Tinta Media: Mencintai
Tampilkan postingan dengan label Mencintai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mencintai. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 Januari 2024

Keutamaan Orang yang Saling Mencintai karena Allah



Tinta Media - Sobat. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah SAW bersabda, “Orang-orang yang saling mencintai karena Allah berada di atas yakut merah, berada di atas tiang yang di atasnya ada 70.000 kamar yang mendekati penduduk surga. Kebaikan mereka menyinari penduduk surga  seperti matahari  menyinari penduduk dunia. 

Kemudian dikatakan kepada penduduk surga, “Pergilah kepada orang-orang yang saling mencintai karena Allah. Ketika mereka mendekatinya, kebaikan mereka menyinari penduduk surga. Baju mereka adalah sutera tipis. Di dahi mereka tertulis,” Inilah orang-orang yang saling mencintai karena Allah.” 

Sobat. Dalam riwayat yang lain  menyatakan, “ Tiada seorang hamba yang mendatangi saudaranya  untuk menziarahi karena Allah, kecuali ada malaikat yang memanggilnya dari langit dan berkata, “ Kamu termasuk orang baik, dan surga itu baik untukmu.” 

Ath-Thabrani meriwayatkan, jika seorang muslim berkunjung, maka 70.000 malaikat mengiringinya dan memohonkan ampun untuknya sambil berdoa, “ Wahai Tuhanku. Sambunglah dia sebagaimana dia menyambung saudaranya karena engkau.” 

Sobat. Rasulullah SAW juga bersabda, “ Perbuatan yang paling utama adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Abu Dawud). Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadits Qudsi, “ Allah Berfirman, “Orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku berada dalam naungan ‘Arasy-Ku pada hari Kiamat, di waktu tiada naungan selain naungan-Ku.” ( HR Imam Ahmad ) 

Sobat. Ketahuilah, cinta itu mubah, yaitu cinta kepada manusia secara umum. Bisa juga cinta itu makruh, yaitu cinta dunia. Bisa juga cinta itu sunnah, yaitu cinta keluarga dan anak. Bisa juga cinta itu wajib, yaitu cinta Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya mencintai utusan-Nya terikat dengan mencintai Allah. 

Allah Berfirman : 

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ  

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS. Ali Imran (3) : 31 ) 

Sobat. Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi untuk mengatakan kepada orang Yahudi, jika mereka benar menaati Allah maka hendaklah mereka mengakui kerasulan Nabi Muhammad, yaitu dengan melaksanakan segala yang terkandung dalam wahyu yang diturunkan Allah kepadanya. 

Jika mereka telah berbuat demikian niscaya Allah meridai mereka dan memaafkan segala kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan serta mengampuni dosa-dosa mereka. Mengikuti Rasul dengan sungguh-sungguh baik dalam itikad maupun amal saleh akan menghilangkan dampak maksiat dan kekejian jiwa mereka serta menghapuskan kezaliman yang mereka lakukan sebelumnya. 

Ayat ini memberikan keterangan yang kuat untuk mematahkan pengakuan orang-orang yang mengaku mencintai Allah pada setiap saat, sedang amal perbuatannya berlawanan dengan ucapan-ucapan itu. Bagaimana mungkin dapat berkumpul pada diri seseorang cinta kepada Allah dan pada saat yang sama membelakangi perintah-Nya. Siapa yang mencintai Allah, tapi tidak mengikuti jalan dan petunjuk Rasulullah, maka pengakuan cinta itu adalah palsu dan dusta. Rasulullah bersabda: 

"Siapa melakukan perbuatan tidak berdasarkan perintah kami maka perbuatan itu ditolak". (Riwayat al-Bukhari). 

Barang siapa mencintai Allah dengan penuh ketaatan, serta mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengikuti perintah Nabi-Nya, serta membersihkan dirinya dengan amal saleh, maka Allah mengampuni dosa-dosanya. 

Allah SWT berfirman : 

أَلَمۡ تَرَوۡاْ أَنَّ ٱللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَأَسۡبَغَ عَلَيۡكُمۡ نِعَمَهُۥ ظَٰهِرَةٗ وَبَاطِنَةٗۗ وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُجَٰدِلُ فِي ٱللَّهِ بِغَيۡرِ عِلۡمٖ وَلَا هُدٗى وَلَا كِتَٰبٖ مُّنِيرٖ  

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” ( QS. Luqman (31) : 20 ) 

Sobat. Ayat ini mengingatkan manusia dengan menanyakan apakah mereka tidak memperhatikan tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah di alam yang luas ini? Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allah-lah yang menundukkan untuk mereka semua yang ada di alam ini, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari padanya. 

Dialah yang menjadikan matahari bersinar, sehingga siang menjadi terang benderang. Sinar matahari itu dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang akan menjadi bahan makanan bagi manusia. 

Bulan dan bintang dijadikan-Nya bercahaya, yang dapat menerangi malam yang gelap dan menjadi petunjuk bagi kapal yang mengarungi lautan. Diturunkannya hujan yang membasahi bumi dan menyuburkan tumbuh-tumbuhan, dan airnya untuk minuman manusia dan binatang, dan sebagian air itu disimpan dalam tanah sebagai persiapan musim kemarau. 

Dia menjadikan aneka ragam barang tambang, gas alam, dan sebagainya, yang semuanya itu dapat diambil manfaatnya oleh manusia. Tidaklah ada yang sanggup menghitung nikmat Allah yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia. 

Dari Ibnu 'Abbas r.a., "Saya bertanya kepada Nabi SAW, 'Hai Rasulullah, apa makna nikmat lahiriah? Beliau menjawab, 'Budi baik seseorang. Dan nikmat batiniah adalah dia diberi hidayah beragama Islam." (Riwayat al-Baihaqi) 

Ada orang yang berpendapat bahwa adh-dhahirah ialah kesehatan dan budi pekerti yang luhur, dan al-bathinah ialah pengetahuan dan akal pikiran. Ada pula yang mengartikan adh-dhahirah dengan semua nikmat Allah yang tampak, seperti harta kekayaan, kemegahan, kecantikan, dan ketaatan, sedang al-bathinah ialah pengetahuan tentang Allah, keyakinan yang baik, pengetahuan tentang hakikat hidup yang sebenarnya, dan sebagainya. 

Sekalipun terdapat perbedaan tentang arti adh-dhahirah dan al-bathinah itu, namun dapat diambil kesimpulan bahwa keduanya merupakan nikmat-nikmat yang dilimpahkan Allah kepada manusia dan dapat dirasakannya. 

Pada akhir ayat ini, Allah memperingatkan bahwa sekalipun Ia telah melimpahkan nikmat yang tidak terhingga kepada manusia, namun masih banyak manusia yang membantah dan mengingkari nikmat-nikmat itu, seperti Nadhar bin haris, Ubay bin Khalaf, dan lain-lain. 

Mereka membantah bukti yang dikemukakan Al-Qur'an dan seruan Nabi dengan tidak berdasarkan pada ilmu pengetahuan, hujah yang benar, dan wahyu dan kitab yang diturunkan Allah. 

Sobat. Rasulullah SAW bersabda, “ Barang siapa mencintaiku maka dia bersamaku dalam Surga.” Dalam riwayat lain, “ Barang siapa mencintai istri-istriku, para sahabatku, ahli baitku, tidak mencemarkan nama baik salah satu dari mereka, dan keluar dari dunia dengan mencintai mereka, maka dia bersamaku dalam derajatku pada hari kiamat.” 

Sobat. Imam Ahmad berkata, “ Cintaku terhadap dunia kalian ada pada tiga hal, yaitu Mengikuti Nabi dalam  hadisnya, mencari berkah dengan cahaya beliau, dan berjalan di atas jejak beliau.” 

Imam Abu Hanifah berkata, “ Cintaku terhadap dunia kalian ada tiga hal, yaitu belajar ilmu di  sepanjang malam, meninggalkan sifat sok tinggi dan sok  atas, dan hati  yang kosong dari cinta dunia.” 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Senin, 20 November 2023

Mengapa Kita Wajib Mencintai dan Membela Tanah Palestina?



Tinta Media - Sudah sekitar 80 tahun bumi palestina dijarah, dirampok dan dijajah entitas Yahudi laknatullahi alayhim. Penduduknya khususnya kaum muslimin diusir dan dibantai dari tanah mereka. Kemudian di atas tanah itulah dibidani oleh negara penjajah kafir inggris kelahiran entitas penjajah asuhannya yakni yahudi laknatullahi alayhim. Sejak saat itu penjarahan dan perampokan tanah Islam terus terjadi hingga nyaris semua tanah itu diduduki dan dikangkangi penjajah kafir yahudi.

Kini, sudah lebih sebulan lamanya tanah yang tersisa yakni Gaza termasuk tepi Barat kembali akan dirampok oleh penjajah itu. Mereka melakukan genosida kepada kaum muslim palestina agar nafsu mereka untuk mengangkangi tanah itu berhasil. Mereka dengan brutal membantai wanita dan anak anak serta menghancurkan rumah sakit, sekolah, masjid, gereja dan tempat tempat yang menurut aturan penjajah sendiri ga boleh diserang. Namun dengan semangat jihad membara kaum muslimin khususnya faksi Brigade Izzudin Al Qosam terus menyerang dan membuat musuh kocar kacir. 

Sebagai umat Islam tentu kita mencintai dan membela Palestina. Palestina bukanlah negeri biasa. Palestina memiliki sejarah panjang yang menjadikannya selalu bersemayam di hati setiap Mukmin. 

Inilah beberapa alasan mengapa kita wajib mencintai dan membela palestina: 

Pertama, di sana terdapat Masjid al-Aqsha, masjid tertua di dunia setelah Masjid al-Haram. Dibangun pertama kali oleh Nabi Adam ‘alaihis salam empat puluh tahun setelah beliau membangun Masjid al-Haram. 

Kedua, Masjid al-Aqsha yang berada di kota Baitul Maqdis, Palestina pernah menjadi kiblat shalat selama tujuh belas bulan setelah Rasulullah shallallahu ‘alaih wasallam berhijrah dari Makkah ke Madinah. 

Ketiga, Masjid al-Aqsha yang berada di kota Baitul Maqdis, Palestina adalah titik akhir perjalanan Isra’ dan titik awal perjalanan Mi’raj. Isra’ dan Mi’raj adalah salah satu mukjizat terbesar yang Allah anugerahkan kepada Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. 

Di sanalah Baginda Nabi melakukan shalat berjamaah mengimami seluruh nabi dan rasul, mulai Nabi Adam ‘alaihis salam hingga Nabi ‘Isa ‘alaihissalam.

Keempat, Palestina adalah negeri para nabi dan rasul. Banyak sekali para nabi dan rasul yang pernah tinggal dan berdakwah menyebarkan Islam di sana. Di antaranya adalah Nabi Ibrahim, Nabi Ya’qub, Nabi Yusuf, Nabi Luth, Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, Nabi Zakariyya, Nabi Yahya, Nabi ‘Isa dan nabi-nabi yang diutus oleh Allah untuk Bani Israil yang jumlahnya sangat banyak. 

Kelima, di sana terdapat Kota Baitul Maqdis, ardhul mahsyar wal mansyar, tempat dikumpulkannya seluruh manusia menjelang hari kiamat yang masih hidup kala itu. 

Keenam, di sanalah Dajjal akan terbunuh di tangan Nabi ‘Isa ‘alaihis salam. Ketujuh, Palestina adalah bagian dari daratan Syam yang didoakan berkah oleh Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam doanya:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا 

Artinya: “Ya Allah, berkahilah negeri Syam dan Yaman.” 

Ketujuh, banyak sekali para sahabat yang pernah berdakwah, menyebarkan dan mengajarkan Islam di sana. Di antara mereka adalah ‘Ubadah bin ash Shamit, Syaddad bin Aus, Usamah bin Zaid bin Haritsah, Watsilah bin al Asqa’, Dihyah al Kalbiy, Aus bin ash Shamit, Mas’ud bin Aus dan masih banyak lagi yang lain. 

Kedelapan, Palestina telah melahirkan ribuan ulama dan tokoh-tokoh Islam terkemuka yang berkhidmah untuk Islam. Tercatat para ulama yang lahir atau pernah tinggal di Palestina adalah Imam Malik bin Dinar, Imam Sufyan ats-Tsauri, Imam Ibnu Syihab az-Zuhri, Imam asy-Syafi’I, dan masih banyak lagi yang lain.

Oleh karena itulah, Sultan Mahmud Nuruddin Zanki pernah mengucapkan sebuah perkataan yang fenomenal: “Aku malu kepada Allah untuk tersenyum sedangkan Baitul Maqdis masih terjajah.” 

Sultan Abdul Hamid II bahkan pernah mengatakan: “Saya tidak akan menjual sejengkal tanah pun dari bumi Palestina.”

Beliau katakan itu dengan tegas dan penuh keberanian pada saat menolak sogokan uang dalam jumlah sangat besar dari orang-orang Zionis Yahudi yang ingin menempati sebagian wilayah Palestina.

Dan Palestina serta Syam seluruhnya akan kembali menjadi pusat khilafah rosyidah yang kedua insyaallah. Yang kan menghancurkan entitas  penjajah kafir itu dengan seluruh pendukungnya yakni seluruh negara penjajah baik Amerika maupun Eropa. Dan membebaskan seluruh tanah Islam dimuka bumi serta menyejahterakan manusia semuanya. Dan insyaallah masa itu tak kan lama lagi. Wallaahu a'lam.

Bismillaah.[]

Oleh: Ustaz Abu Zaid
Tabayyun Center

Kamis, 03 November 2022

MENCINTAI ADALAH MENGIKUTI

Tinta Media - Mencintai itu tidak hanya di mulut, tetapi ada buktinya. Minimal, mencintai itu dibuktikan dengan mengikuti yang dicintai. Lebih dari itu, mencintai juga dapat dibuktikan dengan membela atau menolong yang dicintai dari siapa pun yang memusuhi pihak yang dicintai.

Kalau seseorang mencintai Karl Marx, maka dia akan mengikuti ide-ide Marxisme yang dicetuskan oleh Karl Marx. Misalnya mengikuti materialisme dialektika dan materialisme historis ala Karl Marx. Dia juga akan mengikuti ide "pertentangan kelas" (class struggle) ala Marx sehingga selalu memprovokasi agar terjadi kontradiksi buruh (kelas proletar) versus kapitalis (kelas borjuis). Dia akan juga mengikuti ide Diktatur Proletariat dalam negara Sosialis Komunis, sebagai wujud kekuatan kelas buruh yang memenangkan pertarungan kelas dalam revolusi ala Marxis.

Kebencian dan permusuhan terhadap agama ala Marxis juga akan menjadi sesuatu yang diikuti. Jika Marx berkata,"The religion is the opium of the people" dan Lenin berkata,"The religion is the vodka of the people," maka para pecinta Marx di China saat ini menerjemahkannya dalam bentuk tindakan represif kepada muslim Uighur di Xinjiang. Muslim Uighur yang menjalankan ibadah puasa dianggap pelaku kriminal dan dipaksa untuk makan. Maka larangan terhadap ajaran Islam seperti celana cingkrang atau cadar patut dicurigai sebagai bentuk kebencian pada agama ala Karl Marx.

Kalau seseorang mencintai Nichollo Machiavelli yang telah menulis Ill Principe (The Prince) yang menghalalkan segala cara (the end justifies the means), dia akan tulus mengikutinya. Caranya tak lain adalah dengan menempuh segala cara seperti ajaran Machiavelli. Bahkan kalau perlu dengan cara yang paling kotor dan paling keji untuk mencapai tujuannya. Maka jangan heran, pecinta Machiavelli akan tega berbuat curang dan bahkan membunuh sesama manusia untuk memperoleh kekuasaan.

Kalau seseorang mencintai para pemikir dan filosof sekularisme dari Barat, seperti John Locke, Montesquieu, Jean Jacques Rousseau, Michael Montaigne, Voltaire, dan sebagainya, dia akan mengikuti mereka dengan menjalankan negara ala pemikir sekularisme itu. Ide sekularisme (pemisahan agama dari negara), yang aslinya adalah pemisahan agama Katolik dari negara, akan diikuti secara membabi buta dan akan dianggap sebagai kebenaran yang tertinggi yang absolut.

Ide sekularisme itu akhirnya diterjemahkan secara umum, bukan pemisahan agama Katolik dari negara saja, tapi pemisahan agama secara umum (Katolik dan non Katolik) dari negara, termasuk pemisahan agama Islam dari negara.

Padahal, lahirnya sekularisme harus dipahami sesuai konteks sosio historisnya yang terjadi di Eropa pasca Reformasi Gereja dan Renaissance. Sekularisme lahir untuk merespon dominasi Gereja Katolik atas sistem monarki di Barat selama Medieval Ages (Abad Pertengahan V - XV M) yang menyebabkan peradaban Barat relatif stagnan. Walhasil sekularisme mustinya dipahami secara unik atau terbatas sebagai pemisahan agama Katolik dari negara bukan diinferensi secara general secara menyesatkan menjadi pemisahan agama dari negara.

Maka, jika saat ini ada kebencian terhadap negara yang berlandaskan agama (theocracy) patut dicurigai itu adalah tanda cinta kepada para pemikir sekularisme tersebut. Kebencian yang semestinya diarahkan kepada para raja despotik monarki di Eropa yang dilegitimasi Gereja Katolik, lalu diarahkan secara sesat kepada para khalifah dalam sejarah Islam khususnya di Turki Utsmani. Mustafa Kamal di Turki adalah sosok yang mengikuti kebencian kaum sekularis kafir yang aslinya adalah anti monarki yang didukung gereja Katolik di Eropa, tapi akhirnya membelokkan kebencian itu kepada Islam sehingga anti kepada para khalifah di dalam Turki Ustmani.

Kebencian terhadap sistem kekhalifahan itu jelas tidak mungkin dicari asal usulnya dari ajaran Islam atau sejarah Islam. Siapa muslim yang membenci Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar bin Khaththab, Khalifah Utsman bin Affan, dan Khalifah Ali bin Abi Thalib? Tidak ada bukan? Jadi, akar kebencian terhadap sistem kekhalifahan Islam sebenarnya tidak berakar pada ajaran Islam atau sejarah Islam, melainkan berakar pada kebencian mendalam di dada kaum sekularis kafir terhadap sistem monarki yang despotik yang didukung Gereja Katolik di Eropa pada Abad Pertengahan.

Mereka yang membenci sistem kekhalifahan itu sebenarnya mencintai John Locke, Montesquieu, Jean Jacques Rousseau, Michael Montaigne, Voltaire, dan semisalnya. Bohong besar kalau mereka mengklaim mencintai Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar bin Khaththab, Khalifah Utsman bin Affan, dan Khalifah Ali bin Abi Thalib. Itu klaim palsu. Bohong. Tidak mungkin. Jauh panggang dari api.

Seorang muslim yang mencintai Rasulullah SAW, jelas berbeda dengan orang yang mencintai Karl Marx, dan berbeda pula dengan yang mencintai John Locke, Montesquie, dkk.

Seorang muslim yang mencintai Rasulullah SAW, akan mengikuti Syariah Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, bukan mengikuti Marxisme, bukan pula mengikuti Sekularisme.

Rasulullah SAW pernah bersabda :

فَوَ الَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

"Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah beriman dengan sempurna di antara kalian, hingga aku lebih ia cintai daripada ayahnya, anaknya, dan seluruh manusia”. (HR. Imam Bukhari dan Muslim).

Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menjelaskan hadis itu dengan berkata :

...
قال القاضي عياض رحمه الله ومن محبته صلى الله عليه و سلم نصرة سنته والذب عن شريعته وتمنى حضور حياته فيبذل ماله ونفسه دونه

"...Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah berkata, 'Di antara bentuk kecintaan kepada Nabi SAW adalah menolong sunnahnya, dan membela syariatnya, dan menginginkan kehadiran kehidupan beliau SAW, hingga ia mencurahkan segala harta dan jiwanya untuk membela Rasulullah SAW”. (Imam Nawawi, Syarah Shahih Muslim, Juz 2/15-16).

Jadi, bagi muslim yang mencintai Rasulullah SAW, sudah barang tentu wajib membuktikan kecintaannya dengan mengikuti dan membela Syariah Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Itulah bukti bahwa dia lebih mencintai Rasulullah SAW dibandingkan manusia siapapun selain Rasulullah SAW.

Mereka yang mengklaim mencintai Rasulullah SAW tapi mengikuti Marxisme; atau mengikuti Sekularisme, hakikatnya tidak mencintai Rasulullah SAW di atas kecintaan kepada manusia siapapun selain Rasulullah SAW.

Mereka itu hakikatnya lebih mencintai Karl Marx daripada Rasulullah SAW. Mereka itu hakikatnya lebih mencintai para pemikir dan filosof sekularisme dari Barat, seperti John Locke, Montesquieu, Jean Jacques Rousseau, Michael Montaigne, Voltaire, dkk, daripada mencintai Rasulullah SAW.

Faktanya, saat ini ada muslim yang seperti itu. Dia lebih cinta Karl Marx atau Montesquieu daripada cinta kepada Rasululullah SAW, hanya untuk menikmati kehidupan duniawi yang fana dan sedikit.

Tapi ingat, setiap pilihan ada konsekuensinya. Termasuk konsekuensi kelak di sana. Kata Rasulullah SAW : "Al Mar'u ma'a man ahabba." (HR Bukhari dan Muslim). Artinya, setiap orang akan dikumpulkan pada Hari Kiamat bersama orang-orang yang dicintainya, bisa jadi di surga, atau bisa jadi di neraka. Nauzhu billaahi min dzaalik. []

Oleh : KH. M. Shiddiq Al Jawi
Pakar Fikih Kontemporer 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab