Potret Buram Remaja dalam Jeratan Liberalisme
Tinta Media - Kondisi pergaulan anak remaja saat ini sungguh sangat memprihatinkan. Pergaulan remaja sekarang lebih condong berkiblat pada orang-orang barat yang menjunjung tinggi kebebasan dalam bergaul.
Sebagaimana yang dilansir di beberapa media
online, termasuk dalam liputan6.com dan metro.batampos.co.id, menunjukkan data
yang cukup mencengangkan. Dijelaskan bahwa Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) telah mendapati mayoritas anak remaja di Indonesia
sudah pernah berhubungan seksual. Dalam data tersebut menunjukkan untuk remaja
usia 14-15 tahun jumlahnya 20% anak yang sudah berhubungan seksual, sementara
usia 16-17 tahun jumlahnya mencapai 60% yang sudah berhubungan seksual dan
usia 19-20 tahun sebanyak 20%.
Jumlah angka yang ditunjukkan tersebut ternyata membuat hati kita para orang tua semakin miris.
Jika kita amati dan analisis, ternyata ada
berbagai macam faktor penyebab tingginya angka remaja yang sudah berhubungan
seksual, diantaranya:
Pertama perkembangan informasi atau kita mengenalnya dengan istilah digitalisasi. Adanya media sosial dan konten-konten negatif yang mudah diakses menjadikan para remaja bebas berselancar di jejaring internet hingga banyak bertemu dengan konten-konten yang tidak sesuai, dan pada akhirnya menjerumuskan mereka pada pergaulan bebas. Parahnya lagi mereka tidak menyadari bahwa yang dilakukannya malah merusak masa depannya.
Kedua kurangnya pengetahuan mengenai dampak dari seks bebas. Kebanyakan orang tua masih berfikiran bahwa pemahaman tentang seks adalah sesuatu yang tabu, sehingga para orang tua tersebut membebankan pada pihak sekolah terkait pemahaman itu. Sementara di sekolah pun pengetahuan tersebut sangat terbatas sekali dan didukung oleh gaya para remaja yang malas untuk membaca. Pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya tidak berkembang sementara nafsu seks mereka semakin berkembang.
Ketiga persoalan ekonomi menjadi salah satu penyebab seks bebas. Gaya hidup kapitalis di lingkungan masyarakat menuntut para remaja hidup dengan berfoya-foya. Ini menjadi salah satu pemicu para remaja untuk mendapatkan uang dengan cara yang instan dengan menjual dirinya. Mereka rela melakukan apapun untuk bisa mendapatkan uang demi pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Keempat kurangnya pengawasan dari pihak keluarga, sekolah dan masyarakat. Kebanyakan anak-anak remaja yang kurang kasih sayang dari orang tuanya atau anak-anak yang berasal dari keluarga Broken Home berpeluang besar untuk terjerumus ke dalam seks bebas. Sementara di lingkungan masyarakat terjadi perubahan cara pandang setiap tahunnya berkaitan dengan kemajuan masa pubertas sekaligus masa menstruasi pada remaja putri. Jika pada masa dahulu usia 17-19 tahun baru mengalami menstruasi tapi anak remaja sekarang usia 12 tahun sudah mengalami menstruasi.
Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka anak remaja yang sudah melakukan seks bebas dan berdampak pada tingginya angka kasus pencabulan, pernikahan dini, hingga kasus penjualan atau pembuangan bayi. Di sisi yang lain juga berdampak pada moral remaja tersebut, karena pada akhirnya mereka tidak akan bisa fokus untuk melanjutkan pendidikannya hingga merusak masa depannya.
Memang jeratan liberalisme pada remaja sangat
miris sekali. Kita bisa melihatnya dari usia para pelaku seks bebas yang
semakin muda. Dan kalau kita perhatikan, ini adalah tanda kerusakan perilaku
yang sangat parah sekali yang bersumber dari rusaknya asas kehidupan.
Pendidikan seks dan reproduksi yang ditawarkan sebagai solusi, ternyata hanya akan menambah parah persoalan tersebut. Karena solusi yang ada lahir dari paradigma baru yang justru bertentangan dengan Islam.
Pada dasarnya IsIam merupakan satu-satunya solusi yang tepat untuk menyelesaikan persoalan seks bebas. Dalam sistem IsIam akan menjadikan aqidah IsIam sebagai landasan/pondasi dalam kehidupan. Dan dari akidah IsIam tersebut akan muncul sebuah tata aturan yang bisa diterapkan dalam kehidupan kita. Sehingga dengan kita menerapkan sistem IsIam dalam kehidupan, maka akan dapat menjaga kemuliaan para generasi dan peradaban yang ada. Wallahu a'lam bish shawab.
Oleh: Iin Rohmatin Abidah, S.Pd. (Sahabat Tinta Media)