Tinta Media: Menag
Tampilkan postingan dengan label Menag. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Menag. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 Maret 2024

Menag Terbitkan SE tentang Pengeras Suara di Masjid dan Mushola, Wahyudi: Aneh!



Tinta Media - Merespons Surat Edaran Menteri Agama No/SE/05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Mushola, Direktur Pamong Institute Drs. Wahyudi Al Maroky, M.Si., mengatakan, aneh jika ada pemimpin yang justru tidak suka dengan tradisi masyarakatnya sendiri, memusuhi tradisinya sendiri, bahkan memusuhi ajaran agamanya sendiri. 

"Aneh kalau ada suatu pemimpin yang justru tidak suka dengan tradisi masyarakatnya sendiri dan memusuhi tradisinya sendiri bahkan memusuhi ajaran agamanya sendiri. Suatu keanehan yang luar biasa bahwa ini memang persoalan yang sangat serius yang ada di rezim saat ini," tuturnya dalam video Menag Ancam Kebhinekaan dan Ganggu Kesucian Bulan Ramadhan? Di kanal YouTube Bincang Bersama Sahabat Wahyu, Sabtu (9/3/2024). 

Pada akhirnya, lanjut Wahyudi, masyarakat mempunyai penilaian bahwa rezim sekarang ini tidak suka terhadap Islam, atau fobia terhadap Islam, bahkan sampai pada level tidak suka terhadap Islam dan ajarannya termasuk ritual-ritualnya. Termasuk tradisinya tidak suka, bahkan benci sampai ke level membenci dan memusuhi sehingga membuat aturan-aturan yang tampak sekali menunjukkan ketidaksukaan itu terjadi. 

"Misalnya, masak takbir yang orang diperintahkan oleh Nabi semalaman kemudian diatur, takbirnya sampai jam 22:00 kemudian suruh takbir di dalam masjid, di dalam rumah masing-masing itu tidak ada syiarnya. Justru takbir itu dikumandangkan bergema di seluruh penjuru dunia. Itu perintahnya begitu, bukan sembunyi-sembunyi atau mengecilkan suara," imbuhnya. 

Kemudian Wahyudi menilai bahwasanya pemerintah hari ini, pertama tidak paham kehidupan bernegara yang berbhineka tunggal ika. Kedua, bisa tidak paham terhadap syiar Islam atau bahkan sampai sengaja di level tidak suka kepada syiar-syiar itu sampai pada level membenci. Itu merupakan urusan yang serius dan mengganggu kebahagiaan masyarakat. 

"Orang yang mau masuk Ramadhan dibuat seperti ini saya pikir tidak ada kebahagiaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ketika semua urusan tampak seolah-olah diatur-atur bahkan dikekang sampai kentara dibenci dan akhirnya dimusuhi," pungkasnya.[] Alfia Purwanti

Senin, 11 Maret 2024

Menag Terbitkan SE tentang Pengeras Suara di Masjid dan Mushola, Wahyudi: Aneh!



Tinta Media - Merespons Surat Edaran Menteri Agama No/SE/05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Mushola, Direktur Pamong Institute Drs. Wahyudi Al Maroky, M.Si., mengatakan, aneh jika ada pemimpin yang justru tidak suka dengan tradisi masyarakatnya sendiri, memusuhi tradisinya sendiri, bahkan memusuhi ajaran agamanya sendiri. 

"Aneh kalau ada suatu pemimpin yang justru tidak suka dengan tradisi masyarakatnya sendiri dan memusuhi tradisinya sendiri bahkan memusuhi ajaran agamanya sendiri. Suatu keanehan yang luar biasa bahwa ini memang persoalan yang sangat serius yang ada di rezim saat ini," tuturnya dalam video Menag Ancam Kebhinekaan dan Ganggu Kesucian Bulan Ramadhan? Di kanal YouTube Bincang Bersama Sahabat Wahyu, Sabtu (9/3/2024). 

Pada akhirnya, lanjut Wahyudi, masyarakat mempunyai penilaian bahwa rezim sekarang ini tidak suka terhadap Islam, atau fobia terhadap Islam, bahkan sampai pada level tidak suka terhadap Islam dan ajarannya termasuk ritual-ritualnya. Termasuk tradisinya tidak suka, bahkan benci sampai ke level membenci dan memusuhi sehingga membuat aturan-aturan yang tampak sekali menunjukkan ketidaksukaan itu terjadi. 

"Misalnya, masak takbir yang orang diperintahkan oleh Nabi semalaman kemudian diatur, takbirnya sampai jam 22:00 kemudian suruh takbir di dalam masjid, di dalam rumah masing-masing itu tidak ada syiarnya. Justru takbir itu dikumandangkan bergema di seluruh penjuru dunia. Itu perintahnya begitu, bukan sembunyi-sembunyi atau mengecilkan suara," imbuhnya. 

Kemudian Wahyudi menilai bahwasanya pemerintah hari ini, pertama tidak paham kehidupan bernegara yang berbhineka tunggal ika. Kedua, bisa tidak paham terhadap syiar Islam atau bahkan sampai sengaja di level tidak suka kepada syiar-syiar itu sampai pada level membenci. Itu merupakan urusan yang serius dan mengganggu kebahagiaan masyarakat. 

"Orang yang mau masuk Ramadhan dibuat seperti ini saya pikir tidak ada kebahagiaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ketika semua urusan tampak seolah-olah diatur-atur bahkan dikekang sampai kentara dibenci dan akhirnya dimusuhi," pungkasnya.[] Alfia Purwanti

Sabtu, 03 Desember 2022

Rektor UIN Langsung Ditunjuk Menag, Tanda Matinya Independensi Kampus


Tinta Media - Pemilihan rektor UIN Jakarta oleh Menag sendiri tanpa melibatkan senat dinilai Direktur Siyasah Institute Iwan Januar sebagai tanda matinya independensi kampus. "Keputusan Menteri Agama menunjuk rektor UIN Jakarta menandakan matinya independensi kampus dan dunia akademik," tuturnya kepada Tintamedia.web.id, Rabu (23/11/2022).

Karena dengan ini, kata Iwan, negara sudah melakukan intervensi untuk berbagai kepentingan politik golongan atau pun identitas. "Kalau pihak kampus menerima, berarti memang kampus itu melakukan bunuh diri akademik dan menunjukkan sikap tidak netral dalam politik," tegasnya.

Iwan mengatakan, sejak era kepemimpinan Jokowi dunia kampus sudah kehilangan sikap idealis akademisnya. Para guru besar, akademisi, juga mahasiswa tidak banyak yang mengkritisi kebijakan absurd pemerintah, baik dalam bidang ekonomi, politik dan keagamaan.

"Dunia kampus kalau bungkam malah justru menjadi kaki tangan rezim, ikut-ikutan membungkam suara kritis mahasiswa dan dosen. Mati sudah mimbar kritis akademik. Ketajaman dunia akademik hanya di atas kertas, bukan untuk mengawal dan meluruskan kebijakan pemerintah," ujarnya.

Soal kementerian agama, menurutnya, publik sudah melihat tidak pernah netral dan berdiri untuk semua pihak. "Menag mengatakan dia menteri untuk semua agama tapi lebih sering merusuhi agama Islam, agamanya sendiri. Belum pernah kita dengar Menag mengomentari agama selain Islam seperti dia merusuhi agama Islam," ungkapnya.

Selain itu, Iwan mengkhawatirkan Kemenag hanya mengakomodir kepentingan kelompok tertentu, yang sejalan, yang sepemikiran dan yang sealiran. "Padahal pemerintah sering mendengang-dengungkan kebhinnekaan. Ironi," pungkasnya.[] Achmad Mu'it

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab