Tinta Media: Liberal
Tampilkan postingan dengan label Liberal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Liberal. Tampilkan semua postingan

Minggu, 28 Agustus 2022

Rektor Unhas Minta Maaf Usai Mahasiswa Non-Biner Diusir Dosen, Siyasah Institute: Pendidik Berotak Liberal

Tinta Media - Menyikapi permintaan maaf rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) setelah viral mahasiswa non biner diusir Dosen, Direktur Siyasah Institut Iwan Januar menilai, dunia pendidikan hari ini diisi oleh pendidik berotak liberal.

"Dunia pendidikan hari ini diarahkan dan kita khawatirkan banyak diisi oleh pendidik berotak liberal, sesuai ideologi penguasa hari ini," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (25/08/2022).

Dalam pernyataan Rektor Unhas, kata Iwan, kelihatan kalau dia menyatakan sikap sebagai kelompok inklusif, terbuka untuk semua golongan. Artinya secara sadar, sang rektor memang mendukung eksistensi kelompok menyimpang macam begini. 

Ustaz Iwan, sapaan akrabnya, menduga bahwa permintaan maaf itu sikap pribadi rektor, namun mengatasnamakan kampus. "Tapi saya duga ini pernyataan dia pribadi mengatasnamakan kampus. Karena faktanya pelaku L68T itu diusir oleh dosen," ungkapnya.

Menurutnya, kampus Unhas dalam sorotan kelompok liberal dan penguasa yang menganut paham liberal.

"Kampus Unhas pastinya dalam sorotan kelompok liberal yang sekarang berkuasa, juga disorot oleh penguasa yang hari ini menganut ideologi liberalisme," katanya.

Hari ini, imbuhnya, kalau kampus tidak mendukung liberalisme, khususnya eksistensi kaum pelangi, bisa dibully, dituduh intoleran, eksklusif atau bahkan dituduh pro radikalisme. Sehingga kampus tidak mau citra itu melekat. 

Ia juga menilai bahwa dunia pendidikan saat ini diarahkan untuk cetak generasi sekuler yang jauh dari agama. "Itu gambaran dunia pendidikan diarahkan mencetak generasi muda jadi kaum sekuleris dijauhkan dari agama Islam," terangnya.

Kata agama, imbuhnya, dihapus dalam Peta Jalan Pendidikan rancangan Kemendiknas. Sekolah dilarang menganjurkan jilbab pada siswi di sekolah. Rohis disebut sarang teroris. 

Ustaz Iwan mengatakan bahwa menurut pandangan liberal agama itu hanya untuk ranah pribadi, sekolah dan kampus tidak akan urus hal itu. "Agama dan akhlak atau moral diletakkan dalam sektor privat, urusan pribadi. Sekolah dan kampus tidak akan urusi hal itu, termasuk soal LGBT juga urusan pribadi," jelasnya. 

Pendidik, kata Iwan, wajib mengedukasi dengan benar soal LGBT, bahwa ini menyimpang, membahayakan kemanusiaan dan jelas hukumnya haram dalam agama. 

Terakhir, ia menegaskan agar orang-orang yang terbukti melakukan tindakan sodomi dan harus dijatuhi hukuman mati.
"Kalau masih ngeyel apalagi terbukti melakukan tindakan sodomi, wajib dijatuhi hukuman mati. Ini menular dan berbahaya," pungkasnya.[] Nur Salamah

Senin, 13 Juni 2022

Sastrawan Politik: Pancasila telah Diganti dengan Ideologi Kapitalisme Liberal


Tinta Media - Menanggapi gencarnya opini media mainstream tentang isu Khilafah yang ingin menggantikan Pancasila, Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin menegaskan justru saat ini Pancasila telah diganti dengan ideologi Kapitalisme liberal.

"Saat ini Pancasila telah diganti dengan ideologi Kapitalisme liberal," tuturnya kepada Tinta Media, Ahad (12/6/2022).

Ahmad melihat justru mayoritas kekayaan alam dan tambang negeri ini dikuasai perusahaan multi nasional yang kapitalistik. "Tengok saja Perusahaan seperti Unilever. Unilever merupakan merek perusahaan dari Belanda yang telah hadir di lebih dari 100 negara. Kemudian HM Sampoerna, Astra International, Google, Marriott International, Maybank, MedcoEnergi, mereka semua perusahaan raksasa kapitalis," jelasnya.

Ia menambahkan bahwa dalam mengelola bisnis, kapitalis tidak pernah memakai Pancasila. "Mereka menerapkan sistem ekonomi liberal, khas ideologi kapitalisme," ungkapnya.

"Perusahaan-perusahaan tambang seperti PT Freeport (AS), PT Chevron Pacific (AS), PT Newmont (Colorado), PetroChina, ConocoPhillips (AS), BP (Inggris), Niko Resources (India), lanjutnya, semuanya menguasai sumber daya alam indonesia. Mereka semua tidak pakai pancasila. Dalam mengelola bisnis, mereka tidak pernah pakai Pancasila. Mereka menerapkan sistem ekonomi liberal, khas ideologi kapitalisme," bebernya.

Ia juga mengingatkan tentang kapitalisme domestik yang juga rakus. Ada Toba Group, perusahaan milik taipan 9 Naga, dan sejumlah oligarki domestik lainnya. "Dalam mengelola bisnis, mereka juga tidak pernah pakai Pancasila. Mereka menerapkan sistem ekonomi liberal, khas ideologi kapitalisme," paparnya.

Ahmad mempertanyakan keberadaan Pancasila, Kenapa perusahaan-perusahaan asing dan kapitalisme domestik yang telah menjajah dan menerapkan ideologi Kapitalisme di negeri ini tidak pernah dipersoalkan?
"Kenapa hanya ajaran Islam Khilafah yang dipersoalkan," tanyanya.

Ahmad menyimpulkan bahwa yang mengganti Pancasila adalah penguasa, rezim ini, yang membebaskan perusahaan kapitalisme global menguasai kekayaan alam negeri ini.

"Semestinya berdasarkan amanat konstitusi harus dikelola negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat," tegasnya.

Saat ini lanjutnya bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh asing, para kapitalis, oligarki, dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran Luhut Binsar Panjaitan, Kelompok 9 Naga, Kapitalis Amerika, China, Inggris, India, Colorado, dan lain-lain.

"Mereka inilah yang mengangkangi kekayaan alam, mengganti pancasila dengan prinsip ekonomi kapitalis untuk kemakmuran mereka," pungkasnya.[] Nita Savitri
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab