Tinta Media: Maksiat
Tampilkan postingan dengan label Maksiat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Maksiat. Tampilkan semua postingan

Jumat, 18 Agustus 2023

Masjid Jadi Tempat Maksiat, Sistem Rusak Makin Menguat

Tinta Media - Masjid merupakan tempat ibadah yang selayaknya dijaga dari segala bentuk kemaksiatan. Namun apa jadinya jika masjid justru dijadikan tempat maksiat? Bukankah ini sudah sangat keterlaluan?

Maksiat Merajalela, Dampak Kehidupan Sekuler

Masjid di Tulungagung dilaporkan telah dijadikan tempat maksiat. Lima orang remaja diduga melakukan perset*b*han di masjid yang berlokasi di dekat Perumahan Purimas, Kelurahan Botoran, Tulungagung, Jawa Timur (tribun-sulbar.com, 14/8/2023).

Aksi senonoh tersebut dipergoki warga yang melewati lokasi sekitar pkl. 02.30 WIB. Parahnya lagi, para pelaku, yaitu tiga orang remaja putra dan dua orang remaja putri, memiliki hubungan keluarga. Akhirnya para pelaku dilaporkan ke pihak Polsek Tulungagung. Kepada pihak kepolisian, mereka mengaku telah melakukan perset*b*han.

Pergaulan yang makin mengenaskan menjadikan kehidupan makin jauh dari ketenangan. Pengaruh media sosial yang semakin merusak. Konten tanpa filter, merangsek pergaulan generasi. Konten makin bebas dan mudah diakses oleh siapapun, tanpa kecuali.

Sementara di sisi lain, pendidikan yang kini diterapkan hanya mengejar nilai akademis semata. Sedangkan nilai-nilai agama ditinggalkan. Dianggap tak dibutuhkan. Kondisi masyarakat yang tak peduli dan keluarga yang tak mampu mengedukasi, juga menjadi penyebab lalainya generasi. Generasi terbawa arus kehidupan yang rusak. Kontrol masyarakat tak mampu berdiri sendiri dalam mengendalikan kerusakan dalam kehidupan.

Negara seolah tak peduli pada setiap masalah yang menimpa masyarakat. Umumnya, hanya pembinaan yang diberikan kepada para pelaku maksiat. Tanpa ada sanksi tegas yang ditetapkan.

Inilah fakta diterapkannya sistem pengaturan kehidupan ala sekulerisme liberal. Pergaulan yang ada, jauh dari aturan agama. Padahal aturan agama adalah pondasi yang mampu menjadi perisai penjaga perilaku.

Gaya hidup kebarat-baratan pun dijadikan acuan. Pergaulan bebas tanpa batas menjadi lifestyle yang dikatakan sebagai gaya kekinian. Standar yang digunakan adalah standar yang tak jelas. Tak ada batas antara benar dan salah. Kesenangan dan kepuasan hawa nafsu menjadi hal yang dianggap harus sesegera mungkin dipenuhi. Sungguh, semua konsep tersebut melahirkan pola pikir yang keliru. Alhasil, pola perbuatan yang ada pun, perbuatan yang salah.

Sungguh, kehidupan ini membutuhkan pengaturan sistem yang mengutamakan agama dalam konsep dasarnya. Sistem Islam-lah satu-satunya harapan yang mampu menjaga kehidupan agar melahirkan penjagaan dan ketenangan sempurna.

Islam Sumber Ketenangan

Syariat Islam menetapkan bahwa zina adalah perbuatan yang dilarang.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."
(QS. Al-Isra': 32)

Zina adalah pintu rusaknya generasi. Sistem Islam dalam wadah institusi Khilafah akan memberikan sanksi tegas agar terbentuk efek jera bagi para pelaku maksiat, baik bagi muhson (pelaku yang sudah menikah) maupun ghairu muhson (belum menikah).
Pelaku zina selayaknya mendapatkan hukuman yakni hukuman cambuk 100 kali (ghairu muhson) (QS An-Nur: 2) dan diasingkan selama setahun (HR al-Bukhari). Sedangkan pezina yang sudah menikah atau belum pernah menikah tetapi sering berzina dikenai hukum rajam (dilempari dengan batu) sampai mati.

Setiap hukuman yang ditetapkan, hanya dapat efektif terealisasikan dalam wadah khilafah. Khalifah akan tegas bertindak agar zina tak menjadi masalah yang terus berkepanjangan.
Khalifah pun akan menetapkan sistem pendidikan yang berbasis pada akidah Islam. Agar terbentuk kepribadian Islam. Alhasil, generasi memiliki wawasan dan kepribadian Islam yang mampu menjaganya dari arus kerusakan. Demikianlah Islam menjaga kemuliaan generasi.

Hanya dengan syariat Islam, umat menjadi mulia dan terjaga. Tak ada pilihan lain.
Wallahu a'lam bisshowwab.

Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor

Sabtu, 17 Juni 2023

L68T dan Pintu Legalisasi Maksiat

Tinta Media - Media dipenuhi dengan berita seputar aktivitas yang menyangkut kaum L68T, beberapa bahkan ada yang menjadi viral bahkan menjadi trending topik di beberapa media elektronik belakangan ini. 

Sebut saja beberapa diantaranya yaitu kejadian yang terjadi di Glendale Unified school, sebuah sekolah tingkat menengah di Kanada dan kemenangan seorang pelatih angkat besi pria di kejuaraan angkat besi wanita.

Apa yang terjadi pada Glendale Unified School adalah pihak sekolah yang ingin memasukkan kurikulum L68T ke dalam mata pelajaran sekolahnya. Upaya tersebut mendapatkan penolakan dari orang tua siswa dari siswa yang sekolah di tempat tersebut sampai terjadi bentrokan fisik antara orang tua siswa dan aktivis L68T di sekolah tersebut. 

Kemudian ada sebuah rekaman percakapan antara seorang guru yang sedang menasehati muridnya yang beragama Islam karena tidak datang pada acara pride month nya kaum L68T di negara Kanada. 

Dan yang terakhir kasus seorang pria yang ikut kompetisi angkat berat wanita, pria ini bisa ikut dikarenakan juri perlombaan mensyaratkan kepada pesertanya selama kamu mengidentifikasi kan dirimu sebagai wanita maka kamu boleh ikut kompetisi ini.

Kejadian-kejadian lain yang semisal ini, sebenarnya sering terjadi di berbagai tempat di muka bumi ini. Hal ini karena massif-nya kaum LGBT ini mengkampanyekan dan mempropagandakan pemahaman yang mereka anut ke seluruh dunia. Bukan hanya artis-artis internasional yang menjadi corong mereka untuk menyebarkan pemahaman mereka, namun sudah level negara dan pemimpinnya yang mengkampanyekan pemikiran ini. 

Yang terakhir ada Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang mengatakan dalam pidatonya di depan istana kepresidenan AS pada perayaan pride month Gedung Putih. Dia mengatakan bahwa 'anda (kaum L68T) dicintai, anda didengarkan, anda dimengerti, dan saya perjelas di pidato kepresidenan saya bahwa saya presiden anda, seluruh pemerintahan saya mendukung anda. Bahkan di Indonesia sendiri, Prof Mahfud MD yang menjabat sebagai Menkopolhukam di Indonesia mengatakan bahwa L68T adalah sebuah kodrat.

Tentu bukanlah sebuah hal yang aneh apabila pemahaman tentang perilaku menyimpang ini banyak muncul di tengah-tengah masyarakat, toh yang mengkampanyekan sudah sampai di level pemimpin negara. Maka akan dengan mudah sebenarnya pemahaman menyimpang ini didapat, diterima dan dikampanyekan kembali oleh masyarakat awam. 

Padahal apa yang sebenarnya di kampanyekan oleh kaum L68T ini bukan sekedar bagaimana agar publik menerima diri mereka apa adanya, mau memaklumi pilihan yang mereka ambil, serta menghargai mereka sebagai manusia lain pada umumnya, akan tetapi apa yang sebenarnya mereka kampanyekan adalah bagaimana perbuatan maksiat mereka bisa dilegalisasikan ke tengah-tengah manusia. 

Bagaimana penyimpangan-penyimpangan mereka tidak lagi dianggap aib sehingga mereka bisa dengan bebas melakukan apa yang mereka inginkan tanpa ada batasan dan aturan.

Padahal perbuatan maksiat yang mereka lakukan itu dilarang oleh setiap agama besar yang ada di dunia ini, lebih-lebih dalam agama Islam, pelakunya akan mendapatkan hukuman mati jika ketahuan melakukan penyimpangan tersebut.

Maka sudah dapat dipastikan bahwa kampanye L68T ini sebenarnya adalah titik awal dari usaha melegalkan setiap kemaksiatan, bisa dibayangkan jika kampanye ini berhasil diterima setiap elemen masyarakat maka para pelaku kemaksiatan yang berorientasi pada hasrat seksual seperti kumpul kebo, pelacuran, pornografi dan yang semisalnya maka akan secara otomatis ikut terlegalkan juga, karena pada dasarnya apa yang mereka lakukan semuanya berasaskan kebebasan dan tidak menggangu orang lain. Nilai-nilai kebenaran menjadi tidak ada standarnya.

Di sinilah letak pentingnya para cendekiawan-cendekiawan muslim untuk bisa melakukan perang pemikiran terhadap pemikiran kaum yang berusaha melegalkan kemaksiatan ke tengah-tengah umat. Mereka harus bisa mendudukkan standar kebenaran kepada umat karena bagaimanapun juga satu tambah satu hasilnya adalah dua hingga hari kiamat kelak. Dan standar kebenaran satu-satunya adalah hukum syariat yang diturunkan oleh Allah rabbul alamin kepada Rasul-Nya Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Oleh: Rudi Lazuardi 
Sahabat Tinta Media 

Senin, 17 April 2023

Maksiat Menghalangi Rezeki

Tinta Media - Sobat. “Ketahuilah hai fulan, jangan kau bermaksiat, karena bisa menjadi sebab macetnya rezeki. Bertaubatlah kepada Allah. Jika tidak diterima, mintalah pertolongan kepada-Nya. Janganlah kau seperti orang yang telah berusia 40 Tahun, tetapi tidak pernah sekalipun mengetuk pintu Allah.” Kata Ibnu Athaillah

Rasulullah SAW bersabda, “ Tidak menambah usia kecuali amal kebaikan dan tidak menangkal takdir kecuali doa. Seseorang terhalang dari rezeki lantaran dosa yang dikerjakannya.” (HR. Ibnu majah dan Ahmad ). Dalam riwayat yang lain beliau juga bersabda, “ Apa yang tersedia di sisi Allah tidak dapat diraih dengan murka-Nya.” ( HR. Al-Hakim, Ath-Thabrani)

Inilah Taubat Nabi Adam dan Ibu Hawa dengan doanya yang diabadikan Allah dalam Al-Qur’an :
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ  

“Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” ( QS. Al-A’raaf (7) : 23 )

Sobat. Setelah Adam dan istrinya menyadari kesalahan yang diperbuatnya, yaitu menuruti ajakan setan dan meninggalkan perintah Allah, dia segera bertobat, menyesali perbuatannya. Allah mengajarkan kepada keduanya doa untuk memohon ampun. Kemudian dengan segala kerendahan hati dan penuh khusyuk, mereka pun berdoa.

Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi." (al-A'raf/7: 23)
Berkat ucapan doa yang benar-benar keluar dari lubuk hatinya dengan penuh kesadaran disertai keikhlasan, maka Allah memperkenankan doanya, mengampuni dosanya dan melimpahkan rahmat kepadanya. Firman Allah: 

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. (al-Baqarah/2: 37)

Sobat. Ada lima perkara yang menjadikan Nabi Adam AS diterima taubatnya dan ada lima perkara pula yang mengakibatkan iblis ditolaknya yaitu ; Ada lima perkara yang menjadikan Nabi Adam as diterima taubatnya : Pertama. Mengakui perbuatan dan menyesalinya. Kedua. Menyadari kesalahan dirinya. Ketiga. Segera bertaubat dan tidak menundanya. Keempat. Selalu berharap atas rahmat Allah SWT. Kelima. Tidak mudah putus asa. Sedangkan lima perkara yang menolak taubatnya iblis ; Tidak berani mengakui dan menyesali perbuatannya. Tidak mencela dirinya sendiri. Tidak segera bertaubat. Tidak mengharap rahmat Allah SWT. Mudah putus asa.

Sobat. Abu Laits As-Samarqandi dalam kitab Tanbihul Ghofilin mengatakan, waspadalah ada empat faktor penambah besarnya dosa :

1. Menganggap kecil atau remeh terhadap dosa yang diperbuat olehnya.
2. Menganggap tidak ada efek samping dari perbuatan dosanya seakan-akan tidak terjadi apa-apa pada dirinya.
3. Berbangga atas perbuatan dosanya.
4. Menyambung perbuatan dosanya atau terus-menerus berbuat dosa.

Sobat. Kemenangan kita ditentukan oleh pertaubatan kita kepada Allah dan sekuat apa kita memegang tali Allah yang kokoh. Kemenangan kita ditentukan oleh kemenangan kita melawan nafsu dan kebersatuan kita sebagai sesama muslim yang saling mencinta dan mengasihi.

Sobat. Rezeki yang dimaksud di sini meliputi segala jenis rezeki termasuk harta, keberkahan, keselamatan, pengetahuan, dan juga kebijaksanaan. Perhatikanlah pengaduan lirih Imam Syafií rahimahullah kepada gurunya berkaitan dengan hafalannya yang buruk. “ Aku mengadu kepada syeikh Waki, buruknya hafalanku. Maka ia mengajariku untuk meninggalkan maksiat dan ia pun mengatakan bahwa ilmu itu adalah cahaya, sedangkan cahaya Allah tak diberikan kepada pendosa.”

Maka, jika kau ingin terus dilimpahi rezeki dan keberkahan dari Allah, kau harus menjaga ketaatan, bertaubat, dan merenungkan firman Allah SWT , “ Bertakwalah kepada Allah, pasti Allah akan mengajarimu.” Silahkan Baca QS Al-Baqarah ayat 282.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual

Minggu, 14 Agustus 2022

Maksiat Menyebabkan Kehinaan

Tinta Media - Sobat. Maksiat terwujud disertai kehinaan. Mungkinkah kau bermaksiat lalu Allah memuliakanmu? Tidak mungkin. Allah mengaitkan kemuliaan dengan ketaatan dan kehinaan dengan kemaksiatan. Taat kepada Allah merupakan cahaya, kemuliaan dan penyingkapan hijab. Lawannya adalah maksiat, kegelapan dan kehinaan, dan hijab antara Allah dan dirimu.

Allah SWT berfirman :

يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعۡنَآ إِلَى ٱلۡمَدِينَةِ لَيُخۡرِجَنَّ ٱلۡأَعَزُّ مِنۡهَا ٱلۡأَذَلَّۚ وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَعۡلَمُونَ 

“Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (QS. Al-Munafiqun (63) : 8)

Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa 'Abdullah bin Ubay dan pengikut-pengikutnya merencanakan apabila kembali ke Medinah dari peperangan Bani Musthaliq, mereka akan mengusir orang-orang mukmin dari Medinah. Mereka merasa dan menganggap bahwa merekalah yang kuat, perkasa, dan mulia, sedangkan orang-orang mukmin itu lemah dan hina. Mereka tidak menyadari bahwa kekuatan, keperkasaan, dan kemuliaan berada di tangan Allah dan rasul-Nya, serta orang-orang mukmin yang telah dimuliakan-Nya. 

Diriwayatkan bahwa 'Abdullah putra 'Abdullah bin Ubay adalah orang yang benar-benar beriman. Ia pernah mencabut pedang mengancam ayahnya, 'Abdullah bin Ubay, ketika mereka sudah dekat di Medinah dan berkata, "Demi Allah, saya tidak akan memasukkan pedangku ini ke dalam sarungnya, sehingga engkau mengucapkan, 'Bahwa Muhammad itulah yang mulia dan sayalah yang hina." 'Abdullah putra 'Abdullah bin Ubay tetap pada sikapnya, sehingga ayahnya mengucapkan pengakuan tersebut yaitu Muhammadlah yang mulia dan dia yang hina. 

Orang-orang munafik tidak mengetahui bahwa sesungguhnya kemuliaan itu ada pada Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin. Kemenangan terakhir ada pada orang-orang yang bertakwa dan Allah akan memberi pertolongan kepada orang-orang yang menegakkan agama-Nya, sebagaimana diterangkan dalam ayat lain:
 
Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang." Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (al-Mujadalah/58: 21)
Sobat. Dengan demikian, kemuliaan terletak pada ketaatan kepada Allah serta penunaian perintah dan pesan-pesan-Nya. Sebaliknya, kehinaan tak terpisahkan dari kemaksiatan.

Sobat. Jika bermaksiat kepada Allah, keimananmu tertutup bagaikan cahaya matahari yang terhalang dinding atau lilin yang kau tutup dengan mangkuk. Keimananmu ada ada dalam hatimu, tetapi cahayannya terhalang. Kemudian hadirilah majelis ilmu-majelis ilmu agar akalmu tetap hidup. 

Jika usiamu pendek, pasti akan menjadi panjang berkat keimananmu, kekhusyukan, rasa takut, tadabbur, perenungan dan dzikirmu kepada Allah. Kalau kau mengetahui hakekat iman, tentu kau tidak akan mendekati maksiat. Tidak ada musuh yang lebih bandel daripada nafsu. Tidak ada lawan yang lebih besar daripada syetan. Serta tidak ada penentang yang lebih kuat daripada keinginan diri.

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ أَعۡظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ يُبَشِّرُهُمۡ رَبُّهُم بِرَحۡمَةٖ مِّنۡهُ وَرِضۡوَٰنٖ وَجَنَّٰتٖ لَّهُمۡ فِيهَا نَعِيمٞ مُّقِيمٌ 

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari pada-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal,” ( QS. At-Taubah (9) : 20-21 )

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang beriman dengan iman yang kokoh yang mendorongnya rela hijrah meninggalkan kampung halamannya, harta kekayaan dan karya usahanya, berpisah dengan anak istrinya, orang tua dan sanak saudaranya, mereka adalah orang-orang yang melaksanakan amal perbuatan yang berat dan membutuhkan banyak pengorbanan. Apalagi jika amal-amal yang tersebut diikuti dengan jihad di jalan Allah yaitu dengan mengorbankan harta kekayaan dan jiwa raganya.

Untuk orang-orang yang berbuat demikian Allah akan memberikan penghargaan yang tinggi serta keberuntungan dan kebahagiaan. Adapun orang-orang mukmin yang tidak hijrah dan tidak jihad di jalan Allah, meskipun mereka menyediakan minuman bagi para jemaah haji dan memakmurkan Masjidilharam, penghargaan Allah kepada mereka dan pahala yang diberikan kepada mereka tidak sebesar apa yang diterima oleh orang-orang yang hijrah dan berjihad. Tentang amal seseorang yang tidak didasari dengan iman kepada Allah akan sia-sialah amal itu. Karena orang kafir tidak akan memperoleh pahala di akhirat.

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa Allah memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang hijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka akan mendapat balasan rahmat yang luas, keridaan yang sempurna dan surga yang menjadi tempat tinggal mereka selama-lamanya. Pahala terbesar adalah memperoleh rida Allah sebagaimana firman-Nya:

Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat yang baik di surga 'Adn. Dan keridaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung. (at-Taubah/9: 72)

Hal ini disebutkan juga dalam hadis Nabi Muhammad saw:

Allah berkata kepada ahli surga, "Wahai ahli surga." Mereka menjawab, "Kami patuh kepada Engkau ya Tuhan kami." Allah berkata, "Apakah kamu sekalian telah rida." Mereka menjawab, "Bagaimanakah kami tidak akan rida sedangkan kami telah Engkau karuniakan sesuatu yang belum pernah Engkau karuniakan kepada siapapun." Allah berkata lagi, "Aku akan memberikan kepadamu sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah Kuberikan." Mereka bertanya, "Ya Tuhan kami pemberian apakah yang lebih utama itu?" Allah berkata, "Aku telah meridai kamu sekalian dan tidak akan memurkaimu sesudah itu selama-lamanya." (Riwayat al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan an-Nasa'i dari Abi Said al-Khudri)

Sobat. Ketahuilah, kita semua tidak pernah lepas dari nikmat Allah. Lalu mengapa kita tidak membangunkan pikiran kita yang sedang tidur untuk mengenali karunia Allah? Mengapa kita tidak menyadarkan jiwa untuk bersyukur dan berterima kasih kepada Dia yang telah menjamin seluruh kebutuhan kita?!

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Goreskan Tinta Emas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Selasa, 05 Juli 2022

Sistem Kapitalis Melahirkan Sikap Toleran pada Maksiat

Tinta Media - Sampai saat ini, jagat maya tanah air masih ramai dengan polemik terkait promosi Holywings yang menggratiskan minuman beralkohol bagi pemilik nama “Muhammad” dan “Maria”.

Promosi tersebut mampu menciptakan keonaran dan mendapat penolakan keras dari masyarakat karena mengandung penistaan agama yang dipercayai masyarakat, terlebih kalangan umat Islam. 

Atas laporan dari masyarakat, akhirnya 6 oknum yang bertanggung jawab terkait promosi tersebut diamankan dan ditangani oleh pihak berwajib. Selain itu, izin usaha dari 12 gerai Holywings di Jakarta juga dicabut. Hanya saja, pencabutan izin tersebut tidak berkaitan dengan penistaan agama, melainkan belum memenuhi kelengkapan administrasi dan syarat-syarat yang ditetapkan.

Setelah viral dan dikecam habis-habisan, bahkan sampai terjadi pencabutan izin usaha, Holywings baru meminta maaf kepada masyarakat terkait promosinya. 

Dalam pernyataan terbuka, Holywings berbicara tentang nasib 3.000 karyawan yang bergantung pada usaha food dan beverage tersebut. Holywings juga memohon dukungan masyarakat agar perkara bermuatan SARA segera diselesaikan sesuai prosedur hukum (detiknews.com, 26 Juni 2022).

Promosi yang Kebablasan

Promosi yang dilakukan Holywings dengan menyandingkan nama Muhammad dan Maria sudah keterlaluan. Nama Muhammad adalah nama seorang nabi dan rasul bagi umat Islam yang wajib dimuliakan. Sangat tidak pantas menyandingkan nama Muhammad yang suci dan mulia dengan khamer yang jelas haram. Bagi umat Nasrani, Maria adalah nama yang suci, sedangkan bagi umat Islam, nama Maria dikenal dengan nama Maryam, ibunda Nabi Isa as, seharusnya dimuliakan.

Namun, demi mencari popularitas, demi menggaet pelanggan, mereka membuat kontroversi. Karena promosi tersebut, akhirnya banyak pelanggan yang datang. Inilah trik keji marketing zaman now. Demi cuan, agama menjadi bahan candaan dan mereka tertawa, seolah menista agama itu sangat lucu. 

Ironisnya, ketika umat Islam merespon tindakan penistaan agama, mereka selalu diredam dengan permintaan maaf dan diminta untuk tidak terprovokasi. Bahkan, umat Islam yang memperjuangkan agamanya dituding radikal, intoleran, dan seolah identik dengan kekerasan dan terorisme. 

Terhadap kemaksiatan seperti ini, negara seakan toleran. Inilah hasil sistem kapitalis yang berakidah sekularisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan. Wajar saja jika agama pun diuangkan. 

Di negeri mayoritas muslim, ternyata negara tidak sepenuhnya melarang minuman beralkohol beredar di pasaran. Sehingga, wajar jika Holywings sudah memiliki beberapa cabang di seluruh Indonesia. Hal ini tertuang dalam salah satu peraturan mengenai minuman beralkohol, yakni Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-Dag/Per/4/2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan  terhadap Pengadaan Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol.

Merujuk pada peraturan tersebut, terdapat batasan usia minimum yang diperbolehkan untuk mengonsumsi minuman beralkohol, yakni 21 tahun. Pasal 14, mengatur tentang tempat-tempat khusus yang diizinkan untuk menjual minuman beralkohol. Di antaranya, untuk yang diminum secara langsung, dapat dijual di hotel, bar sesuai perundang-undangan. Sedangkan miras dengan kadar 5%, boleh dijual bebas  di supermarket atau minimarket (kompas.com).

Berdasarkan peraturan di atas, kita bisa melihat bahwa negeri ini masih memberi toleransi pada minuman beralkohol yang dapat merusak akal manusia. Artinya, negara bersikap toleran terhadap kemaksiatan. Padahal, ini sama saja mengundang laknat dari Allah Swt. Peredaran miras tidak dilarang, tetapi hanya diatur regulasinya. Semua dilakukan negara demi capital, demi uang. 

Dalam Islam, akal manusia harus dijaga betul. Allah memberikan manusia potensi akal agar bisa membedakan mana yang baik dan buruk, benar dan salah, haram dan halal. Inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Wajar saja jika Allah memberikan peringatan pada manusia untuk menjaga akalnya dengan tidak mengonsumsi minuman keras.

Minuman beralkohol atau minuman keras yang dapat memabukkan dan merusak akal jelas haram untuk dikonsumsi. Rasulullah saw. bersabda,

“Khamar adalah induk berbagai macam kerusakan. Siapa yang meminumnya, salatnya selama 40 hari tidaklah diterima. Jika ia mati dalam keadaan khamar masih di perutnya, berarti ia mati seperti  matinya orang jahiliah.” (HR. Ath-Thabrani).

Dalam Islam, promosi yang dilakukan Holywings sudah terkategori sebagai pelanggaran berat karena menghina nama Muhammad yang suci dan wajib dimuliakan oleh umat Islam harus disandingkan dengan khamer yang haram. Begitu juga nama Maria atau dalam Islam Maryam. Jelas tindakan tersebut harus dihukum sesuai dengan hukum Islam.

Mengutip dari laman Muslimah News (27/2022 ), Ijmak ulama menyatakan bahwa hukuman bagi penghinaan Rasulullah adalah hukuman mati. Sedangkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata dalam Sharimul Maslu: 

“Orang yang mencela Nabi saw., baik muslim atau kafir, ia wajib dibunuh. ini adalah mazhab mayoritas ulama. Ibnu Munzir mengatakan: mayoritas ulama sepakat bahwa hukuman bagi pencela Nabi saw. adalah dibunuh.”

Dari ‘Ali ra., “Seorang wanita Yahudi mencela Nabi saw. dan mencaci maki beliau, kemudia seorang laki-laki mencekiknya sampai mati, maka rasulullah saw membatalkan (hukuman atas) penumpahan darah wanita itu.”(Sunan Abi Dawud (XII/17,no.4340, Al-Baihaqi (IX/200)).

Inilah yang dilakukan penguasa dalam sistem Islam. Namun, sulit rasanya untuk mendapatkan keadilan bagi umat Islam ketika agamanya dinistakan dan terus berulang. Hal ini karena hukum yang diberikan tidak membuat jera pelakunya. Bahkan, mereka hanya sekadar melakukan permintaan maaf saja dan tidak dijatuhkan hukuman. 

Karena itu, untuk membela ajaran Islam, dibutuhkan sistem yang bersumber dari Pencipta, bukan sistem buatan manusia. Hanya sistem Islam yang mampu menjaga kemaslahatan umat beragama. Wallahua'lam.

Oleh: Retno Jumilah
Sahabat Tinta Media
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab