Tinta Media: Menteri Agama
Tampilkan postingan dengan label Menteri Agama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Menteri Agama. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Oktober 2024

Pengangkatan Menag Mengindikasikan Rezim Prabowo Meneruskan Proyek Moderat Mudarat-nya Jokowi

Tinta Media - Menanggapi diangkatnya Prof. Nasaruddin Umar sebagai Menteri Agama di Kabinet Gendut, Jurnalis Senior Joko Prasetyo menilai bahwa rezim Prabowo meneruskan proyek moderat mudarat-nya rezim Jokowi.

"Diangkatnya Prof. Nasaruddin Umar sebagai Menteri Agama di Kabinet Gendut mengindikasikan rezim Prabowo meneruskan proyek moderat mudarat-nya rezim Jokowi," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (24/10/2024).

Indikasinya, ujarnya kembali, tidak ada yang membantah betapa moderat mudaratnya sosok Nasaruddin Umar ini. Contoh terbaru, ketika dirinya menyambut kedatangan Paus dengan cium tangan penuh takzim dan cium sayang di kening Paus, yang berpidato memberi kesan semua agama sama, serta membaca Al-Qur’an (yang dibacakan oleh qari’ah) yang dikesankan orang Kristen juga masuk surga.

Om Joy, sapaan akrabnya juga mengatakan Nasaruddin Umar tidak menjelaskan bahwa yang dimaksud masuk surga itu orang Kristen sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat.

"Tidak dijelaskan oleh Nasaruddin Umar bahwa yang dimaksud masuk surga itu adalah orang Kristen sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasul oleh Allah SWT.  Eh, setelah atraksi moderat mudarat tersebut, diangkatlah Nasaruddin Umar sebagai menteri agama," ungkapnya.

Itu dari sosok Nasaruddin Umar-nya, sambungnya, dari kampanye Prabowo sendiri, berulang kali menegaskan bahwa jika dirinya menjadi presiden, akan melanjutkan kebijakan Jokowi.

Terakhir, ia menegaskan bahwa rezim sebelumnya yaitu rezim Jokowi adalah mengarusutamakan moderat mudarat yakni berislam sesuai kacamata kafir Barat.

"Seperti kita ketahui, salah satu kebijakan rezim sebelumnya (Jokowi) adalah membuat berbagai regulasi yang mengarusutamakan moderat mudarat, yaitu berislam sesuai kacamata kafir Barat, serta memerangi radikal radikul (berislam yang tidak sesuai dengan keinginan kafir Barat)," pungkasnya.[] Nur Salamah

Minggu, 27 Oktober 2024

Ulama Aswaja: Pengangkatan Nasaruddin Umar Mengokohkan Moderasi Beragama

Tinta Media - Pengangkatan Nasaruddin Umar sebagai Menteri Agama (Menag) ditanggapi Ulama Aswaja KH. Rokhmat S. Labib sebagai bentuk untuk mengokohkan moderasi beragama.

“Pengangkatan Nasaruddin Umar sebagai Menag menunjukkan bahwa Prabowo ingin melanjutkan misi sebelumnya. Yakni, mengokohkan moderasi beragama,” tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (23/10/2024).

Kiai Labib mengingatkan bahwa misi moderasi agama pada pemerintahan Jokowi yang diemban Kemenag sangat kuat. “Menag sebelumnya, Yaqut Chomas misalnya, melontarkan gagasan bahwa KUA bisa melayani  pernikahan semua pemeluk agama, bukan hanya yang beragama Islam,” ungkapnya.

Dipaparkannya bahwa Yaqut juga merencanakan pendirian sekolah negeri bagi pemeluk agama selain Islam. “Dia juga mengubah aturan pendirian tempat ibadah, yang intinya mempermudah pendiriannya dan masih banyak lagi,” paparnya.

Kiai Labib menilai Nasaruddin orang yang memiliki pendirian serupa. Ketika Paus datang, disambut dengan mesra. Untuk menunjukkan kedekatannya, sampai dicium keningnya. Diadakan acara penyambutan terhadap Paus dan rombongannya  di halaman Masjid Istiqlal. “Dalam acara itu, selain dibacakan Al-Qur’an juga dibacakan Bible, seolah keduanya setara,” nilainya.

“Dia  juga mengatakan bahwa Istiqlal bukan hanya rumah ibadah bagi umat Islam, namun juga rumah besar dalam kemanusiaan,” jelasnya melanjutkan.

Sebelumnya juga sempat ramai, Kiai Labib menyebut bahwa Masjid Istiqlal mengadakan kegiatan yang mengundang tokoh Yahudi. “Itu semua menunjukkan dengan jelas bahwa pengangkatan Nasaruddin Umar untuk melanjutkan dan mengokohkan moderasi beragama,” tegasnya.

Sejauh ini, Kiai Labib melihat jelas Rezim Prabowo melanjutkan kebijakan-kebijakan Jokowi. Bahkan sangat banyak menteri Jokowi yang diangkat kembali menjadi menterinya. “Jika itu yang terjadi, maka tidak berubah dengan sebelumnya,” tuturnya.

Kiai Labib berharap, meskipun demikian, sebagai seorang Muslim, semestinya Prabowo tidak menghalangi dakwah Islam. “Jika dilakukan tentu sangat aneh. Bagaimana bisa ada orang Islam menghalangi dakwah agamanya sendiri?” pungkasnya.[] Raras

Selasa, 01 November 2022

Islam dari Tanah Arab, Ahmad Sastra: Tidak Benar!

Tinta Media - Menanggapi pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang menyatakan Islam dari Tanah Arab, Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra mengatakan ucapan itu tidak benar.

"Tentu saja ucapan itu tidak benar sama sekali, sebab Islam dari Allah, bukan buatan manusia apalagi berasal dari wilayah tertentu," tuturnya kepada Tinta Media, Senin (31/10/2022).

Menurutnya, Yaqut harusnya paham itu. Sebab masalah ini sangatlah mudah, semua orang tahu, bahkan mungkin anak kecil pun tahu bahwa Islam adalah agama yang datang dari Allah, dibawakan oleh Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia di dunia dalam rangka menebar rahmat bagi alam semesta. 

"Benar bahwa Nabi Muhammad adalah orang Arab, tapi agama Islam datang dari Allah, bukan datang dari Arab. Tidak ada istilah Islam itu sebagai agama pendatang, sebab bumi milik Allah, diciptakan oleh Allah, bahkan seluruh manusia dan alam semesta juga diciptakan oleh Allah," ujarnya.

Ia sangat menyayangkan ucapan tersebut sebab ucapan seperti ini justru akan memantik masalah di kalangan umat. Jika sengaja dilakukan, maka akan memunculkan kegaduhan yang tidak produktif. Semestinya Sebagai Menteri Agama menebar kesejukan bukan malah membuat kegaduhan. "Katanya umat ini harus menebar perdamaian, nyatanya dia sendiri justru menebar kegaduhan dengan ucapan yang salah itu," tukasnya. 

"Sebaiknya Menteri Agama meminta maaf kepada seluruh umat Islam di negeri ini," serunya.

Ia menilai bahwa motif dibalik ucapan salah itu tentu yang paling tahu adalah yang mengucapkannya. Seorang Menteri Agama seharusnya tidak mengucapkan hal tersebut. Islam adalah agama yang sangat toleran atas perbedaan, terbukti saat Rasulullah memimpin Daulah Madinah yang sangat plural. "Semua agama bisa hidup damai di Madinah," jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa kemungkinan ucapan ini termasuk penistaan agama hanya ahli hukum dan pihak kepolisian yang lebih tahu sesuai UU yang berlaku di negeri ini. Yang pasti ucapan Yaqut adalah ucapan yang menyalahi Islam. Namun jika diniatkan untuk merendahkan ajaran Islam yang sempurna ini, maka tentu saja bisa ada delik penistaan agama. "Apalagi jika niatnya adalah mempermainkan agama Allah, maka termasuk dosa besar," terangnya.

Allah berfirman: Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS. At Taubah: ayat 65-66).

Ia mengingatkan agar masyarakat tidak terpancing secara emosional, namun harus tetap meluruskan ucapan-ucapan yang salah dan berpotensi menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Masyarakat harus memberikan edukasi dan dakwah kepada siapa saja yang telah melakukan kesalahan soal agama Islam. Dakwah adalah tanda bagian dari kewajiban setiap muslim. Dakwah adalah tanda cinta umat kepada bangsa ini. "Masyarakat harus diberikan pembelajaran yang benar soal agama ini, terlebih kepada para pejabat dan pemimpin yang salah paham dan pahamnya salah atas Islam dan ajarannya," bebernya.

Ia menyatakan bahwa umat Islam harus menyadari, selama demokrasi sekuler yang diterapkan di negeri ini maka Islam hanya akan menjadi objek dan sasaran berbagai stigmatisasi. Sebab sekularisme adalah paham yang memisahkan antara agama dan kehidupan, termasuk politik. Dengan kondisi ini, maka setiap kali ada usaha-usaha mendakwahkan Islam, akan dihadapkan dengan berbagai label yang negatif atas Islam. Ucapan yang menyudutkan Islam tentu saja sudah tidak terhitung jumlahnya di negeri mayoritas muslim ini. "Bahkan sering berasal dari pejabat dan pemimpin di negeri ini yang seharusnya justru memberikan edukasi yang benar tentang Islam," paparnya.

Ia melihat bahwa peristiwa seperti ini mungkin tidak akan pernah berhenti selama Islam dan ajarannya hanya dijadikan sebagai objek. Lain lagi jika ajaran Islam menjadi penentu kebijakan dan perundang-undangan di negeri ini. Orang yang memiliki paham sekuler liberal akan terus memberikan stigma negatif atas Islam dan ajarannya. "Umat Islam harus terus mencermati setiap perkembangan keagamaan Islam di negeri ini, terus mendakwahkan dan terus melakukan pembelaan atas agama ini dari orang-orang yang berupaya memadamkan cahaya agama ini," tegasnya.

Ia mengatakan bahwa hal ini sejalan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu," (QS. Muhammad: 7).

"Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya (QS. Ali Imran: ayat 19)," ucapnya.

"Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya. (QS. As-Saff ayat 8)," tandasnya.[] Ajira
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab