Cendekiawan Muslim: Islam Mendorong Perlindungan Lingkungan
Tinta Media - Cendekiawan Muslim Prof. Fahmi Amhar menyatakan bahwa ajaran Islam mendorong upaya perlindungan terhadap lingkungan.
“Islam mendorong perlindungan lingkungan. Itu bagian dari hifzul nafs dan hifzul maal,” tegasnya dalam rubrik Perdagangan Karbon: Ilusi Green Ekonomi?? di kanal Youtube PAKTA Channel pada Jumat (6/10/2023).
Ia menjelaskan, secara fikih bisa digali beberapa kaidah-kaidah umum. Pertama, misalnya hadis Nabi yang menyatakan bahwa seluruh manusia berserikat pada api, padang gembalaan dan air.
“Kita berserikat, semua manusia itu punya hak yang sama meskipun di hadisnya disebut dengan al muslimiina tapi sebenarnya enggak cuma untuk Muslim. Juga untuk semua manusia mereka berserikat, punya hak yang sama pada sumber daya air, sumber daya energi dan api,” tuturnya.
Ia menerangkan, sumber daya alam meskipun di Arab Saudi atau di Iran itu semua milik seluruh manusia secara bersama-sama, bukan hanya penduduk setempat. “Juga padang gembalaan, mencakup hutan lebat milik kita bersama-sama dan dijaga untuk titipan generasi mendatang,” jelasnya.
Kedua, sebutnya, Islam adalah ajaran yang sangat menekankan keadilan dan keberlanjutan. Rasulullah pernah berwasiat kepada para sahabat, andaikan ketika berada di tepi sungai yang banyak air namun berwudlu cukup dengan air sebanyak satu cangkir.
“Islam menyukai hidup sederhana. Rasulullah mengatakan apabila makanan cukup untuk dua orang, itu cukup untuk makan tiga orang. Jadi kita ini bisa berbagi lebih banyak. Rasulullah sangat menghargai keberlanjutan, tidak boros,” imbuhnya.
Pertumbuhan
Terkait perlindungan lingkungan dalam ideologi kapitalisme saat ini, Fahmi menilai justru banyak negeri yang menghabiskan sumber daya alam tanpa henti karena indikator kapitalisme adalah pertumbuhan ekonomi.
“Kalau orang pakai sepeda makin banyak, makin banyak yang sehat. makin sedikit karbon tapi pengguna mobil makin sedikit. Itu kalau bagi ekonomi negara negatif. Ekonomi jelek, mobil tidak laku, spare part jarang yang beli, SPBU banyak yang tutup,’ ungkapnya.
Oleh karenanya, ketika Islam mengajarkan hidup sederhana demi keberlanjutan namun justru kapitalisme mendorong manusia untuk berpola hidup boros.
“Hidup yang sederhana itu di sistem kapitalis itu enggak disukai. Jelas ajaran Islam bertentangan dengan ajaran ekonomi kapitalis," pungkasnya.[] Yung Eko Utomo