Cendekiawan Muslim: Menganggap Hukum Allah Tak Relevan, Sama dengan Alasan Iblis Menolak Perintah Allah SWT
Tinta Media - Menanggapi perkataan bahwa hukum-hukum Allah tidak lagi relevan dan tidak layak dengan kehidupan modern, Cendekiawan Muslim Jogja Ustadz Titok Priastomo mengatakan Itu sama halnya dengan alasan Iblis yang menolak perintah Allah SWT.
“Anggapan bahwa perintah dan larangan dalam hukum-hukum Allah itu tidak lagi relevan bagi kehidupan masyarakat modern dan tidak layak untuk diterapkan dalam kehidupan modern atau merasa ada aturan/hukum lain yang lebih benar dan lebih layak, itulah yang menjadi alasan iblis menolak perintah Allah SWT,” ujarnya dalam Kajian Angringan Dakwah, Teman Sahur: Pelajaran dari Iblis, di kanal YouTube Angkringan Dakwah, Ahad (26/3/2023).
Menurutnya, sikap penolakan terhadap ketentuan Allah SWT dan menghendaki aturan yang menurut akal lebih baik dari apa yang diterapkan oleh Allah SWT, sama dengan sikap iblis ketika menolak sujud kepada Adam Alaihi Salam.
“Keingkaran terhadap Kebijaksanaan Allah dalam hukum-hukum yang di tetapkan Oleh-Nya, karena menganggap terlalu kejam Syariat Islam itu sehingga tidak layak di terapkan termasuk kekufuran dan kemurtadan dari Islam,” terangnya.
Mengutip dari Kitab Ulama kontenporer Syeh Wahbah Al Zuhairi yang berjudul Al Fiqhul Islami Wa Adli di awal bab, ia mengatakan, keingkaran terhadap hukum-hukum Syariah yang di tetapkan dengan dalil yang qoth'i, bila seorang mengatakan suatu hukum itu bersifat kejam (hukum hudud) atau mengatakan tidak layak di terapkan, Itu termasuk kekufuran dan kemurtaddan dari Islam.
Tito berpesan, dengan berpasrah pada apa yang ditetapkan oleh Allah SWT dan mengakui kelemahan diri dan akal kita, serta berusaha untuk mengamalkan dan menerapkan segala hukum yang telah diturunkan oleh Allah SWT merupakan cara agar terhindar dari kesombongan dan kekufuran sebagaimana yang di lakukan iblis.
“Mari Kita renungkan firman Allah SWT dalam surah An-Nur ayat yang ke-51, Allah Berfirman: Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman, apabila mereka disuruh kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul tersebut memutuskan (perkara) diantara mereka, mereka berkata kami mendengar dan kami taat, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung,” tutupnya. [] Abi Nayara