Tinta Media: Militer
Tampilkan postingan dengan label Militer. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Militer. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 Januari 2024

Begini de Facto Negeri Muslim yang Terjajah secara Militer dan Nonmiliter(100 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐷𝑢𝑛𝑖𝑎 𝑇𝑎𝑛𝑝𝑎 𝐾ℎ𝑖𝑙𝑎𝑓𝑎ℎ, 𝐼𝑡 𝐼𝑠 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑡𝑜 𝐵𝑒 𝑂𝑛𝑒 𝑈𝑚𝑚𝑎ℎ)


.
.
Pasca-diruntuhkannya Khilafah Utsmaniyyah seratus tahun lalu (3 Maret 1924-2024 Masehi), kaum Muslim terpecah menjadi lebih dari 57 negara bangsa di atas puing-puing khilafah. Saat ini, sebagiannya dijajah secara militer. Namun anehnya, yang tidak dijajah secara militer tidak dapat memberikan bantuan secara signifikan untuk membebaskan negeri lainnya dari penjajahan. Mengapa?
.
𝐃𝐢𝐣𝐚𝐣𝐚𝐡 𝐒𝐞𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐌𝐢𝐥𝐢𝐭𝐞𝐫
.
Berikut sepuluh dari sekian banyak negeri Islam yang dijajah secara militer. 
.
𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎, Muslim Palestina dijajah entitas penjajah Yahudi. 𝐾𝑒𝑑𝑢𝑎, Muslim Rohingya (Arakan) dijajah Budha Myanmar. 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎, Muslim Uighur (Turkistan Timur) dijajah ateis-komunis Cina.
.
𝐾𝑒𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡, Muslim Pattani dijajah Budha Thailand. 𝐾𝑒𝑙𝑖𝑚𝑎, Muslim Moro (Mindanau) dijajah Kristen Filipina. 𝐾𝑒𝑒𝑛𝑎𝑚, Muslim Kashmir dan Jammu dijajah Hindu India.
.
𝐾𝑒𝑡𝑢𝑗𝑢ℎ, Muslim Suriah dijajah Kristen Amerika, Kristen/Ateis Rusia, Kristen Prancis dan lain-lain. 𝐾𝑒𝑑𝑒𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛, Muslim Irak dijajah Kristen Amerika, Kristen Inggris, Kristen Australia dan lain-lain.
.
𝐾𝑒𝑠𝑒𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛, Muslim Afghanistan dijajah Kristen Amerika, Kristen Inggris, Kristen Australia dan lain-lain (setidaknya sampai tahun 2021). 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑝𝑢𝑙𝑢ℎ, Muslim Libya dijajah Kristen Amerika, Kristen NATO. 
.
𝐋𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐁𝐞𝐫𝐛𝐚𝐡𝐚𝐲𝐚
.
Sedangkan para penguasa di negeri-negeri Islam lainnya, seperti Indonesia, Pakistan, Malaysia, Saudi Arabia, Mesir, Turki dan lainnya tak pernah memobilisasi pasukan militernya untuk berjihad melawan penjajahan tersebut. Padahal Islam telah memberikan solusi yang konkret untuk menghentikan penjajahan tersebut yakni khilafah dan jihad. 
.
Hal itu terjadi lantaran sejatinya mereka juga terjajah, meski tidak secara militer. Penjajahan ini jauh lebih berbahaya daripada penjajahan militer karena tanpa merasa terjajah tetapi dengan sukarela mengikuti maunya kaum penjajah. 
.
Mereka menjunjung ikatan nasionalisme yang dicekokkan kafir penjajah (pasca-runtuhnya Khilafah Islam) sebagai ganti dari ikatan akidah Islam. Sehingga yang tadinya "Sesungguhnya kaum Muslim itu bersaudara" berubah menjadi "Itu urusan negara masing-masing". 
Dalam waktu bersamaan, mereka menistakan ajaran Islam dan memusuhi para aktivis Islam yang menginginkan penerapan syariat Islam secara kaffah.
.
Mereka berupaya keras mengubah pemahaman kaum Muslim yang masih islami dengan pemahaman ala kafir penjajah dengan istilah moderasi beragama. 
.
Semua ajaran Islam yang tidak sesuai dengan maunya kafir penjajah (misal: khilafah, jihad, definisi kafir) maka akan mereka ubah seperti maunya penjajah.
.
Para aktivis Islam yang istiqamah mendakwahkan ajaran Islam yang benar mereka cap sebagai ekstremis dan radikalis dan dimonsterisasi sebagai sesuatu yang sangat membahayakan. Padahal sejatinya para penguasa antek penjajah inilah yang selama ini korupsi, yang selama ini menyengsarakan rakyat, yang selama ini membuat berbagai regulasi untuk melanggengkan penjajahan.
.
Bila kita sadari itu, maka tak aneh tak satu pun para penguasa negeri Islam saat ini yang memobilisasi tentaranya untuk berperang melawan penjajahan atas negeri-negeri Islam karena sejatinya mereka juga terjajah bahkan sampai pada taraf bangga menjadi anteknya penjajah.
.
𝐒𝐚𝐚𝐭𝐧𝐲𝐚 𝐁𝐚𝐧𝐠𝐤𝐢𝐭
.
Begitulah nasib kaum Muslim selama seratus tahun pasca-runtuhnya khilafah. Mau sampaikan kapan seperti ini terus? Cukup! Seratus tahun tanpa khilafah sudah terlalu lama. Apalagi Islam mentolelir tanpa adanya khalifah hanya tiga hari saja. Saatnya kaum Muslim bangkit membuang sistem kufur jebakan penjajah seraya berjuang menegakkan khilafah warisan Rasulillah dan para khalifah rasyidah!
.
𝐼𝑡 𝑖𝑠 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑡𝑜 𝑏𝑒 𝑜𝑛𝑒 𝑢𝑚𝑚𝑎ℎ, sekaranglah waktunya untuk menjadi umat yang satu di bawah naungan 𝑘ℎ𝑖𝑙𝑎𝑓𝑎ℎ '𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑖𝑛ℎ𝑎𝑗𝑖𝑛 𝑛𝑢𝑏𝑢𝑤𝑤𝑎ℎ. Karena memang satu-satunya cara untuk mendapatkan kemerdekaan hakiki adalah memutuskan ikatan nasionalisme seraya kembali kepada ikatan akidah Islam; menghancurkan sistem kufur demokrasi maupun kerajaan untuk kembali menegakkan syariat Islam secara kaffah dalam naungan khilafah; dan memobilisasi tentara Muslimin berjihad membebaskan negeri-negeri Muslim lainnya yang masih terjajah secara militer. 
.
𝐼𝑡 𝑖𝑠 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑡𝑜 𝑏𝑒 𝑜𝑛𝑒 𝑢𝑚𝑚𝑎ℎ! 
𝐼𝑡 𝑖𝑠 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑡𝑜 𝑏𝑒 𝑜𝑛𝑒 𝑢𝑚𝑚𝑎ℎ!
𝐼𝑡 𝑖𝑠 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑡𝑜 𝑏𝑒 𝑜𝑛𝑒 𝑢𝑚𝑚𝑎ℎ!
Allahu Akbar! [] 

https://shorturl.at/fkzB5


Oleh: Joko Prasetyo 
Jurnalis 

Sabtu, 07 Oktober 2023

Penjajahan: Dari Militer Ke Ideologi, dari Parsial ke Komprehensif

Tinta Media - Alhamdulillah kita memang sudah merdeka. Tapi merdeka secara fisik saja. Merdeka secara militer saja. Bukan atau belum merdeka secara hakiki.

Mengapa bisa begitu? Ya bisalah. Sebab proses merdeka kita mengikuti perubahan metode penjajahan oleh negara kafir penjajah. Yakni dari penjajahan fisik yang parsial  ke penjajahan ideologi  yang komprehensif.

Dulu, hingga awal abad 20 para penjajah masih menjajah secara fisik. Sebagaimana Israel kepada Palestina saat ini. Namun mereka kemudian menyadari bahwa komunisme memberikan angin segar kepada bangsa bangsa terjajah sehingga melakukan gerakan kemerdekaan. Jika hal ini dibiarkan maka para penjajah akan kehilangan negeri jajahan yang kaya khususnya negri negri Islam.

Oleh karena itulah maka para penjajah merekayasa agar secara fisik militer boleh merdeka namun secara ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam harus tetap dijajah. Akhirnya para penjajah membuat sistem nation state yang sekuler kapitalis dan menunjuk atau mengangkat orang pribumi sebagai penguasa boneka yang tunduk kepada penjajah. Penguasa agen penjajah inilah yang melaksanakan sistem warisan penjajah dan menjalankan agenda penjajahan gaya baru. Ini terjadi di seluruh negeri jajahan baik di Asia, Afrika maupun Amerika latin termasuk negeri-negeri Islam di Asia tenggara, Asia Tengah, Asia Selatan, Afrika Utara, Afrika Timur, Afrika Barat  dan timur tengah.

Itulah mengapa kita belum merdeka secara nyata. Karena mengikuti perubahan metode penjajahan dari penjajahan fisik militer ke penjajahan ideologi yang komprehensif.

Lihatlah sendiri bukankah kita sekarang dijajah semua sektor kehidupan? Ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya, hankam dll? Semua sektor kita tidak punya independensi. Tidak punya otoritas. Tidak punya kewenangan. Bahkan UU pun dibuat oleh para penjajah melalui agen agennya. Maka muncullah berbagai UU yang jika diterapkan makin menghancurkan kehidupan kita.

Terus bagaimana agar kita merdeka secara hakiki? 

Hanya dengan Islam kaffah, Islam sebagai ideologi. Sebab karakter ideologi Islam itu tidak menjajah. Tapi membebaskan. Lihatlah negri negri di Asia, Afrika, bahkan Eropa yang pernah dikuasai ideologi Isl tidak satupun dijajah tapi dimerdekakan. Tidak ada perbedaan hak dan kewajiban antara muslim yang datang dengan muslim lokal bahkan dengan semua warga lokal sekalipun tidak masuk Islam. 

Warga lokal ikutan bangkit bersama muslim yang datang. Sama-sama berjuang menegakkan Islam. Sama-sama meraih kejayaan dan kemenangan. Sama-sama mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan. Tidak ada diskriminasi. Itulah ideologi Islam yang membuat manusia merdeka secara hakiki. Yakni merdeka dari menyembah makhluk atau hawa nafsu. Dan fokus hanya menyembah Allah SWT sebagai satu satunya Pencipta, pengatur dan laa ilaaha illaLlaaah. 

Jadi kalo mau merdeka secara hakiki. Lahir batin fisik dan mental dunia akhirat maka hanya dengan menerapkan ideologi Islam secara totalitas. 

Selamat berjuang kawan, semoga umat manusia segera meraih kemerdekaan hakiki dengan tegaknya Islam kaffah dalam sistem khilafah. Wallaahu a'lam.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Selasa, 11 Juli 2023

SERUAN KEPADA MILITER & UMAT UNTUK MENEGAKKAN KHILAFAH


Tinta Media - Sesungguhnya, dalam bentuk sistem pemerintahan apapun, baik kerajaan, Republik, kekaisaran, hingga sistem Khilafah, pilar utama penopang kekuasaan adalah Militer dan Umat. Tidak akan berdiri tegak entitas kekuasaan -apapun bentuknya- tanpa dukungan militer dan umat.

Militer adalah penjaga kekuasaan secara kekuatan, sedangkan umat adalah pemberi legitimasi kekuasaan. Tanpa penjagaan militer, kekuasaan akan limbung. Tanpa legitimasi umat, kekuasaan akan jatuh.

Karena itu, militer dan umat memiliki peran signifikan dalam proses perubahan. Sumber kekuasaan bukan di DPR, lembaga Eksekutif maupun yudikatif. Namun, sumber kekuasaan ada pada umat, penjaga kekuasaan adalah militer.

Pada faktanya, orang yang mendapat kekuasaan di legislatif dan eksekutif, semuanya bersumber dari umat. Tanpa legitimasi umat, mereka tidak akan pernah berkuasa. Melalui Pemilu, mereka mengambil legitimasi kekuasaan itu dari umat.

Wahai militer, sadarilah ! Anda adalah penjaga kekuasaan. Segera putus loyalitas anda pada penguasa zalim, yang telah memberikan mudhorot kepada anda di dunia, dan akan memberatkan kedudukan anda di akhirat.

Sejatinya, mereka tidak akan pernah bertengger di kursi kekuasan tanpa penjagaan anda. Jika anda melepaskan penjagaan anda terhadap mereka, maka kejatuhan mereka adalah sesuatu yang niscaya.

Mereka telah memperalat anda, untuk melindungi mereka. mereka telah menyakiti anda, juga umat yang menjadi fokus pelayanan anda, dan mereka hanya berfoya-foya dengan kekuasaan mereka, berpesta pora bersama kroni dan keluarganya.

Wahai umat, bangkitlah! Mereka hanya mengeksploitasi anda, mengambil legitimasi dari anda untuk terus berkuasa. Mereka hanya membutuhkan legitimasi dari anda saat Pemilu, setelah itu anda diabaikan.

Mereka hanya menjadikan anda sebagai dalih untuk korupsi dan merusak negeri ini, menyerahkan leher anda kepada asing dan aseng. Karena itu, untuk apa anda terus menopang kekuasaan mereka melalui Pemilu, sementara mereka terus berkhianat kepada anda ?

Anda meyakini Pemilu akan curang, tapi anda terus memikirkan perubahan melalui Pemilu. Sebenarnya, apa yang anda pikirkan? Anda serius ingin perubahan, atau sekedar bersenda gurau?

Wahai militer ! Wahai umat !

Sudah saatnya, kalian mencampakan kekuasaan yang zalim, berlepas diri dari mereka, dan segera mengalihkan dukungan dan penjagaan pada perjuangan Khilafah. Khilafah akan menerapkan Al Qur'an dan as Sunnah, mengurusi kemaslahat umat dan dunia.

Khilafah tidak akan berakhianat, Khilafah akan menjaga kalian baik dunia maupun akhirat. Khilafah, akan membebaskan seluruh umat manusia, dari penghambaan kepada kapitalisme dan sosialisme, menuju menghamba hanya kepada Allah SWT semata.

Sejatinya, saat kalian melepaskan ikatan dan loyalitas kepada penguasa zalim, niscaya kekuasaan itu akan jatuh. Saat anda mengikatkan diri dan loyalitas pada Khilafah, niscaya Khilafah akan segera tegak berdiri.

Selanjutnya, khilafah akan memuliakan kalian, dengan Islam yang akan menjadi Rahmat bagi semesta alam. Sungguh, hari kemenangan itu semakin dekat, maka segeralah mendekat dan menjadi bagian dari hamba Allah SWT yang akan dimenangkan.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَجِيْبُوْا لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ اِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيْكُمْۚ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهٖ وَاَنَّهٗٓ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ

_"Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan."_

[QS Al Anfal: 24].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik 


Jumat, 05 Mei 2023

MEMBACA SUASANA KEBATINAN MILITER YANG RISAU PADA PEMILU 2024

"Ketika permainan curang tersebut sudah membuat penonton heboh atau bahkan membuat penonton menjadi resah dan tidak nyaman, maka “terapi” khusus harus diterapkan. Aturan hukum akan jadi acuan dan TNI siap tampil sebagai pengawal pada proses itu."

[Pangdam III/Siliwangi, Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo]


Tinta Media - Baru saja penulis membaca artikel menarik. 10 April 2023 lalu, Tribun Jabar menerbitkan artikel dengan judul 'Etika Menuju 2024 Menurut Pangdam III/Siliwangi'. Artikel ini ditulis oleh Pangdam III/Siliwangi, Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo.

Meski tidak diberikan keterangan artikel tersebut adalah pendapat pribadi dan tidak mewakili institusi, namun penulis berkeyakinan tulisan yang dibuat oleh Jenderal TNI bintang dua tersebut cukup mewakili suasana kebatinan militer, yang sedang risau dengan kondisi negeri ini. Sebuah konfirmasi sikap batin TNI yang sedang dalam kondisi prihatin, khawatir, cemas, sekaligus tidak berdaya menyaksikan berbagai kerusakan di negeri ini, lebih spesifik ketika mencermati perpolitikan di negeri ini.

Kecemasan itu terlihat jelas, bagaimana Sang Jenderal berusaha memotret situasi komunikasi politik para elit hingga akar rumput, apalagi di era sosial media yang memasuki iklim kebebasan yang nyaris tanpa batasan. Pangdam Siliwangi mendeskrepsikan situasi tersebut dengan ungkapan 'Kencangnya suhu yang dibangun serta kuatnya terpaan media menjadikan komunikasi politik begitu dinamis, fluktuatif, sekaligus sarat muatan provokatif'.

Selanjutnya, meminjam pisau analisis dan teori Craig Allen Smith (Smith, 1992), Pangdam berusaha mengajak segenap elemen anak bangsa beranjak dari kondisi faktual yang mengkhawatirkan, menuju kondisi ideal dimana komunikasi politik semestinya dilaksanakan dalam masyarakat yang beradab, tidak asal bicara di dalam berpolitik.

Walau akhirnya, Pangdam juga menginsyafi bahwa realitasnya politik memang menyangkut suara orang yang mesti dibicarakan. Artinya, politik adalah komunikasi di mana semua orang terlibat dalam proses sosial untuk memahami kepentingan, masalah, otoritas konstitusional, sanksi, sekutu, dan sekaligus musuh.

Pembelahan dukungan politik, polarisasi politik antar partai dan Capres, 'perang terbuka' komunikasi para aktor politik, relawan dan buzzer, hingga potensi kecurangan dalam pelaksanaan Pemilu 2024 adalah kondisi faktual yang ada di negeri ini. Jadi, yang dikhawatirkan Pangdam bukan saja soal proses komunikasi politik jelang Pemilu yang berpotensi mengganggu keamanan dan kedaulatan Negara, tetapi juga potensi konflik dan keterbelahan anak bangsa akibat adanya hasil Pemilu 2024 yang curang.

Yang menarik adalah, ketika Pangdam bicara soal bagaimana peran dan fungsi TNI ketika komunikasi politik brutal telah menyeret potensi perpecahan anak bangsa, yang mengancam pertahahan dan keamanan Negara. Pangdam, mengambarkan situasi politik yang mungkin terjadi dan preferensi tindakan yang akan diambil oleh TNI dengan ungkapan:

_"Ketika permainan curang tersebut sudah membuat penonton heboh atau bahkan membuat penonton menjadi resah dan tidak nyaman, maka “terapi” khusus harus diterapkan. Aturan hukum akan jadi acuan dan TNI siap tampil sebagai pengawal pada proses itu."_

Lalu, apa parameter kondisi faktualnya, sehingga keadaan dan situasi bangsa telah menjadi heboh? Atau, apa pula deskripsi situasi  dan kondisi yang resah, sehingga hal itu menjadi dasar legitimasi bagi TNI untuk tampil dalam proses itu? Apakah, TNI akan tampil secara mandiri untuk dan atas nama Negara melakukan tindakan menstabilisasi keadaan, atau bahkan mengambil peran partisan untuk mengambil alih kendali kekuasaan?

Tentu, Pangdam tak akan mungkin mengungkap sejumlah parameter dan deskripsi kongkrit tentang situasi dan kondisi bangsa ini diruang publik. Namun, tulisan Pangdam telah mengkonfirmasi bahwa Negara sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Sebenarnya, secara substansi tulisan Pangdam Siliwangi Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo ini tidak berbeda jauh dengan apa yang ditulis oleh Denny Indrayanan soal dukungan Jokowi ke Ganjar, mencadangkan Prabowo termasuk menghalangi Anies Baswedan. *Ada proses Pemilu 2024 yang bermasalah. Ada potensi Pemilu 2024 yang curang.* Namun, tulisan Pangdam ini lebih kuat objektifitasnya karena lepas dari bias kepentingan kontestasi. Sementara Denny Indrayana, di beberapa bagian terdapat nuansa 'Playing Victim Partai Demokrat', karena Denny Indrayana diketahui dekat dengan SBY dan pernah menjadi Wamenkumham di era SBY.

Hanya saja keduanya, baik Deny Indrayana maupun Pangdam Siliwangi Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo sedang dalam kondisi tidak berdaya. Keduanya paham atas sejumlah soal dalam proses Pemilu, namun tak tahu harus mengambil langkah apa.

Karena itulah, Pangdam berusaha men-delivery pengetahuannya atas proses Pemilu yang bermasalah tersebut agar diketahui dan menjadi atensi seluruh rakyat. Dengan harapan, ada kontrol langsung dari rakyat dan ketika setiap saat TNI mengambil tindakan 'terapi' akan didukung oleh segenap rakyat.

Al hasil, tulisan yang dibuat Pangdam Siliwangi Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo ini mengkonfirmasi bahwa kegelisahan dan kecemasan yang dirasakan oleh segenap rakyat telah merembet ke relung batin militer. Situasinya, militer juga hanya bisa mengambil sikap _'Wait n See',_ untuk mengambil momentum strategis dalam rangka melakukan operasi terapi untuk menyelamatkan Negara.

Karena itu, butuh jembatan komunikasi yang intensif antara TNI dengan rakyat agar terjadi sinergi antara keduanya untuk menyelamatkan Negara. Terapi yang ditempuh militer, tidak akan mujarab tanpa dukungan rakyat. Gerakan perbaikan oleh segenap elemen rakyat, juga tak akan maksimal tanpa dukungan dan bekingan dari TNI. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

[Tulisan ini memberikan tanggapan atas Artikel yang berjudul 'Etika Menuju 2024 Menurut Pangdam III/Siliwangi']

Nb.

Tulisan ini dibuat dalam perjalanan Bus Jakarta - Solo, 04 Mei 2023.

Rabu, 12 Oktober 2022

Kaum Muslim Cepat Mengadopsi Teknologi Baru dalam Militer

Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) mengatakan bahwa kaum muslim cepat mengadopsi teknologi baru dalam militer.

"Kaum muslim adalah umat yang terkenal sangat cepat mengadopsi teknologi baru dalam militer," tuturnya dalam History Insight: Meriam Sultan Mehmed II, Terbesar, Monster Raksasa yang Menakutkan di kanal YouTube Muslimah Media Center, Sabtu (8/10/2022).

"Hal ini adalah perhatian utama bagi setiap pemimpin atau Khalifah kaum muslim. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menjadi orang pertama yang mencontohkan hal ini ketika memerintahkan Salman Al Farisi untuk mempelajari teknologi militer Persia dalam merakit manjani untuk mengepung Thoif," imbuhnya.

Ia menyatakan bahwa bagi kaum muslim, jihad adalah puncak ibadah yang mengharuskan usaha terbaik dalam melakukan dan menyiapkannya, sehingga dapat memberikan tekanan kepada pihak musuh. Ini pula yang dilakukan oleh Sultan Muhammad Al Fatih dalam menghadapi tembok berlapis tiga Konstantinopel. Sultan Mehmed II harus menggunakan cara yang tidak biasa sebab bila mengandalkan cara frontal sebagaimana yang biasa digunakan pasukan Utsmani dalam berperang. Sudah dapat dipastikan, pasukan besar apapun akan luluh lantak sebelum mencapai musuh. 

"Maka strategi yang paling baik yang terpikirkan oleh Sultan Mehmed adalah menghabisi jumlah pasukan bertahan dengan mesin pengepung," bebernya.

Ia menilai bahwa untuk menghadapi pertahanan biasa di zaman itu, menggunakan pelontar batu semisal trebushet dan catapul sudah dipandang cukup. Namun dihadapan tembok Konstantinopel, keduanya laksana peralatan dari zaman purba. Untuk itu sebuah alat yang bisa melontarkan benda yang lebih kuat dari batu harus dibuat dan alat itu adalah meriam pelontar besi.

"Seolah jawaban dari Allah atas doa Sang Sultan, di suatu hari pada musim panas di tahun 1452 Masehi. Seorang ahli senjata berkebangsaan Hungaria datang menghadap Sultan Mehmed untuk menawarkan keahliannya membuat meriam. Dialah Orban, sang pembuat senjata yang telah mencoba menawarkan rancangan senjatanya kepada kaisar Constantine Palaiologos," ungkapnya.

Namun lanjutnya, keadaan Bizantium yang mengalami resesi ekonomi parah, tidak memungkinkan untuk berinvestasi dalam persenjataan militer. Apalagi saat itu, mereka merasa aman berada dalam lindungan temboknya. Untuk mencegah teknologi Orban dikuasai kaum muslim, kaisar Bizantium mencoba menahannya dalam kota dan berjanji mencukupi biaya bulanannya sebagai kompensasinya. "Namun kenyataan berkehendak lain, kompensasi yang dijanjikan tidak kunjung didapatkan," jelasnya.

Sejarah selanjutnya mencatat bahwa kedua kaki Orban berdiri didepan Sultan Mehmed II untuk mencoba peruntungannya. Sultan Mehmed segera memerintahkan bawahannya untuk memperlakukan Orban secara baik dan membayar empat kali lipat dari permintaan Orban. Sultan juga memobilisasi tentara untuk mengumpulkan bahan-bahan baku yang diperlukan Orban. Kemudian Orban membuat meriam-meriam. Meriam paling besar yang pernah dilihat siapapun di zaman itu. 5 meriam awal yang diselesaikan Orban dengan panjang 4,2 meter dipasang di Rumeli Hisari untuk pengamanan selat Bosphorus. "Meriam inilah yang menghancurkan kapal Antonio Rizzo pada November 1452 Masehi," paparnya.

Ia melanjutkan bahwa ketika Sultan mengetahui keefektifan meriam barunya, Sultan memerintahkan Orban untuk mencari cara agar ukuran dan kekuatan meriam dapat digandakan. Inilah Meriam yang kemudian mendapat julukan monster raksasa dan menakutkan oleh tentara Bizantium yang menyaksikannya. "Walaupun Sultan Mehmed sangat senang dengan meriam barunya namun keimanan Islam mengajarkan bahwa hanya Allah sumber kemenangan dan kemuliaan," tukasnya.

"Inilah yang harus diketahui oleh seluruh pasukannya agar mereka tidak bergantung selain kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala," ujarnya.

Inilah sejatinya yang ditakutkan peradaban kapitalisme. Saat sistem Islam tegak di dunia. Sebab semangat jihad yang berkobar di dalam jiwa menjadikan tentara-tentara Islam tidak akan pernah menyerah pada musuh. "Pada saat itulah, peradaban kapitalisme kehilangan eksistensi di dunia," pungkasnya.[] Ajira
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab