistem kapitalis ini.  

Para investor itu akan bersaing dengan penuh tipu daya, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan materi dan keuntungan sebanyak-banyaknya. Para pemodal yang kuat akan melumpuhkan yang lemah. Jadilah korporasi dan para  oligarki raksasa menguasai ekonomi negeri ini dan juga ekonomi dunia. 

Tidak heran jika kekayaan orang-orang terkaya dunia mengalahkan kekayaan (APBN) suatu negara. Bahkan, atas nama investasi, kaum kapitalis itu menguasai dan mengeksploitasi sumber daya alam (SDA) di negara-negara tempat mereka menjadi investornya. Bahkan, SDM (Sumber Daya Manusia)-nya diiming-imingi lapangan kerja dengan gaji  yang sangat murah. Kenaikan gaji juga sulit terealisasi karena tingginya tingkat pengangguran. Sehingga, mau tidak mau, berapa pun gaji yang ditawarkan perusahaan, harus diterima daripada tidak ada penghasilan sama sekali. 

Di samping itu, harga-harga kebutuhan juga terus naik sehingga masyarakat tetap butuh pemasukan. Akhirnya, rakyat menjadi sapi perah para korporasi dan oligarki. Sayangnya, meningkatnya investasi di negeri ini nyatanya tidak relate dengan keadaan rakyat yang masih banyak hidup dalam kesulitan. 

Menteri Bahlil Menyampaikan bahwa pertumbuhan investasi terjadi salah satunya adalah karena peningkatan jumlah investasi dari penanaman modal asing (PMA). Selama beberapa waktu saja, investasi dari PMA mencapai Rp168,9 triliun atau tumbuh 63,6% dibandingkan periode yang sama, tahun sebelumnya. Bahkan, klaim menteri mengatakan bahwa pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi dalam sejarah. Namun, ketika investasi tinggi, PHK justru terjadi secara besar-besaran. 

Menarik apa yang pernah disampaikan oleh Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, bahwasanya tingginya nilai investasi ternyata tidak mampu menyerap banyak tenaga kerja. (cnnindonesia.com, 25/10/2022). 

Jika begini, bukankah pemerintah telah menipu rakyat? Alasanku adalah dengan narasi investasi untuk menciptakan lapangan kerja namun kenyataannya justru sebaliknya. Bahkan, UU Omnibus Law Cipta Kerja disahkan pun untuk memuluskan investasi, padahal mayoritas masyarakat menolaknya. Maka, yang dibutuhkan masyarakat bukanlah investasi. Masyarakat membutuhkan riayah dari negara untuk memenuhi semua hak-hak mereka, mulai dari kebutuhan sandang, pangan , papan dan juga kebutuhan lain seperti pendidikan, kesehatan, juga keamanan. 

Masyarakat berhak untuk bisa hidup bahagia bersama seluruh anggota keluarga. Mereka bisa dengan nyaman menjalankan syariat agamanya secara kaffah. 

Namun, mewujudkan semua itu dalam sistem kapitalis sekuler hanyalah sebuah mimpi yang tak akan pernah terealisasi. Investasi bisa jadi menjanjikan adanya lapangan kerja. Namun, tidak semua tenaga dan keahlian masyarakat bisa terserap di dalamnya. Investasi menjanjikan para pekerja dapat gaji, tetapi seberapa besar gajinya juga tak pasti, bahkan tidak cukup untuk  memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan yang semakin mahal. 

Ini karena dalam sistem kapitalis tidak ada konsep pemenuhan kebutuhan individu per individu. Yang menjadi standar pertumbuhan adalah berdasarkan pendapatan per kapita yang dihitung secara general. Maka, sudah dipastikan bahwa mengharapkan rakyat sejahtera dengan investasi hanyalah mimpi. 

Pemenuhan kebutuhan setiap individu rakyat hanya bisa dilakukan oleh negara, bukan korporasi dan oligarki. Hal ini karena  negara memiliki fungsi sebagai pelayan rakyat, bukan hanya  regulator semata. Negara yang seperti itu disebut khilafah. 

Di dalam khilafah, pemimpin (khalifah) adalah pelayan rakyat, yang akan memenuhi semua kebutuhan rakyat. Sumber dananya diambil dari pengelolaan harta milik umum berupa barang tambang, hasil laut, hutan, dan harta milik negara (jizyah, kharaj, ganimah, dan zakat) yang diambil dari baitul mal, bukan dengan mendatangkan investor. 

Negara tidak boleh menggunakan prinsip untung rugi atau beban, melainkan dengan prinsip bahwa rakyat adalah amanah yang harus diurusi segala kebutuhannya karena kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. 

Khilafah akan menerapkan aturan Islam secara keseluruhan. Dengan demikian, seluruh hak rakyat akan diatur secara amanah oleh negara, bukan diserahkan pada masing-masing individu rakyat, apalagi diserahkan kepada swasta lokal dan asing. Dengan begitu, kesejahteraan masyarakat bukan hanya mimpi, tetapi akan terealisasi. 

Wallahu'alam. bisshawab.


Oleh: Fitriani, S.Hi 
(Staff Pengajar Ma'had Al-Izzah Deli Serdang) 

Kamis, 28 Desember 2023

IJM: Hidup Sejahtera dalam Sistem Kapitalisme Bagaikan Mimpi di Siang Bolong



Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menganggap bahwa hidup sejahtera dalam sistem kapitalisme bagaikan mimpi di siang bolong. 

“Berharap hidup sejahtera dalam sistem kapitalisme bagaikan mimpi di siang bolong, karena itu aturan mainnya,” tuturnya dalam video: Kritik Program Makan Siang Dan Susu Gratis, melalui Youtube Justice Monitor Channel, Ahad (24/12/2023). 

Menurutnya, kapitalisme hanya fokus pada produksi tetapi tidak dengan distribusinya. “Kapitalisme menyerahkan distribusi sepenuhnya pada pasar sedangkan negara tidak berperan apa pun kecuali sebatas regulator,” ujarnya. 

Agung menilai, kebebasan kepemilikan menjadikan sebagian kecil manusia dianggap sah merenggut hak sebagian besar manusia lainnya. “Kekayaan berputar pada segelintir orang saja, walhasil sebagian besar penduduk bumi harus memperebutkan remah-remah sisa para pemilik modal,” pungkasnya. [] Evi

Selasa, 03 Januari 2023

MIMPI DISIANG BOLONG PEMILU JUJUR?

Tinta Media - Namanya Hasnaeni Moein, putri seorang politisi PDIP Max Moein. Lebih dikenal dengan julukan 'Wanita Emas'. Wanita emas ini membongkar borok jeroan KPU.

Memang benar, kalau partainya (Partai Republik Satu) lolos verifikasi KPU, menjadi peserta Pemilu 2024, pastilah borok-borok KPU tidak akan diungkap ke publik. Karena partainya gagal, maka borok pun diungkap.

Sebenarnya, ini bukan hanya aib dari Hasyim Asy'ari ketua KPU. Tapi ini juga aib Hasnaeni Moein. Mungkin karena kecewa, marah dan merasa dikhianati, akhirnya Hasnaeni bernyanyi tanpa peduli lagi aibnya tersingkap.

Nyanyian Hasnaeni soal 'Gratifikasi Seks' bisa saja dianggap angin lalu, karena dalam sistem sekuler yang super liberal dan hedonis saat ini, seks dan zina sudah seperti life style. Para politisi culas, sudah terbiasa berzina dan memberikan permakluman terhadap perzinahan.

Namun, ketika dikaitkan dengan verifikasi partai, semua partai yang tak lolos pun meradang. Nyanyian Wanita Emas menjadi konfirmasi adanya kecurangan, jauh sebelum Pemilu dilaksanakan.

Apalagi, ketika beredar informasi Ganjar Erick yang akan dimenangkan. Rasanya, tidak ada lagi semangat untuk melakukan perubahan melalui Pemilu. 

Padahal, saat ini masyarakat sedang gandrung-gandrungnya pada sosok capres. Ingin sekali perubahan segera terjadi. Sejumlah relawan ini dan itu, sudah dibentuk disana sini.

Alhasil, upaya dan ikhtiar untuk memilih pemimpin baru, menjadi tidak bernilai karena hasil akhir Pemilu sudah ditentukan. Kita jadi ingat, ucapan terkenal Joseph Stalin yang dikutip ulang oleh Karni Ilyas, Presiden ILC:

“Orang-orang yang memberikan vote (suara) tidak menentukan hasil dari pemilu. Namun orang-orang yg menghitung vote itulah yg menentukan hasil dari pemilu”  

Lalu, untuk apa kita capek-capek kampanye kalau hasil akhirnya sudah ditentukan? Untuk apa kita capek-capek berdesakan menuju TPS memberikan suara untuk memilih pemimpin kalau hasil akhirnya sudah ditentukan?

Kasus Hasnaeni Moein si Wanita Emas ini menjadi pertanda, bahwa Pemilu jujur itu rasanya hanya mimpi. Bahkan, mimpi yang terjadi di siang bolong. [].

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Rabu, 23 November 2022

MENYAMAKAN 'MIMPI'

Tinta Media - Umat Islam hanya bisa bersatu kalau memiliki 'mimpi' yang sama. Mimpi itulah, yang akan menyatukan semua fikiran dan tindakan, mengoptimalisasi seluruh sumber daya.

Kenapa Umat Islam tidak bisa bersatu? karena mereka memiliki mimpi yang berbeda. Apa yang ada di pikiran mereka beda, meskipun kadang amal mereka terlihat sama.

Dalam Pemilu contohnya. Mimpi seorang Caleg, yang ada di pikirannya adalah dia menang, lolos menjadi anggota DPR, bergaji besar, mendapatkan fasilitas wah, bisa bermain proyek dan jual beli kewenangan, memperbaiki ekonomi keluarga, meningkatkan gengsi ditengah masyarakat, meninggalkan hidup sulit berubah menjadi hidup enak dan mewah.

Sementara, mimpi para pemilih nantinya memiliki wakil di DPR yang amanah, memikirkan rakyat, menyuarakan suara rakyat, membela kepentingan rakyat. Ikut membersamai rakyat, membela ulama, ajaran Islam dan meninggikan kalimat Allah SWT.

Maka wajar, saat mimpi itu berbeda akhirnya persatuan itu hanya semu, hanya wujud saat kampanye Pemilu. Setelah menjadi anggota DPR, wakil rakyat hanya fokus dengan mimpinya.

Anggota DPR sibuk dengan gaji besarnya, menikmati fasilitas wah, bermain proyek dan jual beli kewenangan, memperbaiki ekonomi keluarga, meningkatkan gengsi ditengah masyarakat, meninggalkan hidup sulit berubah menjadi hidup enak dan mewah. Mereka sama sekali tidak peduli pada rakyat, tidak lagi menyuarakan suara rakyat, tidak membela kepentingan rakyat. Tak pernah ikut membersamai rakyat, membela ulama, ajaran Islam dan meninggikan kalimat Allah SWT. Malah, anggota DPR menjadi tambahan beban bagi masalah rakyat.

Agar perjuangan itu sinergi, bersatu dan menghasilkan kekuatan, maka Umat Islam harus menyatukan 'mimpi' besar mereka, melebur bersama mimpi itu, dan mengesampingkan segala kepentingan diluar mimpi besar. Lalu, mimpi besar apakah yang dapat menyatukan Umat Islam?

Mimpi itu adalah keinginan bersama untuk taat kepada Allah SWT dengan menerapkan seluruh aturan-Nya dalam kehidupan bernegara. Mimpi besar itu adalah mimpi menerapkan syariah Islam secara kaffah.

Masih ada satu pertanyaan lagi, bagaimana menerapkan syariah Islam agar mimpi itu sama dan tidak tercampur dengan motivasi dunia? Mimpi besar itu harus disatukan dengan visi menegakkan Khilafah. Siapapun yang berjuang untuk Khilafah, pasti lillahi ta'ala, karena perjuangan Khilafah tidak akan berorientasi untuk menjadi Presiden, Menteri, Anggota DPR atau pamrih dunia lainnya.

Perjuangan Khilafah akan melebur dan menyatukan umat Islam pada visi bersama menegakkan hukum Allah SWT. Mimpi inilah, yang akan menyatukan semua kepentingan dan mengoptimalisasi seluruh sumber daya. Semua berlomba-lomba dalam kebajikan, saling berebut peran untuk mempersembahkan amal terbaik dalam mewujudkan mimpi bersama. 

Mimpi Khilafah ini, yang akan membedakan mana perjuangan yang tulus, mana perjuangan yang punya pamrih. Mimpi besar inilah, yang akan menyatukan orang-orang ikhlas, berhimpun dalam perjuangan untuk menegakkan hukum Allah SWT. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

https://heylink.me/AK_Channel/

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab