Tinta Media: Menulis
Tampilkan postingan dengan label Menulis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Menulis. Tampilkan semua postingan

Selasa, 10 September 2024

Agar Tak Terjebak Sindrom 'Pada Hari Minggu' (Macam-Macam Teras Berita)

Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota/ Naik delman istimewa kududuk di muka//

Kududuk samping Pak Kusir yang sedang bekerja/ Menggendali kuda supaya baik jalannya//

Tuk, tik tak, tik tuk, tik tak, tik tuk..../ Tuk, tik tak, tik tuk, suara sepatu kuda//


Tinta Media - Lagu di atas sudah tidak asing lagi di telinga kita, bahkan banyak di antara kita yang sudah hafal sejak kecil. Maka ketika membuat berita, memori di bawah alam sadar kita pun muncul sehingga “waktu” atau when (kapan) menjadi kalimat awal yang dituliskan dalam teras (lead). Bila mayoritas tulisan kita diawali dengan teras waktu, berarti kita terkena sindrom Pada Hari Minggu.  

Sebenarnya bukan tidak boleh menggunakan “waktu” sebagai kalimat awal dalam pemberitaan, baik straight news (berita lugas/rekonstruksi kejadian yang langsung pada pokok permasalahan) maupun feature (karangan khas/rekonstruksi kejadian yang dikemas dalam bentuk cerita). Tetapi lebih pas teras waktu (when lead) digunakan bila memang “waktu” itu benar-benar penting atau sangat menentukan dalam rekonstruksi kejadian yang kita tuliskan. Misal, gol yang dicetak beberapa detik sebelum permainan bola berakhir. Maka when lead lebih pas digunakan, untuk menunjukkan bahwa gol itu nyaris tidak sah.

Dari rumus 5 W 1 H saja sudah dapat menghasilkan minimal enam macam teras berita, yaitu: lead: who (siapa), what (ngapain/apa), where (di mana), why (mengapa), how (bagaimana ceritanya) dan tentu saja when (kapan) alias lead waktu. Tapi seperti yang sudah disinggung di awal, jangan sampai terjebak pada sindrom 'Pada Hari Minggu'.

Agar terbebas dari sindrom Pada Hari Minggu, selain menggunakan lead lain (selain lead waktu) pada rumus 5 W 1 H di atas, kita bisa juga membaca dan mempelajari berbagai macam teras (lead) lainnya. Beberapa contoh di bawah ini semoga dapat membantu.

Contoh-Contoh Teras

a. Ringkasan. Seperti namanya, teras ini berupa ringkasan, sehingga pembaca langsung tahu maksud dan tujuannya sejak di awal paragraf. Cocok ditulis bagi yang ingin menyampaikan pesan langsung pada pokok permasalahan baik dalam bentuk straight news maupun feature.

Contoh: Tadinya kiai muda ini mengira syariah dan khilafah hanyalah teori dalam kitab kuning yang tidak mungkin diterapkan, namun setelah berinteraksi dengan Hizbut Tahrir ia pun meyakini syariah dan khilafah akan tegak, dengan atau tanpa dukungannya. (MU 62 SOSOK KH Abdullah [Pimpinan Ponpes Nurul Ulum Jember] Kiai Pejuang Khilafah dari Kota Santri)

Aku disuruh taubat ketika terjebak maksiat. Tapi malah disebut sesat ketika taubat. Tapi aku tetap membulatkan tekat hingga keluargaku pun turut menjadi pejuang syariat. (MU 48 SOSOK: Faisal Rahmat Sitohang [Aktivis HTI Medan] Dari Maksiat Berubah jadi Pejuang Syariat)

b. Bercerita. Menggambarkan satu adegan tertentu saja ---suatu kejadian pada waktu tertentu dengan mendeskripsikan orang dan setting tempat tertentu secara detail. Cocok ditulis bagi yang ingin menyampaikan kronologis kejadian.

Contoh: Puluhan anak-anak begitu gembira saat mereka turun dari kendaraan dan disambut Lengser (salah satu tarian penyambutan) dengan iringan musik tradisional Sunda. Suasana tegang bakda shubuh ketika dikhitan langsung sirna. Wajah mereka ceria secerah pagi itu di bebukitan Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat yang masih asri. (MU 47 ANJANGSANA: Yayasan Islam Al Ittihad Jatinangor Sumedang: Memuliakan Fakir Miskin)

Langkahnya kecil-kecil, perlahan dan sangat hati-hati. Bahkan ketika akan menaiki minibus Kopaja, ia tertegun sejenak, melihat pijakan kaki pintu yang tingginya 30 cm di atas jalan. Sebenarnya, ketinggian seperti itu bagi anak kecil pun tidak ada masalah. Namun bagi seorang ibu yang baru melahirkan, merupakan masalah yang sangat besar. Maka dengan sigap, suaminya langsung menggendongnya masuk ke dalam Kopaja. (Alwaie Edisi Khusus 131 “Kita akan Dukung Terus Hizbut Tahrir”)

c. Deskriptif. Sekilas mirip dengan bercerita. Tapi bagi yang jeli dapat menangkap perbedaannya. Bila bercerita terikat dengan satu adegan, sedangkan deskriptif tidak boleh terikat dengan satu adegan. Teras ini cocok bagi penulis yang ingin memberikan gambaran umum terkait subyek beritanya.

Contoh: Meski sudah melahirkan tiga orang anak, penampilannya masih tomboy: pakai kaos, celana jeans dan sepatu sket bila bepergian. Bila sekedar berada di sekitar rumah atau ke warung, celana pendek dan kaos menjadi favoritnya. “Malu pakai baju perempuan, apalagi pakai kerudung,” ujar Nur Aliyah, warga Jagakarsa, Jakarta Selatan. (Alwaie Edisi Khusus 131 SOSOK: Nur Aliyah [Warga Jagakarsa] Dulu Tomboy, Kini Aktivis Dakwah)

Kata umpatan dan makian sering ia lontarkan ketika berdiskusi melalui internet dengan perempuan yang selalu merujuk pada Al-Qur’an itu. Di antaranya: Kamu gila sama buku kamu; Kamu sudah menikah dengan buku! Lebih baik tidak usah menikah dengan laki-laki; dan Kamu gila, kamu sesat. “Saya chatting di internet ini untuk cari istri bukan cari buku,” hardik Reed dalam bahasa Inggris pada perempuan yang kelak menjadi istrinya itu. (MU 46 SOSOK: Sabastian Reed [Mualaf Asal Australia] Jodoh Membawa Hidayah)

d. Pertanyaan. Seperti namanya, teras ini dimulai dengan kalimat tanya. Lihat contoh yang digarisbawahi. Tujuannya, untuk menyambungkan informasi yang akan disampaikan dengan informasi yang ada di benak pembaca.

Contoh: Masih ingat Idries De Vries? Mualaf asal Belanda. Kisah masuk Islamnya pernah dimuat Media Umat pada edisi 8. Pada 2002, saat usainya 24 tahun, ia mengucapkan dua kalimat syahadat lantaran membaca terjemah Al-Qur’an Surat Maryam mengenai perkataan-perkataan yang diucapkan kaum Nasrani tentang Nabi Isa as serta ke-Mahakuasaan Allah SWT untuk menciptakan segala sesuatu, termasuk menciptakan Nabi Isa as tanpa bapak biologis. (MU 55 SOSOK Idries De Vries [Mualaf Asal Belanda] Belajar Bahasa Arab untuk Dekati Allah)

Siapa yang tidak takut masuk ke medang perang? Wajar jika rasa itu ada. Tapi dari pengalaman di Maluku, saya sudah membangun pandangan bahwa kematian itu hanya ditentukan oleh Allah SWT. Dan kematian yang paling mulia itu syahid. Itu besar faidahnya bagi kita dan keluarga kita. Tapi tentu jangan asal mau mati syahid tanpa ada persiapan dan tahu syariatnya. (MU SOSOK dr Joserizal Jurnalis [Ketua Presidium MerC] Hidup Jadi Lebih Mudah)

e. Menuding. Dicirikan dengan menyebut (menuding) pembaca pada awal kalimat dengan menyebutkan kata ganti pembaca, misalnya, anda, kamu dan lain-lain. Tujuannya sama dengan teras pertanyaan. Bentuknya bisa kalimat seru atau juga kalimat tanya. Bedanya dalam teras pertanyaan tidak menyinggung kata ganti pembaca.

Contoh: Pernahkah Anda membayangkan bagaimana sulitnya seorang tunanetra mencari buku yang dapat dibaca? Tentu saja buku yang dimaksud adalah buku dengan huruf Braille, sejenis sistem tulisan sentuh yang digunakan oleh orang buta. Maka pernah tercetus dalam benakku untuk mencoba mengonversi kitab-kitab Hizbut Tahrir dalam versi Braille namun urung kulakukan lantaran terkendala kepraktisan dan biaya. 

Bayangkan, Al-Qur’an saja yang mushaf-nya bisa Anda masukkan dalam saku atau bahkan dalam program di HP, maka 30 juz Al-Qur’an Braille terdiri dari 30 jilid. Bila ditumpuk besar dan tebalnya setara dengan satu dus televisi 21 inci. Harganya pun tidak murah. Perjilidnya sekitar 1,25 juta rupiah. Jadi kalau ingin mendapatkan 30 jilid, sekitar 37,5 juta uang yang harus dikeluarkan. (MU 51 SOSOK: Entis Sutisna [DPP Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia] Pejuang Khilafah dalam Gelapnya Dunia)

f. Kutipan. Dicirikan dengan mengutip pernyataan subyek tulisan yang dianggap menarik atau pun penting. Teras ini serinh juga digunakan untuk menulis straight news.

“Kalau topeng demokrasi dapat kita runtuhkan maka besok khilafah dapat ditegakkan serta jangan lagi kita robah jalan hidup kita, ihdinash shiraathal mustaqiim.” (MU 97 SOSOK: Uu Hamidy [Budayawan Melayu] Melayu Butuh Solusi Namun Bukan Demokrasi)

f. Gabungan. Kombinasi dari beberapa teras. Tujuannya untuk menyatukan kekuatan masing masing teras yang disatukan.

Contoh: gabungan cerita dan ringkasan.

Kapal pun berlabuh di Bahrain. Salah seorang penduduk Bahrain menanyakan darimana asalnya. Ia menjawab “I’m from Indonesia.” Kemudian si penyapa pun berkata, “Indonesia? Oh, you are my brother!” Ia bingung, kenapa dirinya dianggap saudara. Kebingungannya terjawab kelak setelah ia masuk Islam. (MU 56 SOSOK: I Gusti Oka [Mualaf Asal Bali] Menuju Kobe, Hatinya Berlabuh pada Islam)

Contoh: gabungan kutipan dan cerita.

“Hidup sejahtera di bawah naungan khilafah,” dengan senandung khas logat Arab-Aceh Gayolues, para penari saman yang terus bergerak cepat dan serentak mengikuti irama musik yang harmonis. Tarian yang seolah digerakan oleh satu tubuh karya ulama Aceh Syaikh Saman itu mengawali acara Konferensi Rajab 1432 H, Rabu (29/6) pagi di Stadion Lebak Bulus, Jakarta. (mediaumat.com [1/7/2011] Puncak Gempita Konferensi Rajab 1432 H)

Bagaimana? Sudah ada bayangan untuk membuat lead dalam tulisan Anda? Selamat mencoba!

Oleh: Joko Prasetyo, Angkatan Pertama (1998) Ilmu Jurnalistik Fakultas Dakwah UIN Sunan Gunung Djati Bandung

 

 

Selasa, 03 September 2024

Pahala Tak Terputus, Meski Umur Kita Pupus

Tinta Media - Umur kita sangat terbatas, padahal “bekal” amal baik menuju akhirat masih sedikit dan kurang berkualitas. Apakah ada sebuah aktivitas, yang akan menambah “bekal” akhirat kita, yang mendatangkan pahala tidak terputus, meski umur kita telah pupus? Ya, tentu ada. Menulislah! Menulis sebagai wasilah (sarana) berdakwah Islam.

Oleh: Yasirli Amri
Penulis Dakwah Mabda’i

Selengkapnya, bisa dibaca di Buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah 

Bagi yang mau order silakan isi data berikut ini dan wapri ke nomor +62 812-5243-596 🙏🏻

Order buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata untuk Dakwah :

Nama:
Alamat Lengkap:
Nomor WA:
Jumlah order: ... eksemplar 
Kontributor/bukan:


Dapatkan diskon buat kontributor, alumni API dan Sahabat Tinta Media 

Senin, 26 Agustus 2024

Menulis untuk Keabadian Jalan Dakwah

Tinta Media - Sebagai seorang muslim yang menyadari akan kewajibannya untuk berdakwah, bisa memilih opsi dakwah dengan menulis. Dia perlu memaksimalkan kemampuan menulisnya agar mudah dipahami oleh pembaca. Dengan tulisannya dia bisa menyadarkan siapa saja yang tidak tahu persoalan umat hari ini.

Oleh: La Ode Abdul Salam
Sahabat Tanah Ribath Media

Selengkapnya, bisa dibaca di Buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah 

Bagi yang mau order silakan isi data berikut ini dan wapri ke nomor +62 812-5243-596 🙏🏻

Order buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata untuk Dakwah :

Nama:
Alamat Lengkap:
Nomor WA:
Jumlah order: ... eksemplar 
Kontributor/bukan:


Dapatkan diskon buat kontributor, alumni API dan Sahabat Tinta Media 

Selasa, 06 Agustus 2024

Mengabadikan Jejak Dakwah melalui Tulisan

Tinta Media - Substansi dakwah itu sendiri adalah mengajak dan menyampaikan. Lantas, bagaimana mungkin kita bisa menyampaikan sesuatu sedang kita sendiri tidak mempunyai amunisi kata? Bukankah amunisi kata bisa didapat dan sangat melekat erat di kepala sesudah kita  membaca, kemudian menulisnya terlebih dahulu?

Oleh: Husaini
Aktivis Dakwah Islam

Selengkapnya, bisa dibaca di Buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah 

Bagi yang mau order silakan isi data berikut ini dan wapri ke nomor +62 812-5243-596 🙏🏻

Order buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah :

Nama:
Alamat Lengkap:
Nomor WA:
Jumlah order: ... eksemplar 
Kontributor/bukan:


Dapatkan diskon buat kontributor, alumni API dan Sahabat Tinta Media 


Rabu, 31 Juli 2024

Menulis: 'Mengabadikan' Pahala

Tinta Media - Menulis merupakan penuangan gagasan atau kejadian, yang memiliki dimensi pahala jariah. Di dalam Islam, menulis merupakan sebagai suatu bentuk dakwah yang merupakan ibadah penting. Hasil amalan menulis ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis itu sendiri, namun juga bagi pembaca yang memperoleh manfaat dari konten tulisannya.

Konsep pahala jariah merupakan bentuk 'mengabadikan'  pahala karena pahala terus mengalir bahkan setelah kita meninggalkan dunia. Ini juga memiliki hubungan dengan kegiatan menulis. Ketika seseorang menulis, baik itu dalam bentuk berita, opini, artikel, buku, atau bahkan catatan politik, ini tidak hanya membagikan pengetahuan atau pengalaman, namun juga memberikan peluang kepada pembaca untuk terus memperoleh manfaat dari tulisannya, bahkan setelah penulisnya tiada.

Oleh: Taofik Andi Rachman
Pengemban Dakwah Ideologis 

Selengkapnya, bisa dibaca di Buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah 

Bagi yang mau order silakan isi data berikut ini dan wapri ke nomor +62 812-5243-596 🙏🏻

Order buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah :

Nama:
Alamat Lengkap:
Nomor WA:
Jumlah order: ... eksemplar 
Kontributor/bukan:


Dapatkan diskon buat kontributor, alumni API dan Sahabat Tinta Media 


Senin, 22 Juli 2024

Menulislah untuk Dakwah

Tinta Media - Jika diberi pilihan antara pandai menulis atau tidak, mana yang akan kita pilih? Ya, pandai menulis lebih baik daripada tidak. Jika tidak pandai menulis, maka bahasa lisanlah yang akan kita andalkan dalam berkomunikasi. Padahal, komunikasi melalui tulisan sangatlah dibutuhkan dan memudahkan interaksi manusia dewasa ini, di mana pun mereka bermukim baik di kota maupun desa.

Oleh: Muhammad Syafi’i
Penulis Ideologis Sulawesi Tengah

Selengkapnya, bisa dibaca di Buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah 

Bagi yang mau order silakan isi data berikut ini dan wapri ke nomor +62 812-5243-596 🙏🏻

Order buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah :

Nama:
Alamat Lengkap:
Nomor WA:
Jumlah order: ... eksemplar 
Kontributor/bukan:


Dapatkan diskon buat kontributor, alumni API dan Sahabat Tinta Media 


Kamis, 04 Juli 2024

Bukan Hanya Lisan, Tangan pun Bisa untuk Berdakwah

Tinta Media - Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menciptakan manusia dengan sempurna sebagaimana ciptaan-Nya yang lain, oleh karena itu harus disyukuri dengan menjalankan kewajiban-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Di samping itu perlu diketahui bersama bahwa dakwah adalah kewajiban bagi seluruh kaum muslimin, sebagaimana kewajiban-kewajiban yang lain. 

Oleh: Muhammad
Sahabat Tinta Media 

Selengkapnya, bisa dibaca di buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah 

Bagi yang mau order silakan isi data berikut ini dan wapri ke nomor +62 812-5243-596 🙏🏻

Order buku It Is Time To Be Writers: Merajut Kata Untuk Dakwah :

Nama:
Alamat Lengkap:
Nomor WA:
Jumlah order: ... eksemplar 
Kontributor/bukan:


Dapatkan diskon buat kontributor, alumni API dan Sahabat Tinta Media.

Minggu, 30 Juni 2024

Kekuatan Tulisan dalam Mengubah Peradaban

Tinta Media - Apakah saudara pernah mendengar atau membaca sejarah terkait sebuah tabloid yang dijadikan sarana propaganda untuk menghancurkan sebuah peradaban besar? Peradaban emas yang gemilang pada masa kejayaannya? 

Oleh : Rizal Rosadi
Pengusaha Muslim 

Selengkapnya, bisa dibaca di Buku It Is Time To Be Writer: Merajut Kata Untuk Dakwah 

Bagi yang mau order silakan isi data berikut ini dan wapri ke nomor +62 812-5243-596 🙏🏻

Order buku It Is Time To Be Writer: Merajut Kata Untuk Dakwah :

Nama:
Alamat Lengkap:
Nomor WA:
Jumlah order: ... eksemplar 
Kontributor/bukan:

Dapatkan diskon buat kontributor, alumni API dan Sahabat Tinta Media

Senin, 29 April 2024

Karena Alasan Inilah Anda Harus Menulis Berita

Tinta Media - Dalam banyak kesempatan, Anda mestilah tidak menonton video 𝑡𝑎𝑙𝑘𝑠ℎ𝑜𝑤 yang durasinya panjang. Alasannya, bisa karena tidak cukup waktu, tidak cukup kuota, tidak tertarik dengan judulnya, dan atau alasan lain. Namun ketika meluangkan waktu untuk menontonnya secara saksama, ternyata Anda temukan banyak pesan penting dalam video tersebut yang sangat berguna untuk diketahui publik.

Pilihannya, (1) Anda akan menyebarkan video tersebut, atau (2) kutip saja pernyataan yang menurut Anda sangat penting lalu disebarkan.

Kalau yang pertama Anda pilih, tentu saja orang lain sangat mungkin beralasan sama dengan Anda di awal sehingga tidak menontonnya. Kalau poin kedua yang Anda pilih, bisa saja membuat video pendek lalu disebarkan di medsos.

Namun, bila Anda memilih untuk menuliskannya, maka salah satu tulisan yang paling pas digunakan adalah berita lugas (𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑛𝑒𝑤𝑠/SN) yang secara awam sering disebut sebagai berita (𝑛𝑒𝑤𝑠) saja.

SN adalah 𝑟𝑒𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛/𝑖𝑛𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛. Jadi, sejak membaca paragraf pertama (teras/𝑙𝑒𝑎𝑑), pembaca langsung mendapatkan pesan utama yang disampaikan Anda.

Bila dalam video tersebut, menurut Anda, ada sepuluh bahasan penting, maka Anda bisa menulis 10 SN, yang tentu saja dengan 10 judul berbeda. Bandingkan dengan video yang hanya satu judul, maka peluang SN yang diangkat dari video tersebut memiliki 10 kali lipat peluang untuk dibaca.

Itu merupakan salah satu alasan mengapa Anda harus menulis SN. Alasan lainnya ada banyak. Beberapa di antaranya sebagai berikut.

𝑷𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂, 𝐒𝐍 𝐜𝐨𝐜𝐨𝐤 𝐝𝐢𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐬𝐢𝐛𝐮𝐤 𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐡𝐚𝐮𝐬 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚. Karena karakter SN yang 𝑡𝑜 𝑡ℎ𝑒 𝑝𝑜𝑖𝑛𝑡 sejak awal kalimat, sangat cocok dibaca oleh orang-orang yang tidak memiliki waktu banyak tetapi sangat haus akan informasi kekinian yang terjadi di dalam maupun luar negeri.

Mereka baru baca judul dan paragraf pertama saja, informasi berharga langsung diterima. Jadi, SN yang Anda buat benar-benar sangat menghemat waktu mereka.

𝑲𝒆𝒅𝒖𝒂, 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐒𝐍 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐜𝐨𝐜𝐨𝐤 𝐝𝐢𝐣𝐚𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐮𝐬𝐥𝐮𝐛 (𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐭𝐞𝐤𝐧𝐢𝐬) 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐦𝐛𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐫𝐞𝐚𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐦𝐚𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐮𝐛𝐥𝐢𝐤 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐧𝐠𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐨𝐤𝐨𝐤 𝐩𝐞𝐫𝐦𝐚𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧.

Realitas tersebut setidaknya ada dua macam: (1) realitas yang islami sehingga sangat layak untuk disyiarkan, salah satunya melalui SN; (2) realitas yang tidak islami sehingga sangat layak untuk dikoreksi, salah satu caranya dapat dikoreksi melalui SN. Sehingga publik selain tahu ada masalah, mendapatkan edukasi juga dari sudut pandang dan atau solusi yang islaminya.

𝑲𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂, 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐩𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐢𝐧𝐟𝐨𝐫𝐦𝐚𝐬𝐢. Saat ini memang sudah berlimpah SN yang dibuat media massa, namun sayangnya banyak SN yang justru menginformasikan realitas yang tidak islami, tetapi dikesankan sebagai sesuatu yang baik dan layak untuk diikuti. Lebih parahnya lagi, ralitas yang islami dikesankan sebagai sesuatu yang buruk dan harus diperangi.

Dengan kata lain, media massa sekuler dengan berbagai SN yang diproduksinya tersebut sedang melakukan amar mungkar dan nahi makruf. Maka, Anda harus melawannya. Salah satu cara melawannya adalah dengan melakukan amar makruf dan nahi mungkar dengan uslub membuat SN juga.

𝑲𝒆𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕, 𝐒𝐍 𝐦𝐞𝐫𝐮𝐩𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐬𝐥𝐮𝐛 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐨𝐤𝐨𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠-𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐲𝐚𝐤 𝐝𝐢𝐭𝐨𝐤𝐨𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐫𝐮𝐣𝐮𝐤 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐧𝐲𝐚 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐩𝐮𝐛𝐥𝐢𝐤.

Media massa sekuler dan media massa islami tentu saja memiliki kriteria bertolak belakang orang mana yang layak dijadikan narasumber agar pendapatnya dirujuk pembaca.

Maka, sebagaimana media massa sekuler yang menokohkan orang-orang sekuler dengan cara dijadikan narasumber SN yang mereka buat, sebaliknya Anda menjadikan orang-orang islami sebagai narasumber SN yang Anda buat, salah satunya untuk mematahkan pendapat tokoh-tokoh sekuler tersebut.

𝑲𝒆𝒍𝒊𝒎𝒂, 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐡𝐮𝐥𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐢𝐥𝐦𝐮 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐧𝐚𝐫𝐚𝐬𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚. Sebelum pernyataan narasumber terkait suatu kejadian aktual sampai ke pembaca tentu saja akan sampai kepada Anda lebih dahulu, karena Andalah yang menyajikan informasi/ilmu dari narasumber ke dalam bentuk SN untuk dikonsumsi publik.

𝑲𝒆𝒆𝒏𝒂𝒎, 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐦𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐚𝐡𝐥𝐢 𝐝𝐢 𝐛𝐢𝐝𝐚𝐧𝐠𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐩𝐞𝐫𝐤𝐚𝐫𝐚 𝐚𝐤𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐤𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢. Dengan alasan Anda sebagai jurnalis yang hendak membuat berita dalam isu tertentu yang tengah aktual, Anda bisa bertanya (wawancara) kepada para pejabat terkait, praktisi, ahli, dan pengamat di bidangnya masing-masing.

Tentu saja setelah mendapat jawabannya harus segera dibikin SN ya, jangan hanya cukup membuat Anda tahu saja. Karena secara etis, Anda harus memberikan bukti hasil wawancaranya berupa berita yang sudah dimuat di media massa.

Itulah enam dari sekian banyak alasan yang membuat Anda harus menulis SN. Empat alasan lainnya bisa Anda baca pada buku 𝑇𝑖𝑝𝑠 𝑇𝑎𝑘𝑡𝑖𝑠 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑙𝑖𝑠 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑆𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑢𝑟𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠 𝐽𝑖𝑙𝑖𝑑 1: 𝑇𝑒𝑘𝑛𝑖𝑘 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑙𝑖𝑠 𝑂𝑝𝑖𝑛𝑖, 𝐵𝑎𝑏 1 𝑇𝑖𝑝𝑠 𝑆𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑑𝑎𝑘𝑤𝑎ℎ 𝐿𝑒𝑤𝑎𝑡 𝑇𝑢𝑙𝑖𝑠𝑎𝑛 ataupun baca pada tautan https://shorturl.at/CFJW0 .

Meskipun dimuat pada buku teknik menulis opini, tips tersebut cocok juga diterapkan kepada Anda yang menimbang-nimbang perlu tidaknya menulis SN dan atau untuk meningkatkan semangat Anda agar tetap istiqamah menulis SN. Anda punya alasan lain? Silakan tulis di kolom komentar. []
.
Depok, 13 Syawal 1445 H | 22 April 2024 M
.
Joko Prasetyo
Jurnalis

Rabu, 14 Februari 2024

Menulis demi Umat, Bukan karena Bakat



Tinta Media - Banyak orang mengira bahwa menulis adalah sebuah bakat alami yang Allah berikan kepada seseorang sejak dalam buaian. Karena itu, tidak sedikit yang minder untuk menulis sebab merasa tidak memiliki bakat dan keterampilan dalam menulis. 

Dugaan ini belum bisa dikatakan benar sebab pada kenyataannya, ada yang tadinya tidak bisa menulis, tetapi ternyata bisa menjadi penulis hebat. Berbagai karya tulis telah dimuat di berbagai media cetak dan elektronik. Juga tak sedikit buku telah mereka terbitkan. 

Sebenarnya permasalahan tentang bakat itu bukan hanya tentang menulis. Contoh lainnya, menjadi seorang atlet sepakbola. Apakah untuk menjadi pesepakbola hebat seperti Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi harus mempunyai bakat atau perlu latihan? 

Jika jawabannya perlu bakat alami, lantas bagaimana mereka yang tak memiliki bakat? Apakah harus mengubur dalam-dalam cita-citanya untuk menjadi pesepakbola hebat? Andai saja benar begitu, di mana keadilan Allah? 

Dulu saya juga merasakan hal yang sama, hidup di bawah bayang-bayang ketidakmampuan dalam segala hal, merasa minder karena tidak memiliki bakat apa pun. 

Perasaan itu terus berlanjut hingga dakwah Islam menyentuh saya. Ketika berada di tengah jamaah dakwah, saya selalu minder, tidak banyak berargumen, hanya menjadi pendengar setia saja. 

Maka, terkadang saya mencurahkan isi hati dan pikiran melalui tulisan, meski menulis pun sebenarnya merasa tidak mampu karena tidak pernah mengenyam pendidikan kepenulisan atau mengikuti pelatihan yang semisal. 

Akan tetapi, karena ingin mengamalkan ilmu dari hasil belajar, sedikit demi sedikit saya mencoba menulis, merangkai kata semampu dan sebisanya. 

Dorongan lain kenapa harus memaksakan menulis adalah kondisi umat yang kian terpuruk, semakin jauh dari syariah Islam dan hidup di tengah kegelapan.
Umat Islam jauh dari identitasnya sebagai seorang muslim, tidak paham syariat, terjerumus pada pergaulan bebas, perjudian merajalela, pembunuhan di mana-mana, bahkan mereka buta akan politik dunia. 

Maka, tidak ada alasan lagi untuk tidak mengamalkan ilmu ketika kita merasa tidak mampu menyampaikan secara lisan. Masih ada tulisan yang bobotnya sama jika kita mau melakukannya. 

Terlebih saat ini, pelatihan kepenulisan sudah membludak, bak jamur di musim penghujan. Dari yang tanpa biaya sampai yang harus mengeluarkan dana, semua ada. 

Namun, masalahnya bukan pada ada bakat atau tidak, tetapi mau atau tidak kita belajar, menjalani proses, melawati setiap tahapan, dan yang paling penting bersabar atas segala tugas dan masukan. 

Ini yang saya temukan kemudian setelah aktif dalam wadah training kepenulisan, bahwa menulis itu bukan karena ada atau tidak ada bakat, tetapi tentang keseriusan dan kepedulian terhadap umat. 

Jika yang menjadi tujuan adalah kepahaman umat terhadap syariat Islam, maka tidak akan ada lagi alasan untuk bermalas-malasan. Bukan hanya dalam belajar menulis, tetapi dalam mempelajari berbagai ilmu yang lain.



Oleh: Cesc Riyansyah,
Graphic Designer 

Minggu, 11 Februari 2024

Menulis: 'Mengabadikan' Pahala

Tinta Media - Menulis merupakan penuangan gagasan atau kejadian, yang memiliki dimensi pahala jariah. Di dalam Islam, menulis merupakan sebagai suatu bentuk dakwah yang merupakan ibadah penting. Hasil amalan menulis ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis itu sendiri, namun juga bagi pembaca yang memperoleh manfaat dari konten tulisannya. 

Konsep pahala jariah merupakan bentuk 'mengabadikan'  pahala karena pahala terus mengalir bahkan setelah kita meninggalkan dunia. Ini juga memiliki hubungan dengan kegiatan menulis. Ketika seseorang menulis, baik itu dalam bentuk berita, opini, artikel, buku, atau bahkan catatan politik, ini tidak hanya membagikan pengetahuan atau pengalaman, namun juga memberikan peluang kepada pembaca untuk terus memperoleh manfaat dari tulisannya, bahkan setelah penulisnya tiada. 

Menulis bukan hanya sekadar mengungkapkan pemikiran atau pengalaman pribadi, tetapi juga merupakan sebuah amalan dakwah mulia yang memiliki dampak penyebaran Islam ke tempat-tempat yang luas. 

Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Barang siapa menunjukkan jalan kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikuti amal kebaikan tersebut tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun." (HR. Muslim) 

Hadis ini menjelaskan bahwa setiap orang yang menunjukkan kebaikan salah satunya menulis atau memberikan inspirasi kepada orang lain untuk berbuat kebaikan akan terus menerima pahala dari setiap orang yang mengikuti jejak kebaikan tersebut. 

Menulis memungkinkan seseorang untuk mengabadikan seruan kebaikan dalam bentuk tulisan. Tulisan yang disebarkan kepada orang lain memiliki potensi untuk memberikan manfaat yang berkelanjutan, karena dapat diakses dan dibaca oleh banyak orang dari berbagai generasi. 

Dengan menulis, akan memberikan manfaat kepada sesama manusia. Tulisan yang membawa pesan-pesan positif, pengetahuan yang bermanfaat, atau inspirasi yang memotivasi dapat menjadi penggerak bagi pembacanya. Dengan demikian, menulis yang merupakan bagian pendidikan bisa menjadi suatu langkah untuk meningkatkan pemahaman dan kualitas hidup secara kolektif dalam masyarakat. 

Menulis dilihat dari dakwah, juga merupakan upaya dalam menyebarkan ajaran Islam dan nilai-nilai positif kepada masyarakat. Dengan menulis, seseorang dapat mengkomunikasikan risalah (risalah) Islam dan memberikan penjelasan tentang ajaran Islam atas seluruh kehidupan dan masalah yang dihadapi manusia. 

Apalagi suatu artikel atau buku yang ditulis dengan baik dapat menjadi panduan bagi banyak orang dalam bertindak dalam kehidupannya. 

Sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW, penulisan telah digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan agama kepada umat secara efektif. Kita bisa melihat dari penulisan surat dakwah kepada para penguasa di sekitar jazirah Arab. 

Begitu juga hadis dari Rasulullah SAW  untuk menyampaikan walaupun hanya satu ayat. Hadis ini menekankan pentingnya menyampaikan pesan-pesan Islam kepada orang lain, bahkan jika hanya satu ayat saja. Tidak hanya lisan, tulisan juga merupakan salah satu cara yang efektif untuk memenuhi amanah tersebut. 

Tulisan-tulisan yang dibuat sebagai bagian dari dakwah Islam memiliki potensi untuk menciptakan dampak yang berkelanjutan. Risalah yang disampaikan melalui tulisan dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku orang banyak, sehingga membawa perubahan positif yang dapat dirasakan dalam jangka panjang. Dengan demikian, menulis sebagai bagian dari dakwah Islam merupakan investasi amal yang bernilai tinggi di mata Allah SWT. 

Salah satu bentuk menulis yang paling kuat dalam konteks 'mengabadikan' pahala adalah dengan menulis buku. Sebuah buku memiliki daya tahan yang lama dan dapat dibaca oleh banyak orang dari berbagai kalangan dan generasi. Seorang penulis yang mampu menyajikan pengetahuan atau pemikiran yang bermanfaat melalui bukunya memiliki kesempatan untuk terus menerima pahala dari setiap orang yang membacanya, selama buku itu menebar manfaat. 

Menulis buku juga merupakan salah satu bentuk pengabadian ilmu yang penting dalam Islam. Banyak buku-buku Islami telah menjadi sumber pengetahuan dan inspirasi bagi umat selama berabad-abad, membimbing mereka dalam memahami ajaran agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari kiamat tinta (karya tulis) ulama ditimbang bersama tetesan darah syuhada. (Hasilnya lebih berat nilai tetesan tinta ulama sebagaimana riwayat lain),” (HR Ibnu Abdil Barr, Ibnun Najjar, Ibnul Jauzi, As-Syairazi, Al-Marhabi, dan Ad-Dailami). Hadis ini menunjukkan keutamaan ilmu dan penulisan dalam Islam. Meskipun jihad fisik di jalan Allah dianggap mulia, namun pengetahuan yang disampaikan melalui tulisan juga memiliki kedudukan yang tinggi di sisi-Nya. 

Melalui buku-buku, penulis dapat menyebarkan ilmu, pemikiran, ideologi Islam kepada dunia luas. Buku-buku Islami tidak hanya menjadi sumber referensi bagi para pembaca, tetapi juga memotivasi mereka untuk menggali lebih dalam tentang ajaran agama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Buku yang ditulis dengan baik dan berdasarkan prosedur yang benar akan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang. Mereka akan mewarisi pengetahuan dan inspirasi dari para penulis terdahulu, memperkaya pemahaman mereka tentang Islam dan membimbing mereka dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian, menulis buku bukan hanya sebuah tindakan, tetapi juga suatu bentuk ibadah yang berkelanjutan dalam Islam. 

Dalam Islam, setiap amal kebaikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan cara sesuai dengan ajaran Allah SWT akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Menulis yang dilakukan dengan tujuan menyebarkan kebaikan, memberikan pengetahuan yang bermanfaat, atau menginspirasi orang lain merupakan salah satu bentuk amal yang dihargai oleh Allah. Menerima pahala atas menulis bukan hanya tentang jumlah kata atau halaman yang dihasilkan, tetapi lebih tentang keikhlasan hati dalam menyebarkan Islam. 

Meskipun menulis dapat menjadi sarana untuk dakwah dan mengabadikan pahala, sehingga merupakan suatu tanggung jawab besar. Seorang penulis harus bertanggung jawab atas setiap kata yang ia tulis, karena setiap kata memiliki potensi untuk mempengaruhi pemikiran dan perasaan pembaca. Oleh karena itu, menulis dengan penuh kesadaran dan kehati-hatian menjadi suatu keharusan.

Oleh: Taofik Andi Rachman
Sahabat Tinta Media 

Mengapa Harus Menulis?

Tinta Media - “Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) bisa menembus jutaan kepala.” Sebuah ungkapan yang indah dari Sayyid Quthb. Saat itu, beliau terbelenggu di penjara namun pikirannya mampu menerobos keluar tembok-tembok penjara dan menembus langit demi tegaknya kalimat tauhid. Bukan karena peluru senjata, tetapi karena peluru pena Sayyid Quthb memerahkan telinga penguasa. Itulah hebatnya peluru pena yang menghasilkan sebuah tulisan. Tulisan tersebut dapat mempengaruhi pemikiran seseorang. Tulisan bisa menjadi sarana berdakwah. 

Berdakwah dengan menggunakan tulisan, mudah diterima semua golongan. Oleh karena itu, saya mengambil jalan dakwah dengan cara menulis. Hal ini berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Hijr : 94 yang artinya, “Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.” 

Pada awalnya semua orang mendapatkan pengetahuan tentang mengenal huruf-huruf dan ejaan sebelum akhirnya menulis. Menulis adalah proses menghasilkan catatan, informasi, atau cerita menggunakan aksara. Bangsa Sumeria adalah manusia yang bisa menulis pertama kalinya, bangsa Sumeria (3500-3000 sebelum Masehi) membuat tulisan sebagai alat komunikasi jarak jauh yang diperlukan dalam perdagangan. 

Menulis opini merupakan sebuah cara dalam mengekspresikan pendapat. Menulis opini pun juga menjadi sarana menuangkan sebuah gagasan dari permasalahan yang dihadapi. Saat ini banyak permasalahan yang timbul baik dari permasalahan ekonomi, pendidikan sampai dunia remaja. 

Mengapa saya menulis opini? Karena dengan menulis, saya bisa mengutarakan segala sesuatu tentang semua keresahan yang saya rasakan. Misalnya di bidang ekonomi, permasalahan kelangkaan gas elpiji 3 kg. Belum lagi di bidang Pendidikan, bagaimana sistem pendidikan saat ini membuat anak didik menjadi lebih berani dalam bertindak  bahkan sudah tidak ada rasa hormat kepada sosok guru.

Salah satu tokoh yang menginspirasi saya untuk menulis adalah Syekh Taqiyudin An-Nabhani.  Beliau merupakan seorang ulama terkemuka dalam daulah Utsmaniyyah. Beliau pun merupakan seorang sastrawan dan pemikir ulung. Semua tulisan  yang beliau hasilkan adalah buah dari pemikiran beliau yang sangat tegas dan kritis. Oleh karena itulah penulis sangat mengidolakan beliau dalam menulis opini. 

Dalam menulis opini, Syekh Taqiyudin An-Nabhani merupakan sosok yang sangat cerdas dan intelektual. Karya beliau menampilkan Islam sebagai ideologi sempurna yang dapat memberikan solusi atas berbagai problematika kehidupan. Tulisan-tulisannya memberikan serangan mematikan seperti peluru yang menembus ratusan, ribuan bahkan jutaan kepala sehingga terjadi lonjakan kesadaran untuk bergerak bangkit dari keterpurukan. 

Teringat pula sebuah kisah dari Syaikh Abdul Qadim Zallum tentang “kayu dan jerami”. Bagaimana api dapat membakar jerami lebih cepat daripada kayu. Jerami pun akan cepat padam ketimbang kayu. Pribadi yang lemah ini ingin seperti kayu. Kayu akan terbakar perlahan, tetapi tidak mudah cepat padam. Kayu akan tetap bertahan walaupun api yang panas membakarnya. Kisah ini yang menjadi inspirasi saya dalam menulis. Walaupun masih banyak kekurangan, namun tidak menjadikan kekurangan ini sebagai hambatan dalam menulis. Bahkan kekurangan yang ada menjadikan sebuah motivasi untuk dapat memperbaikinya.

Tulisan ini juga adalah awal bagi penulis untuk dapat terus menuangkan segala keresahan yang dihadapi di zaman ini dalam bentuk tulisan. Penulis berharap tulisan-tulisan yang dihasilkan bisa menjadi satu dari sekian solusi dari semua permasalahan yang timbul. 

Tulisan ini merupakan jalan dakwah yang diambil penulis dalam upaya menyampaikan sebuah kebenaran, sehingga kebenaran itu bisa dapat masuk ke dalam pemikiran secepat peluru yang melesat. Semoga tulisan ini  juga bisa menjadi sebuah semangat bagi para penulis-penulis baru untuk terus berkarya dalam menulis opini.

Oleh: Adzmy Tamdzyl, S.E.
(Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Remaja) 

Tentang Penulis:
Penulis bernama Adzmy Tamdzyl. Lulusan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan. Aktif bekerja sebagai guru di sekolah menengah kejuruan swasta di Balikpapan. Selain itu, penulis juga aktif mengisi kajian-kajian remaja Balikpapan dan sekitarnya.
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab