Tinta Media: Menulis
Tampilkan postingan dengan label Menulis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Menulis. Tampilkan semua postingan

Minggu, 30 Juni 2024

Kekuatan Tulisan dalam Mengubah Peradaban

Tinta Media - Apakah saudara pernah mendengar atau membaca sejarah terkait sebuah tabloid yang dijadikan sarana propaganda untuk menghancurkan sebuah peradaban besar? Peradaban emas yang gemilang pada masa kejayaannya? 

Oleh : Rizal Rosadi
Pengusaha Muslim 

Selengkapnya, bisa dibaca di Buku It Is Time To Be Writer: Merajut Kata Untuk Dakwah 

Bagi yang mau order silakan isi data berikut ini dan wapri ke nomor +62 812-5243-596 🙏🏻

Order buku It Is Time To Be Writer: Merajut Kata Untuk Dakwah :

Nama:
Alamat Lengkap:
Nomor WA:
Jumlah order: ... eksemplar 
Kontributor/bukan:

Dapatkan diskon buat kontributor, alumni API dan Sahabat Tinta Media

Senin, 29 April 2024

Karena Alasan Inilah Anda Harus Menulis Berita

Tinta Media - Dalam banyak kesempatan, Anda mestilah tidak menonton video 𝑡𝑎𝑙𝑘𝑠ℎ𝑜𝑤 yang durasinya panjang. Alasannya, bisa karena tidak cukup waktu, tidak cukup kuota, tidak tertarik dengan judulnya, dan atau alasan lain. Namun ketika meluangkan waktu untuk menontonnya secara saksama, ternyata Anda temukan banyak pesan penting dalam video tersebut yang sangat berguna untuk diketahui publik.

Pilihannya, (1) Anda akan menyebarkan video tersebut, atau (2) kutip saja pernyataan yang menurut Anda sangat penting lalu disebarkan.

Kalau yang pertama Anda pilih, tentu saja orang lain sangat mungkin beralasan sama dengan Anda di awal sehingga tidak menontonnya. Kalau poin kedua yang Anda pilih, bisa saja membuat video pendek lalu disebarkan di medsos.

Namun, bila Anda memilih untuk menuliskannya, maka salah satu tulisan yang paling pas digunakan adalah berita lugas (𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑛𝑒𝑤𝑠/SN) yang secara awam sering disebut sebagai berita (𝑛𝑒𝑤𝑠) saja.

SN adalah 𝑟𝑒𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛/𝑖𝑛𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛. Jadi, sejak membaca paragraf pertama (teras/𝑙𝑒𝑎𝑑), pembaca langsung mendapatkan pesan utama yang disampaikan Anda.

Bila dalam video tersebut, menurut Anda, ada sepuluh bahasan penting, maka Anda bisa menulis 10 SN, yang tentu saja dengan 10 judul berbeda. Bandingkan dengan video yang hanya satu judul, maka peluang SN yang diangkat dari video tersebut memiliki 10 kali lipat peluang untuk dibaca.

Itu merupakan salah satu alasan mengapa Anda harus menulis SN. Alasan lainnya ada banyak. Beberapa di antaranya sebagai berikut.

𝑷𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂, 𝐒𝐍 𝐜𝐨𝐜𝐨𝐤 𝐝𝐢𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐬𝐢𝐛𝐮𝐤 𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐡𝐚𝐮𝐬 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚. Karena karakter SN yang 𝑡𝑜 𝑡ℎ𝑒 𝑝𝑜𝑖𝑛𝑡 sejak awal kalimat, sangat cocok dibaca oleh orang-orang yang tidak memiliki waktu banyak tetapi sangat haus akan informasi kekinian yang terjadi di dalam maupun luar negeri.

Mereka baru baca judul dan paragraf pertama saja, informasi berharga langsung diterima. Jadi, SN yang Anda buat benar-benar sangat menghemat waktu mereka.

𝑲𝒆𝒅𝒖𝒂, 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐒𝐍 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐜𝐨𝐜𝐨𝐤 𝐝𝐢𝐣𝐚𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐮𝐬𝐥𝐮𝐛 (𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐭𝐞𝐤𝐧𝐢𝐬) 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐦𝐛𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐫𝐞𝐚𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐦𝐚𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐮𝐛𝐥𝐢𝐤 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐧𝐠𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐨𝐤𝐨𝐤 𝐩𝐞𝐫𝐦𝐚𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧.

Realitas tersebut setidaknya ada dua macam: (1) realitas yang islami sehingga sangat layak untuk disyiarkan, salah satunya melalui SN; (2) realitas yang tidak islami sehingga sangat layak untuk dikoreksi, salah satu caranya dapat dikoreksi melalui SN. Sehingga publik selain tahu ada masalah, mendapatkan edukasi juga dari sudut pandang dan atau solusi yang islaminya.

𝑲𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂, 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐩𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐢𝐧𝐟𝐨𝐫𝐦𝐚𝐬𝐢. Saat ini memang sudah berlimpah SN yang dibuat media massa, namun sayangnya banyak SN yang justru menginformasikan realitas yang tidak islami, tetapi dikesankan sebagai sesuatu yang baik dan layak untuk diikuti. Lebih parahnya lagi, ralitas yang islami dikesankan sebagai sesuatu yang buruk dan harus diperangi.

Dengan kata lain, media massa sekuler dengan berbagai SN yang diproduksinya tersebut sedang melakukan amar mungkar dan nahi makruf. Maka, Anda harus melawannya. Salah satu cara melawannya adalah dengan melakukan amar makruf dan nahi mungkar dengan uslub membuat SN juga.

𝑲𝒆𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕, 𝐒𝐍 𝐦𝐞𝐫𝐮𝐩𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐬𝐥𝐮𝐛 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐨𝐤𝐨𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠-𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐲𝐚𝐤 𝐝𝐢𝐭𝐨𝐤𝐨𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐫𝐮𝐣𝐮𝐤 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐧𝐲𝐚 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐩𝐮𝐛𝐥𝐢𝐤.

Media massa sekuler dan media massa islami tentu saja memiliki kriteria bertolak belakang orang mana yang layak dijadikan narasumber agar pendapatnya dirujuk pembaca.

Maka, sebagaimana media massa sekuler yang menokohkan orang-orang sekuler dengan cara dijadikan narasumber SN yang mereka buat, sebaliknya Anda menjadikan orang-orang islami sebagai narasumber SN yang Anda buat, salah satunya untuk mematahkan pendapat tokoh-tokoh sekuler tersebut.

𝑲𝒆𝒍𝒊𝒎𝒂, 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐡𝐮𝐥𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐢𝐥𝐦𝐮 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐧𝐚𝐫𝐚𝐬𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚. Sebelum pernyataan narasumber terkait suatu kejadian aktual sampai ke pembaca tentu saja akan sampai kepada Anda lebih dahulu, karena Andalah yang menyajikan informasi/ilmu dari narasumber ke dalam bentuk SN untuk dikonsumsi publik.

𝑲𝒆𝒆𝒏𝒂𝒎, 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐦𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐚𝐡𝐥𝐢 𝐝𝐢 𝐛𝐢𝐝𝐚𝐧𝐠𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐩𝐞𝐫𝐤𝐚𝐫𝐚 𝐚𝐤𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐤𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢. Dengan alasan Anda sebagai jurnalis yang hendak membuat berita dalam isu tertentu yang tengah aktual, Anda bisa bertanya (wawancara) kepada para pejabat terkait, praktisi, ahli, dan pengamat di bidangnya masing-masing.

Tentu saja setelah mendapat jawabannya harus segera dibikin SN ya, jangan hanya cukup membuat Anda tahu saja. Karena secara etis, Anda harus memberikan bukti hasil wawancaranya berupa berita yang sudah dimuat di media massa.

Itulah enam dari sekian banyak alasan yang membuat Anda harus menulis SN. Empat alasan lainnya bisa Anda baca pada buku 𝑇𝑖𝑝𝑠 𝑇𝑎𝑘𝑡𝑖𝑠 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑙𝑖𝑠 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑆𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑢𝑟𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠 𝐽𝑖𝑙𝑖𝑑 1: 𝑇𝑒𝑘𝑛𝑖𝑘 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑙𝑖𝑠 𝑂𝑝𝑖𝑛𝑖, 𝐵𝑎𝑏 1 𝑇𝑖𝑝𝑠 𝑆𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑑𝑎𝑘𝑤𝑎ℎ 𝐿𝑒𝑤𝑎𝑡 𝑇𝑢𝑙𝑖𝑠𝑎𝑛 ataupun baca pada tautan https://shorturl.at/CFJW0 .

Meskipun dimuat pada buku teknik menulis opini, tips tersebut cocok juga diterapkan kepada Anda yang menimbang-nimbang perlu tidaknya menulis SN dan atau untuk meningkatkan semangat Anda agar tetap istiqamah menulis SN. Anda punya alasan lain? Silakan tulis di kolom komentar. []
.
Depok, 13 Syawal 1445 H | 22 April 2024 M
.
Joko Prasetyo
Jurnalis

Rabu, 14 Februari 2024

Menulis demi Umat, Bukan karena Bakat



Tinta Media - Banyak orang mengira bahwa menulis adalah sebuah bakat alami yang Allah berikan kepada seseorang sejak dalam buaian. Karena itu, tidak sedikit yang minder untuk menulis sebab merasa tidak memiliki bakat dan keterampilan dalam menulis. 

Dugaan ini belum bisa dikatakan benar sebab pada kenyataannya, ada yang tadinya tidak bisa menulis, tetapi ternyata bisa menjadi penulis hebat. Berbagai karya tulis telah dimuat di berbagai media cetak dan elektronik. Juga tak sedikit buku telah mereka terbitkan. 

Sebenarnya permasalahan tentang bakat itu bukan hanya tentang menulis. Contoh lainnya, menjadi seorang atlet sepakbola. Apakah untuk menjadi pesepakbola hebat seperti Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi harus mempunyai bakat atau perlu latihan? 

Jika jawabannya perlu bakat alami, lantas bagaimana mereka yang tak memiliki bakat? Apakah harus mengubur dalam-dalam cita-citanya untuk menjadi pesepakbola hebat? Andai saja benar begitu, di mana keadilan Allah? 

Dulu saya juga merasakan hal yang sama, hidup di bawah bayang-bayang ketidakmampuan dalam segala hal, merasa minder karena tidak memiliki bakat apa pun. 

Perasaan itu terus berlanjut hingga dakwah Islam menyentuh saya. Ketika berada di tengah jamaah dakwah, saya selalu minder, tidak banyak berargumen, hanya menjadi pendengar setia saja. 

Maka, terkadang saya mencurahkan isi hati dan pikiran melalui tulisan, meski menulis pun sebenarnya merasa tidak mampu karena tidak pernah mengenyam pendidikan kepenulisan atau mengikuti pelatihan yang semisal. 

Akan tetapi, karena ingin mengamalkan ilmu dari hasil belajar, sedikit demi sedikit saya mencoba menulis, merangkai kata semampu dan sebisanya. 

Dorongan lain kenapa harus memaksakan menulis adalah kondisi umat yang kian terpuruk, semakin jauh dari syariah Islam dan hidup di tengah kegelapan.
Umat Islam jauh dari identitasnya sebagai seorang muslim, tidak paham syariat, terjerumus pada pergaulan bebas, perjudian merajalela, pembunuhan di mana-mana, bahkan mereka buta akan politik dunia. 

Maka, tidak ada alasan lagi untuk tidak mengamalkan ilmu ketika kita merasa tidak mampu menyampaikan secara lisan. Masih ada tulisan yang bobotnya sama jika kita mau melakukannya. 

Terlebih saat ini, pelatihan kepenulisan sudah membludak, bak jamur di musim penghujan. Dari yang tanpa biaya sampai yang harus mengeluarkan dana, semua ada. 

Namun, masalahnya bukan pada ada bakat atau tidak, tetapi mau atau tidak kita belajar, menjalani proses, melawati setiap tahapan, dan yang paling penting bersabar atas segala tugas dan masukan. 

Ini yang saya temukan kemudian setelah aktif dalam wadah training kepenulisan, bahwa menulis itu bukan karena ada atau tidak ada bakat, tetapi tentang keseriusan dan kepedulian terhadap umat. 

Jika yang menjadi tujuan adalah kepahaman umat terhadap syariat Islam, maka tidak akan ada lagi alasan untuk bermalas-malasan. Bukan hanya dalam belajar menulis, tetapi dalam mempelajari berbagai ilmu yang lain.



Oleh: Cesc Riyansyah,
Graphic Designer 

Minggu, 11 Februari 2024

Menulis: 'Mengabadikan' Pahala

Tinta Media - Menulis merupakan penuangan gagasan atau kejadian, yang memiliki dimensi pahala jariah. Di dalam Islam, menulis merupakan sebagai suatu bentuk dakwah yang merupakan ibadah penting. Hasil amalan menulis ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis itu sendiri, namun juga bagi pembaca yang memperoleh manfaat dari konten tulisannya. 

Konsep pahala jariah merupakan bentuk 'mengabadikan'  pahala karena pahala terus mengalir bahkan setelah kita meninggalkan dunia. Ini juga memiliki hubungan dengan kegiatan menulis. Ketika seseorang menulis, baik itu dalam bentuk berita, opini, artikel, buku, atau bahkan catatan politik, ini tidak hanya membagikan pengetahuan atau pengalaman, namun juga memberikan peluang kepada pembaca untuk terus memperoleh manfaat dari tulisannya, bahkan setelah penulisnya tiada. 

Menulis bukan hanya sekadar mengungkapkan pemikiran atau pengalaman pribadi, tetapi juga merupakan sebuah amalan dakwah mulia yang memiliki dampak penyebaran Islam ke tempat-tempat yang luas. 

Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Barang siapa menunjukkan jalan kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikuti amal kebaikan tersebut tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun." (HR. Muslim) 

Hadis ini menjelaskan bahwa setiap orang yang menunjukkan kebaikan salah satunya menulis atau memberikan inspirasi kepada orang lain untuk berbuat kebaikan akan terus menerima pahala dari setiap orang yang mengikuti jejak kebaikan tersebut. 

Menulis memungkinkan seseorang untuk mengabadikan seruan kebaikan dalam bentuk tulisan. Tulisan yang disebarkan kepada orang lain memiliki potensi untuk memberikan manfaat yang berkelanjutan, karena dapat diakses dan dibaca oleh banyak orang dari berbagai generasi. 

Dengan menulis, akan memberikan manfaat kepada sesama manusia. Tulisan yang membawa pesan-pesan positif, pengetahuan yang bermanfaat, atau inspirasi yang memotivasi dapat menjadi penggerak bagi pembacanya. Dengan demikian, menulis yang merupakan bagian pendidikan bisa menjadi suatu langkah untuk meningkatkan pemahaman dan kualitas hidup secara kolektif dalam masyarakat. 

Menulis dilihat dari dakwah, juga merupakan upaya dalam menyebarkan ajaran Islam dan nilai-nilai positif kepada masyarakat. Dengan menulis, seseorang dapat mengkomunikasikan risalah (risalah) Islam dan memberikan penjelasan tentang ajaran Islam atas seluruh kehidupan dan masalah yang dihadapi manusia. 

Apalagi suatu artikel atau buku yang ditulis dengan baik dapat menjadi panduan bagi banyak orang dalam bertindak dalam kehidupannya. 

Sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW, penulisan telah digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan agama kepada umat secara efektif. Kita bisa melihat dari penulisan surat dakwah kepada para penguasa di sekitar jazirah Arab. 

Begitu juga hadis dari Rasulullah SAW  untuk menyampaikan walaupun hanya satu ayat. Hadis ini menekankan pentingnya menyampaikan pesan-pesan Islam kepada orang lain, bahkan jika hanya satu ayat saja. Tidak hanya lisan, tulisan juga merupakan salah satu cara yang efektif untuk memenuhi amanah tersebut. 

Tulisan-tulisan yang dibuat sebagai bagian dari dakwah Islam memiliki potensi untuk menciptakan dampak yang berkelanjutan. Risalah yang disampaikan melalui tulisan dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku orang banyak, sehingga membawa perubahan positif yang dapat dirasakan dalam jangka panjang. Dengan demikian, menulis sebagai bagian dari dakwah Islam merupakan investasi amal yang bernilai tinggi di mata Allah SWT. 

Salah satu bentuk menulis yang paling kuat dalam konteks 'mengabadikan' pahala adalah dengan menulis buku. Sebuah buku memiliki daya tahan yang lama dan dapat dibaca oleh banyak orang dari berbagai kalangan dan generasi. Seorang penulis yang mampu menyajikan pengetahuan atau pemikiran yang bermanfaat melalui bukunya memiliki kesempatan untuk terus menerima pahala dari setiap orang yang membacanya, selama buku itu menebar manfaat. 

Menulis buku juga merupakan salah satu bentuk pengabadian ilmu yang penting dalam Islam. Banyak buku-buku Islami telah menjadi sumber pengetahuan dan inspirasi bagi umat selama berabad-abad, membimbing mereka dalam memahami ajaran agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari kiamat tinta (karya tulis) ulama ditimbang bersama tetesan darah syuhada. (Hasilnya lebih berat nilai tetesan tinta ulama sebagaimana riwayat lain),” (HR Ibnu Abdil Barr, Ibnun Najjar, Ibnul Jauzi, As-Syairazi, Al-Marhabi, dan Ad-Dailami). Hadis ini menunjukkan keutamaan ilmu dan penulisan dalam Islam. Meskipun jihad fisik di jalan Allah dianggap mulia, namun pengetahuan yang disampaikan melalui tulisan juga memiliki kedudukan yang tinggi di sisi-Nya. 

Melalui buku-buku, penulis dapat menyebarkan ilmu, pemikiran, ideologi Islam kepada dunia luas. Buku-buku Islami tidak hanya menjadi sumber referensi bagi para pembaca, tetapi juga memotivasi mereka untuk menggali lebih dalam tentang ajaran agama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Buku yang ditulis dengan baik dan berdasarkan prosedur yang benar akan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang. Mereka akan mewarisi pengetahuan dan inspirasi dari para penulis terdahulu, memperkaya pemahaman mereka tentang Islam dan membimbing mereka dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian, menulis buku bukan hanya sebuah tindakan, tetapi juga suatu bentuk ibadah yang berkelanjutan dalam Islam. 

Dalam Islam, setiap amal kebaikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan cara sesuai dengan ajaran Allah SWT akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Menulis yang dilakukan dengan tujuan menyebarkan kebaikan, memberikan pengetahuan yang bermanfaat, atau menginspirasi orang lain merupakan salah satu bentuk amal yang dihargai oleh Allah. Menerima pahala atas menulis bukan hanya tentang jumlah kata atau halaman yang dihasilkan, tetapi lebih tentang keikhlasan hati dalam menyebarkan Islam. 

Meskipun menulis dapat menjadi sarana untuk dakwah dan mengabadikan pahala, sehingga merupakan suatu tanggung jawab besar. Seorang penulis harus bertanggung jawab atas setiap kata yang ia tulis, karena setiap kata memiliki potensi untuk mempengaruhi pemikiran dan perasaan pembaca. Oleh karena itu, menulis dengan penuh kesadaran dan kehati-hatian menjadi suatu keharusan.

Oleh: Taofik Andi Rachman
Sahabat Tinta Media 

Mengapa Harus Menulis?

Tinta Media - “Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) bisa menembus jutaan kepala.” Sebuah ungkapan yang indah dari Sayyid Quthb. Saat itu, beliau terbelenggu di penjara namun pikirannya mampu menerobos keluar tembok-tembok penjara dan menembus langit demi tegaknya kalimat tauhid. Bukan karena peluru senjata, tetapi karena peluru pena Sayyid Quthb memerahkan telinga penguasa. Itulah hebatnya peluru pena yang menghasilkan sebuah tulisan. Tulisan tersebut dapat mempengaruhi pemikiran seseorang. Tulisan bisa menjadi sarana berdakwah. 

Berdakwah dengan menggunakan tulisan, mudah diterima semua golongan. Oleh karena itu, saya mengambil jalan dakwah dengan cara menulis. Hal ini berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Hijr : 94 yang artinya, “Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.” 

Pada awalnya semua orang mendapatkan pengetahuan tentang mengenal huruf-huruf dan ejaan sebelum akhirnya menulis. Menulis adalah proses menghasilkan catatan, informasi, atau cerita menggunakan aksara. Bangsa Sumeria adalah manusia yang bisa menulis pertama kalinya, bangsa Sumeria (3500-3000 sebelum Masehi) membuat tulisan sebagai alat komunikasi jarak jauh yang diperlukan dalam perdagangan. 

Menulis opini merupakan sebuah cara dalam mengekspresikan pendapat. Menulis opini pun juga menjadi sarana menuangkan sebuah gagasan dari permasalahan yang dihadapi. Saat ini banyak permasalahan yang timbul baik dari permasalahan ekonomi, pendidikan sampai dunia remaja. 

Mengapa saya menulis opini? Karena dengan menulis, saya bisa mengutarakan segala sesuatu tentang semua keresahan yang saya rasakan. Misalnya di bidang ekonomi, permasalahan kelangkaan gas elpiji 3 kg. Belum lagi di bidang Pendidikan, bagaimana sistem pendidikan saat ini membuat anak didik menjadi lebih berani dalam bertindak  bahkan sudah tidak ada rasa hormat kepada sosok guru.

Salah satu tokoh yang menginspirasi saya untuk menulis adalah Syekh Taqiyudin An-Nabhani.  Beliau merupakan seorang ulama terkemuka dalam daulah Utsmaniyyah. Beliau pun merupakan seorang sastrawan dan pemikir ulung. Semua tulisan  yang beliau hasilkan adalah buah dari pemikiran beliau yang sangat tegas dan kritis. Oleh karena itulah penulis sangat mengidolakan beliau dalam menulis opini. 

Dalam menulis opini, Syekh Taqiyudin An-Nabhani merupakan sosok yang sangat cerdas dan intelektual. Karya beliau menampilkan Islam sebagai ideologi sempurna yang dapat memberikan solusi atas berbagai problematika kehidupan. Tulisan-tulisannya memberikan serangan mematikan seperti peluru yang menembus ratusan, ribuan bahkan jutaan kepala sehingga terjadi lonjakan kesadaran untuk bergerak bangkit dari keterpurukan. 

Teringat pula sebuah kisah dari Syaikh Abdul Qadim Zallum tentang “kayu dan jerami”. Bagaimana api dapat membakar jerami lebih cepat daripada kayu. Jerami pun akan cepat padam ketimbang kayu. Pribadi yang lemah ini ingin seperti kayu. Kayu akan terbakar perlahan, tetapi tidak mudah cepat padam. Kayu akan tetap bertahan walaupun api yang panas membakarnya. Kisah ini yang menjadi inspirasi saya dalam menulis. Walaupun masih banyak kekurangan, namun tidak menjadikan kekurangan ini sebagai hambatan dalam menulis. Bahkan kekurangan yang ada menjadikan sebuah motivasi untuk dapat memperbaikinya.

Tulisan ini juga adalah awal bagi penulis untuk dapat terus menuangkan segala keresahan yang dihadapi di zaman ini dalam bentuk tulisan. Penulis berharap tulisan-tulisan yang dihasilkan bisa menjadi satu dari sekian solusi dari semua permasalahan yang timbul. 

Tulisan ini merupakan jalan dakwah yang diambil penulis dalam upaya menyampaikan sebuah kebenaran, sehingga kebenaran itu bisa dapat masuk ke dalam pemikiran secepat peluru yang melesat. Semoga tulisan ini  juga bisa menjadi sebuah semangat bagi para penulis-penulis baru untuk terus berkarya dalam menulis opini.

Oleh: Adzmy Tamdzyl, S.E.
(Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Remaja) 

Tentang Penulis:
Penulis bernama Adzmy Tamdzyl. Lulusan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan. Aktif bekerja sebagai guru di sekolah menengah kejuruan swasta di Balikpapan. Selain itu, penulis juga aktif mengisi kajian-kajian remaja Balikpapan dan sekitarnya.

Menulis Itu Uslub Dakwah Memperpanjang List Pahala

Tinta Media - Menulis adalah salah satu uslub untuk memperpanjang list pahala, membuat pahala mengalir walaupun sang penulis telah tiada. Menulis juga merupakan cara agar kita tidak merugi di akhirat sana.

Berdakwah adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap kaum muslimin. Dakwah menyampaikan kebenaran, menyerukan kebaikan, membela Islam, bisa dilakukan dengan lisan maupun tulisan. Aktifitas menulis untuk menyampaikan dakwah merupakan salah satu uslub yang bisa ditempuh agar kewajiban tersebut tertunaikan. Tentu kegiatan menulis ini harus mengacu pada Islam dan dilakukan sepenuhnya untuk menjalankan apa yang telah diwajibkan untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Di samping itu, berdakwah dengan menulis sangat sesuai dengan kondisi saat ini, terutama di bidang pendidikan.

Pada saat ini di bidang pendidikan sangat ditekankan aktifitas literasi, yang antara lain berupa kegiatan membaca, menulis, juga berbicara. Literasi sangat ditekankan, bahkan dimasukkan dalam penilaian di rapor pendidikan masing-masing lembaga negeri maupun swasta di negara ini. Aktifitas membaca dan menulis begitu ditekankan sehingga semua program bahkan anggaran sekolah harus ditujukan untuk meningkatkan kemampuan literasi.

Pengkondisian suasana belajar dengan upaya peningkatan aktifitas literasi ini harus disambut dengan penyediaan bahan bacaan yang memadai. Padahal pada saat ini bahan bacaan atau tulisan yang beredar sebagian besar berupa karya yang dipengaruhi oleh pola pemikiran Barat yang sekuler. Bahkan pemikiran yang didasari ide sosialis pun beredar luas di masyarakat. Oleh karena itu harus ada upaya maksimal dari para penulis yang beridiologi Islam untuk mengisi ruang literasi tersebut sehingga bisa mendominasi karya yang siap dikonsumsi. Inilah medan dakwah yang ada saat ini, menjadi peluang bagi para pejuang idiologi Islam.

Kondisi saat ini menjadi kesempatan bagi para penulis idiologis untuk menyajikan karya terbaik yang bisa membalikkan pola berpikir umat, dari pola pikir yang kapitalis sekuler dan sosialis menuju pala pikir Islami. Dengan tulisan, mereka  harus mengupayakan agar bisa membentuk pola jiwa para pembaca menuju karakter yang dikehendaki oleh Allah SWT dan RasulNya. Sehingga pribadi-pribadi yang berkarakter kuat sebagaimana karakter sahabat bisa segera mencuat dan memenuhi komunitas umat, menjadikan mereka pejuang bukan hanya untuk uang tetapi kemuliaan dunia hingga meraih ridhoNya. Malaikat akan mencatat amal penulis dan efek yang ditimbulkannya. (QS Yasin;12).

Aktifitas menulis yang bisa mengarahkan pembaca memiliki karakter Islami itu akan menjadikan penulis menorehkan tinta amalnya, memperpanjang list pahalanya dan bisa mendudukkannya pada posisi mulia di sisi Allah SWT. Karena amal menyerukan pada Islam yang diikuti oleh orang lain, akan mengalirkan pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya tersebut dan akan mengalir terus walaupun sang penulis sudah tutup usia.

Di sisi lain, berdakwah dengan tulisan juga akan menjadikan penulisnya tidak termasuk orang yang merugi di akhirat nanti. Allah SWT telah menjelaskan masalah ini dalam Al Quran surat Al Ashr bahwa semua manusia akan merugi, disiksa di akhirat nanti, kecuali mereka yang beriman, beramal sholih (menjalankan syariat Islam dengan ikhlas), berdakwah dan mengajak pada kesabaran. Empat syarat ini harus terpenuhi semua agar tidak disiksa di d5 nanti. Oleh karena itu berdakwah dengan menulis, mengarahkan orang agar menjadikan Islam sebagai acuan hidupnya adalah aktifitas penting yang harus selalu dilakukan.

 Oleh: Eko Rahmad P (Staf Pengajar SMP)

Pinjol untuk Mahasiswa, Solusi atau Bencana?




Tinta Media - Dari tahun ke tahun lulusan sekolah menengah atas yang melanjutkan pendidikan ke jenjang  perguruan tinggi terus meningkat dan ini sangat menggembirakan serta memberikan gambaran bahwa kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya pendidikan semakin membaik dan menjadi investasi yang sangat berharga dalam menyongsong Indonesia emas tahun 2045. 

Peningkatan jumlah mahasiswa tersebut dapat dilihat dari data di awal tahun 2023, jumlah mahasiswa mencapai 7,8 juta. Jumlah tersebut terdiri dari 3,3 juta mahasiswa di universitas negeri dan 4,4 juta mahasiswa di universitas swasta (journal.revou.co, 2023). Angka 7,8 juta mahasiswa ini tentu sangat menarik bila dikaitkan dengan dunia bisnis, baik bisnis yang terkait dengan keberadaan mereka secara fisik di suatu daerah seperti meningkatnya transportasi, kebutuhan alat-alat tulis, kebutuhan hunian atau tempat tinggal atau rumah kos, ramainya aktivitas kuliner, dan lain-lain. Kota-kota seperti Yogyakarta, Malang, Depok, dan kota-kota pelajar lainnya tentu merasakan betul efeknya dalam mendongkrak perekonomian. 

Sayangnya jumlah mahasiswa yang besar tersebut tidak di topang oleh kondisi ekonomi masyarakat yang baik, hal ini di mulai ketika terjadinya pandemi covid-19 sejak tahun 2020 yang membuat kondisi perekonomian masyarakat Indonesia tidak kurang sehat serta diperparah dengan sistem ekonomi kapitalis, kekayaan hanya berpusat pada segelintir masyarakat saja, sehingga terjadi jurang pemisah antara si kaya dan si kaya. Dan kondisi ini kemudian memunculkan banyak orang tua mahasiswa kemudian tidak memiliki keuangan yang sehat untuk membiayai pendidikan anaknya. 

Disisi lain, ternyata situasi ini di atas memunculkan adanya lembaga-lembaga yang memberikan pinjaman online (pinjol) kepada mahasiswa yang mengalami kesulitan membayar uang kuliah atau keperluan lain yang berhubungan dengan perkuliahan, seperti Cicil, Pintek, KoinPinter, Danacita, dan lain-lain serta bank BRI dengan nama Briguna Pendidikan. 

Sepintas lalu pinjol ini sepertinya merupakan solusi bagi mahasiswa namun bagi seorang muslim transaksi pinjol atau pinjam-meminjam ini tidak bisa hanya dipandang sebatas terpenuhinya atau terselesaikannya keperluan keuangan mahasiswa namun lebih jauh kita harus mengetahui bagaimana status hukum akad dari transaksi-transaksi pinjol ini. Karena di dalam Islam pinjam-meminjam itu termasuk dalam akad tabaru’ah atau akad tolong-menolong sehingga dalam transaksinya tidak boleh ada mengambil keuntungan atau pengembalian lebih atau bunga serta jika peminjam tidak mampu mengembalikan pinjamannya tepat pada waktunya, juga tidak boleh kemudian dikenakan denda. 

Dari fakta-fakta transaksi yang ada, ternyata transaksi pinjol ini memang menetapkan bunga dalam pengembaliannya. Maka dengan demikian dapat disimpulkan pinjol mengandung unsur riba. Dari sini dapat dipastikan secara syar’i bahwa keberadaan pinjol untuk membantu mahasiswa ini bukanlah sebuah solusi tetapi ini adalah sebuah transaksi yang dilarang dalam ajaran Islam karena riba hukumnya haram dan dosanya sangat mengerikan. Dalam sebuah hadist Rasulullah saw bersabda : 

“Riba itu mempunyai 73 pintu dosa, sedangkan yang paling ringan seperti seorang laki-laki yang menzinai ibu kandungnya’ (HR. Ibn Majah, Al Hakim dan Al Baihaqi). Dan di dalam hadist yang lain Rasulullah Saw juga bersabda : “Barang siapa memakan satu dirham riba, maka dia seperti berzina 33 kali. Dan barang siapa dalam dagingnya tumbuh dari yang haram, maka neraka lebih pantas untuknya” (HR. Ath Thabrani) 

Bahkan Allah akan mengancam orang yang tidak bertobat dari mengambil riba dengan ancaman akan kekal di neraka sesuai dengan firman Allah Swt : 

مَنْ عَادَ فَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ 

“Orang yang kembali (mengambil iba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (TQS Surah Albaqarah [2] : 275 

Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pinjol yang dianggap sebagai solusi untuk mahasiswa yang mengalami kesulitan ekonomi bukanlah sebuah solusi nyata tetapi pinjol bahkan menjadi bencana untuk mahasiswa, karena secara fakta mahasiswa belum memiliki pekerjaan sehingga darimana mereka akan mencicil pinjol mereka.

Coba kita bayangkan jika seorang mahasiswa yang memiliki pinjol dan kemudian tidak mampu mencicil alias menunggak, apa yang terjadi?. Bisa jadi dia akan dicari-cari oleh debt collector (penagih utang). Dan bila ini terjadi, memungkin dia tidak berani datang ke kampusnya untuk kuliah karena ada kemungkinan debt colletor (penagih utang) menunggunya di pintu masuk kampus. Kalau begitu pinjol ini alih-alih menyelesaikan masalah tetapi justru menambah masalah. Dan dari sisi agama Islam pinjol ini telah menimbulkan dosa riba yang sangat mengerikan dan besar karena ancaman bagi pelakunya sangat berat yaitu bisa menjadi penghuni neraka dan kekal. 

Fakta ini menunjukkan bahwa perekonomian dengan sistem kapitalis telah gagal memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya padahal sumber daya alam kita melimpah ruah tetapi kepemilikannya dikuasai oleh swasta dan/ atau oligarki. Sehingga pemerintah tidak memiliki keuangan yang baik dan sehat untuk membangun sistem pendidikan yang murah bahkan gratis. 

Lalu adakah solusinya? tentu ada, yaitu penerapan sistem Islam kaffah. Dalam sistem Islam tidak hanya pendidikan yang gratis tetapi kesehatan juga gratis serta keamanan seluruh rakyat terjamin. Maka tidak ada cara lain buat mahasiswa Islam, agar supaya kehidupannya selamat di dunia (tidak dikerja-kejar penagih utang) dan selamat di akhirat (karena pinjol adalah riba), kecuali segera menerapkan Islam kaffah di dalam kehidupannya dengan sistem khilafah.


Oleh : Achmad Darlan bin Juhri
Konsultan Bisnis Syariah 

Menulis untuk Berdakwah



Tinta Media - Di zaman sekarang banyak cara (uslub) dakwah yang bisa dilakukan oleh kaum muslim dalam menyampaikan Islam kepada umat. Bisa dengan lisan ataupun dengan tulisan. Dengan lisan bisa secara langsung disampaikan kepada umat seperti di mimbar-mimbar, orasi, pelatihan (training) ataupun di media Online seperti di Youtube, Tik Tok dan lain-lain. Adapun  tulisan bisa dengan menulis di media Online (daring) kita sendiri seperti di Facebook, Instagram ataupun kita kirimkan ke media cetak. Khususnya dakwah dengan tulisan, menurut pandangan penulis, sangat penting sekali. Seperti yang penulis rasakan ketika sekolah dulu. 

Dengan kita menulis, ilmunya lebih lama membekas dibandingkan hanya mendengar atau melihat saja. Ketika dipadukan berdakwah dengan lisan, materi dakwah akan mudah dikuasai. Apa yang sudah kita dapatkan di perhalaqohan (pembinaan) ataupun di kajian-kajian Islam, bisa kita sampaikan kembali sebagai materi dakwah dengan tulisan, atau dipadukan dengan dakwah lisan.  Dari kondisi tersebut penulis mengazamkan diri untuk lebih bersemangat dalam membuat tulisan, terutama tulisan tentang materi dakwah Islam Ideologis yang saat ini, umat masih belum memahaminya secara kaffah (totalitas). 

Setiap muslim laki-laki ataupun perempuan wajib melakukan dakwah, menyeru umat untuk menerapkan Islam. Allah SWT menjanjikan pahala yang luar biasa berlipatnya bagi muslim yang melakukan dakwah Islam. Jangan sampai kita merasa menyesal tidak berakhir ketika kita dibangkitkan di akhirat kelak tidak membawa pahala. 

Ketika kita melakukan dakwah kepada umat, lalu ada seseorang dari umat tersebut yang berubah menjadi lebih baik, rajin melakukan ibadah, bahkan ikut berjuang dalam barisan dakwah Islam, maka pahala orang tersebut akan mengalir terus kepada kita yang sebelumnya mendakwahi dia. Jadi berdakwahlah. Berdakwah kepada keluarga, sahabat tetangga ataupun masyarakat luas. Lalu caranya bagaimana andai kita sulit untuk berdakwah dengan lisan. Ya dengan tulisan. Buatlah tulisan, lalu kirimkan di media yang kita punya seperti Facebook, Instagram  atau bahkan kita kirim ke media Online (daring) lainnya. Belajarlah terus, biasakan kita baca kembali tulisan kita dan sampaikan juga dengan lisan. Dengan ijin Allah SWT kemampuan dakwah kita akan terus meningkat. Dari hal tersebut semakin memotivasi penulis untuk lebih memaksakan diri menulis tulisan-tulisan dakwah. Dengan tulisan-tulisan dakwah, penulis berharap akan mendapatkan pahala jariah dari Allah SWT. Jangan sampai, di padang mahsyar nanti, pahala kita hanya sedikit atau malah minus. Rugi... 

Lalu apa yang kita tulis ? Kebetulan penulis sangat senang dengan politik. Tetapi tidak sama dengan definisi politik yang dipahami oleh kebanyakan masyarakat sekarang. Yang mendefinisikan politik hanya untuk memilih wakil rakyat, memilih pejabat publik di Even pemilu. Bukan seperti itu. Tetapi politik yang sesuai dengan Islam. Di dalam Islam, politik adalah aktivitas mengurusi umat, bagaimana Islam mengatur seluruh urusan umat. 

Dalam pandangan Islam, semua perbuatan atau aktivitas kita harus sesuai dengan Islam, aturan dari Allah SWT. Termasuk juga dengan politik. Bagaimana urusan keumatan diurus sesuai dengan syariat Islam. Seperti di bidang ekonomi, hukum, pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, politik dalam negeri ataupun politik luar negeri. Semua itu diatur dalam Islam. Tetapi saat ini umat banyak yang meninggalkannya malah menerapkan aturan yang tidak sesuai Islam. 

Umat banyak yang belum memahami bagaimana seorang muslim itu harus menerapkan Islam secara kaffah (totalitas). Bagaimana umat Islam itu harus terikat dengan Islam. Saat ini, umat Islam di dunia itu banyak, sekitar 2 milyar jumlahnya. Tetapi bagai buih di lautan. Islam hanya sebagai identitas saja. Tetapi bagaimana dia berpikir, bagaimana dia berbuat, tidak sesuai dengan Islam. Kondisi ini sangat memprihatinkan. Banyak umat Islam yang memisahkan Islam dalam kehidupan. Islam hanya boleh dibicarakan atau diterapkan saat di mesjid saja. Hal tersebut dikenal dengan istilah Sekuler (memisahkan agama dalam kehidupan). Jadi penerapan sekuler Inilah yang menjadi pokok permasalahan umat saat ini. 

Kondisi ini akan makin parah jika umat ini diam tanpa melakukan dakwah. Islam akan semakin jauh dari pemikiran & perasaan umat, disebabkan umat menggunakan standar kehidupan selain Islam. Umat terpengaruh oleh standar kehidupan orang-orang barat seperti paham Pluralisme, Liberalisme, Sekularisme serta isme-isme (paham-paham) lain yang tidak sesuai Islam. Dari hal tersebut, pentingnya ada dakwah Islam Ideologis yang memberikan pemahaman kepada umat tentang Islam Kaffah (totalitas). Bagaimana umat menjadikan Islam sebagai standar atau ideologi dalam kehidupannya. Dari kondisi tersebut, ayo berdakwah. Dakwah dengan lisan atau dengan tulisan. Takbir Allahuakbar..... 

Oleh : Yusup Muhamad Yani
Aktivis Dakwah

Menulis Itu Susah Tapi Bukan Alasan untuk Menyerah


 
Tinta Media - “Saya ingin bisa seperti orang lain, membuat tulisan opini dakwah tapi susah karena tidak bisa menulis,” itulah alasan yang sering kita dengar dari sebagian orang yang memiliki keinginan untuk berdakwah melalui tulisan tapi terkendala ketidakmampuan. Sehingga dengan alasan itu tidak sedikit yang kemudian berhenti untuk mencoba dan memulai untuk belajar membuat tulisan opini atau semacamnya. 

Aktivitas dakwah akan terus berlangsung sampai hari kiamat, sebagaimana pertempuran al-haq dan bathil yang senantiasa mengikuti keberlangsungannya. Dakwah merupakan amalan mulia yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaiyhi wassalam, tanpa dakwah mustahil Islam bisa tersebar hampir ke seluruh penjuru dunia dan sampai ke Bumi Nusantara. 

Dakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara dan gaya menyesuaikan dengan segmentasi dakwahnya. Secara umum, kita memahami bahwa dakwah itu merupakan aktivitas lisan padahal tidak demikian pada faktanya. 

Dakwah dimaknai sebagai ajakan atau seruan kepada orang lain, kepada masyarakat atau jamaah agar mau memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama dengan penuh kesadaran. Sehingga dengan dakwah yang dilakukan diharapkan akan bisa membangkitkan semangat berislam dengan lebih baik dan benar sesuai tuntunan. 

Dakwah selain disampaikan melalui lisan ternyata juga bisa disampaikan melalui tulisan sebagaimana Rasulullah SAW juga berdakwah melalui surat-surat yang dikirimkan ke para penguasa negeri-negeri jazirah arab ketika itu agar mau tunduk pada kekuasaan Islam. Bahkan seiring berkembangnya teknologi dan zaman, hari ini kita bisa melihat bagaimana dakwah mulai merambah di jejaring-jejaring media sosial baik secara visual ataupun audio visual. 

Berbicara terkait dakwah, Ustadz Ismail Yusanto pernah menyampaikan. “Jika kita bicara tentang dakwah, maka alat dakwah itu hanya ada dua, jika tidak lisan ya tulisan. Akan sangat bagus jika kita menguasai keduanya, lisannya tajam tulisannya luar biasa. Lisannya tajam setajam tulisannya, sebaliknya tulisannya tajam setajam lisannya. Jangan sampai kita tidak bisa kedua-duanya, kalau tidak bisa kedua-duanya minimal satu saja. Kalau tidak bicara maka menulislah!.” 

Yang tidak kalah penting untuk kemudian kita pahami adalah terkait dengan konten dakwah itu sendiri. Hari ini kondisi masyarakat khususnya umat Islam terus menerus mengalami kemunduran baik dari sisi moral (akhlak) individu, sosial, ekonomi bahkan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Maka penting untuk para Da’i untuk mulai menyampaikan berbagai kondisi tersebut dari sudut pandang Islam. Sehingga Islam tidak lagi sebatas disampaikan sebatas urusan akhlak dan ibadah, tapi lebih jauh lagi bagaimana kemudian Islam mampu memberikan solusi untuk urusan sosial, ekonomi, hukum, bahkan politik dalam konteks kekinian. 

Bila kita kembali kepada sejarah Islam, pasca diruntuhkannya Kekhilafahan pada tanggal 28 Rajab 1342 H yang bertepatan dengan 3 Maret 1924 M, Umat Islam telah mengalami kemunduran dalam berbagai bidang khususnya pemikiran. 

Berbagai Upaya untuk mengembalikan kejayaan dan kemuliaan Umat Islam telah dilakukan namun tak kunjung membuahkan hasil yang membahagiakan kecuali hanya dalam urusan-urusan yang sifatnya parsial. Hal ini tidak terlepas dari akibat mundurnya pemikiran kaum Muslimin secara umum, khususnya pemahaman akan pentingnya mengembalikan kembali kehidupan Islam di bawah Institusi kekhilafahan dan metode shahih untuk merealisasikannya. 

Salah satu cara yang ditempuh oleh Inggris yang bekerja sama dengan Mustafa Kemal Ataturk, salah seorang pengkhianat Islam saat berusaha menghancurkan kekhilafahan Islam Turki Utsmani adalah dengan terus memaksakan sekularisasi⁸ dalam berbagai pengaturan kehidupan. Sekularisasi hukum, pendirian lembaga-lembaga yang bekerja dengan menggunakan hukum positif dan menjauhkannya dari pengaturan Syari'ah Islam dalam segala bidang, sosial, budaya, politik bahkan ekonomi. 

Hal ini tentu harus mulai disadari oleh kita sebagai umat Islam terlebih para Da’i. Oleh karena itu, upaya penyadaran untuk mengembalikan pemahaman kaum Muslimin pada pemahaman Islam yang benar sangatlah penting dan wajib dilakukan oleh siapa saja yang telah mengazzamkan diri untuk berkontribusi dalam dunia pergerakan (Dakwah) agar umat Islam dan masyarakat secara umum tidak terus menerus berada dalam keterpurukannya. 

Maka, dakwah terkait Khilafah sebagai institusi pelaksana hukum-hukum Syari’ah harus terus digelorakan baik melalui dakwah lisan maupun tulisan. Sampaikan kepada umat bahwa Khilafah itu adalah Tajul Furudh (mahkota kewajiban) karena tanpa adanya Khilafah sebagaimana saat ini banyak hukum Syari’ah dalam bidang ekonomi, sosial, hukum terabaikan. 

Oleh karena itu agar kita bersemangat dalam berdakwah baik melalui lisan ataupun tulisan hendaknya kita kembali memahami keutamaan-keutamaan dalam amalan dakwah. Bagaimana kemudian Allah sudah memberikan banyak keutamaan didalamnya. Keduanya (Dakwah melalui ucapan ataupun tulisan) sama-sama berpahala dimata Allah SWT sebagaimana kaidah ushul fiqh menyatakan bahwa 𝑎𝑙-𝑘𝑖𝑡𝑎𝑏 𝑘𝑎𝑙 𝑘ℎ𝑖𝑡ℎ𝑎𝑏 yang bermakna Tulisan itu statusnya sama atau sebanding dengan ucapan. 

Jadi kalau masih merasa kesusahan dalam menulis opini dakwah, ingat kembali niat awal kita. Bahwa tulisan kita adalah untuk menyampaikan al-haq, niatkan untuk meraih keridhoan Allah, maksimalkan segenap kemampuan, teruslah belajar. Bicaralah atau menulislah (dakwah) agar umat yang mulia ini segera terbebas dari segala bentuk penjajahan dan mampu bangkit dari keterpurukan. 

Hayya ‘ala l-Falah !!


Oleh : Rahmat S. At-Taluniy
Sahabat Tinta Media 

Kamis, 08 Februari 2024

Menulis untuk Bekal Menuju Akhirat


Tinta Media - Pernahkah kita berpikir untuk menyiapkan bekal menuju akhirat berupa pahala yang terus mengalir, meskipun amalnya sudah tidak dilakukan lagi? Berpikir seperti ini perlu kita lakukan, sebab bukankah setiap insan pasti akan wafat. Dan Ketika sudah wafat, sudah tidak ada lagi yang bermanfaat, kecuali amal sholeh yang sudah kita siapkan selama di dunia. Di akhirat, saatnya menunggu perhitungan (hisab), sementara kesempatan beramal sudah terhenti. Namun, ternyata ada amal yang pahalanya masih terus mengalir, meski perbuatannya sudah tidak dilakukan lagi. Inilah yang disebut amal jariyah. 

Ya, kenapa harus berpikir tentang amal jariyah?
Ketika nafas sudah terhenti. Jasad sudah tertimbun dalam tanah. Fisik sudah tidak lagi bisa beramal. Namun, ternyata aliran pahala masih terus mengalir. Wah…alangkah bahagianya. Siapa yang tidak senang, segala kebaikan masih terus berdatangan, meski tidak lagi beramal? Semua tidak lain datang dari pahala jariyah yang sudah ditanam benihnya sejak masih hidup. Dan tahukah kita, bahwa itu bisa kita dapatkan dari menulis?. Menuliskan ilmu yang kemudian diikuti oleh orang sehingga menjadi amal kebajikan baginya. Memotivasi orang lain agar senantiasa taat, sehingga ia terjaga dari maksiat. Sungguh inilah yang membuat sehingga muncul tekad yang kuat untuk selalu menulis. Menulis untuk meraih pahala dan mendakwahkan agama Allah ini. Sesuatu yang selalu menyalakan api semangat ketika rasa malas datang menghampiri. 

Menyajikan tulisan terbaik berisi ilmu, tentu saja tidak boleh asal. Sebab, bila ada yang keliru dan diamalkan oleh orang lain, kita bukannya mendapat aliran pahala. Bahkan bisa menyesatkan orang lain. Maka, semangat menyelamatkan orang lain dan menyebarkan ilmu harus terus dijaga. Azam, tekad kuat yang sudah terpatri untuk terus menulis harus dijaga agar tidak mudah redup. 

Maka, semangat untuk terus menulis harus terus dijaga. Tentu sesuai passion, minat dan keahlian. Saat ini bidang Fikih Waris menjadi bidang sangat menarik untuk ditulis. Kenapa? Sebab Rasulullah menyebutkan bahwa ini adalah setengah ilmu dan menjadi ilmu yang pertama kali akan diangkat oleh Allah SWT di akhir zaman. Di saat itu, seperti disampaikan oleh Rasulullah Saw. di dalam sabdanya, akan muncul banyak perselisihan. Bahkan ini bisa terjadi di antara saudara kandung yang dahulunya sangat akrab ketika orang tua mereka masih hidup. 

Kenapa ini bisa terjadi? Rasulullah Saw menyebutkan bahwa pada saat itu, masyarakat sulit menemukan orang yang bisa memberikan solusi persoalan waris dengan hukum waris Islam (faroidh). Sepertinya, apa yang disampaikan oleh Rasulullah ini sudah mulai terjadi sekarang ini. Maka ini peluang besar, meraih pahala yang sangat besar. Membuat tulisan seputar ilmu waris untuk memberikan penyelesaian dari berbagai kasus waris yang terjadi. 

Bidang lain yang juga menarik adalah menulis persoalan politik ekonomi. Sebab, manusia setiap hari hidup dengan kedua persoalan ini. Namun, sayangnya kita  hidup dalam pengaturan sistem politik ekonomi yang tidak sepenuhnya sesuai dengan tuntunan syariah. Bahkan banyak hal yang jelas diharamkan, namun seolah dianggap sesuatu yang lumrah saat ini. Contohnya persoalan riba. Lalu bagaimana agar orang lain tahu mengenai pengaturan Islam dalam persoalan politik ekonomi? Menulis adalah salah satu cara yang jitu. Memahamkan orang lain dengan kata-kata dan argumen yang menggugah akal. Semoga Allah menjaga semangat ini. 

Medan, 6 Februari 2024 

Oleh: Muhammad Yusran Ramli
Sahabat Tinta Media

Menulis sebagai Uslub Dakwah Islam Ideologis, Panggilan Jiwa yang Mendalam



Tinta Media - Dalam era informasi ini, peran menulis memiliki dimensi yang lebih luas, terutama ketika digunakan sebagai uslub dakwah Islam ideologis. Di tengah kompleksitas tantangan zaman, kemauan yang kuat dari penulis menjadi landasan utama dalam menjadikan setiap tulisan sebagai panggilan jiwa yang mendalam. Keinginan yang tulus untuk menyebarkan nilai-nilai Islam melalui medium tulisan bukan hanya menjadi tugas, melainkan juga tanggung jawab spiritual yang memerlukan keautentikan dan kecemerlangan.

Pertama, tanggung jawab spiritual penulis mencuat sebagai esensi dari kemauan kuat dalam menulis sebagai uslub dakwah Islam ideologis. Menulis bukan hanya keterampilan teknis, melainkan amanah yang memerlukan kesungguhan dan ketulusan dalam menyampaikan pesan Islam. Penulis yang memiliki kesadaran akan tanggung jawab spiritual ini akan menjadikan setiap kata yang tercipta sebagai refleksi dari keimanan dan kecintaan kepada ajaran Islam.

Kemauan yang mendalam juga mendorong penulis untuk mengeksplorasi kreativitas dalam penyampaian dakwah. Menulis sebagai uslub memungkinkan penciptaan narasi yang tidak hanya menggugah, tetapi juga memudahkan pemahaman. Dengan kreativitas, penulis dapat membentuk kata-kata menjadi instrumen yang membangun jembatan antara ajaran Islam dengan realitas kehidupan sehari-hari. Inilah jalan untuk membuat dakwah tidak hanya bermakna, tetapi juga relevan dalam konteks masa kini.

Adaptasi dengan konteks kontemporer menjadi langkah selanjutnya yang diambil oleh penulis yang memiliki kemauan kuat. Mampu memahami isu-isu zaman dan menyampaikan pesan Islam dengan cara yang relevan memerlukan kepekaan terhadap perubahan sosial dan budaya. Dengan kemampuan beradaptasi, tulisan menjadi alat yang efektif untuk merespons tuntutan masa kini, sehingga pesan Islam dapat diterima dengan lebih luas dan mendalam.

Tidak hanya sekadar menyampaikan pesan, penulis dengan kemauan kuat untuk menjadikan menulis sebagai uslub dakwah Islam ideologis juga mencerminkan keteladanan dalam tulisan. Melalui kata-kata, penulis tidak hanya menjadi penyampai informasi, melainkan juga contoh yang menginspirasi dan memotivasi pembaca. Keteladanan ini memberikan dimensi lebih dalam pada tulisan, menjadikannya lebih dari sekadar rangkaian kalimat, tetapi sebagai cerminan dari nilai-nilai yang diadvokasi.

Kontinuitas dan konsistensi adalah aspek penting yang tercermin dari kemauan yang terus menerus. Menjadikan menulis sebagai uslub dakwah Islam ideologis bukanlah proyek sesaat, melainkan perjalanan panjang untuk membangun kesadaran dan pemahaman umat terhadap nilai-nilai Islam. Dengan mempertahankan kontinuitas, tulisan menjadi alat yang mampu secara berkesinambungan memengaruhi dan membentuk pola pikir umat dalam mendekatkan diri kepada ajaran Islam.

Dengan demikian, menjadikan menulis sebagai uslub dakwah Islam ideologis bukan hanya menciptakan tulisan-tulisan berkualitas, tetapi juga merintis jalan untuk memperkaya spiritualitas dan pemahaman umat terhadap ajaran Islam. Kemauan yang kuat dari penulis menjadi pendorong utama dalam membangun jembatan antara dunia tulisan dan nilai-nilai Islam, membawa pesan agung dengan penuh keikhlasan dan kecintaan.[]


Oleh: Zamrudin
Sahabat Tinta Media 

Cara Agar Semangat Menulis



Tinta Media - Seperti halnya dulu ketika belajar naik sepeda, pasti terasa sangat sulit, hanya saja ketika terus di coba dan berlatih, akhirnya akan bisa mengendarai sepeda dengan mahir, walaupun berbeda waktunya pada setiap orang. hanya saja semangat untuk bisa mengendarai sepeda membuat seseorang tetap semangat walau membutuhkan waktu lama dan banyak pengorbanan. 

Begitu pun halnya dengan menulis, banyak yang masih kesulitan menuangkan ide, gagasan, cerita dan lain-lain ke dalam bentuk tulisan. Dan ini menjadi banyak alasan yang membuat kita malas untuk menulis. 

Padahal dengan pesatnya teknologi saat ini, bisa sangan mudah dilakukan kapan saja dan di mana saja, untuk membuat tulisan, dan mencari materi tulisan dari informasi yang di dapatkan dari media. Juga bisa menjadikan tulisan-tulisan penulis yang sudah terkenal untuk di pelajari polanya, seperti bagaimana judul di buat dengan sangat menarik sehingga pembaca bisa memutuskan untuk melanjutkan membaca ke paragraf selanjutnya. juga di dukung oleh paragraf pertama yang membuat pembaca tertarik untuk membaca sampai tuntas. 

Dan juga dari diri kita sendiri harus memiliki keinginan yang kuat untuk menulis sebagai salah satu cara untuk meraih kebaikan. Menjadikan qimmah ruhiyah (perbuatan tersebut dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah) yang menjadi tujuan utama menulis, yang akan berdampak terus mengalirnya pahala jariyah kepada penulis ketika tulisan yang dibuat membawa kebaikan untuk pembacanya. 

Karenanya sejak hari ini mari kita niatkan dalam hati kita untuk mulai menulis, walau terasa berat, dan penuh halangan dan rintangan. Semoga Allah istiqomahkan dalam upaya terus berlatih untuk membuat karya tulis yang bisa bermanfaat. 

Semoga kelah suatu hari nanti ketika kita membaca lagi tulisan pertama kita, sudah merasa lebih baik lagi dalam membuat karya tulis selanjutnya, dan di tulisan tulisan selanjutnya akan lebih banyak lagi manfaat yang akan di dapat oleh umat. 

Gogor, 6/2/24-06:18 

Oleh: Abu Azmi
Sahabat Tinta Media

Menulislah untuk Mengabadikan Sejarah Perjuangan Kebenaran Islam



Tinta Media - Maukah kalian seperti ulama-ulama pejuang terdahulu yang tulisannya bisa sampai kepada generasi kita hari ini? Bahkan, kita semua masih bisa membayangkan karya ulama-ulama ini akan tetap dikaji sampai akhir zaman. Nama-nama mereka abadi dalam karya-karya tulisannya dengan kitab yang berjilid-jilid. Kita bisa mengikuti jejak-jejak mereka yang menghabiskan banyak waktu untuk berkarya dengan menulis. Mengabadikan nama mereka meskipun hari ini mereka telah meninggal dunia. 

Meskipun kita tahu bahwa kita tidak akan bisa menyamai derajat para ulama terdahulu, tapi minimal kita mengarahkan segala kemampuan kita untuk perjuangan kebenaran Islam. Kebenaran Islam di era modern ini mulai meredup, banyak umat Islam meninggalkan ajaran Islam karena dianggap tidak sesuai dengan zaman. Fenomena ini dibuktikan dengan banyaknya kaum muslim yang disibukkan dengan gadgetnya dibanding dengan Al-Qur’an. Lebih suka nongkrong lama-lama di kafe daripada di majelis ilmu. Sibuk membicarakan aib seseorang dan luput membicarakan persoalan umat. 

Fenomena dan kejadian seperti itu bisa memberikan keresahan dalam hati, jikalau kalian merasakan dan menyadari bahwa hal inilah yang membuat umat islam itu kelihatan lemah, sibuk dengan dunia. Pikiran mereka hanya sebatas memuaskan perasaan, mengenyangkan perut, menghilangkan dahaga dan membasahinya dengan minuman yang mahal. Pikiran itu tidak dikerahkan untuk memikirkan umat, memberi makan rakyat yang sengsara, menyantuni umat yang tidak mampu sekedar untuk merasakan yang namanya kekenyangan. Ini sangat miris! 

Tidak Peduli

Sejujurnya kita memasuki tahun-tahun yang penuh dengan kesedihan. Kaum muslim yang begitu banyak namun kekuatan mereka tak ubahnya seperti buih di lautan. Pembantaian manusia yang terjadi untuk ke sekian kalinya. Mereka adalah makhluk yang memiliki kemerdekaan untuk hidup, hak untuk hidup sebagai manusia normal. Sama seperti kita yang hidup dalam ketenangan dan ketenteraman tanpa ancaman senjata yang mematikan. Yang lebih menyedihkan lagi mereka adalah saudara seiman kita yang dibombardir hampir setiap saat, di mana kita hari ini? Tidak ada yang menolong mereka, meskipun teriakan mereka begitu jelas kita dengar, dunia juga mendengar mereka tapi tidak ada sampai saat ini yang mau menolong mereka. 

Sampai saat ini mereka hanya bertahan, meskipun kita tahu mereka juga punya titik kesabaran dan kelemahan layaknya manusia normal. Tidak tersentuhkah hati kita melihat mereka untuk sekedar makan saja sangat sulit, kekurangan air minum, penyakit yang bisa mudah menyerang mereka, peralatan kesehatan yang tidak tersedia. Kematian begitu dekat dengan mereka. 

Saat ini tidak ada lagi alasan untuk tidak melakukan apa-apa. Saudara-saudara seiman kita di Gaza mengorbankan nyawa mereka untuk menjaga kemuliaan Baitul Maqdis. Mereka rela sengsara untuk itu semua, atas dasar keyakinan yang kokoh segalanya mereka korbankan. Predikat khairuh ummah diupayakan oleh umat Islam di Gaza. 

Tak terhitung jumlah anak-anak, lansia, wanita yang meninggal dunia dengan cara dibombardir oleh Zionis Yahudi la’natullah‘alaih. Kelakuan mereka bukan lagi sekedar membunuh tetapi telah melakukan genosida terhadap bangsa Palestina. Kelakuan yang sungguh sangat biadab dan mereka tidak pantas lagi untuk disebut sebagai manusia. 

Sampai kapan pun kemunduran umat Islam akan terus berlanjut, jika kita mengabaikan dan memilih tidak peduli. Perjuangan kebenaran Islam harus dilakukan jika ingin mengakhiri penderitaan ini. Agar tragedi di Gaza bisa dimenangkan oleh umat Islam, kita tidak boleh hanya berdiam diri. 

Memang benar, kita tidak mungkin berjuang mengangkat senjata untuk menolong mereka di sana. Bangsa muslim yang dekat dengan mereka pun tidak bisa berbuat demikian, apalagi kita yang di timur jauh. Di sisi lain, tidak adanya seorang pemimpin umat Islam yang bisa didengarkan ucapannya yang menjadi pemimpin umat Islam seluruh dunia untuk memerintahkan jihad. Namun ada satu hal yang bisa kita lakukan, yaitu menulis untuk mengabadikan perjuangan kebenaran Islam hingga meraih kemenangan. Dan Allah SWT. menurunkan pertolongan atas upaya kita yang sungguh-sungguh memperjuangkan syariat Islam. 

Ayo Menulis!

Seorang muslim yang menyadari akan kewajibannya untuk berdakwah, bisa memilih cara dakwah dengan menulis. Dia perlu memaksimalkan kemampuan menulisnya agar mudah dipahami oleh pembaca. Menyadarkan mereka yang tidak tahu persoalan umat hari ini. Mengupayakan semaksimal mungkin pembaca tidak salah paham dengan berita-berita keliru yang dipublikasikan. 

Insyaallah tulisan itu akan menjadi amal jariyah yang akan menyelamatkan kita di akhirat kelak. Yakinlah tulisan itu akan tetap hidup meskipun penulisnya telah meninggal dunia. Apalagi tulisannya mengajak pada kemuliaan dan kemenangan Islam, yang mengajak manusia untuk menggapai rida Tuhan seluruh alam (Allah SWT). 

Jika kita menggunakan jalan ini untuk berdakwah, Insyaallah nama kita akan tetap abadi di dunia karena dakwah tulisan yang sudah tersebar luas. Sekalipun nantinya kita telah meninggalkan dunia tulisan itu akan tetap ada dan menjadi kebaikan yang terus mengalir. Kita berdoa kepada Allah SWT semoga ini menjadi amal jariyah, siapa pun yang mengambil jalan ini khususnya untuk menyadarkan umat dan membangunkan mereka dari tidur yang lama. 

Ulama-ulama terdahulu yang namanya kita kenal hingga hari ini, bukankah kita mengenal mereka lewat tulisan-tulisan dan kitab-kitab mereka yang terkenal? Yang memberikan manfaat yang luar biasa sehingga dirasakan seluruh kaum muslim di seluruh dunia. Tulisan mereka itulah yang telah menerangi jalan kegelapan manusia dengan cahaya peradaban yang mulia nan agung, khususnya untuk kaum muslimin. Lanjutkan perjuangan Islam untuk meraih kemenangan. 

Oleh: La Ode Abdul Salam 
Sahabat Tinta Media

Malas Menulis? Baca 5 Tips Ini Agar Semangat!



Tinta Media - Rasa malas dalam menulis bisa menghampiri siapa saja, baik itu penulis profesional apalagi penulis pemula. Meskipun terkadang terasa sulit untuk mulai menulis, namun dengan mulai merangkai kata demi kata dan terus belajar maka hal sulit tadi sedikit demi sedikit akan terurai menjadi kemudahan. Jika kamu seorang penulis pemula yang sedang mengalami masalah dengan rasa malas, maka membaca tulisan ini adalah pilihan yang tepat! Berikut adalah 5 tips agar semangat menulis. 

1. Tetapkan Tujuan Menulis 

Ketika kita hidup di dunia ini, terlebih dahulu tentu harus menetapkan tujuan hidup. Begitu pun dengan kegiatan menulis, pasti ada tujuan yang hendak kita wujudkan. Maka menetapkan tujuan dalam membuat tulisan adalah hal yang sangat penting. Jika tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah maka tujuan menulis adalah untuk menyadarkan umat yang sedang dijajah secara pemikiran. Bukan hal mudah tentunya menyadarkan umat dengan tulisan, tapi jika tidak memulainya saat ini maka yang akan terus mendominasi opini di jagat media sosial adalah narasi menyesatkan dari Barat yang membuat umat semakin lalai dan terbius. 

Tentu untuk menyadarkan umat dengan tulisan, bukan sembarang tulisan tetapi tulisan dengan narasi Islam ideologis. Dengan tujuan menulis seperti ini, harusnya memicu semangat agar betul-betul serius dalam membuat tulisan. 

2.   Ciptakan Perubahan Hakiki 

Tulisan opini Islam ideologis memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan, bukan perubahan temporal tetapi perubahan hakiki, perubahan hakiki yang dimaksud adalah dengan dijadikannya Al-Qur’an dan hadits sebagai aturan baik itu dalam lingkup individu, masyarakat maupun negara. Hal ini akan menjadi sebuah pendorong untuk merealisasikan gagasan menjadi sebuah tindakan nyata. Seorang penulis ideologis dapat mengubah kata-kata menjadi kekuatan yang dapat mengubah pemikiran dan menggugah perasaan. 

3.  Atasi Rasa Malas 

Ketika rasa malas menulis datang menghampiri maka ingatlah bahwa sangat mulianya tujuan untuk menyadarkan umat, yang dengan sadarnya umat maka Insya Allah dapat menciptakan perubahan hakiki. Rasa malas sendiri hanya bisa diselesaikan dengan cara melawan rasa malas itu, tidak ada cara lain! Sesekali untuk memotivasi diri agar semangat menulis, maka bacalah kembali tulisan ini agar teringat tujuan awal Anda menulis. 

Seperti halnya keterampilan lain, menulis membutuhkan latihan yang konsisten. Semakin sering Anda menulis, semakin mudah untuk mengatasi rasa malas. Latihan konsisten juga memungkinkan untuk mempraktikkan berbagai teknik menulis, memperbanyak kosakata, dan mengasah gaya penulisan. 

4. Fokus Menulis pada Satu Bidang 

Pilih topik yang benar-benar menarik menurut Anda. Menulis tentang sesuatu yang diminati dapat membuat proses menulis menjadi semakin menyenangkan. Dengan fokus pada satu bidang, Anda memiliki peluang untuk mengeksplorasi topik secara lebih mendalam agar menjadi ahli di bidang tersebut. Dengan menjadi ahli dalam satu bidang tertentu, dapat membangun reputasi sebagai penulis yang berpengalaman dan kredibel. 

Fokus pada satu bidang memungkinkan kita untuk menarik pembaca yang memiliki minat sama. Sebagai contoh bidang hukum, yang saat ini realitas penegakannya tumpul ke atas dan tajam ke bawah, Dengan mendalami bidang ini, kita dapat mengetahui cara sistem hukum bekerja dan proses penegakan hukum. Lebih daripada itu, kita harus memiliki usaha maksimal agar dapat diterapkannya hukum-hukum Allah SWT. 

5. Gabung dengan Komunitas Penulis 

Komunitas penulis dapat menjadi tempat yang mendukung untuk dapat berbagi ide, pengalaman, dan tantangan sesama penulis. Interaksi dengan penulis lain dapat memberi inspirasi baru untuk menulis. Dengan berinteraksi dengan penulis lain, Anda dapat belajar teknik-teknik baru, strategi menulis, dan tips-tips menarik dalam menulis.

Kemampuan ini dapat membantu Anda mengembangkan keterampilan menulis lebih lanjut. Bergabung dengan komunitas penulis memiliki peluang untuk membangun jaringan dengan penulis lain, editor, media massa dan jurnalis. Hal ini dapat membuka peluang kolaborasi, publikasi, atau kerja sama lainnya. 

Dengan menulis, kita membangun keberanian dan rasa percaya diri. Gagasan kita memiliki arti, dan dalam setiap kata yang kita tulis terdapat kekuatan untuk mempengaruhi dunia. Jangan takut untuk menyuarakan gagasan lewat tulisan. Berani menulis adalah langkah pertama menuju perubahan. 

Semangatlah, pena-pena hebat! Tulislah dengan penuh semangat, karena di setiap kata yang kita tulis, kita membangun dunia yang lebih kaya akan ide, pemahaman, dan perubahan. Semoga tulisan ini dapat memberikan semangat dan inspirasi bagi Anda yang ingin terus menulis. Ingatlah, gagasan Anda memiliki kekuatan yang luar biasa.[] 

Oleh: Muh. Abdul Gani 
Ketua Gema Pembebasan Palopo

Minggu, 21 Januari 2024

20 Kata dalam Bahasa Indonesia yang Penulisannya Sering Salah


Tinta Media - Terkadang kita merasa, kata-kata yang sudah kita tulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar. Namun setelah dicek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ternyata ada kesalahan dalam penulisan kata. Penulis ideologis seharusnya melakukan pengecekan kembali tulisannya di KBBI, sebelum dikirim ke media. Karena bisa jadi ada kata-kata yang tidak baku pada tulisan kita.

Sebagai penulis ideologis yang menjadikan tulisan sebagai sarana untuk berdakwah selayaknya menulis tanpa kesalahan. Kita dituntut untuk melakukan pekerjaan secara profesional, termasuk dalam berdakwah melalui tulisan. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional” (HR Imam Thabrani dan Imam Baihaqi).

Berikut ini 20 kata yang penulisannya sering salah, disertai dengan kata yang baku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):

1. apapun --) apa pun

2. barangsiapa --) barang siapa

3. detil --) detail 

4. dikanal --) di kanal

5. dimana --) di mana

6. ekstrim --) ekstrem

7. elit --) elite

8. hakekat --) hakikat

9. karir --) karier

10. kerjasama --) kerja sama

11. merubah --) mengubah

12. nampak --) tampak

13. pertanggung jawaban --) pertanggungjawaban

14. praktek --) praktik

15. realita --) realitas

16. respon --) respons

17. sekulerisme --) sekularisme

18. sirup --) sirop

19. stress --) stres

20. triliyun --) triliun

Oleh: Muhammad Al Akrom Billah
Editor Tinta Media

Sabtu, 13 Januari 2024

10 Kata dalam Bahasa Indonesia yang Penulisannya Sering Salah


Tinta Media - Seorang penulis, terlebih lagi penulis ideologis sangat penting untuk memperhatikan setiap kata yang ditulis agar tidak menyalahi aturan baku yang sudah ditetapkan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Hal ini bertujuan agar pesan yang ingin disampaikan oleh penulis, tidak bias dan dapat diterima secara utuh oleh pembaca. Selain itu juga meringankan beban editor dari portal web yang menjadi tujuan penulis untuk menayangkan tulisannya.

Dari Abu Hurairah ra. berkata, "Nabi SAW bersabda, "Barang siapa yang melepaskan seorang mukmin dari kesusahan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari kesusahan di hari kiamat. Barang siapa yang memudahkan orang yang sedang mengalami kesulitan, maka Allah akan memudahkan kepadanya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya.

Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk memperoleh ilmu, maka Allah akan memudahkannya jalan menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu rumah Allah (masjid), membaca kitab Allah, dan mempelajarinya bersama-sama, melainkan akan turun kepada mereka ketenteraman, rahmat Allah akan menyelimuti mereka, para malaikat berkerumun di sekelilingnya, dan Allah akan memuji mereka di depan (para malaikat) yang berada di sisi-Nya. Barang siapa amalnya lambat (kurang), maka nasabnya tidak akan dapat menyempurnakannya." (HR. Muslim)

Berikut ini 10 kata yang penulisannya sering salah, disertai dengan kata yang baku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):

1. apapun --) apa pun

2. barangsiapa --) barang siapa

3. detil --) detail

4. dikanal --) di kanal

5. dimana --) di mana

6. elit --) elite 

7. karir --) karier

8. pertanggung jawaban --) pertanggungjawaban

9. realita --) realitas

10. respon --) respons


Oleh: Muhammad Al Akrom Billah
Editor Tinta Media

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab