Tinta Media: Lisan
Tampilkan postingan dengan label Lisan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lisan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 06 Februari 2024

Bukan Hanya Lisan, Tangan pun Bisa untuk Berdakwah




Tinta Media - Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menciptakan manusia dengan sempurna sebagaimana ciptaan-Nya yang lain, oleh karena itu harus disyukuri dengan menjalankan kewajiban-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Di samping itu perlu diketahui bersama bahwa dakwah adalah kewajiban bagi seluruh kaum muslimin, sebagaimana kewajiban-kewajiban yang lain. 

Berdakwah itu tidak harus selalu dengan lisan di atas mimbar-mimbar, tapi juga bisa dengan tangan yaitu melalui tulisan. Demikian pula aktivitas ini sesuai dengan era sekarang ketika setiap insan dapat mengakses informasi melalui gawai. Dengan ini dakwah akan menyentuh lapisan masyarakat lebih luas. Maka dakwah dengan tangan juga harus dilakukan dengan sungguh-sungguh sebagaimana dakwah dengan lisan, tidak boleh dilakukan dengan ala kadarnya. 

Untuk itu sebelum menulis perlu kiranya untuk belajar dengan baik, memahami syariat Islam secara menyeluruh dan tema yang akan ditulis, dan juga harus mengerti segmen yang akan jadi sasaran agar dakwah dengan tangan ini dapat dipahami oleh pembaca dengan baik dan benar sesuai dengan Islam. 

Selain itu tidak kalah pentingnya adalah niat dalam melakukannya juga harus ditata dengan benar yaitu lilLah (karena/tujuannya untuk Allah semata) bukan yang lain, agar amal ini tidak pernah melenceng dari ketetapan yang Allah dan Rasul-Nya gariskan. 

Perlu diketahui dakwah ini adalah salah satu aktivitas politik yang harus diketahui bersama oleh seluruh kaum muslimin. Demikian juga aktivitas ini, dilakukan untuk mengedukasi umat agar paham terkait persoalan yang terjadi pada negara, masyarakat dan lebih-lebih pada diri individu umat. 

Dengan dakwah inilah umat akan sadar persoalan yang menimpanya, seberapa bahaya persoalan tersebut, apa akar masalah munculnya persoalan tersebut? Langkah atau solusi apa untuk menangkal maupun menghilangkan persoalan tersebut? 

Politik dalam Islam adalah mengatur urusan, untuk itu seruan dakwah harus menyentuh persoalan pengaturan dan kebijakan khususnya yang ditetapkan oleh penguasa suatu negara yang disebut UU atau semacamnya, ini sesuai dengan ketetapan Allah dan rasul-Nya atau kah tidak. 

Keseriusan dalam memperhatikan kebijakan dan aturan, dampak darinya, dan juga isu-isu yang digunakan dalam mendukung kebijakan dan aturan harus senantiasa diperhatikan. Agar dalam menyadarkan umat bisa memberikan gambaran yang menyeluruh dan membuka pikiran umat yang lama tertidur. 

Untuk itu fokus perhatian yang utama harus ditetapkan dulu siapakah yang memberlakukan kebijakan dan aturan tersebut, apakah yang diberlakukan oleh individu di tengah - tengah masyarakat atau yang diberlakukan oleh penguasa?dengan timbangan yang jelas yaitu dampaknya dan kedudukan yang memberlakukannya. 

Maka kita akan menetapkan kebijakan dan aturan yang diberlakukan atau ditetapkan penguasalah yang sangat penting untuk diperhatikan dan apa-apa yang berkaitan dengannya, demikian juga dengan dampaknya. Karena kebijakan dan aturan yang ditetapkan oleh penguasa suatu negara itu mengikat penduduk atau individu, dengan kata lain aturan itu memiliki dampak yang lebih menyeluruh terhadap kehidupan masyarakat atau individunya. Maka pasti aturan yang dibuat oleh individu-individu di tengah tengah masyarakat tidak akan melenceng dari kebijakan dan aturan yang ditetapkan oleh penguasa. 

Dakwah dengan tangan yaitu tulisan bisa ikut andil dalam melakukan penyadaran terhadap umat, yang memiliki dampak tidak kalah dengan dakwah menggunakan lisan. Krena bisa jadi dakwah dengan lisan membutuhkan rujukan untuk disampaikan membaca tulisan dulu untuk memahami apa yang akan disampaikan. Oleh karena itu dakwah dengan tangan harus terus semangat dan Ikhlas karena Allah untuk menyadarkan Ummat. 

Semoga tulisan ini memberikan gambaran yang jelas, dakwah itu tidak selalu dengan lisan tapi bisa juga dengan tangan melalui tulisan. Jadi jangan pernah mengatakan ini itu hanya untuk alasan tidak melakukan dakwah, padahal dakwah itu kewajiban setiap insan muslim tanpa memandang derajat dan kedudukan, selama muslim maka kewajiban itu ada di pundaknya. WalLaahu a’_lam bi ash_shawaab. []



Oleh: Muhammad
Sahabat Tinta Media 

Rabu, 29 Maret 2023

Lidah yang Bersyukur seperti Lisannya Ahli Surga

Tinta Media - Sobat. Ibnu Abbas berkata, “Alhamdulillah adalah kalimat setiap orang yang bersyukur.” Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang pertama kali dipanggil ke surga adalah orang yang memuji Allah dalam setiap keadaan.” ( HR. Bukhari )

Sobat. Para ahli Surga senantiasa memuji Allah. Mereka memuji Allah pada enam tempat .

1. Firman Allah SWT dalam Surat Yasin ayat 59 :
وَٱمۡتَٰزُواْ ٱلۡيَوۡمَ أَيُّهَا ٱلۡمُجۡرِمُونَ  
“ Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir): "Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat.” 

Sobat. Allah memerintahkan kepada orang-orang kafir agar segera berpisah dari orang-orang yang beriman dan masuk ke dalam neraka sebagai tempat yang telah disediakan untuk mereka.

Perintah ini disampaikan Allah, sewaktu seluruh manusia telah selesai dihisab di Padang Mahsyar. Orang-orang yang beriman diperintahkan masuk ke dalam surga dan orang-orang kafir diperintahkan masuk ke dalam neraka.

Ayat lain yang senada dengan ayat ini ialah firman Allah:
(Diperintahkan kepada malaikat), "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan apa yang dahulu mereka sembah, selain Allah, lalu tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. (ash-shaffat/37: 22-23)

Mereka ahli surga mengucapkan, “ Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari kaum yang dzalim.”

2. Ketika mereka melewati Ash-Shirath al-Mustaqim. Allah berfirman dalam QS Fathir ayat 34 :
وَقَالُواْ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِيٓ أَذۡهَبَ عَنَّا ٱلۡحَزَنَۖ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٞ شَكُورٌ  

“Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir (35) : 34 )

Sobat. Kemudian Allah menerangkan pahala yang akan diterima orang mukmin di atas yakni surga 'Adn, tempat tinggal abadi buat selama-lamanya, yang akan mereka diami kelak di akhirat ketika mereka telah menghadap Allah. Mereka dianugerahi perhiasan dari emas dan pakaian dari sutra. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa 
Rasulullah bersabda:
Sebagian dari orang mukmin itu akan memperoleh perhiasan (di surga) diletakkan pada anggota badan yang terbasuh (air) wudhu. (Riwayat al-Bukhari) 

 Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda:
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Abu Umamah meriwayatkan hadis bahwa Rasulullah mengatakan kepada para sahabat, dan menyebutkan perhiasan penghuni surga. Beliau berkata, "Mereka diberi gelang emas dan perak yang bertatahkan mutiara, mereka juga memakai mahkota dari mutiara yaqut yang bersambung. Mereka memakai mahkota seperti mahkota raja-raja. Mereka muda-muda, tidak berjenggot dan berkumis, dan mata mereka bercelak. (Riwayat Ibnu Abi hatim)

 Atas anugerah Allah yang berlipat ganda itu, mereka memuji kebesaran-Nya dan bersyukur atas keselamatan mereka dari kesedihan dan kepedihan. Ibnu 'Abbas mengartikan kesedihan (hazan) itu dengan api neraka, karena kepedihan akibat dosa atau kepedihan akibat hebatnya siksaan di Padang Mahsyar. Lepasnya mereka dari segala siksaan dan ketakutan adalah semata-mata karena ampunan Allah bagi orang yang berbuat kesalahan (dosa) dan balasan syukur bagi orang yang selalu menaati-Nya. 

Diriwayatkan dalam sebuah hadis dari Ibnu 'Umar dimana Nabi saw bersabda:
Orang (yang selalu mengucapkan)"La ilaha illallah" tidak akan merasa kesepian di dalam kematiannya, di dalam kuburnya, dan juga pada hari Kebangkitan. Seolah-olah aku berada dengan mereka di mana mereka membersihkan kepalanya dari tanah/debu, dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah melenyapkan kedukaan dari kami! 

Sesungguhnya Tuhan kami Maha Pengampun lagi Maha Penerima syukur." (Riwayat ath-thabrani dari Ibnu 'Umar)
 Ringkasnya, mereka terlepas dari segala ketakutan dan siksaan yang telah diancamkan pada orang-orang yang berdosa akibat bisikan dan rayuan setan ketika hidup di dunia ini.

3. Ketika mereka mandi dengan air kehidupan dan melihat pada surga, mereka berkata, “ Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami pada ini (surga). Dan kami tidak akan mendapatkan petunjuk kalau bukan karena Allah yang menunjuki kami.”

4. Ketika mereka memasuki surga. Allah berfirman :

وَقَالُواْ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي صَدَقَنَا وَعۡدَهُۥ وَأَوۡرَثَنَا ٱلۡأَرۡضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ ٱلۡجَنَّةِ حَيۡثُ نَشَآءُۖ فَنِعۡمَ أَجۡرُ ٱلۡعَٰمِلِينَ

“Dan mereka mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki; maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". ( QS. Az-Zumar (39) : 74 )

Sobat. Para Mukminin yang amat berbahagia dan bergembira melihat nikmat dan kesenangan yang akan mereka nikmati di dalam surga itu mengucapkan, "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami, sebagaimana telah disampaikan oleh rasul-Nya dan doa yang selalu kami panjatkan." Firman Allah:
Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat yang baik di surga 'Adn. Dan keridaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung. (at-Taubah/9: 72)

Dan firman Allah:
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-Mu. Dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari Kiamat. Sungguh, Engkau tidak pernah mengingkari janji. (ali 'Imran/3: 194
Ahli surga melanjutkan ucapan puji syukurnya, "Segala puji bagi Allah yang telah mewariskan kepada kami tanda surga ini sehingga kami boleh menempatinya, di mana saja kami senangi dan nikmati berbagai macam karunia yang disediakan-Nya di dalamnya." Di antara kenikmatan surga itu adalah sebagaimana dijelaskan firman Allah berikut ini:

Dan naungan (pepohonan)nya dekat di atas mereka dan dimudahkan semudah-mudahnya untuk memetik (buah)nya. Dan kepada mereka diedarkan bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kristal. (al-Insan/76: 14-15)

Dan di sana mereka diberi segelas minuman bercampur jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air (di surga) yang dinamakan Salsabil. (al-Insan/76: 17-18)

Dan mereka dikelilingi oleh para pemuda yang tetap muda. Apabila kamu melihatnya, akan kamu kira mereka, mutiara yang bertaburan. Dan apabila engkau melihat (keadaan) di sana (surga), niscaya engkau akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. (al-Insan/76: 19-20)

(75) Pada ayat ini, Allah menerangkan kepada Nabi Muhammad bagaimana suasana di akhirat nanti serta pemandangan yang indah dan menakjubkan di mana para malaikat mengelilingi 'Arasy bertasbih memuji Allah, siap melaksanakan perintah yang akan diturunkan kepada mereka. Dengungan tasbih mereka terdengar di sekeliling 'Arasy. Di antara mereka itu ada yang bertugas memikul 'Arasy sebagaimana tersebut pada ayat:

Dan para malaikat berada di berbagai penjuru langit. Pada hari itu delapan malaikat menjunjung 'Arasy (singgasana) Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (al-haqqah/69: 17)
Mereka berdiri dalam barisan-barisan yang teratur seperti dijelaskan pada ayat:

Pada hari, ketika roh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pengasih dan dia hanya mengatakan yang benar. (an-Naba'/78: 38)

Pada hari itu Allah memberi keputusan terhadap hamba-Nya dengan adil dan benar. Terdengarlah dengan serentak ucapan tasbih, "Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam." Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, yang menciptakan manusia untuk dijadikan khalifah di muka bumi, memberinya petunjuk dan hidayah. Dia yang menjadikan siksa dan azab neraka bagi yang mendurhakai-Nya, dan menjanjikan karunia dan nikmat kepada yang menjalankan perintah-Nya dengan patuh dan taat. Dia juga yang mematikan semua makhluk-Nya pada hari Kiamat dan menghidupkannya kembali untuk menerima balasan amal perbuatannya lalu mengadakan pengadilan untuk memperhitungkan semua amal hamba-Nya dengan adil, benar, dan bijaksana kemudian memberikan balasan bagi semua makhluk-Nya. Yang durhaka dimasukkan ke dalam neraka dan yang mukmin dan bertakwa dimasukkan ke dalam surga sesuai dengan janji-Nya. Segala puji dipanjatkan kepada Allah atas segala perbuatan-Nya, keadilan-Nya dan rahmat-Nya.

5. Ketika mereka menempati rumah mereka di Surga.

ٱلَّذِيٓ أَحَلَّنَا دَارَ ٱلۡمُقَامَةِ مِن فَضۡلِهِۦ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٞ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٞ 

“Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu". ( QS. Fathir (35) : 35 )

 Sobat. Orang yang telah memperoleh nikmat dari Allah itu menyadari bahwa semua pemberian tersebut adalah semata-mata karena kasih sayang-Nya. Tidaklah seimbang besarnya pemberian Allah itu dengan perbuatan baik yang mereka kerjakan. Oleh karena itu, masuknya orang-orang mukmin ke dalam surga sama sekali bukanlah karena kebaikan yang mereka kerjakan, tetapi karena rahmat dan karunia Allah bagi orang yang mematuhi perintah-Nya.

 Rasulullah saw bersabda:
Tiada masuk surga seorang di antara kamu karena perbuatannya. Mereka (para sahabat) bertanya, "Apakah engkau juga tidak begitu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Aku juga tidak, melainkan karena Allah memberi rahmat dan karunia kepadaku." (Riwayat Muslim dari Jabir bin 'Abdullah) 

 Di surga itu mereka tidak menemui kesulitan atau rintangan lagi sebagaimana yang mereka rasakan dalam kehidupan di dunia ini. Mereka juga tidak merasa lelah dan letih. Semuanya terasa nikmat dan menggembirakan.

 Ringkasnya surga itulah tempat nikmat yang kekal dan abadi, di mana penghuninya dapat menikmati kesenangan itu sebagai ganjaran kepatuhan dan ketaatan mereka di dunia ini. Allah berfirman:

(Kepada mereka dikatakan), "Makan dan minumlah dengan nikmat karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu." (al-haqqah/69: 24)

6. Ketika mereka selesai makan, mereka berkata :

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ  

Sobat. Maka, pada ayat ini Allah mengajarkan kepada hamba-Nya agar selalu memuji-Nya.
Al-hamdu artinya pujian, karena kebaikan yang diberikan oleh yang dipuji, atau karena suatu sifat keutamaan yang dimilikinya. Semua nikmat yang telah dirasakan dan didapat di alam ini dari Allah, sebab Dialah yang menjadi sumber bagi semua nikmat. 

Hanya Allah yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Karena itu Allah sajalah yang berhak dipuji. Orang yang menyebut al-hamdu lillah bukan hanya mengakui bahwa puji itu untuk Allah semata, melainkan dengan ucapannya itu dia memuji Allah.

Rabb artinya pemilik, pengelola dan pemelihara. Di dalamnya terkandung arti mendidik, yaitu menyampaikan sesuatu kepada keadaan yang sempurna dengan berangsur-angsur.

'alamin artinya seluruh alam, yakni semua jenis makhluk. Alam itu berjenis-jenis, yaitu alam tumbuh-tumbuhan, alam binatang, alam manusia, alam benda, alam makhluk halus, umpamanya malaikat, jin, dan alam yang lain. 

Ada mufasir mengkhususkan 'alamin pada ayat ini kepada makhluk-makhluk Allah yang berakal yaitu manusia, malaikat dan jin. Tetapi ini mempersempit arti kata yang sebenarnya amat luas.

Dengan demikian, Allah itu Pendidik seluruh alam, tak ada sesuatu pun dari makhluk Allah yang terlepas dari didikan-Nya. Tuhan mendidik makhluk-Nya dengan seluas arti kata itu. Sebagai pendidik, Dia menumbuhkan, menjaga, memberikan daya (tenaga) dan senjata kepada makhluk itu, guna kesempurnaan hidupnya masing-masing.
Siapa yang memperhatikan perjalanan bintang-bintang, menyelidiki kehidupan tumbuh-tumbuhan dan binatang di laut dan di darat, mempelajari pertumbuhan manusia sejak dari rahim ibunya sampai ke masa kanak-kanak, lalu menjadi manusia yang sempurna, tahulah dia bahwa tidak ada sesuatu juga dari makhluk Allah yang terlepas dari penjagaan, pemeliharaan, asuhan dan inayah-Nya.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku The Power of Spirituality

Rabu, 14 Desember 2022

Jagalah Lisanmu dan Gunakan untuk Dakwah

Tinta Media - Sobat. Cara menjaga kata-kata adalah dengan tidak mengeluarkan kata-kata yang sia-sia, tidak berbicara kecuali diharapkan ada keuntungan dan nilai lebih dalam hal agamanya. Dalam hadits Anas bin Malik ra yang marfu’ disebutkan, “ Tidaklah lurus keimanan seorang hamba sehingga hatinya menjadi lurus. Hatinya pun tidak akan lurus sehingga lidahnya lurus.”( HR.Imam Ahmad ). Rasulullah SAW pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak menyebabkan manusia itu masuk neraka, lalu beliau menjawab, “ Mulut dan Kemaluan” ( HR. Bukhari ).

Sobat. Dalam Shahihain disebutkan riwayat dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbicara yang baik atau (jika tidak,lebih baik) diam.” ( HR. Bukhari dan Muslim).
Imam Tirmidzi menyebutkan dengan isnad shahih bahwa Rasulullah SAW bersabda,” Di antara wujud baiknya keislaman seseorang adalah ia meninggalkan sesuatu yang tidak bermakna baginya.”

Allah SWT berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا 
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” ( QS. Al-Ahzab (33) : 70-71 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman supaya tetap bertakwa kepada-Nya. Allah juga memerintahkan orang-orang beriman untuk selalu berkata yang benar, selaras antara yang diniatkan dan yang diucapkan, karena seluruh kata yang diucapkan dicatat oleh malaikat Raqib dan 'Atid, dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. 
Bila mereka tetap memelihara keimanan dan ketakwaan dan selalu mengatakan kebenaran, pasti Allah akan memperbaiki perbuatan dan mengampuni dosa-dosa mereka. 

Siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, maka jalan yang harus ditempuh hanyalah satu, yaitu menaati Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan kebahagiaan yang besar di dunia dan akhirat.

Sobat. Tugas paling agung yang diemban Nabi Muhammad SAW adalah dakwah mengajak orang untuk beriman kepada Allah. Amal paling mulia yang beliau jalankan adalah menegakkan hujjah dihadapan hamba-hamba Allah dan menyampaikan risalah-Nya.

Allah SWT berfirman :
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ  
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” ( QS. An-Nahl (16) : 125 )

Sobat. Dalam ayat ini, Allah swt memberikan pedoman kepada Rasul-Nya tentang cara mengajak manusia (dakwah) ke jalan Allah. Jalan Allah di sini maksudnya ialah agama Allah yakni syariat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Allah swt meletakkan dasar-dasar dakwah untuk pegangan bagi umatnya di kemudian hari dalam mengemban tugas dakwah.

Pertama, Allah swt menjelaskan kepada Rasul-Nya bahwa sesungguhnya dakwah ini adalah dakwah untuk agama Allah sebagai jalan menuju rida-Nya, bukan dakwah untuk pribadi dai (yang berdakwah) ataupun untuk golongan dan kaumnya. Rasul saw diperintahkan untuk membawa manusia ke jalan Allah dan untuk agama Allah semata.

Kedua, Allah swt menjelaskan kepada Rasul saw agar berdakwah dengan hikmah. Hikmah itu mengandung beberapa arti:

a. Pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesuatu. Dengan pengetahuan itu sesuatu dapat diyakini keberadaannya.
b. Perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk menjelaskan mana yang hak dan mana yang batil atau syubhat (meragukan).
c. Mengetahui hukum-hukum Al-Qur'an, paham Al-Qur'an, paham agama, takut kepada Allah, serta benar perkataan dan perbuatan.

Arti hikmah yang paling mendekati kebenaran ialah arti pertama yaitu pengetahuan tentang rahasia dan faedah sesuatu, yakni pengetahuan itu memberi manfaat.

Dakwah dengan hikmah adalah dakwah dengan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan rahasia, faedah, dan maksud dari wahyu Ilahi, dengan cara yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, agar mudah dipahami umat.

Ketiga, Allah swt menjelaskan kepada Rasul agar dakwah itu dijalankan dengan pengajaran yang baik, lemah lembut, dan menyejukkan, sehingga dapat diterima dengan baik.

Tidak patut jika pengajaran dan pengajian selalu menimbulkan rasa gelisah, cemas, dan ketakutan dalam jiwa manusia. Orang yang melakukan perbuatan dosa karena kebodohan atau ketidaktahuan, tidak wajar jika kesalahannya itu dipaparkan secara terbuka di hadapan orang lain sehingga menyakitkan hati.

Khutbah atau pengajian yang disampaikan dengan bahasa yang lemah lembut, sangat baik untuk melembutkan hati yang liar dan lebih banyak memberikan ketenteraman daripada khutbah dan pengajian yang isinya ancaman dan kutukan-kutukan yang mengerikan. Namun demikian, menyampaikan peringatan dan ancaman dibolehkan jika kondisinya memungkinkan dan memerlukan.

Untuk menghindari kebosanan dalam pengajiannya, Rasul saw menyisipkan dan mengolah bahan pengajian yang menyenangkan dengan bahan yang menimbulkan rasa takut. Dengan demikian, tidak terjadi kebosanan yang disebabkan uraian pengajian yang berisi perintah dan larangan tanpa memberikan bahan pengajian yang melapangkan dada atau yang merangsang hati untuk melakukan ketaatan dan menjauhi larangan.
Keempat, Allah swt menjelaskan bahwa bila terjadi perdebatan dengan kaum musyrikin ataupun ahli kitab, hendaknya Rasul membantah mereka dengan cara yang baik.

Suatu contoh perdebatan yang baik ialah perdebatan Nabi Ibrahim dengan kaumnya yang mengajak mereka berpikir untuk memperbaiki kesalahan mereka sendiri, sehingga menemukan kebenaran.

Tidak baik memancing lawan dalam berdebat dengan kata yang tajam, karena hal demikian menimbulkan suasana yang panas. Sebaiknya dicipta-kan suasana nyaman dan santai sehingga tujuan dalam perdebatan untuk mencari kebenaran itu dapat tercapai dengan memuaskan.

Perdebatan yang baik ialah perdebatan yang dapat menghambat timbulnya sifat manusia yang negatif seperti sombong, tinggi hati, dan berusaha mempertahankan harga diri karena sifat-sifat tersebut sangat tercela. Lawan berdebat supaya dihadapi sedemikian rupa sehingga dia merasa bahwa harga dirinya dihormati, dan dai menunjukkan bahwa tujuan yang utama ialah menemukan kebenaran kepada agama Allah swt.

Kelima, akhir dari segala usaha dan perjuangan itu adalah iman kepada Allah swt, karena hanya Dialah yang menganugerahkan iman kepada jiwa manusia, bukan orang lain ataupun dai itu sendiri. Dialah Tuhan Yang Maha Mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang tidak dapat mempertahankan fitrah insaniahnya (iman kepada Allah) dari pengaruh-pengaruh yang menyesatkan, hingga dia menjadi sesat, dan siapa pula di antara hamba yang fitrah insaniahnya tetap terpelihara sehingga dia terbuka menerima petunjuk (hidayah) Allah swt.

Sobat. “ Serulah” maksudnya tugasmu adalah menunjukkan manusia ke jalan yang lurus, serta membimbing mereka ke jalan yang benar. “ ke jalan Tuhanmu” maksudnya ke jalan-Nya yang lurus dan mengantarkan kepada ketaatan, keridhaan, dan surga-Nya, bukan ke jalan yang menuju kepada kepentingan duniawi.

Sobat. “ Dengan hikmah,” maksudnya meletakkan sesuatu pada tempatnya, ucapan yang tepat, perbuatan yang tepat, dan waktu yang tepat. Setiap kaum ada cara penyampaian dakwah yang sesuai dengan mereka. Setiap ucapan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Sobat. “ dan Pengajaran yang baik,” maksudnya sampaikan dakwah dengan kalimat yang lembut dan mudah dipahami. Jangan menyakiti hati dan melukai perasaan. “ Debatlah mereka dengan cara yang lebih baik” maksudnya dakwah bisa disampaikan dengan dialog positif yang didasari rasa saling menghormati dari semua pihak, dengan tujuan untuk mencari kebenaran serta menunjukkan hujjah dan bukti nyata.

Allah SWT Berfirman :
قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ  
“Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".( QS. Yusuf (12) : 108 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah swt memerintahkan kepada Muhammad saw untuk memberitahu umatnya bahwa dakwah yang dijalankannya, yang bertujuan mengajak manusia mengesakan Allah swt dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya, adalah menjadi tugas dan kewajibannya. Rasul memiliki keyakinan bahwa usahanya ini akan berhasil karena apa yang dikemukakan dan dilaksanakannya dilandasi dengan bukti-bukti dan hujjah yang nyata. Yang demikian itu menjadi tugas dan kewajiban bagi orang-orang yang mempercayai dan mengikutinya sehingga segala macam bentuk penghambaan kepada selain Allah bisa musnah dari permukaan bumi ini. Perhatikanlah firman Allah swt yang mengajarkan cara berdakwah kepada Rasul dan umatnya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik. (an-Nahl/16: 125)

Pada potongan ayat berikutnya, Allah mengajarkan Muhammad saw untuk mensucikan-Nya dari tuduhan adanya sekutu dengan mengatakan Mahasuci Allah swt dari sangkaan bahwa Dia mempunyai sekutu dalam kekuasaan-Nya, dan ada yang wajib disembah selain Dia. Langit dan bumi serta segala isinya, bahkan semua yang ada, bertasbih menyucikan Allah dari hal yang demikian itu, firman Allah swt:

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia adalah Maha Penyantun, Maha Pengampun. (al-Isra/17: 44)

Ayat 108 ini ditutup dengan satu ketegasan bahwa Nabi Muhammad saw tidak termasuk orang-orang yang musyrik.

Sobat. Jadilah dai sesuai yang diajarkan Rasulullah SAW, dengan kelembutan perilaku anda terhadap orang lain! Sampaikanlah ayat atau hadits semampu Anda dengan sarana yang Anda miliki! Sampaikanlah nasehat dengan penuh ketulusan! Berdakwalah dengan perkataan dan perbuatan agar anda termasuk dalam golongan yang disebutkan dalam firman-Nya :
تَدَّعُونَ نُزُلٗا قَوۡلٗا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ  
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" ( QS. Fushshilat (41) : 33 )

( DR Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab