Pengamat: Posisi Pengguna Media Sosial Hanya Nunut
Tinta Media - Pengamat Media Sosial Pompy Syaiful mengatakan, posisi pengguna media sosial itu hanya nunut (ikut).
“Pengguna media sosial itu hanya nunut. Facebook, Instagram, TokTok, semuanya gratis, sehingga aturannya mengikuti aturan pemiliknya. Aturan yang mereka buat seperti raja yang tidak pernah salah. Kalau raja salah kembali ke ketentuan awal,” ungkapnya di Kabar Petang: Bikin Geram! Platform Medsos Blokir Konten Bela P4lestina, melalui kanal Khilafah News, Ahad (12/11/2023).
Ia juga menjelaskan secara umum setiap media sosial membuat algoritma yang mengatur arus pesan di media sosial.
“Dalam pelacakannya, jika ada akun yang terindikasi melanggar keyword algoritma yang ditetapkan oleh media sosial tertentu biasanya akun tersebut terkena shadow banned,“ jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, ada keyword khusus di beberapa kejadian yang ketika mengupload kata dengan keyword itu kena shadow banned.
“Contohnya dulu kalau kita mengupload tulisan yang tertera kata Habib Riziq atau FPI itu juga terkena banned. Bisa jadi ini masalah politik dan merupakan permintaan dari pemerintah agar membatasi keyword tertentu,” terangnya.
Agar tidak kena banned, ujarnya, maka harus menghindari penulisan keyword itu.
“Biasanya teman-teman influencer menggunakan kata yang mungkin susunannya gabungan dari huruf dan sebagainya untuk menghindari shadow banned,” imbuhnya.
Media Konvensional
Pompy menerangkan, Barat di bawah jaringan Zionis menguasai media konvensional sehingga seluruh tayangan di televisi dunia yang ditampilkan, dalam pengawasan mereka.
“Namun ketika di sosial media itu kan enggak bisa seperti itu. Banyak yang bisa diakalin dan sebagainya,” imbuhnya.
Pompy juga menjelaskan, kalau di media sosial bisa saja Barat kecolongan.“Pengguna media sosial menggunakan trik masing-masing sehingga bisa menyiarkan rekaman-rekaman underground seperti yang dirilis oleh para pejuang Hamas,” cetusnya.
Selain itu, menurutnya, meski pemilik media sosial itu pro Zionis tetap serba salah. “Kalau dihilangkan semuanya, mereka kan bisnisnya di situ. Jadi tetap tidak bisa benar-benar membatasi,” tukasnya.
Dan pengguna sosial media, ujarnya, akan menemukan caranya untuk menyebarluaskan berita.
“Perlawanan itu terus bergerak seperti air. Walau dibendung jika semakin banyak terkapitasi airnya tetap akan melewati bendungan itu,” tamsilnya.
Barat, ucapnya, justru mendukung Palestina karena melihat kekejaman Zionis Yahudi di media sosial.
“Dengan media sosial ini saya rasa kita punya jalan untuk menggulingkan penguasa-penguasa pengkhianat yang hanya diam saja melihat saudara-saudara kita di Palestina,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun