Tinta Media - Ustaz Abu Zaid dari Tabayyun Center mengatakan bahwa shalat malam merupakan bentuk ideal hubungan dekat hamba dengan Tuhannya.
"Bagi pengemban dakwah maka bekal shalat malam itu sangat penting. Shalat malam merupakan bentuk ideal hubungan dekat hamba dengan Tuhannya," tuturnya kepada Tinta Media, Ahad (4/9/2022).
Ia mengingatkan bahwa rehat saat capek itu penting. Biar segera segar dan fokus lagi. Setelah jalan beberapa jam, penat rasa badan. Mampir ngopi, mata ngantuk jadi terang lagi. " Dalam kesibukan berjuang, rehat juga perlu. Ngecas baterai biar ga lowbat. Ngecas yang istimewa adalah qiyamul lail. Shalat malam," ujarnya.
Ia menyatakan bahwa shalat malam memberikan kesempatan kepada pengemban dakwah untuk berasyik Masyuk dengan Rabb-Nya. Dikeheningan malam itulah segala keluh kesah ditumpahkan. Segala kesulitan diadukan. Segala kelemahan dimintakan bantuan. "Dengan khusyuk hamba yang sadar sesadar-sadarnya penuh kelemahan, kekurangan dan dosa. Mengadu dengan air mata berderai kepada Sang Khaliq. Pemilik semesta alam," tukasnya.
Ia menambahkan bahwa pada saat sepi dengan Rabb itulah seorang hamba mengadukan kelemahannya dan mohon kemenangan. Agar Allah melindungi dan mengalahkan musuh-musuhnya. Agar Allah menghancurkan para penjajah kafir dan para penguasa antek. "Agar Allah menolong kita dengan tegaknya khilafah," ungkapnya.
Ustadz Abu Zaid melanjutkan bahwa selain shalat malam maka shalat berjamaah di masjid atau mushalla bersama kaum muslimin jangan sampai ditinggalkan kecuali ada udzur. "Kemudian ditambah dengan amalan nafilah yang lain seperti tilawah Al Quran, puasa sunnah, memperbanyak dzikir dan doa dan lain-lain," tambahnya.
Menurutnya, pengemban dakwah adalah orang yang mestinya sudah beres Ibadah wajibnya dan disibukkan diri dengan menambah yang nafilah. "Sehingga dia akan menjadi kekasih Allah, karena membiasakan diri dengan yang wajib dan menambah dengan yang sunnah," terangnya.
"Jika sudah menjadi wali Allah maka akan menjadi hamba yang selalu dibimbing Allah. Ditolong oleh Allah dan dimenangkan oleh Allah," tegasnya.
Maka siapakah yang bisa mencelakai kekasih Allah? Siapakah yang bisa mengalahkan wali Allah? "Maka sesungguhnya mereka, musuh kekasih Allah, itulah yang pasti celaka dan kalah!" tandasnya.[] Ajira