Tinta Media: Menista Islam
Tampilkan postingan dengan label Menista Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Menista Islam. Tampilkan semua postingan

Senin, 26 Juni 2023

Al Zaytun Menista Islam, Pamong Institute: Negara Harus Hadir untuk Menyelesaikannya

Tinta Media - Kasus Al-Zaytun yang penuh kontroversi dan menyimpang dari ajaran Islam, menurut Direktur Pamong Institute Wahyudi Al Maroky, harus segera diselesaikan oleh negara.

"Persoalan agama bukan urusan pemerintah daerah, tapi kewenangan pemerintah pusat. Oleh karena itu, menteri agama, kementerian dalam negeri, menteri menkopolhukam harus segera hadir untuk menyelesaikan persoalan ini," tegasnya dalam acara bincang bersama dengan sahabat Wahyu: Al Zaytun Menista Islam, Pemerintah Dimana? Rabu (21/6/ 2023) di kanal YouTube Jakarta Qolbu Dakwah.

Menurutnya, pemerintah pusat, presiden harus segera cawe-cawe karena jika tidak akan terjadi bentrok di masyarakat. "Harusnya pemerintah peka dan cepat bertindak agar konflik yang memanas ditengah masyarakat segera diatasi," ujarnya. 

Ia meyakini bahwa ada masalah besar sampai umat Islam menggeruduk pesantren Al Zaytun di Indramayu. "Umat Islam adalah paling adem, ayem sangat penyayang dan lembut. Kalau sudah sampai begitu berarti sudah terlalu karena kontroversi Al Zaytun dengan ajarannya yang sesat, menyesatkan dan bahkan pada taraf menista ajaran Islam sudah berlangsung sangat lama sehingga wajar jika masyarakat marah," bebernya. 

Ia mempertanyakan sikap yang ditunjukkan pemerintah pusat yang diam dan tidak peduli dalam kasus ini. "Ada keanehan kenapa pemerintah dalam kasus ini tidak segera mengambil sikap dan kebijakan," herannya.

Menurutnya, awalnya memang hanya perbedaan pendapat, masih pada taraf ucapan. "Kalau hanya sekedar adu argumen tidak jadi masalah. Namun, jika ada indikasi masa bergerak akan berbahaya jika dibiarkan. Karena masyarakat sudah merespon dengan tindakan pergerakan aksi dengan tindakan fisik yang bisa berujung pada anarkisme yang membahayakan," pungkasnya.[] Moch. Efendi


Minggu, 05 Februari 2023

Al-Qur'an Dibakar, Gus Uwik: Paludan Jelas Melecehkan dan Menista Islam

Tinta Media - Menanggapi kejadian pembakaran Al-Qur'an secara berulang oleh Paludan, Peneliti Pusat Peradaban Islam, Gus Uwik menegaskan bahwa hal itu jelas melecehkan bahkan menistakan AlQur’an apapun itu dalihnya.
"Paludan jelas melecehkan bahkan menistakan Al-Qur'an, apapun dalihnya," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (1/2/2023).

Gus Uwik menambahkan tindakan membakar Al-Qur’an minus motif saja termasuk tindakan menista, apalagi ini ada motifnya. "Al-Qur’an ’an adalah kitab suci umat Islam. Tindakan melecehkannya apalagi membakarnya jelas tindakan yang 'over dosis'. Wajib di kutuk," ucapnya geram.

Ia meyakinkan bahwa hal itu termasuk tindakan yang melecehkan keyakinan umat Islam. "Dan ini tidak bisa ditolelir," tegasnya.

Apalagi motif berniat membakarnya tidak masuk akal dan sangat tidak nyambung sama sekali. "Apa korelasi rencana pembakaran Al Qur’an dengan “tekanan” agar Pemerintah Swedia masuk NATO? Jelas tidak nyambung," ungkapnya heran.

Menurutnya,  memang Islam adalah isu seksi. Mungkin Paludan ingin mengambil isu seksi yang dengan itu dia mendapat perhatian khalayak dan pemerintah Swedia melalui aksinya. "Membakar ban, buku, motor, mobil, dll bisa jadi tidak mampu menghasilkan efek “kejut perhatian” khalayak ramai. Dengan hanya membakar Al Qur’an mungkin, dia mampu mencuri perhatian. Bahkan perhatian dunia. Dan berhasil," bebernya.

Namun, lanjutnya, di titik inilah nampak kedunguannya. Menghalalkan segala cara untuk menggapai tujuan. Apalagi bersenandung dengan spirit islamophobia, lengkap sudah. 

"Moment mencuri perhatian yang dipadu dengan Islamophobia akut muncullah rencana gila membakar Al Qur’an tiap Jum'at. Ini jelas gila, melecehkan sekaligus benci Islam," jelasnya.

Dirinya menekankan agar rencana ini harus di tolak. "Jangan sampai kebencian kepada Islam terus berulang tanpa ada yang mengentikannya. Harus di lawan," tandasnya.

Sikap Ambigu Swedia

Gus uwik memaparkan bagaimana sikap ambigu Swedia. "Jika logikanya menjaga agama, maka rencana tersebut seharusnya di tolak. Karena dengan dalih yang sama, akan muncul seseorang yang akan berencana membakar injil tiap minggu," bebernya.

Jika logikanya menjaga kebebasan berekspresi maka justru harus digagalkan dan ditindak tegas. "Karena jika dibiarkan maka akan menjadi alibi/dalih orang lain untuk berencana membakar kita suci agama lain. Hanya semata karena logika kebebasan berekspresi," ungkapnya.

Jadi di tinjau secara logika dan kebebasan saja, melegalkan pembakaran tersebut jelas akan banyak melahirkan kerugian. "Apalagi di tinjau secara keyakinan agama. Jelas haram dan tidak boleh," tegasnya.

Ia menegaskan bahwa pemerintah Swedia tidak boleh melegalkan pembakaran Al Qur’an. "Harus menindak tegas pelakunya. Karena ini akan berpotensi menimbulkan permasalahan sosial yang meluas," tandasnya.

Ia pun menguraikan penyebab peristiwa ini adanya islamophobia. Benci kepada Islam yang sangat akut. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan menutup diri mencari kebenaran informasi tentang Islam. "Apakah Islam itu mengerikan, menakutkan dan mesin pembantai?" tanyanya kesal.

Gus Uwik menambahkan adanya dua sikap inilah jika terus dipupuk, maka akan terus memunculkan rencana-rencana jahat untuk melecehkan bahkan merusak Islam dengan segala macam cara.

"Dua sikap salah di atas, jika dimiliki oleh individual akan memiliki daya rusak kecil. Namun berbeda halnya jika dua sikap salah tersebut bercokol pada institusi negara. Maka daya rusaknya akan dahsyat sekali," imbuhnya.

Negara akan menggunakan semua instrumennya, baik ekonomi, politik, militer, intelijen dan instrument lainnya untuk membuat makar jahat melecehkan dan merusak Islam. 

Ia juga menekankan adanya dua kondisi di atas akan terus memunculkan gelombang islamophobia. Seolah-olah ada yang aktif memproduksi isu tersebut. Teratur pola dan moment munculnya.

"Di samping itu juga, kejadihan pelecehan simbol-simbol dan keyakinan Islam adalah dalam rangka mempertahankan sistem demokrasi sekuler dari ancaman system Islam," ujarnya.

Ia menjelaskan adanya Islam adalah musuh nyata demokrasi-sekuler. Apalagi sekarang, umat Islam mulai bergeser meyakini dan menjalankan syariat Islam secara total dalam kehidupan. Dan mulai meninggalkan tatanan dan aturan yang muncul dari demokrasi-sekuler. 

"Jelas, bagi orang dan negara pengusung demokrasi-sekuler maka ini adalah ancaman yang nyata. Maka ‘orkestrasi’ isu-isu yang melecehkan Islam akan terus diproduksi dan direkaya" pungkasnya. [] Nita Savitri

Al-Qur'an Dibakar, Gus Uwik: Paludan Jelas Melecehkan dan Menista Islam

Tinta Media - Menanggapi kejadian pembakaran Al-Qur'an secara berulang oleh Paludan, Peneliti Pusat Peradaban Islam, Gus Uwik menegaskan bahwa hal itu jelas melecehkan bahkan menistakan AlQur’an apapun itu dalihnya.
"Paludan jelas melecehkan bahkan menistakan Al-Qur'an, apapun dalihnya," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (1/2/2023).

Gus Uwik menambahkan tindakan membakar Al-Qur’an minus motif saja termasuk tindakan menista, apalagi ini ada motifnya. "Al-Qur’an ’an adalah kitab suci umat Islam. Tindakan melecehkannya apalagi membakarnya jelas tindakan yang 'over dosis'. Wajib di kutuk," ucapnya geram.

Ia meyakinkan bahwa hal itu termasuk tindakan yang melecehkan keyakinan umat Islam. "Dan ini tidak bisa ditolelir," tegasnya.

Apalagi motif berniat membakarnya tidak masuk akal dan sangat tidak nyambung sama sekali. "Apa korelasi rencana pembakaran Al Qur’an dengan “tekanan” agar Pemerintah Swedia masuk NATO? Jelas tidak nyambung," ungkapnya heran.

Menurutnya,  memang Islam adalah isu seksi. Mungkin Paludan ingin mengambil isu seksi yang dengan itu dia mendapat perhatian khalayak dan pemerintah Swedia melalui aksinya. "Membakar ban, buku, motor, mobil, dll bisa jadi tidak mampu menghasilkan efek “kejut perhatian” khalayak ramai. Dengan hanya membakar Al Qur’an mungkin, dia mampu mencuri perhatian. Bahkan perhatian dunia. Dan berhasil," bebernya.

Namun, lanjutnya, di titik inilah nampak kedunguannya. Menghalalkan segala cara untuk menggapai tujuan. Apalagi bersenandung dengan spirit islamophobia, lengkap sudah. 

"Moment mencuri perhatian yang dipadu dengan Islamophobia akut muncullah rencana gila membakar Al Qur’an tiap Jum'at. Ini jelas gila, melecehkan sekaligus benci Islam," jelasnya.

Dirinya menekankan agar rencana ini harus di tolak. "Jangan sampai kebencian kepada Islam terus berulang tanpa ada yang mengentikannya. Harus di lawan," tandasnya.

Sikap Ambigu Swedia

Gus uwik memaparkan bagaimana sikap ambigu Swedia. "Jika logikanya menjaga agama, maka rencana tersebut seharusnya di tolak. Karena dengan dalih yang sama, akan muncul seseorang yang akan berencana membakar injil tiap minggu," bebernya.

Jika logikanya menjaga kebebasan berekspresi maka justru harus digagalkan dan ditindak tegas. "Karena jika dibiarkan maka akan menjadi alibi/dalih orang lain untuk berencana membakar kita suci agama lain. Hanya semata karena logika kebebasan berekspresi," ungkapnya.

Jadi di tinjau secara logika dan kebebasan saja, melegalkan pembakaran tersebut jelas akan banyak melahirkan kerugian. "Apalagi di tinjau secara keyakinan agama. Jelas haram dan tidak boleh," tegasnya.

Ia menegaskan bahwa pemerintah Swedia tidak boleh melegalkan pembakaran Al Qur’an. "Harus menindak tegas pelakunya. Karena ini akan berpotensi menimbulkan permasalahan sosial yang meluas," tandasnya.

Ia pun menguraikan penyebab peristiwa ini adanya islamophobia. Benci kepada Islam yang sangat akut. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan menutup diri mencari kebenaran informasi tentang Islam. "Apakah Islam itu mengerikan, menakutkan dan mesin pembantai?" tanyanya kesal.

Gus Uwik menambahkan adanya dua sikap inilah jika terus dipupuk, maka akan terus memunculkan rencana-rencana jahat untuk melecehkan bahkan merusak Islam dengan segala macam cara.

"Dua sikap salah di atas, jika dimiliki oleh individual akan memiliki daya rusak kecil. Namun berbeda halnya jika dua sikap salah tersebut bercokol pada institusi negara. Maka daya rusaknya akan dahsyat sekali," imbuhnya.

Negara akan menggunakan semua instrumennya, baik ekonomi, politik, militer, intelijen dan instrument lainnya untuk membuat makar jahat melecehkan dan merusak Islam. 

Ia juga menekankan adanya dua kondisi di atas akan terus memunculkan gelombang islamophobia. Seolah-olah ada yang aktif memproduksi isu tersebut. Teratur pola dan moment munculnya.

"Di samping itu juga, kejadihan pelecehan simbol-simbol dan keyakinan Islam adalah dalam rangka mempertahankan sistem demokrasi sekuler dari ancaman system Islam," ujarnya.

Ia menjelaskan adanya Islam adalah musuh nyata demokrasi-sekuler. Apalagi sekarang, umat Islam mulai bergeser meyakini dan menjalankan syariat Islam secara total dalam kehidupan. Dan mulai meninggalkan tatanan dan aturan yang muncul dari demokrasi-sekuler. 

"Jelas, bagi orang dan negara pengusung demokrasi-sekuler maka ini adalah ancaman yang nyata. Maka ‘orkestrasi’ isu-isu yang melecehkan Islam akan terus diproduksi dan direkaya" pungkasnya. [] Nita Savitri
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab