Tinta Media: Masuk
Tampilkan postingan dengan label Masuk. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masuk. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 Maret 2024

IJM: Jokowi Bergabung ke Partai Golkar?


Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menduga ada sinyal Jokowi bergabung ke partai Golkar. 

“Perkembangan terbaru elite Partai Golkar dikabarkan berharap Jokowi bergabung ke partai beringin. Harapan ini muncul setelah ketua umum Golkar Airlangga Hartarto melempar sinyal positif mengenai peluang Jokowi masuk ke partai yang dipimpinnya,” ujarnya dalam video: Jokowi Ingin Setir Golkar dan PSI? Di kanal Youtube Justice Monitor, Ahad(03/03/2024).

Di sisi lain lanjutnya, Jokowi masih berstatus sebagai kader PDI Perjuangan, partai yang mengantarkannya memenangi dua ajang pemilihan presiden yakni Pilpres 2014 dan 2019. “Tentunya Bu Megawati merasa terkhianati kalau sudah begini,” tandasnya. 

Agung menuturkan, sebagian pengamat menyoroti kecemasan sebagian publik atas upaya Presiden Jokowi yang diduga ingin mengendalikan politik dengan mencoba menguasai partai politik seperti Golkar dan memperbesar peran di Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

“Jokowi dinilai masih berusaha mengendalikan opini publik dengan menghambat hak angket dan menggunakan strategi politik untuk memperkuat posisinya. Artinya setelah kemenangan Prabowo, mungkin Jokowi ingin tetap berperan dalam kancah politik di Indonesia,” ulasnya. 

Ia menduga, Gibran berpotensi mendapatkan keuntungan politik yang luar biasa jika bergabung dengan partai pimpinan Airlangga Hartarto, sebab Golkar merupakan partai besar dan punya sejarah panjang .

“Back-up keluarga Jokowi berpotensi makin kuat jika Gibran masuk ke dalam Golkar. Saat ini Partai Golkar berpotensi menjadi partai terbesar kedua Pemilu 2024, sehingga memiliki jumlah kursi yang banyak di parlemen. Artinya kalau Gibran ke Golkar keluarga Jokowi akan mendapatkan back-up politik yang kuat,” paparnya.

Agung juga mempertanyakan langkah-langkah politik Jokowi dalam meningkatkan legitimasi pemerintahan dan mendukung monopoli kekuasaan.

“Apakah kekuatan dari kekuasaan juga akan memaksa pihak-pihak yang lemah untuk mencari kompromi dan negosiasi ? Anda bisa menilainya sendiri! Ini hal penting untuk kita pertanyakan,” ujarnya. 

Agung khawatir, apabila sikap kritis publik menurun, akan berpotensi meningkatkan risiko kesewenang-wenangan dan potensi korupsi dalam pemerintahan. 

“Ketika kekuasaan otoriter, kebijakan yang diambil mudah dipengaruhi oleh kepentingan pribadi atau korupsi,” imbuhnya. 

Ia berharap, masih ada semangat di hati-hati masyarakat yang berkobar dan merupakan cerminan dari sekam api perubahan yang tengah membara di bawah permukaan masyarakat.

“Semua bertanya, apakah ada suara-suara kritis yang masih berbicara di balik ini semua, atau semua bungkam menyerah pada apa yang ada? Kalau ini ada, maka demagog-demagog demokrasi ini akan muncul, mengingat demokrasi ujungnya melahirkan otoritarian oligarki dan tangan besi oligarki,” pungkasnya.[] Muhammad Nur

Rabu, 10 Agustus 2022

Mayoritas Bangsa Indonesia Masuk Surga?

Tinta Media - Lucu dan terkesan asal bunyi. Beberapa waktu yang lalu, Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan bahwa kebanyakan bangsa Indonesia nantinya akan menjadi penghuni surga, karena merupakan pemeluk Islam terbanyak di dunia.

Hal itu didasarkan pada hadis Nabi yang berbunyi Man qala la illaha illallah dakhala jannah yang artinya,"Barang siapa mengucapkan la illaha illallah maka dia pasti masuk surga".

Tidak salah mengenai hadis yang disampaikan. Namun, ada hal yang sepertinya perlu untuk ditanggapi. 

Pertama, sebagai hamba yang lemah dan terbatas, sudah seharusnya kita memiliki sikap Ar-Roja yakni berbaik sangka kepada Allah Swt. Di antara tanda sikap berbaik sangka kepada Allah adalah dengan mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan, dan pertolongan dari-Nya, termasuk mendambakan surga Allah yang seluas langit dan bumi. 

Kedua, di samping Ar-Roja, kita juga harus memiliki sikap Al-Khauf, yakni rasa takut kepada Allah Swt. Al-Khauf atau rasa takut ini ada yang mengatakan bagian dari cambuk Allah untuk menggiring hamba-Nya menuju pengetahuan dan amal. 

Rasa takut yang dimiliki manusia ini berfungsi sebagai rem atau pengendali manusia dalam bersikap dan bertingkah laku. Jika rasa takut ini tidak hadir dalam diri manusia, maka akan cenderung sembrono, tidak menggunakan akal sehatnya. Dalam situasi dan kondisi apa pun, ia akan terlena, tidak pernah peduli dengan amalannya. 

Ketiga, antara Ar-Roja dan Al-Khauf ini harus ada dalam diri manusia secara seimbang, jangan berat sebelah. Mengapa? Karena jika Ar-Roja nya terlalu dominan, maka akan menjadi manusia yang terlalu percaya diri, sudah merasa cukup dengan amalan yang dimiliki, dan merasa sudah layak masuk surga. 

Orang yang seperti ini akan dengan mudah melakukan berbagai kemaksiatan. Banyak syariat yang diabaikan karena terlalu yakin bahwa Allah Maha Pengampun dan dosanya pasti diampuni. Apakah semudah itu? Astaghfirullahalazim.

Selanjutnya, jika rasa takut itu lebih dominan, maka kita akan menjadi manusia yang putus asa. Mengapa? Karena merasa sudah banyak berbuat dosa dan maksiat, merasa dirinya tak lagi berarti, merasa tidak layak mendapatkan ampunan, akhirnya terperosok ke dalam lubang yang lebih dalam lagi. Nah ini akan sangat berbahaya. Padahal, rahmat dan ampunan Allah itu sangat luas dan kita tidak boleh berputus asa dari rahmat-Nya.

Kembali kepada pernyataan Wapres di atas. Benarkah kita akan masuk surga hanya dengan menyandang status muslim terbesar di dunia? Tidakkah kita melihat bagaimana situasi dan kondisi umat saat ini? 

Kondisi umat tidak sedang baik-baik saja. Baru saja kita mendengarkan berita tentang bocah SMP yang tega menghilangkan nyawa rekan sekelasnya hanya karena sakit hati. Beberapa waktu lalu, kita juga dikejutkan dengan berita wanita yang mengakhiri hidupnya dengan gantung diri karena tidak tahan dengan penyakit yang dideritanya. Di satu sisi, keluarganya tidak mampu untuk membawa berobat. 

Kemudian fenomena SCBD atau CFW beberapa waktu lalu sempat viral. Di sana, anak-anak remaja atau generasi muda kehilangan rasa malu, harga diri tidak lagi berarti demi mengejar eksistensi dan materi. Belum lagi pergaulan dan sex bebas merajalela. 

Meskipun dinyatakan sebagai umat Islam terbesar di dunia, tetapi pada kenyataannya, dalam menjalani kehidupan sangat jauh dari nilai-nilai Islam, sebagaimana yang disebutkan di atas. Islam hanya sebagai ibadah ritual semata. Cara pandang dan sikapnya justru sangat sekuler. Islamofobia tumbuh subur di negeri ini, LGeBT dan pergaulan bebas seakan dipelihara. Di lain sisi, para ulama dan pengemban dakwah dikriminalisasi dan diperskusi. Penghinaan dan penistaan terhadap Islam juga terus terjadi. Tak ada proses hukum yang membuat efek jera. Apakah demikian, karakter penghuni surga?

Jika kita lihat firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an surat Ali 'Imran ayat 102, yang artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan berislam".

Dari ayat di atas, jelas bahwa kita diperintahkan untuk menjadi muslim yang bertakwa, dengan menjalankan segala apa yang Allah perintahkan dan meninggalkan apa yang Allah larang tanpa tapi tanpa nanti, termasuk dalam penerapan hukum.

Jika kita perhatikan, negeri kita ini masih menerapkan aturan dan hukum warisan kolonial yang notabene tidak bersumber dari Islam. Wajar jika banyak terjadi berbagai kezaliman, ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan keterpurukan. Apakah yang seperti itu layak menjadi penghuni surga? Jelas untuk masuk surga tidak semudah dan sesederhana sebagaimana yang disampaikan oleh Wapres Ma'ruf Amin. 

Siapa yang tidak ingin masuk surga? Semua pasti mendambakan masuk surga Allah. Oleh karena itu, untuk menggapai apa yang diharapkan, tentu ada upaya yang mesti ditempuh. Semua itu jelas butuh perjuangan dan pengorbanan, yaitu sebuah perjuangan untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam, menyadarkan umat agar kembali kepada Islam, mewujudkan kembali Institusi yang akan menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan, agar tercipta keamanan, kesejahteraan, kedamaian dan keberkahan. Semoga dengan begitu, kita layak untuk mendapatkan rida Allah dan layak menjadi penghuni surga-Nya.

Allahu'alam Bishawab.

Oleh: L. Nur Salamah
Sahabat Tinta Media


Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab