Hampir Satu Milyar Penduduk Dunia Alami Gangguan Mental, Aktivis Muslimah: Saatnya Akhiri Loyalitas kepada Sistem Global Kapitalisme
Tinta Media - Tanggapi rilis WHO tentang hampir satu milyar penduduk dunia alami gangguan mental, Aktivis Muslimah Ustazah Iffah Ainur Rochmah menyarankan kepada umat Islam untuk mengakhiri loyalitas (kepercayaannya) kepada sistem global kapitalisme.
"Maka ini adalah sebuah data yang mestinya mengingatkan kita semua dan menampar dunia pada hari ini untuk mengakhiri loyalitas (kepercayaannya) kepada sistem global kapitalisme," tuturnya kepada Tinta Media, Senin (27/6/2022).
Menurutnya, pemicu dari munculnya gangguan mental yang dialami hampir semilyar penduduk dunia ini adalah pemberlakuan aturan-aturan di dalam sistem yang berlaku hari ini, yaitu sistem kapitalisme.
"Pemberlakuan sistem ekonomi menghasilkan kesenjangan antara si kaya dan si miskin yang luar biasa ekstrimnya," tandasnya.
Ia memandang, pemberlakuan sistem sosial hari ini, menghasilkan keluarga ataupun hubungan antar masyarakat yang luar biasa sulit untuk mengharmonisasi, bahkan kemudian juga menghasilkan persoalan-persoalan moralitas seperti adanya kekerasan seksual karena sangat banyaknya paparan aurat yang terbuka, kebebasan seksual yang dipertontonkan, dan seterusnya.
Demikian pula, lanjutnya, ini disokong oleh media yang tentu saja tidak bisa ada media yang sampai ke tengah-tengah masyarakat, kecuali diizinkan oleh sistem yang ada. "Karena itu, benar ini adalah satu bencana bagi masyarakat dunia," tegasnya.
Namun, ia menyampaikan bahwa harus disadar, termasuk WHO tidak boleh hanya menginformasikan kesehatan mental banyak orang itu terganggu sampai sekian banyak. Tapi mestinya PBB juga objektif menyatakan bahwa ada problem sistemik, karena ini sesungguhnya gampang sekali disimpulkan dari apa yang berjalan dari sistem hari ini.
"Belum lagi apa yang dinyatakan oleh WHO ada ketidakmampuan orang-orang yang punya masalah kesehatan mental ini untuk mengakses layanan kesehatan. Nah ini juga problem sistemik," imbuhnya.
Ia menilai tidak semua layanan kesehatan bisa diperoleh dengan mudah. Karena semuanya berbayar. Kalau ingin mendapatkan fasilitas lebih, tentu saja harus membayar lebih.
"Nah apa pelajaran yang bisa kita ambil? tentu saja ini mengingatkan kita semua bahwa sesungguhnya memang semua aturan kehidupan, sistem yang tidak berlandaskan kepada hukum-hukum Allah, tidak dilandaskan kepada tuntunan Ilahi. Padahal Allah sudah memberikan tuntunan-Nya, tapi diabaikan bahkan ditolak mentah-mentah," sesalnya.
Maka, ujar Ustazah Iffah, yang terjadi adalah kerusakan, kesengsaraan, bagi umat manusia. Seharusnya ini mendorong kita untuk mencari sistem alternatif yang sesungguhnya itu bisa didapatkan di dalam sistem Islam. Karena Islam punya tuntunan yang lengkap untuk mengatur semua aspek kehidupan.
"Dan dulu, praktik pemberlakuan sistem Islam ini, sudah dicontohkan oleh para Khulafa. Khulafaurrosyidin maupun para khalifah. Dan kesehatan mental itu bisa ditekan sedemikian rupa bahkan orang yang mengalami gangguan kesehatan mental itu juga bisa diselesaikan dengan treatment atau dengan perlakuan-perlakuan yang diberikan oleh sistem yang ada," paparnya.
Ustazah Iffah menyampaikan, ada satu tempat di mana masih ada jejak perawatan terhadap gangguan kesehatan mental yang dulu disediakan oleh sistem Khilafah yaitu oleh Khilafah Utsmaniyah.
"Di mana di situ negara punya tanggung jawab penuh, bahwa ada orang-orang yang mengalami gangguan kesehatan mental yang jumlahnya mungkin tidak banyak, tapi negara menyediakan fasilitas untuk menangani mereka agar tidak mengganggu kehidupan mereka, berikutnya agar tidak menjadi hal yang buruk bagi masyarakat," pungkasnya.
[]'Azimatul Azka